You are on page 1of 9

Nilai Laboratorium

Trombosit, Leukosit, CRP, IT Ratio, dan Albumin

Disusun Oleh :

1. Nathalia Windasari (1710067)


2. Nia Rahmawati Arif (1710069)
3. Novi Karina Ismalasari (1710071)
4. Nur Alif Siad Suhendra (1710073)
5. Nurul Isnaini Afifah (1710075)
6. Poppy Deninta Sari (1710079)
7. Puspa Indah Permatasari (1710081)
8. Fibria Adisty Yunandari (1710083)
9. Ramanda Putra Rizki (1710085)
10. Reza Meidita Sari (1710089)
11. Riris Wulandari (1710091)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2017-2018
Trombosit

Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti dan terbentuk di
sumsum tulang belakang. Trombosit matang berukuran 2-4 pm berbentuk cakra, bikonveks.
Setelah keluar dari sumsum tulang belakang, sekitar 20-30% trombosit mengalami sekuestrasi
di limfa (Kosasih, 2008).

Nilai normal trombosit pada orang dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, sedangkan pada
anak 150.000-450.000 sel/mm3. Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada
demam berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya jika
trombosit <30.000 sel/mm3. Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada
penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis,
pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya,
kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.

Laju endap darah

Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam pertama

Nilai normal lansia pria <20 mm/jam pertama, wanita <30-40 mm/jam pertama

Nilai normal wanita hamil 18-70 mm/jam pertama

Nilai normal anak <10 mm/jam pertama

LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis,
gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan.

LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis.


Leukosit

Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk
jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limfatik untuk jenis tak bergranula
(mononuklear), berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi (Sutedjo,2006).

Leukosit (Hitung total), nilai normal 4500-10000 sel/mm3. Pada neonatus 9000-30000
sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3, dan pada anak 10 tahun 4500-
13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, post partum 9700-25700 sel/mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan
sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:

Leukosit (hitung jenis)

Nilai normal hitung jenis :

- Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)


- Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
- Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
- Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
- Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)
- Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)

Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit
alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat. Peningkatan jumlah netrofil (baik batang
maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to
the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria.
Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-
penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan
polisitemia vera.
Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil disebut shift
to the right. Infeksi yang disertai shift to the right biasanya merupakan infeksi virus. Kondisi
noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin,
dan aspirin.

CRP ( C-Reactive Protein)

C-Reactive Protein (CRP) adalah salah satu protein fase akut yang terdapat dalam
serum normal walaupun dalam konsentrasi yang amat kecil. Dalam keadaan tertentu dengan
reaksi inflamasi atau kerusakan jaringan baik yang disebabkan oleh penyakit infeksi maupun
yang bukan infeksi, konsentrasi CRP dapat meningkat sampai 100 kali. Sehingga diperlukan
suatu pemeriksaan yang dapat mengukur kadar CRP. High sensitivity C-Reactive Protein ( hs-
CRP) adalah pengukuran konsentrasi CRP secara kuantitatif dimana dapat mengukur kadar
sampai < 0,2 – 0,3 mg/L. Suatu sifat utama dari CRP adalah kemampuannya mengikat ( dengan
pola yang bergantung dengan kalsium ) sejumlah mikroorganisme yang mengandung
fosforilkolin dalam membran mereka, kompleks yang berguna untuk mengaktifkan
komplemen ( melalui jalur klasik ).
Beberapa hal yang diketahui tentang fungsi biologis CRP ialah 3,5,23,28 :
1. CRP dapat mengikat C-polisakarida (CPS) dari berbagai bakteri melalui reaksi
presipitasi/aglutinasi.

2. CRP dapat meningkatkan aktivitas dan motilitas sel fagosit seperti granulosit dan
monosit/makrofag.

3. CRP dapat mengaktifkan komplemen baik melalui jalur klasik mulai dengan C1q maupun
jalur alternatif.

4. CRP mempunyai daya ikat selektif terhadap limfosit T. Dalam hal ini diduga CRP
memegang peranan dalam pengaturan beberapa fungsi tertentu selama proses keradangan.
5. CRP mengenal residu fosforilkolin dari fosfolipid, lipoprotein membran sel rusak, kromatin
inti dan kompleks DNA-histon.

6. CRP dapat mengikat dan mendetoksikasi bahan toksin endogen yang terbentuk sebagai hasil
kerusakan jaringan.
Tujuan dari pemeriksaan CRP yaitu untuk mengukur jumlah protein dalam darah.
Protein C-reaktif mengukur keseluruhan kadar peradangan dalam tubuh. Kadar CRP yang
tinggi disebabkan oleh infeksi dan berbagai penyakit jangka panjang lain. Akan tetapi tes CRP
tidak dapay menunjukkan lokasi terjadinya peradangan atau penyebabnya. Tes lain dibutuhkan
untuk mengetahui penyebab dan lokasi peradangan.

Hasil tes CRP biasanya tersedia dalam kurun waktu 24 jam. Hasilnya meliputi

- Normalnya CRP kurang dari 1.0 mg/dL atau kurang dari 10mg/L.
- Untuk ukuran normal pada High-sensitivity C-reactive protein yaitu kurang dari 0,1
mg/dL atau kurang dari 1mg/L.
- Tingkat High-sensitivity CRP dan risiko penyakit jantung yaitu kurang dari 1.0 mg/L
(resiko rendah), 1.0 – 3.0 mg/L (resiko sedang), dan lebih dari 3.0mg/L (resiko tinggi).
IT Ratio

Ada dua metoda pemeriksaan untuk menghitung nilai I/T ratio sebagai berikut :
a. Metoda Manual
Rumus untuk menghitung I/T ratio adalah sebagai berikut :
I/T ratio = imatur granulosit + stab : total neutrofil
b. Metoda Otomatis
Metoda ini menggunakan inovasi baru yang telah menemukan alat hematologi otomatis untuk
mengidentifikasi dan menghitung granulosit muda sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
biaya dalam pemeriksaan laboratorium. Hasil pembacaan jenis leukosit dibaca dengan alat
CELLDYN Rubby kemudian dilakukan perhitungan sesuai rumus perhitungan I/T ratio.
Jumlah leukosit neonatus, indeks meutrofil, laju endapan darah, secara tunggal ataupun
gabungan dengan uji lain dipakai sebagai alat diagnostik sepsis neonatal. Peneliti lain
menyatakan jumlah leukosit yang kurang dari 5000/ul atau lebih dar 25.000/ul dapat
memprediksi sepsis neonatal tetapi nilai ini diduga positif abnormalitas jumlah leukosit ini
rendah. Derajat neutropenial untuk prediksi sepsis neonatal sesuai dengan umur yaitu :
- Jumlah total neutrofil kurang dari 1800/ul saat lahir
- 8100/ul saat umur 12 jam.
- 7000/ul saat 24 jam.
- Dan kurang dari 1800/ul sesudah 72 jam.
Jumlah total neutrofil imatur yang lebih dari 1100/ul, 1400/ul dan 800/ul berturut-turut
saat lahir, umur 12 jam dan diatas 60 jam dianggap abnormal.
Albumin

Albumin adalah protein yang larut dalam air. Albumin disintesis di hati dan berfungsi
utama untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah. Hal ini karena albumin
merupakan protein dengan berat molekul besar yang tidak dapat melintasi dinding pembuluh
atau dinding kapiler sehingga dapat membantu mempertahankan cairan yang ada di dalam
sistem vascular (Sutedjo, 2007). Adapun nilai normal dari albumin yaitu :
- Laki-laki dewasa : 3,8-5,1 g/dL
- Wanita dewasa 3,5-5.0 g/dL
- Anak 4,0-5,8 g/dL
- Bayi 4,4-5,4 g/dL
- Bayi Baru Lahir 2,9-5,4 g/dL
Kadar albumin digunakan sebagai indikator perubahan biokimia yang berhubungan dengan
simpanan protein tubuh dan berkaitan dengan perubahan status gizi, walaupun tidak terlalu
sensitif. Pada penderita malnutrisi sering ditemukan kadar albumin serum yang rendah, namun
tidak jarang kadar albumin serum masih dalam batas normal. Peningkatan kadar albumin
berkaitan erat dengan kadar hemoglobin darah. Penurunan kadar albumin dalam darah akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin, karena protein merupakan salah salah
unsur yang penting diperlukan dalam sintesis hemoglobin dan pembawa zat besi, oleh karena
itu apabila kadar albumin dalam tubuh rendah, maka sintesis hemoglobin akan terganggu dan
dapat mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin dalam darah (Sutedjo, 2007).
Hemoglobin
Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-
15 gram/dL. Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL,
neonatus 14-27 gram/dL

Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus
eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker,
asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5
gram/dL.

Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis
kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada
penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

Hematokrit

Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%. Nilai normal
anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%

Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara


kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin. Ht tinggi (> 55 %) dapat
ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison,
luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht
>60%. Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung,
perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.

You might also like