You are on page 1of 12

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

DOKTER INTERNSHIP

Akromegali

Disusun Oleh :

Nama : dr. Nur Qalbi Ramadhani, S. Ked

Wahana : RSUD Lamadukkelleng Wajo

Periode : 13 Februari 2018 – 13 Februari 2019

Dokter Pendamping :

dr. Rasfiani, S. Ked

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMADUKKELLENG WAJO


KABUPATEN WAJO
2018
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal 26 Juli di Wahana RSUD Lamadukelleng Wajo telah dipresentasikan
portofolio oleh :
Nama : dr. Nur Qalbi Ramadhani, S. Ked
Kasus : Akromegali
Topik : Ilmu Penyakit Dalam
Nama Pendamping : dr. Rasfiani, S. Ked
Nama Wahana : RSUD Lamadukelleng Wajo
No Nama Peserta Tanda tangan

1 1.

2 2.

3 3.

4 4.

5 5.

6 6.

7 7.

8 8.

9 9.

10 10.

11 11.

12 12.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping

dr. Nur Qalbi Ramadhani, S. Ked dr. Rasfiani, S. Ked

Nama Peserta : dr. Nur Qalbi Ramadhani


Nama Wahana : RSUD Lamadukelleng Wajo
Topik : Ilmu Penyakit Dalam
Tanggal (kasus) : 08 Oktober 2018
Nama Pasien : Ny. M No. RM : 18120557
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
dr. Rasfiani, S. Ked
Tempat Presentasi : RSUD Lamadukelleng Wajo
Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka


v
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Seorang perempuan, 35tahun datang dengan nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu, nyeri kepala
hilang timbul, pasien juga merasa mudah lelah, pasien merasa anggota tubuhnya bertambah besar,
demam (-), mual (-), muntah (-), BAK lancer, BAB tidak ada keluhan.

Tujuan :
 Untuk menegakkan diagnosis
 Manajemen penatalaksanaan
Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi & diskusi Email Pos

Data Pasien: Nama: Ny. M Nomor Registrasi: 18120557


Nama RS: RSUD Telp : 082111221608 Terdaftar sejak :08 Oktober 2018
Lamadukelleng Wajo
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Seorang perempuan, 35tahun datang dengan nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu,
nyeri kepala hilang timbul, pasien juga merasa mudah lelah, pasien merasa anggota
tubuhnya bertambah besar, demam (-), mual (-), muntah (-), BAK lancer, BAB tidak
ada keluhan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
3. Riwayat Keluarga
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
4. Riwayat pekerjaan dan pendidikan
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pendidikan terakhir pasien adalah SMA.
Biaya pengobatan pasien ditanggung sendiri karena memiliki BPJS. Kesan ekonomi
cukup
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: sakit ringan
b. Kesadaran: composmentis
c. Tanda vital:
 Tekanan darah: 130/80 mmHg
 Nadi: 88 x/menit
 Respirasi: 20 x/menit
 Suhu : 36,9 0C
d. Kepala: Mesosefal
e. Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) , hidung tampak
membesar
f. Leher: Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar, tulang-tulang rahang
tampak membesar
g. Paru: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
h. Jantung: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop(-)
i. Abdomen: Datar, bising usus (+) dalam batas normal, supel, hepar dan lien
tidak teraba membesar.
j. Ekstremitas: regio manus dextra et sinistra tampak ukurannya membesar, regio
pedis dextra et sinistra tampak ukurannya membesar, edema (-), akral hangat,
capillary refill <2”
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Darah rutin :
Leukosit : 9.550 (N: 4500-11.000)
Eritrosit : 4,62x106 (N: 4,2-5,4x106)
Hemoglobin : 11,4 (N: 12-16)
Hematokrit : 32,3 (N: 38-47)
MCV : 69,9 (N: 79-99)
MCH : 24,7 (N: 33-37)
MCHC : 35,3 (N: 33-37)
Trombosit : 216.000 (N: 150.000-440.000)
Urin rutin :
Warna : kuning
Kekeruhan : keruh (N: jernih)
pH : 5,0 (N: 4,8-7,4)
BJ : 1,020 (N: 1,016-1,022)
Albumin : 25 (+) (N: negatif)
Bilirubin : - (N: negatif)
Keton : 5 (+) (N: negatif)
Nitrit : - (N: negatif)
Urobilinogen : 1 (+) (N: negatif)
Leukosit : 2-5 (N: 1-15)
Eritrosit : 0-2 (N: 0-3)
Silinder Hyalin : - (N <2)
Epitel gepeng : 10-15 (N: <10)
Bakteri : ++ (N : negative)
Silinder : - (N: negatif)
Kristal : - (N: negatif)
Kimia darah
Glukosa Puasa : 86 mg/dl (<100)
Endokrinologi
FT4 :1,36 (N : 0,93-1,71)
TSHs : 2,13 (N : 0,270 – 4200)
Growth hormone : 29,8 (N : <=8)
7. Penatalaksanaan
Pengobatan yang biasa dilakukan adalah medikamentosa (pemberian agonis dopamine
dan analog somatostatin) dan operasi, tetapi karena pengobatan akromegali pada RS
Lamadukelleng tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke Makassar untuk mendapatkan
terapi yang terbaik.

Daftar Pustaka:
1. Corwin J, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC
2. Davey, Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
3. Doenges E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Philadelphia:
5. Elsevier-Saunders Persatuan Ahli Penyakit Dalam. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI: 799-807. Price, S. A & Wilson, L.
M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Philadelphia : Elsevier-Saunders.
6. Price, Sylviana Anderson dan Wilson , Lorraine McCarty. 2005. Patofisiologi Konsep
Klinis Prosse-Proses Penyakit edisi 6 Vol.2. Jakarta : EGC
7. Robbins, Staney L, khumar, vinnay, cotran, ramzi S. 2007. Buku Ajar Patologi edisi 7
vol.2. Jakarta : EGC.
8. Suddarth & Bruner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
9. Suyono, Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
10. Wilson & Price. 2005. Patofisiologi dan Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6.
Jakarta :EGC
Hasil Pembelajaran :
a. Definisi Akromegali
b. Etiologi Akromegali
c. Pathogenesis Akromegali
d. Manifestasi Klinis Akromegali
e. Penatalaksanaan Akromegali

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


1. Subyektif
Seorang perempuan, 35tahun datang dengan nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu, nyeri
kepala hilang timbul, pasien juga merasa mudah lelah, pasien merasa anggota tubuhnya
bertambah besar, demam (-), mual (-), muntah (-), BAK lancer, BAB tidak ada keluhan.
2. Obyektif
Pemeriksaan fisik didapatkan :
keadaan umum : sakit ringan
Tekanan darah: 130/80 mmHg Respirasi: 20 x/menit
Nadi: 80 x/menit Suhu : 36,9 0C
Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) , hidung tampak membesar
Leher: Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar, tulang-tulang rahang tampak
membesar
Ekstremitas: regio manus dextra et sinistra tampak ukurannya membesar, regio pedis
dextra et sinistra tampak ukurannya membesar, edema (-), akral hangat, capillary refill
<2”
Growth hormone : 29,8 (N : <=8)
3. Assessment
Definisi Akromegali
Akromegali berasal dari bahasa Yunani, akros yang berarti ekstremitas, dan megas, yang
berarti besar. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh pertumbuhan tulang
ekstremitas, muka, rahang, dan jaringan lunak secara berlebihan dan kelainan metabolik
sekunder akibat hipersekresi hormone pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi
penutupan lempeng epifiseal. Perbedaan antara akromegali dan gigantisme adalah akromegali
timbul apabila hipersekresi Growth Hormone terjadi pada masa dewasa dan mengenai
pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulang, misalnya hidung, bibir, rahang, dahi,
tangan , dan kaki, karena pertumbuhan atau pembesaran berlangsung secara progresif.
Sedangkan gigantisme terjadi pada masa kanak-kanak dan masa pubertas sebelum lapisan
epifisis menutup, sehingga pertumbuhan tulang proporsional.

Etiologi
Akromegali disebabkan oleh sekresi Growth Hormone berlebih oleh kelenjar hipofisis.
Sekresi yang berlebih ini menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases (NIDDK), 95 % disebabkan karena adanya hipofisis adenoma, yaitu tumor jinak di
kelenjar hipofisis. Tumor di luar kelenjar hipofisis juga dapat menyebabkan akromegali,
namun hal ini jarang ditemukan.
Patogenesis
Lebih dari 95% kasus akromegali disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan
GH secara berlebihan. Pada saat diagnosis ditegakkan, 75% pasien akromegali menunjukkan
adanya makroadenoma (diameter tumor > 1 cm) dan sebagiannya telah meluas ke daerah
paraselar dan supraselar. Sangat jarang akromegali disebabkan oleh GH/GHRH ektopik yang
diproduksi oleh tumor-tumor ganas. Peningkatan kadar GH dalam darah pada penderita
akromegali semata-mata akibat produksi GH yang berlebihan, bukan akibat gangguan
distribusi atau klirens GH. Efek patologis dari kelebihan GH antara lain pertumbuhan
berlebihan di daerah acral (macrognathia, pembesaran struktur tulang muka, pembesaran
tangan dan kaki, pertumbuhan berlebihan alat-alat viseral, (seperti makroglosia, pembesaran
otot jantung, thyroid, hati, ginjal), antagonisme insulin, retensi nitrogen dan peningkatan
risiko polip / tumor kolon. Melihat besarnya tumor, adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam
2 bentuk, yakni; mikroadenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makroadenoma
kalau diameternya lebih dari 10 mm. Adenoma hipofisis merupakan penyebab yang paling
sering. Tumor pada umumnya dijumpai di sayap lateral sella tursica. Kadang – kadang tumor
ektopik dapat pula dijumpai di garis rathke’s pouch yaitu di sinus sfenoidalis, dan di daerah
parafarings. Kadar GH mempunyai korelasi dengan besarnya tumor pada saat diagnosis
ditegakkan. Kebanyakan (75%) kasus adenoma somatotrofik berupa makroadenoma, di
antaranya 70% dengan ukuran kurang dari 20 mm.

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis akromegali dapat muncul selama 5-10 tahun menyebabkan terdapatnya
rentang waktu yang lama antara diagnosis dan waktu awal terjadinya penyakit. Pada hamper
70% kasus saat diagnosis akromegali ditegakkan, ukuran tumor telah mencapai >10 mm
(makro adenoma) (Rahma. Manifestasi klinis akromegali yaitu sebagai berikut.
a. Perubahan pada bentuk wajah: hidung, bibir, dahi, rahang, serta lipatan kulit menjadi besar
dan kasar secara progresif. Rahang bawah menjadi besar dan menonjol ke depan sehingga
gigi renggang. Jaringan lunak juga tumbuh sehingga wajah Nampak seperti edema.
b. Tangan dan kaki yang membesar secara progresif.
c. Lidah, kelenjar ludah, limpa, jantung, ginjal, hepar, dan organ lainnya juga membesar.
d. Gangguan toleransi glukosa bisa berkembang hingga diabetes mellitus.
e. Gangguan metabolisme lemak dengan akibat hiperlipidemia.
f. Rambut di tubuh menjadi kasar
g. Warna kulit menggelap
h. Hiperhidrasi dan bau badan
i. Suara menjadi lebih dalam
j. Tulang rusuk menjadi lebih tebal, menunjukkan adanya barrel chest
k. Nyeri pada persendian
l. Snoring
m. Sakit kepala
n. Impoten pada pasien akromegali laki-laki, apabila tumor menggeser sel penyekresi
gonadotropin di hipofisis anterior.
o. Penyakit kardiovaskuler mencakup hipertensi, LVH dan kardiomiopati. Kardiomiopati
ditandai oleh disfungsi diastolic dan aritmia.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akromegali dan gigantisme ditekankan pada pengembalian fungsi
hormon pertumbuhan pada kondisi yang normal dan mengembalikan fungsi normal hipofisis.
Terapi hiperekskresi growth hormone dapat dilakukan dengan cara:
1. Eksisi Tumor
Eksisi tumor dilakukan untuk mengangkat tumor pada hipofisis yang mengekskresikan
hormone pertumbuhan
2. Radiasi
Eksisi paling umum yakni bedah trans-sfenoidal yang dapat memberikan respon cepat, yaitu
membuang jaringan hiperekskresi. Radiasi hipofisis yang besar yang tidak seluruh tumor bisa
diangkat. Delapan puluh persen dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan dengan
radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling sering ditemukan adalah
hipopitutarisme
3. Medikamentosa
Selain pembedahan dan radiasi, terapi medikamentosa pada akromegali terdiri atas tiga
golongan, yakni agonis dopamin, analog somatostatin dan antagonis reseptor hormon
pertumbuhan.
a. Agonis Dopamin
Terdiri dari bromokriptin dan cabergoline. Pasien yang menolak menggunakan
tindakan operasi dapat memilih tindakan medikamentosa. Bromokriptin dapat
menurunkan kadar growth hormone dalam 60 sampai 80 persen pasien, tetapi
hanya pada sekitar 40% kadarnya menjadi normal.
b. Analog Somatostatin
Bekerja menyerupai hormon somatostatin yakni menghambat sekresi growth
hormone. Obat ini memiliki kemampuan 70% dalam menormalisasi GH. Selain itu
analog somatostatin juga dapat mengecilkan ukuran tumor (80%), perbaikan fungsi jantung,
tekanan darah, serta profil lipid.
c. Antagonis Reseptor
Dapat digunakan dalam kasus akromegali yang tidak dapat dikontrol dengan terapi
pembedahan, penggunaan obat agonis dopamin dan analog somatostatin.
4. Plan
Diagnosis : berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
ini didiagnosis Akromegali.
Pengobatan : Pengobatan yang biasa dilakukan adalah medikamentosa (pemberian agonis
dopamine dan analog somatostatin) dan operasi, tetapi karena pengobatan akromegali
pada RS Lamadukelleng tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke Makassar untuk
mendapatkan terapi yang terbaik.
Pendidikan : diberikan pemahaman pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit ini perlu
ditangani secara menyeluruh oleh dokter ahli.
Konsultasi : perlunya konsultasi dengan spesialis penyakit dalam untuk upaya
penanganan kuratif.
LAMPIRAN
Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping

. Nur Qalbi Ramadhani, S. Ked dr. Rasfiani, S. Ked

Dokter Pendamping

Dr. Gusnaeni A. Cukke, Sp. PD

You might also like