Professional Documents
Culture Documents
DOKTER INTERNSHIP
Akromegali
Disusun Oleh :
Dokter Pendamping :
Pada hari ini tanggal 26 Juli di Wahana RSUD Lamadukelleng Wajo telah dipresentasikan
portofolio oleh :
Nama : dr. Nur Qalbi Ramadhani, S. Ked
Kasus : Akromegali
Topik : Ilmu Penyakit Dalam
Nama Pendamping : dr. Rasfiani, S. Ked
Nama Wahana : RSUD Lamadukelleng Wajo
No Nama Peserta Tanda tangan
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping
Tujuan :
Untuk menegakkan diagnosis
Manajemen penatalaksanaan
Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi & diskusi Email Pos
Daftar Pustaka:
1. Corwin J, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC
2. Davey, Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
3. Doenges E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Philadelphia:
5. Elsevier-Saunders Persatuan Ahli Penyakit Dalam. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI: 799-807. Price, S. A & Wilson, L.
M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Philadelphia : Elsevier-Saunders.
6. Price, Sylviana Anderson dan Wilson , Lorraine McCarty. 2005. Patofisiologi Konsep
Klinis Prosse-Proses Penyakit edisi 6 Vol.2. Jakarta : EGC
7. Robbins, Staney L, khumar, vinnay, cotran, ramzi S. 2007. Buku Ajar Patologi edisi 7
vol.2. Jakarta : EGC.
8. Suddarth & Bruner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
9. Suyono, Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
10. Wilson & Price. 2005. Patofisiologi dan Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6.
Jakarta :EGC
Hasil Pembelajaran :
a. Definisi Akromegali
b. Etiologi Akromegali
c. Pathogenesis Akromegali
d. Manifestasi Klinis Akromegali
e. Penatalaksanaan Akromegali
Etiologi
Akromegali disebabkan oleh sekresi Growth Hormone berlebih oleh kelenjar hipofisis.
Sekresi yang berlebih ini menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases (NIDDK), 95 % disebabkan karena adanya hipofisis adenoma, yaitu tumor jinak di
kelenjar hipofisis. Tumor di luar kelenjar hipofisis juga dapat menyebabkan akromegali,
namun hal ini jarang ditemukan.
Patogenesis
Lebih dari 95% kasus akromegali disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan
GH secara berlebihan. Pada saat diagnosis ditegakkan, 75% pasien akromegali menunjukkan
adanya makroadenoma (diameter tumor > 1 cm) dan sebagiannya telah meluas ke daerah
paraselar dan supraselar. Sangat jarang akromegali disebabkan oleh GH/GHRH ektopik yang
diproduksi oleh tumor-tumor ganas. Peningkatan kadar GH dalam darah pada penderita
akromegali semata-mata akibat produksi GH yang berlebihan, bukan akibat gangguan
distribusi atau klirens GH. Efek patologis dari kelebihan GH antara lain pertumbuhan
berlebihan di daerah acral (macrognathia, pembesaran struktur tulang muka, pembesaran
tangan dan kaki, pertumbuhan berlebihan alat-alat viseral, (seperti makroglosia, pembesaran
otot jantung, thyroid, hati, ginjal), antagonisme insulin, retensi nitrogen dan peningkatan
risiko polip / tumor kolon. Melihat besarnya tumor, adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam
2 bentuk, yakni; mikroadenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makroadenoma
kalau diameternya lebih dari 10 mm. Adenoma hipofisis merupakan penyebab yang paling
sering. Tumor pada umumnya dijumpai di sayap lateral sella tursica. Kadang – kadang tumor
ektopik dapat pula dijumpai di garis rathke’s pouch yaitu di sinus sfenoidalis, dan di daerah
parafarings. Kadar GH mempunyai korelasi dengan besarnya tumor pada saat diagnosis
ditegakkan. Kebanyakan (75%) kasus adenoma somatotrofik berupa makroadenoma, di
antaranya 70% dengan ukuran kurang dari 20 mm.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis akromegali dapat muncul selama 5-10 tahun menyebabkan terdapatnya
rentang waktu yang lama antara diagnosis dan waktu awal terjadinya penyakit. Pada hamper
70% kasus saat diagnosis akromegali ditegakkan, ukuran tumor telah mencapai >10 mm
(makro adenoma) (Rahma. Manifestasi klinis akromegali yaitu sebagai berikut.
a. Perubahan pada bentuk wajah: hidung, bibir, dahi, rahang, serta lipatan kulit menjadi besar
dan kasar secara progresif. Rahang bawah menjadi besar dan menonjol ke depan sehingga
gigi renggang. Jaringan lunak juga tumbuh sehingga wajah Nampak seperti edema.
b. Tangan dan kaki yang membesar secara progresif.
c. Lidah, kelenjar ludah, limpa, jantung, ginjal, hepar, dan organ lainnya juga membesar.
d. Gangguan toleransi glukosa bisa berkembang hingga diabetes mellitus.
e. Gangguan metabolisme lemak dengan akibat hiperlipidemia.
f. Rambut di tubuh menjadi kasar
g. Warna kulit menggelap
h. Hiperhidrasi dan bau badan
i. Suara menjadi lebih dalam
j. Tulang rusuk menjadi lebih tebal, menunjukkan adanya barrel chest
k. Nyeri pada persendian
l. Snoring
m. Sakit kepala
n. Impoten pada pasien akromegali laki-laki, apabila tumor menggeser sel penyekresi
gonadotropin di hipofisis anterior.
o. Penyakit kardiovaskuler mencakup hipertensi, LVH dan kardiomiopati. Kardiomiopati
ditandai oleh disfungsi diastolic dan aritmia.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akromegali dan gigantisme ditekankan pada pengembalian fungsi
hormon pertumbuhan pada kondisi yang normal dan mengembalikan fungsi normal hipofisis.
Terapi hiperekskresi growth hormone dapat dilakukan dengan cara:
1. Eksisi Tumor
Eksisi tumor dilakukan untuk mengangkat tumor pada hipofisis yang mengekskresikan
hormone pertumbuhan
2. Radiasi
Eksisi paling umum yakni bedah trans-sfenoidal yang dapat memberikan respon cepat, yaitu
membuang jaringan hiperekskresi. Radiasi hipofisis yang besar yang tidak seluruh tumor bisa
diangkat. Delapan puluh persen dari pasien dengan akromegali dapat disembuhkan dengan
radiasi. Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling sering ditemukan adalah
hipopitutarisme
3. Medikamentosa
Selain pembedahan dan radiasi, terapi medikamentosa pada akromegali terdiri atas tiga
golongan, yakni agonis dopamin, analog somatostatin dan antagonis reseptor hormon
pertumbuhan.
a. Agonis Dopamin
Terdiri dari bromokriptin dan cabergoline. Pasien yang menolak menggunakan
tindakan operasi dapat memilih tindakan medikamentosa. Bromokriptin dapat
menurunkan kadar growth hormone dalam 60 sampai 80 persen pasien, tetapi
hanya pada sekitar 40% kadarnya menjadi normal.
b. Analog Somatostatin
Bekerja menyerupai hormon somatostatin yakni menghambat sekresi growth
hormone. Obat ini memiliki kemampuan 70% dalam menormalisasi GH. Selain itu
analog somatostatin juga dapat mengecilkan ukuran tumor (80%), perbaikan fungsi jantung,
tekanan darah, serta profil lipid.
c. Antagonis Reseptor
Dapat digunakan dalam kasus akromegali yang tidak dapat dikontrol dengan terapi
pembedahan, penggunaan obat agonis dopamin dan analog somatostatin.
4. Plan
Diagnosis : berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
ini didiagnosis Akromegali.
Pengobatan : Pengobatan yang biasa dilakukan adalah medikamentosa (pemberian agonis
dopamine dan analog somatostatin) dan operasi, tetapi karena pengobatan akromegali
pada RS Lamadukelleng tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke Makassar untuk
mendapatkan terapi yang terbaik.
Pendidikan : diberikan pemahaman pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit ini perlu
ditangani secara menyeluruh oleh dokter ahli.
Konsultasi : perlunya konsultasi dengan spesialis penyakit dalam untuk upaya
penanganan kuratif.
LAMPIRAN
Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping
Dokter Pendamping