You are on page 1of 17

PEMULIAAN CEKAMAN ABIOTIK

TUGAS

OLEH

FIFI ANNA SARI SIMANJUNTAK


150301259
HPT 2015

MATA KULIAH PEMULIAAN TANAMAN LANJUTAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKUTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cekaman adalah segala kondisi perubahan lingkungan yang mungkin

akanmenurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan

tumbuhan. Salah satu cabang penting fisiologi lingkungan yang mempelajari

cara tumbuhan dan hewan menaggapi kondisi lingkungan yang sangan

menyimpang dari kondisi optimal bagi organisme tertentu, atau dalam

pengertian yang lebih luas, bagi organisme pada umumnya.

Titik kompensasi cahaya untuk tumbuhan cocok ternaung lebih rendah

dibadingkan tumbuhan cocok terbuka. Untuk dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik, suatu tanaman tidak dapat terlepas dari sifat genetiknya dan

faktor lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Faktor lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan ada perkembangan tanaman dibedakan atas

lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik dapat dibagi atas beberapa

faktor yaitu : suhu, air, cahaya, tanah, dan atmosfir.

Setiap makhluk hidup dapat saja mengalami faktor cekaman, baik

dilingkungan aslinya maupun di lingkungan barunya. Tanaman pada tanah

lapang paling produktif pun mengalami cekaman. Namun, kita dapat

menciptakan lingkungan yang baik bagi tanaman agar hasilnya lebih banyak.

Pengetahuan tentang pengaruh cekaman cahaya sangat penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu praktikum

cekaman cahaya ini penting dilakukan.


B. Tujuan

Tujuan diadakan praktek ini yaitu untuk mengetahui respon tanaman

dalam berbagai kondisi cekaman cahaya.


TINJAUAN PUSTAKA

Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersedian air dalam media

tidak cukup dan transipirasi yang berlebihan. Dilapangan walaupun di dalam

tanah air cukup tersedia, tanaman bisa kekurangan air. Hal ini terjadi

jika kecepatan absorpsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui

transpirasi Cekaman air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman

(proses ini dalam sel tanaman ditentukan oleh tegangan turgor). Hilangnya

turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel yang akibatnya pertumbuhan

tanaman terhambat. Hubungan tanah, tanaman, air dan hara didalam ekosistem,

merupakan bagian yang paling dinamis. Tanaman menyerap hara dan

air dari dalam tanah untuk dipengaruhi dalam proses metabolismedalam tubuhnya.

Sebaliknya tanaman meberikan masukan bahan organik melalui sersah yang

tertimbun dipermukaan tanah berupa daun ranting dan cabang yang rontok.

Bagian akar tanaman memberikan masukan bahan organik melalui akar-akar dan

tudung akar yang telah mati serta proses eksudasi akar (Bewly, 1984).

Unsur hara esensial berdasarkan perbedaan konsentrasinya yang

dianggap berkecukupan dalam jaringan tumbuhan, dibedakan dalam unsur makro

dan mikro. Unsur makro merupakan unsur esensial dengan konsentrasi 0,1%

(1000 ppm) atau lebih, sedangkan unsur dengan konsentrasi kurang dari 0,1%

digolongkan sebagai unsur mikro . Unsur esensial memiliki karakteristik sebagai

berikut : 1) tumbuhan tidak dapatmelajutkan daur hidupnya tanpa unsur tersebut,

2) unsur tersebut menjadi bagian dari molekul atau kandungan tumbuhan yang

esensial bagian tumbuhan (nitrogen dalam protein dan magnesium dalam klorofil)

dan 3) secara langsung berperan dalam tumbuhan dan bukan menyebabkan suatu
unsur lain menjadi lebih mudah tersedia atau melawan unsur efek lain Jika

ketersediaan unsur hara esensial kurang dari jumlah yang dibutuhkan tanaman.

Maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat dilihat

dari penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhan. Gejala kekurangan unsur

hara ini dapat berupa pertubuhan akar, batang, daun yang terhambat (kerdil) dan

klorosis atau nekrosisi pada berbagai organ tanaman gejala yang ditampakkan

tanaman karena kekurangan unsur hara dapat menjadi petunjuk kasar dari fungsi

unsur hara yang bersangkutan (Mulyani, 2006).

Titik kompensasi cahaya untuk tumbuhan cocok ternaung lebih rendah

dibadingkan tumbuhan cocok terbuka. Untuk dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik, suatu tanaman tidak dapat terlepas dari sifat genetiknya dan faktor

lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan ada perkembangan tanaman dibedakan atas lingkungan biotik dan

abiotik.(Jumin,2008).

Cahaya merupakan salah satu kunci penerus dalam proses metabolisme

dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses

perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya

berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan

( mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatasatau sering disebut dengan

tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi

cahaya terbatas atau tanaman intoleran (Mahmuddin, 2009).

Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang berbeda-beda

terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis. Tanaman

yang tahan terhadap kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri
morfologi yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan

mempunyai ciri morfologi daun kecil dan tebal (Cambell, 2003).


METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 Mei 2014

pada pukul 15.00-16.00 WITA bertempat di Laboratorium Silvikultur dan

Teknologi Hasil Hutan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu kertas dan

alat tulis, polybag, spreyer dan gembor dan bendeng semai.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu Benih

Lamtoro atau Leucaena leucephala, pasir/tanah dan air.

C. Cara Kerja

1. Dipilih benih Lamtoro atau Leucaena leucephala, sergamkan ukuran,

kenampakan warna, dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya) yang

telah direndam dengan air dengan suhu 80°C selama 12 jam.

2. Disiapkan media dengan mengisi polybag sebanyak 9 polybag terdiri

dari 3 perlakuan, 3 ulangan, tiap perlakuan 1 tanaman.

3. Diletakkan polybag pada kondisi cahaya yang berbeda yaitu:

a. Tanpa naungan (kontrol) (0%)

b. Naungan 60%

c. Naungan 100%

4. Ditanam benih pada polybag yang telah disediakan, tiap polybag

diberi 2 benih.
5. Dilakukan pemeliharaan setiap 2 kali sehari dengan penyiraman dan

pembersihan gulma.

6. Diamati pertumbuhan tanaman selama 15 hari.


HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

1. Hasil pengukuran terlampir

2. Analisis data

Parameter Rata-rata

G1P1 G1P2 G1P3

Tinggi batang 2,13 13,26 64,91

Jumlah daun 0,67 53 8,67

Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan cekaman cahaya

70

60

50

40
naungan 0 %
naungan 60 %
30 naungan 100%

20

10

0
tinggi batang jumlah daun

Grafik 2. Rata-rata pertumbuhan cekaman cahaya

- Persentasi hidup pada naungan 0 %

banyaknyaulangan yang tumbuh


% hidup = X 100
jumlah seluruh ulangan

1
% hidup = X 100 %
3

% hidup = 33,3 %

- Persentasi hidup pada naungan 60 %


banyaknyaulangan yang tumbuh
% hidup = X 100
jumlah seluruh ulangan

1
% hidup = X 100 %
3

% hidup = 33,3 %

- Persentasi hidup pada naungan 100 %

banyaknyaulangan yang tumbuh


% hidup = X 100
jumlah seluruh ulangan

2
% hidup = X 100 %
3

% hidup =66,6 %

Tabel 2. persentasi hidup tanaman terhadap cekaman cahaya

Naungan Persentasi hidup

0% 33,3 %

60 % 33,3 %

100 % 66,6 %

A. Pembahasan

Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis

dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis

tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung

akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh

lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna

pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya

cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat
bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini

terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena

cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh

tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk

penunjang sel – sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh

ditempat terang menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat

dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar

dan batang kecambah lebih kokoh.

Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan

pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka

pada tugas kelompok kali ini, akan dibahas lebih lanjut dan mendalam

mengenai peranan dan pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan

tanaman dari sudut pandang proses fisiologi, pertumbuhan vegetatif, dan

pertumbuhan generatif tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, untuk mengetahui

cekaman cahaya pada tanaman lamtoro dan bagaimana reaksi tanaman ini

intensitas cahaya matahari yang berbeda-beda dapat dilihat dari beberapa

parameter yakni parameter tinggi, parameter jumlah daun, parameter

jumlah akar dan parameter panjang akar. Dari hasil pengamatan selama 15

hari dengan 3 kali ulangan diperoleh hasil sebagai berikut, benih lamtoro

yang di tanam pada naungan 0% baru tumbuh pada hari ke 11 setinggi 0,5

cm, selanjutnya 2,2 cm dan 3,2 cm terakhir pada pengamatan hari ke 15

setinggi 2,6 cm dan 3,8 cm. jumlah daun yang tumbuh sebanyak dua helai,

jumlah akar 2 buah dan panjang akar 1 dan 1,5 cm.


Pada naungan 60%, pada ulangan pertama hingga hari ke-5 terjadi

pertambahan tinggi setinggi 2 cm akan tetapi pada pengamatan di hari ke

tujuh benih mati dan tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan lagi.

Namun pada ulangan 3, dari pengamatan hari ke 3 sudah menunjukkan

tanda pertumbuhan benih dengan tinggi 3 cm dan hari-hari seterusnya 4,5

cm,4,6 cm, 4,7 cm, 5,2 cm, 6,3 cm dan 9,5 cm.Daun mulai muncul pada

hari ke 7 sebanyak 9 helai daun, lalu 24, helai, 32 helai, 37 helai dan 60

helai dengan jumlah akar 9 buah dengan panjang 10,5 cm.

Benih lamtoro yang ditanam pada naungan 100% dengan 3 kali

ulangan. Pada ulangan pertama beinh tumbuh pada hari ke 3 pengamatan

setinggi 1 cm, hari selanjutnya 8 cm, 9,5 cm dan 5,5 cm, 10 cm dan 9 cm,

9,2 cm, 9,6 cm, 11,5 cm dan 11,6 cm. Berbeda dengan ulangan 2, benih

mulai tumbuh pada pengamatan hari ke 5 yakni setinggi 4 cm dan pada

hari berikutnya bertambah berturut-turut 9,2 cm dan 1,5 cm, 9,8 cm dan

0,8 cm, 9,5 cm dan turun menjadi 9 cm (tanaman bengkok) lalu 10,1 cm

dan 10,3 cm. ulangan ke 3 pada hari ke 3 sudah tumbuh dengan tinggi 1

cm,kemudian pada pengamatan berikutnya terus menunjukkan

pertumbuhan dengan panjang sebagai berikut 8cm, 9,2 cm, 11,9 cm, 13

vm, 13,2 cm, 13,4 cm dan 13,6 cm. Berbeda dengan parameter tinggi yang

mengalami pertumbuhan sangat cepat, daun tanaman lambat tumbuh, Hal

ini terlihat dari ulangan pertama, daun baru tumbuh pada hari ke 9, hanya

sehelai dan pada hari berikutnya tetap sama sebanyak 2 helai daun, selain

itu panjang akarnya hanya 1,2 cm dengan hanya sebayak 3 buah. Di

ulangan ke 2 hanya satu helai daun yang tumbuh, akarnya haya satu buah
dengan panjang 9,5 cm. Di ulangan ke 3 daun mulai tumbuh pada hari ke 7

sebanyak 1 helai daun, kemudian 3 helai daun dan 4 helai daun, banyak

akar hanya 2 buah dengan pankjang 4,6 cm.

Berdasarkan hasil dari analisis data dapat dilihat bahwa benih

lamtoro mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik pada

naungan 60%, walaupun hanya pada ulangan kedua saja benih yang

tumbuh, hal ini disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam memilih bibit

yang baik, atau bisa jadi karena penempatan media tumbuh benih yang

salah atau terlalu miring. Berdasarkan hasil analisis pada naungan 100%

benih tumbuh dengan cepat dan rata-rata tinggi yang lebih tinggi daripada

pada naungan 60% atau 0%, akan tetapi jumlah daun, morfologi benih

pucat, batangnya kurus serta lurus ke atas dan parameter akarnya sedikit

ditambah lagi dengan warna daun yang hijau kekuningan.

Dilihat dari grafik di atas, menunjukkan bahwa parameter tinggi

pada naungan 60% lebih baik daripada dibawah naungan 0% maupun

100%, tetapi jumlah daun, morfologi benih pucat, batangnya kurus serta

lurus ke atas dan parameter akarnya sedikit ditambah lagi dengan warna

daun yang hijau kekuningan. Beda halnya dengan parameter daun, pada

naungan 100% lebih baik dari pada dibawah naungan 0% dan 60%. Hal

ini terjadi karena tanaman kekurangan cahaya matahari sehingga tanaman

tidak mampu berfotosintesi dengan baik akibatnya perkembangannya

terganggu.

Dan apabila dilihat dari tabel1, untuk persentase hidup perlakuan


dibawah naungan 100% lebih baik daripada dibawah naungan 0% maupun

60%.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, jika dilihat dari parameter

tinggi, benih Lamtoro pada naungan 100% lebih baik daripada dibawah

naungan 0% maupun 60%. Sedangkkan pada parameter jumlah daun, pada


perlakuan naungan dibawah 60% lebih baik atau lebih banyak daripada

dibawah naungan 0% dan 100%.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2003. Penuntun Praktikum Silvika. Laboratorium Kehutanan. Fakultas


Pertanian. Universitas Bengkulu. Bengkulu
Allison, F.E., 1973. Soil Organic Matter and Its Role in Crop
Production. Elsevier
Bandung. xvi + 197p

Baker, 1987. Prinsip–Prinsip Silvikultur. Gajah Mada. Universitas Press.


Yogyakarta

Bewly. 1984. Conservation and Development Forest. Forestry Paper. Rome

Cambell,at al. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta:Erlangga.

Jumin, H.B.2008. dasar-dassar agronomi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Lakitan, Benyamin . 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo


persada. Jakarta.

Lambers, H., F. Stuart Chapin, Thijs L. Pons. 1998. Plant Physiological Ecology.
Springer.
New York.

Mahmuddin. 2009. Cekaman pada makhluk hidup.yogakarta:Kanisius.

Mepagau. 2006.Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil

Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merr). Jurnal ilmiah pertanian

KULTURA (41)1:43-51.

Mashari, A. 2008. Gejala Umum Kekurangan Unsur Hara.


http://www.tanindo.com/ Diakses tanggal 11 Desember 2009.

Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.


Nurhayati.2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai ( Glycine max (L.) MERRIL). Jurnal

pertanian 4:55-64.

You might also like