Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
manis. Jagung merupakan tanaman herba tahunan, tumbuh hingga ketinggian 1,8
m, menghasilkan 2-3 tongkol per tanaman dan setiap tongkol dapat berisi sekitar
1100 biji besar. Jagung digunakan sebagai sayuran saat mentah dan jagung lezat
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di daerah Jawa
Timur dan Madura, budidaya jagung dilakukan secara intensif karena kondisi
Produksi jagung pada 2012 sebesar 19,39 juta ton pipilan kering atau
produksi pada 2011. Produksi jagung pada 2013 diperkirakan sebesar 18,84 juta
ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 0,55 juta ton (2,83%)
terjadi karena penurunan luas panen seluas 66,62 ribu hektar (1,68%) dan
maydis dan penyakit hawar daun jagung disebabkan oleh Helminthosporium sp.
(Aulia, 2010).
pada buaahnya sehingga kehilangan hasil dapat mencapai 100% jika tidak
dapat lebih besar jika serangan patogen terjadi sebelum munculnya bunga jantan
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui gejala terhadap
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikum Hama Penyakit
Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
panas. Tanaman ini berumah satu, dengan bunga jantan tumbuh sebagai
pembungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai). Dan bunga
pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol. Kadang-
kadang bunga jantan tumbuh pada ujung tongkol dan bunga betina pada tassel
Perakaran tanaman jagung terdiri atas 4 macam akar, yaitu akar utama,
akar cabang, akar lateral dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi
sebagai alat untuk mengisap air serta garam – garam yang terdapat didalam tanah,
mengeluarkan zat-zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
Sekelompok akar seunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan akar
4
yang tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupaan akar
adventif dengan percabangan yang amat lebat yang memberi hara pada tanaman.
Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan
tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke
Daun jagung tumbuh melekat pada buku- buku batang. Strutur daun
jagung terdiri atas 3 bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helai daun.
Bagian permukaan daun berbulu, dan terdiri atas sel-sel bullifor. Bagian bawh
daun pada umumnya tidak berbulu. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara 8-
15 cm. Letak daun pada batang termasuk daun duduk bersilang (Setyorini, 2003).
Batang tanaman kaku ini tingginya berkisar antara 1,5 sampai 2,5 m dan
terbungkus oleh pelepah daun yang berselang seling yang berasal dari setiap buku.
Buku batag mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung
pada jenisnya. Pada umumnya jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara
lurus atau berkelok-kelok dan berjulah antara8-20 baris biji. Biji jagung terdiri
atas 3 bagian utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Setyorini, 2003).
5
batang sekunder yang berkembang pada ketiak daun terbawah dekat permukaan
Syarat Tumbuh
Iklim
agar produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi
manusia. Iklim juga berpengaruh pada cara mengusahakan serta teknologi yang
antara 20-24˚C. Suhu yang lebih tinggi dari 35˚C akan menyebabkan tepung sari
menjadi steril sehingga tidak akan terjadi pembentukan buah dalam suhu tersebut
Unsur iklim yang berpengaruh bagi tanaman jagung yaitu penyinaran sinar
Tanah
Tanah sebagai faktor alam juga sangat menentukan. Ada tanah pasir yang
sangat porous, ada tanah kuarsa yang berbutir halus, tanah liat yang susah
penggarapannya pada waktu keirrng karena keras, ada tanah yang gembur dan
subur sehingga sangat menguntungkan. Pada tanah yang ringan tenaga kerja dapat
Jagung tidak memerlukan persyaatan tanah yang khusus. Jenis tanah yang
dapat ditanami jagung antara lain andosol (berasal dari gunung berapi), latosol,
grumosol, tanah berpasir. Pada tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat
Tanah berdebu yang kaya hara dan humus amat cocok untuk tanaman jagung.
Disamping itu, tanaman jagung toleran terhadapap berbagai jenis tanah, misalnya
tanah andosol dan latosol, asalkan memiliki keasaman tanah (pH) yang memadai
Keasaman tanah yang diinginkan berkisar antara 5,5 – 6,8. Tanaman jagung
dapat ditanam di dataran rendah atau di dataran tinggi sampai ketinggian 2000 m
Hal yang pasti mengenai jagung yaitu lebih produktif ditanah yang subur.
genotip yang merespon lebih baik terhadap perbedaan kesuburan. Pada tingkat
Biologi
Dari satu mulut kulit dapat keluar satu konidiofor atau lebih. Konidium
yang masih muda berbentuk bulat, sedang yang sudah masak dapat menjadi
jorong, konidium berukuran 12-19 x 10-23 μm dengan rata-rata 19,2 x 17,0 μm.
pertanaman yang terserang berat dapat sehat sama sekali. Jamur ini harus bertahan
dari musim ke musim pada tanaman hidup. Jamur dapat terbawa ke dalam biji
tanaman sakit, namun ini hanya terjadi pada biji yang masih muda dan basah pada
Jamur menyebar dengan konidia melalui infeksi pada stomata dan lentisel.
Perkembangan jamur sangat baik pada keadaan lembab, curah hujan tinggi, dan
pemupukan N yang berat. Spora disebarkan oleh angin pada cuaca kering.
kekuningan. Pada tingkat akhir warna daun menjadi kecoklatan dan kering.
Pertumbuhan menjadi terhambat, bila yang terserang tanaman jagung yang baru
saja tumbuh pada umur 2-3 minggu setelah tanam biasanya daun menjadi
berwarna putih. Kalau umur tanaman sudah 3-5 minggu daun akan menguning
dan yang baru muncul akan menjadi kaku dan kering. Tanaman bisa menjadi
kerdil dan mati serta tidak bisa berbuah. Bagian bawah daun kelihatan ada tepung
putih yang berasal dari sisa konidia dan konidiofor. Bila umur tanaman sudah
kira-kira satu bulan, walaupun sudah diserang oleh jamur, namun masih bisa
tumbuh dan berbuah, hanya tongkolnya tidak bisa besar, kelobot tidak
Penyakit yang sering terjadi pada tanaman jagung adalah penyakit bulai
atau downy mildew yang disebabkan oleh Peronosclespora maydis (Rac.) Shaw.
yang sejak lama telah menimbulkan kerugian yang cukup besar, sehingga
penyakit ini banyak dikenal petani. Penyakit bulai merupakan penyakit epidemik
yang menyerang hampir disetiap musim terutama pada tanaman jagung yang
ditanam di luar musim tanam atau terlambat tanam (Sudana et al., 2002).
menyebabkan kehilangan hasil hingga 100% atau puso seperti yang pernah terjadi
Gejala
berwarna putih sampai kuning diikuti dengan garis-garis klorotik sampai coklat
9
Tanaman yang terinfeksi pada waktu masih sangat muda biasanya tidak
membentuk buah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah tua, tanaman
Buah sering mempunyai tangkai yang panjang dengan kelobot yang tidak
menutup pada ujungnya dan hanya membentuk sedikit biji (tongkol tidak
titik tumbuh, maka seluruh daun muda yang muncul kemudian mengalami
klorotik, sedang daun pertama sampai keempat masih terlihat sebagian hijau. Ini
merupaka ciri-ciri dari infeksi patogen melalui udara tetapi bila biji jagung sudah
terinfeksi maka bibit muda yang tumbuh meperlihatkan gejala klorotik pada
Bila patogen dalam daun yang terinfeksi pertama kali tidak dapat
mencapai titik tumbuh, gejala hanya terdapat pada daundaun yang bersangkutan
(Semangun, 1968).
yang merupakan spora patogen tersebut. Patogen membentuk dua tipe hifa di
dalam jaringan daun yaitu hifa kurang bercabang dan hifa banyak bercabang, dan
Pengendalian
Nordox 56WP pada tanaman dimulai pada umur 5 hari setelah tanam sampai tidak
ada lagi gutasi ditanaman, dan dapat pula menggunakan varietas tahan seperti
persilangan antar ras jamur yang tahan metalaksil Selain itu, residu fungisida
Biologi
tabung atau gada. Aesiospora bulat atau jorong, bergaris tengah 12-24 µm,
kalanya epidermis pecah dan massa spora dalam jumlah besar menjadi tampak.
Setelah terbuka ureidiosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamur membentuk
11
banyak ureidiospora pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena
adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh
diri pada tanaman jagung yang hidup dan dipencarkan oleh urediospora yang
dibantu oleh tiupan angin dan tetap dapat hidup karena sporanya kering dan
di udara paling banyak pada waktu siang, tengah hari, dan setelah tengah hari.
kalanya epidermis pecah dan massa spora dalam jumlah besar menjadi tampak.
Setelah terbuka ureidiosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamur membentuk
banyak ureidiospora pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena
adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh
Gejala
Gejala yang tampak pada tanaman adalah pada permukaan daun atas dan
bawah terdapat bercak-bercak kecil bulat sampai oval, berwarna coklat sampai
merah orange karena cendawan ini membentuk urediosorus panjang atau bulat
panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan
kuning kemerahan (seperti karat) pada daun, bunga, dan kelobot buah. Jika
Pengendalian
kelembaban pada areal tanam, menanam varietas unggul atau varietas tahan
Biologi
menyerang Graminae. Ini mempunyai konidiofor tegak dan kuat, berwarna coklat.
Konidium seperti kumparan atau seperti gada panjang, sering agak bengkok,
konidiofor yang keluar dari mulut daun (stomata), satu atau dua dalam kelompok,
lurus atau lentur, berwarna coklat, panjangnya sampai 300 μm, tebal 7-11 μm,
secara umum 8-9 μm. Konidium lurus atau agak melengkung, jorong atau
berbentuk gada terbalik, pucat atau berwarna coklat jerami, halus mempunyai 4-9
sekat palsu, panjang 50-144 (115) μm, dan bagian yang paling lebar berukuran
18-33 μm, kebanyakan 20-24 μm. Konidium mempunyai hilum menonjol dengan
jelas, yang merupakan ciri dari marga Drechslera. Dalam biakan murni, D.
turcicum membentuk askus dalam peritesium. Stadium sempurna dari jamur ini
14
atau yang sering disebut northern corn leaf blight ini merupakan penyakit yang
sangat penting pada tanaman jagung manis. Bila infeksi terjadi sebelum
pembungaan kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 50%, akan tetapi bila
Gejala
terlihat bercak kecil berbentuk oval kemudian bercak berkembang menjadi hawar
berwarna hijau keabu-abuan atau coklat, dengan panjang hawar 2,5-15 cm.
Bercak-bercak ini pertama kali terdapat pada daun-daun bawah (tua) kemudian
berkembang menuju daun-daun atas (muda). Bila infeksi cukup berat, tanaman
cepat mati, dengan hawar berwarna abu-abu seperti terbakar atau mengering.
Tongkol tidak terinfeksi walaupun hawar dapat terjadi pada kelobot. Biasanya
gejala ini akan cepat menyebar dengan cepat pada cuaca yang lembab. Penyakit
ini dapat berkembang dengan bantuan curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif
kerusakan tanaman oleh penyakit hawar. Pada musim hujan umumnya serangan
terjadi sangat berat, bisa mencapai 50-70% atau lebih terutama ditempat dengan
pada tanaman jagung hidup yang selalu terdapat di daerah tropik, pada
rumputrumputan termasuk sorgum, pada sisa-sisa tanaman sakit, dan pada biji
terdapat pada saat menjelang tengah hari. Konidium menginfeksi tanaman melalui
dengan dua cara, infeksi pertama konidia dapat disebarkan jauh oleh angin atau
percikan air hujan sampai pada tanaman jagung. Infeksi kedua terjadi diantara
daun. Pada keadaan yang baik siklus lengkap penyakit berlangsung selama 3-4
hari. Biji jagung yang terinfeksi berperan sebagai sumber inokulum pertama
dalam penyebaran penyakit ini. Penyakit ini sudah tersebar di seluruh dunia
(bersifat kosmopolitan) dan sangat penting di daerah yang bersuhu hangat antara
Pengendalian
Hingga saat ini telah diketahui beberapa cara pengendalian penyakit hawar
pengelolaan tanah yang baik dan penyiangan yang sempurna dapat menekan atau
mengurangi sumber inokulum awal, pengaturan jarak tanam, dan fungisida jika
di lapang antara lain melakukan pengolahan tanah yang baik karena patogen dapat
bertahan pada permukaan tanah, sanitasi lapang dengan membersihkan gulma dan
membuang sisa-sisa tanaman jagung manis yang terserang karena patogen dapat
bertahan pada sisa tanaman sakit yang terdapat di permukaan tanah tetapi tidak
pada sisa tanaman sakit yang dipendam dalam tanah (Semangun, 1991).
pada awal musim hujan, karena pada saat itu kemungkinan penyebaran dan
pertanaman jagung manis dengan thiram dan karboxin atau dengan perawatan
udara panas selama 17 menit dengan suhu 54-55 ºC (Anonim 1992). Penggunaan
varietas yang resistan seperti tanaman yang bukan hibrida menunjukkan hasil
dapat tumbuh menutupi cawan Petri ukuran 90 mm dalam tiga hari. Cendawan ini
dapat hidup selama beberapa tahun dengan memproduksi sklerotia di tanah dan
sehingga mampu terapung dan bertahan hidup di air. R. solani juga bertahan hidup
dan/atau miselia yang berada di tanah atau jaringan tanaman tumbuh dan
membentuk hifa yang dapat menyerang beberapa jenis tanaman (Ceresini 1999;
CABI 2004).
tanaman. Patogen ini tertarik pada tanaman karena senyawa kimia stimulan yang
dilepaskan oleh tanaman. Hifa cendawan bergerak ke arah tanaman dan melekat
pada permukaan luar tanaman. Setelah melekat, cendawan terus berkembang pada
apresorium atau infection cushion dan melakukan penetrasi ke dalam sel tanaman.
dan pektin. Seiring dengan matinya sel tanaman oleh cendawan tersebut, hifa
dihasilkan pada atau di dalam jaringan inang, dan siklus baru berulang jika
Gejala
penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah
bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang
Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan
tanah dan menjalar kebagian atas. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium
dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan
tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang
R. solani membentuk struktur bertahan yang dapat bertahan hidup lama dalam
keadaan kering. Sklerotia mudah lepas dari permukaan tanaman inang dan hanyut
terbawa air bila terjadi hujan atau pengairan. Apabila menempel pada tanaman
Selain bertahan hidup dalam bentuk sklerotia, cendawan ini juga dapat bertahan
Pengendalian
yang pelepahnya telah tertular hawar upih, sanitasi kebun dengan membersihkan
dari gulma dan memotong bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan,
Biologi
Gejala
jaringan berwarna putih kehijauan sampai putih perak mengkilat. Bagian dalam
20
gall berwarna gelap dan berubah menjadi massa tepung spora berwarna coklat
sampai hitam. Apabila bunga jantan terinfeksi, maka semua tongkol pada tanaman
sehingga sebagian dari kelenjar itu tampak dari luar. Akhirnya kelenjar pecah dan
Pengendalian
terjadinya infeksi.
adalah: Membakar atau memendam dalam tanah tanaman yang telah terinfeksi,
Biologi
bulat, berdinding tebal, hialin atau coklat pucat dengan dinding luar licin atau
agak kasar, dengan garis tengah 10-12 mikron, membentuk rantai atau kumpulan
(Semangun, 1993).
Diplodia maydis
Sumber.http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/satutujuh.pdf
Gejala Serangan Tanaman jagung tampak layu atau seluruh daun
menguning. Gejala pada daun terdapat bercak yang ditengahnya seperti mata.
Gejala tersebut umumnya terjadi pada stadia generative, yaitu setelah fase
pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi
kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah dan bagian kulit luarnya
tipis. Pada pangkal batang yang terinfeksi tersebut terlihat warna merah jambu,
merambat ke permukaan biji dan menutupi kelobot. Tongkol menjadi busuk dan
umumnya berwarna coklat. Infeksi pada kelobot setelah dua minggu keluar
rambut jagung menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut dan busuk.
Miselium berwarna putih. Piknidia berwarna hitam tersebar pada kelobot. Gejala
busuk tongkol Gibberella adalah tongkol menjadi busuk dan kelobotnya saling
menempel erat pada tongkol, buah berwarna biru hitam di permukaan kelobot dan
Virus Kerdil Khlorotik Jagung (Maize Chlorotic Dwarf Virus Disease Virus)
Gejala Serangan
23
Gejala awal ditandai oleh warna khlorose pada daun muda di pucuk
tanaman. Klorotik garis diantara tulang daun sering tampak. Daun menguning
atau kemerahan dan pemendekan ruas batang umum terjadi (Wakman dan
Burhanuddin, 2007).
Pengendalian
diatas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada Maret sampai Mei 2018
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain benih
jagung (Zae mays L.) sebagai sampel tanaman yang akan diamati gejala
penyakitnya, tanah top soil dan pukan sebagai media tanam dengan perbandingan
3 : 1 dan polybag ukuran 10kg sebagai media tanam, label nama sebagai identitas
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu cangkul sebagai
alat pengolah tanah, parang sebagai alat pemotong kayu dan gulma, gembor
sebagai alat bantu menyiraman tanaman jagung, meteran sebagai alat bantu
mengukur dalam pembuatan plot dan pengukuran tinggi tanaman, tali plastk
sebagai pembatas lahan dan juga pengikat, pacak yang terbuat dari ajir bambu
sebagai penanda lahan, garu sebagai alat bantu membersihkan gulma dan dipakai
saat pembukaan lahan,dan alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran tiap
minggunya.
Prosedur Kegiatan
Pembuakaan Lahan
Pengisian Media
Media yang di gunakan yaitu mengunakan top soil dan pupuk kandang
Penanaman
selanjutnya benih jagung di tanam pada polybag yang telah tersusun. Ulangan
Penyiraman
Penyiangan
Lahan di bersihkan dari gulma agar tidak terjadi persaingan unsur hara dan
Pengambilan data
Peubah Amatan
Periode Inkubasi
penyakit sejak tanaman hingga timbulnya gejala penyakit, biasanya hitungan nya
dalam hari.
26
menggunakan rumus :
n
𝐾𝐽𝑝 = x 100 %
N
Dimana:
Keparahan Penyakit
penyakit dapat ditentukan dengan dua cara in situ dan pengamatan organ secara
visual langsung dari unit contoh (misalkan daun). Skor pada setiap kategori
serangan (v), dan skor untuk serangan terberat (V). Rumus yang digunakan :
∑n X v
𝐾𝑒𝑝 = x 100 %
NXV
Dimana :
N = keseluruhan tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Diver, S.G. Kuepper and P. Sullivan. 2008. Sweet Corn Organi Production.
United States : Agriculture Specialist
Hartati, S; Winarno, J dan Novarizki, G. 2012. Status Unsur Hara Ca,Mg, Dan S
Sebagai Dasar Pemupukan Tanaman Jagung (Zea mays L) Di Kecamatan
Punung Kabupaten Pacitan. Program Studi Ilmu Tanah Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Karen, R and G. Ruhl. 2007. Crop Disease in Corn, Soybean, and Wheat. Diakses
dari http://www.nonruminansia.go.id. Tanggal 18 September 2008.
Murni , A.M dan R.W. Arief . 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Jakarta : Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan
Pengembangan Teknologi Pertanian.
Pracaya. 1999. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm
121-125.
28
Polnaya, F dan J.E. Palty. 2012. Kajia Pertumbuhan dan Produksi Varietas Jagung
Lokal dan Kacang Hijau dalam Sistem Tumpangsari. Ambon : Universitas
Pattimura
Rao, K.M. 2000. Text Book Of Holticulture. Delhi : Macmillan India Limited.
Robert AL. 1953. Some of the leaf blights of corn. Di dalam: Stefferud A, editor.
Plant Diseases The Year Book of Agriculture. Washington DC: United State
of Agriculture. 381-382.
Setyorini, D. J., Sri, A., Sri, R. 2003. Uji Tanah Sebagai Dasar Rekombinasi
Penyusunan Pemupukan. Balai Penelitian Tanah Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertnian Departemen Pertanian, Bogor.
Tania, N., Astrina, S. Budi. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi Pada Tanah Podsolik Merah Kuning.
Kalimantan Barat : Universitas Tanjung Pura
White DG. 1999. Compendium of Corn Diseases. 3th ed. USA: APS Press.