You are on page 1of 10

B.

Hubungan Teori Paradigma Keperawatan Para Ahli dengan Tempat Bekerja


Model sistem keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang
akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Model praktek dan
paradigma keperawatan oleh para ahli mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan
dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatanterhadap kebtuhan pasien serta adanya
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai
kebutuhan pasien (Berman & Snyder, 2015)
1. Pamela G Reed

Vulnerability, Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable


meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah
keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan pengasuhan. Self-
Transcendence, Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai,
suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik. Well-
Being, perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual
yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik. Moderating-Mediating
Factors, faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi
terhadap kondisi yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin, kemamapuan kognitif,
pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu. Point of
Intervention, berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi, yaitu:
tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari
dalam diri seseorang terhadap transendensi diri dan tindakan yang berfokus pada beberapa
faktor personal dan kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan
vulnerabel ; hubungan antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.

7
Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan :
a. Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self transcendence.
b. Self transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan (well-being).
c. Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antara vulnerability
dan self transcendence dan antara self transcendence dan wellbeing.

Teori ini juga berhubungan dengan Visi PKSC yaitu Menjadi Rumah Sakit pilihan keluarga
yang profesional, aman dan berbelarasa dengan salah satu misinya adalah menciptakan
suasana kerja kondusif untuk pengembangan diri dan mendukung persaudaraan sejati. Ada
kaitan hubungan teori ini dengan visi misi terkait penggunaan konsep dasar yang
menyatakan bahwa peningkatan penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan
berkaitan secara positif dengan kesehatan sebagai indicator well-being seseorang, sedang
pengaruh negative seperti ketidakmamapuan untuk mencapai atau menerima orang lain
(berteman) akan mengarah pada lingkungan yang tidak kondusif.

2. Helen C. Erikson (Modeling and Role Modeling)


Role modeling didasarkan pada asumsi bahwa semua manusia ingin berinteraksi dengan
orang lain, mereka ingin memainkan peran yang telah ditentukan dalam masyarakt. Role
modeling menggunakan klien secara umum untuk merencanakan intervensi yang sesuai
dengan kebutuhan, pertumbuhan, perkembangan, dan penyembuhan klien. Tujuan
keperawatan adalah untuk membantu individu mendapatkan kesehatan holistik
yang berkualitas.

Teori ini berhubungan Visi Rumah Sakit UKI yaitu: Menjadi Rumah Sakit Umum dan
Pendidikan dengan Unggulan pelayanan Trauma dan bedah Sub Spesialistik bertaraf
Internasional dengan Misi yaitu Memberikan pelayanan secara holistik berdasarkan Kasih
dan menyelenggarakan pendidikan sumber daya manusia kesehatan yang profesional.
Resolusi tugas perkembangan berhubungan dengan kebutuhan kepuasan. Tujuan intervensi
menggambarkan lima tujuan untuk perencanaan intervensi dengan pasien: 1) Bangun
kepercayaan, 2)Tingkatkan orientasi positif melalui pemeliharaan self esteem dan harapan,
3)Tingkatkan kontrol klien, 4) Menguatkan dan meningkatkan kekuatan klien dan, 5)
Menentukan tujuan mutual-directed

8
3. Katie Eriksson (Teori caratif caring)
Konsep dasar teori caratif caring menurut eriksson meliputi: Caritas, Caring Communion,
Tindakan caring, etika caratif caring, martabat, menerima panggilan, penderitaan,
penderitaan manusia, rekonsiliasi, budaya caring. Erikson menggunakan lingkungan
berdasar pada elemen budaya sebagai tradisi, ritual dan nilai-nilai dasar. Budaya yang
berbeda memiliki dasar perubahan nilai etos. Bila suatu comunion muncul berdasarkan etos,
budaya menjadi lebih menarik. Budaya caring menunjukkan sikap tanggap terhadap
manusia, martabat dan kesuciannya dalam membentuk tujuan communion. Konsep ini
sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Mitra Keluarga Group, yaitu: Menjadi Rumah
yang memberikan pelayanan kesehatan terbaik dan penuh kasih sayang yang berfokus pada
pelanggan. Visi dan Misi ini dituangkan dalam nilai utama yang dianut oleh setiap karyawan
RS Mitra Keluarga (Core Value) yaitu GREAT (Caring, Respect, Excellence, Inovative,
Teamwork). Nilai-nilai ini dirancang untuk menjadi landasan dasar dalam meningkatkan
kualitas layanan pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien.
4. Dorothy Johnson
Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan pendekatan sistem
perilaku, dimana individu dipandang sebagai sitem perilaku yang selalu ingin mencapai
keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun eksternal, juga memiliki
keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan diri dari pengaruh yang ditimbulkanya.
Menurut Johnson terdapat beberapa komponen sub sistem yang membentuk sistem perilaku
manusia, antara lain: 1) Ingestif, yaitu memelihara integritas untuk mencapai
keseimbangan. Achievement; 2) merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui kterampilan
yang kreatif; 3) Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan
dan berbagai ancaman yang ada di lingkungan; 4) Eliminasi, merupakan bentuk pengeluran
segala sesuatu dari sampah atau barang yang tidak berguna secara biologis; 5) Seksual,
digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.

Konsep ini dapat dikaitkan dengan visi Rumah Sakit Awal Bross Tangerang yaitu: Menjadi
Rumah Sakit bertahap internasional, dan Misinya yaitu: memberikan pelayanan kesehatan
secara professional. Kesehatan direfleksikan oleh organisasi merupakan interaksi
saling ketergantungan antar subsistem-subsistem dari sistem perilaku.
Keseimbangan system fungsional yang kurang baik tentu mengarah pada
memburuknya kesehatan. Ketika sistem membutuhkan sejumlah energi minimum
untuk pemeliharaan, suplai energi yang lebih besar yang tersedia akan
mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
9
BAB III
ANALISA DAN APLIKASI KONSEP

A. Dorothy Jhonson (Sulistiawaty, 2011)

Analisis penerapan model Johnson pada asuhan balita gizi buruk berdasarkan gambar diatas
yaitu kondisi lingkungan yang dinamis akan dipengaruhi oleh stresos luar baik secara positif
maupun negative. Stresor yang bersumber dari luar pada balita gizi buruk yang besifat negative
diantaranya pendapatan yang kurang, pengaruh budaya (sikap terhadap makanan), social
ekonomi rendah, ketersediaan produksi pangan, kurangnya fasilitas pelayanan dan kesehatan.
Stressor ini akan berdampak pada kemampuan individu dalam menghadapi atau mentoleransi
kondisi tersebut. Tujuh sub sistem yang terganggu diantaranya hubungan kasih sayang antara
anak dan orang tua, dimana balita gizi buruk memerlukan perawatan secara optimal. Subsistem
dependensi dijelaskan sebagai kondisi dimana balita memerlukan respon pengasuhan dari orang
tua. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi ini membutuhkan dan melibatkan faktor social
yaitu keluarga sebagai sistem pendukung yang dimiliki oleh klien dalam mengembalikan fungsi
hidupnya secara biologis. Subsistem biologis yang terganggu adalah kurang optimalkan fungsi
pencernaan oleh karena tidak adekuatnya pemenuhan nutrisi. Subsistem agresif pada balita
berfokus pada perlindungan dan pemeliharaan yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap
anaknya. Subsistem achievement berfungsi mengontol aspek pribadi dan lingkungan untuk
mencapai standar kesempurnaan.

10
B. Helen C Erikson ( Alligood & Tomey, 2014)
Robert (75 tahun) dengan diagnose COPD masuk ke RS dengan sesak napas, angina. Ia
memiliki kesulitan beradaptasi dengan stressors dalam hidupnya. Perawat memperkenalkan
dirinya di tempat yang tenang, suara yang jelas, dan memberitahu dia tentang intervensi yang
akan dilakukan, membangun kepercayaan dan pasien safety untuk memfasilitasi rasa percaya
dirinya . Setelah secara masalah fisiologis rasa sesak & nyeri dadanya teratasi, perawat mencari
informasi data primernya dan menfasilitasi kebutuhannya.Perawat menemukan informasi bahwa
Robert tinggal didaerah pertenakkan hidup sendiri tetangga jarak 4 mil jauhnya, anaknya tinggal
di luar negara, ia tidak memiliki bantuan dengan aktivitas hidup sehari-hari, dia tinggal di rumah
karena tidak ada yang dapat mengantarnya, ia tidak memiliki sistem pendukung, dan ia merasa
tidak mampu melanjutkan hidupnya. Perawat mempromosikan orientasi masa depan yang
positif, memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri klien, fasilitasi resolusi
kesedihan klien, meningkatkan pengetahuan tentang perawatan diri klien sampai klien dapat
mengambil keputusan.Klien memutuskan untuk pindah apertemen & bertemu dengan anaknya
dan perawat juga menfasilitasi kebutuhan klien serta kontrol akan kesehatan selanjutnya .

C. Katie Erikson
Tn. James (68 tahun), seorang pensiunan datang seorang diri ke pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan diri dengan keluhan nyeri kepala dan tegang pada tengkuk. Dari pengkajian
diketahui bahwa pasien ini sudah menderita Hipertensi sejak 10 tahun. Dalam komunikasi
antara pasien dan perawat, pasien mengatakan bahwa ia merasa hidup sendiri walaupun ia
tinggal bersama 3 orang anaknya, tetapi mereka tidak mempedulikan dirinya. Pasien
mengatakan bahwa anak-anak hanya sibuk dengan urusan pekerjaan dan untuk berkumpul
dengan anaknya sangat jarang terjadi.

Akhirnya pasien dirawat di Rumah Sakit, kemudian Perawat meminta nomor keluarga yang
dapat dihubungi. Awalnya pasien menolak namun dengan pengertian dari perawat akhirnya ia
memberikan nomor anggota keluarganya. Perawat kemudian menghubungi keluarga dan
menceritakan kondisi ayahnya. Dari komunikasi tersebut ternyata keluarga sangat mencemaskan
Tn.James karena ia tidak memberitahukan keluarga ketika akan meninggalkan rumah. Keluarga
mengatakan sejak istrinya meninggal, pasien lebih banyak diam dan kadang marah tanpa jelas
penyebabnya, sehingga anak tidak memahami kebutuhan pasien. Keluarga berjanji akan
berusaha mengatur waktu agar mereka dapat bergantian merawat bapak. Perawat juga
mengatakan akan membantu keluarga bagaimana cara merawat pasien ketika nanti pulang ke
rumah sehingga nantinya pasien tidak marasa terabaikan.
11
Analisa Kasus
1. Caritas : pasien tidak mendapatkan perhatian dari keluarga dan menganggap perawat lebih
memberikan perhatian
2. Caring communion : perawat menyadari pentingnya kehangatan, ketenangan, ketanggapan,
kejujuran dan toleransi
3. Tindakan caring : memberi perhatian pada pasien
4. Etika caritative caring : melihat pasien sebagai seorang yang bermartabat
5. Martabat : perawat perlu memperhatikan martabat pasien
6. Menerima panggilan : perawat segera menemui pasien ketika dibutuhkan
7. Penderitaan : pasien sedang menderita sakit yang berdampak pada penurunan kondisi
kesehatannya. Keramahan perawat membuat pasien dapat merasa lebih nyaman
8. Penderitaan manusia : pasien merasa beban yang dirasakan tidak mendapat perhatian dari
keluarga sehingga dirinya merasa sendiri.
9. Rekonsiliasi : memberikan kesempatan kpd pasien untuk mendapatkan kedamaian.
10. Budaya caring : berdasarkan budaya, ketika seorang sakit mereka sangat membutuhkan
support dari keluargasehingga membuat pasien bersemangat dan menjalani hidupnya dengan
lebih damai, aman dan tentram.

D. Pamela G Reed
Ny. Katie (60 tahun) memiliki 2 orang anak yang saat ini sudah berusia di atas 30 tahun. Suami
baru saja meninggal 2 bulan yang lalu karena menderita penyakit kronis. Pernikahan mereka
telah berusia 40 tahun pada saat suaminya meninggal. Dua orang anaknya bertempat tinggal
sangat jauh dari rumahnya. Selama suaminya sakit, Ny. Katie sendiri yang merawatnya. Ia
menghabiskan banyak waktu dan mengalami kelelahan dalam merawat suaminya, namun
setelah suaminya meninggal dia merasa sangat kesepian karena ditinggal seorang diri di
rumahnya. Selain itu, dia juga kehilangan selera makan sehingga tidak memiliki kekuatan untuk
beraktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya serta berinteraksi
dengan anak dan keluarganya. Berdasarkan kasus di atas, hasil analisa mennunjukkan bahwa
ada beberapa masalah yang sedang dihadapi oleh Ny. katie yaitu : Ny. Katie telah berusia lanjut,
Respon berduka yang berkepanjangan akibat kematian Suaminya, Interaksi dengan lingkungan
sosial terganggu, Interaksi dengan anggota keluarga terganggu, Penurunan selera makan,
Penurunan aktivitas, Merasa kesepian tinggal seorang diri, Tinggal terpisah dari anak-anaknya.

Teori Pamela.G.Reed menitikberatkan pada konsep self transcendence yang terdiri atas konsep
kunci yaitu vulnerabel, transendensi diri, sejahtera/sehat, moderating-mediating factors, dan inti
12
intervensi. Dalam kasus tersebut, berdasarkan teori self transcendence maka yang perlu
dilakukan oleh perawat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh Ny. Katie:
Perawat menekankan adanya proses introspeksi terhadap pengalaman masa lalu yang
dialaminya. Introspeksi diri bisa meliputi menggali kembali kepercayaan dan keyakinan dalam
diri, nilai-nilai pribadi, dan mimpi-mimpi yang ingin dicapai yang nantinya akan menjadi
penyemangat atau motivator untuk mencapai kondisi yang sehat secara utuh (well being).
Perawat memberikan dorongan untuk memulai kembali hubungannya dengan dunia luar
termasuk berinteraksi dengan anak dan keluarganya, lingkungan sosialnya dan kembali
beraktivitas serta dapat menikmati masa tuanya dengan penuh kebahagian. Dengan
menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya, anak dan menantunya akan lebih membuatnya
menikmati kebahagiaan dan kesenangan. Bila kebahagiaan dan kesenangan telah terbangun,
masalah fisik, nafsu makan, perasaan kesepian, dan perasaan berduka yang dialaminya selama
ini berangsur-angsur akan hilang.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Dorothy Jhonson
Dari teori ini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu menfasilitasi
tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah
makhluk yang utuh dan terdiri dari dua system yaitu sitem biologi dan tingkah laku tertentu.
Lingkungan termasuk masyarakat adalah system eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku
seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons adaptif baik fisik, mental, emosi
dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara
kesehantanya secara mandiri. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan
individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit. Ada
empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yang dapat kita lakukan yaitu:
1. Menjaga keseimbangan agar tingkah lakunya sesuai dengan harapan (diri sendiri, keluarga,
masyarakat).
2. Mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya.
3. Bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif .
4. Mampu mengatasi masalah kesehatannya sendiri.

B. Helen C Erikson
Salah satu peran perawat menurut teori Erikson adalah Memfasilitasi, yaitu membantu klien untuk
mengidentifikasi mengerakkan dan mengembangkan kekuatan personal dalam mencapai
kesehatan. Nurturance, yaitu secara lemah-lembut mendukung dan menyemangati klien untuk
berinteraksi dengan seluruh proses biofisik, kognitif, dan afektif dalam menanggapa kesehatan.
Unconditional Acceptance menggunakan empati untuk menerima seseorang secara keseluruhan
dengan pantas tanpa disertai syarat. konsep unik pada teori ini berdasar pada kepercayaan
bahwa semua orang memiliki pergerakan instingtual untuk diterima dan bergantung pada sistem
pendukung selama hidup sambil juga tetap mempertahankan rasa kemandirian dan kebebasan

C. Katie Erikson
Dengan 10 konsep utama dari teori caritatif caring, aplikasi yang dapat digunakan di rumah
sakit adalah sebagai berikut: Teori Erikson lebih menekankan pada caritative caring dimana
perawat dituntut mampu membina hubungan yang saling percaya dengan pasien dan
keluarganya dengan memperhatikan nilai etik,sehingga tindakan yang dilakukan oleh perawat
dapat diterima oleh pasien. Dengan adanya budaya caring, kita dapat membantu pasien dalam

14
mengatasi masalah kesehatannya dan mencari solusi yang tepat terhadap masalah tersebut tanpa
harus menyakiti pasien serta tetap memperhatikan martabat si pasien.

D. Pamela G Reed
Konsep vulnerability ini meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di
dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan pengasuhan.
Self transendence merupakan kapasitas batasan perluasan diri bagi “transpersonally” untuk
menghubungkan dengan dimensi diluar kebiasaan kita melihat dunia. Self transcendence
merupakan kehebatan seseorang saat menghadapi akhir dari kehidupan dibanding ia tidak
mengalaminya, atau dengan pengalaman-pengalaman lain yang meningkatkan kesadaran akan
kematian. Batasan-batasan konseptual yang dihubungkan dengan kesejahteraan (well-being),
yang secara fluktuasi akan mempengaruhi secara positif atau negatif well being sepanjang masa
kehidupan. Peningkatan penampilan dan perilaku self transcendence diharapkan berkaitan
secara positif dengan kesehatan mental sebagai indicator well-being seseorang, sedang
pengaruh negative seperti ketidakmamapuan untuk mencapai atau menerima orang lain
(berteman) akan mengarah pada depresi sebagai indicator kesehatan mental. Proses person
dengan lingkungan, yang berfungsi sebagai korelasi, moderator, atau mediator yang
menghubungkan antara vulnerable, transendensi diri dan keadaan sejahtera (well being).

15
BAB IV
KESIMPULAN

Sejalan dengan perkembangan sains keperawatan, diharapkan adanya integrasi antara dunia
pendidikan, pelayanan dan penelitian sehingga akan menghasil otonomi teori dalam keperawatan.
Pemberian pelayanan asuhan keperawatan harus terus mengalami suatu kemajuan dan terus
meningkatkan penelitian agar dapat meningkatkan integritas keperawatan, sehingga keperawatan
dapat dipandang sebagai suatu profesi. Dalam aplikasi praktek keperawatan dapat dilakukan dengan
menggunakan model konseptual dan paradigma keperawatan menurut para ahli misalnya Dorothy
Johnson, Helen C. Erikson, Katie Eriksson, Pamela G

16

You might also like