You are on page 1of 9

BAB 4

PELAKSANAAN PKPA

IMPLEMENTASI 12 ASPEK CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)

4.1. Manajemen Mutu


Untuk menjamin pembuatan obat yang sesuai dengan penggunaannya, memenuhi syarat
izin edar, bermutu, dan tidak menimbulkan risiko bahaya dalam penggunaannya maka
diperlukan suatu sitem, yaitu manajemen mutu. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan
pemastian mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terikat.
Kegiatan manajemen mutu di PT. Mahakan Beta Farma telah memenuhi CPOB.
Pengelolaan manajemen mutu dilakukan oleh divisi Quality Operation yang terbagi atas
departemen Quality Assurance dan Quality Operation. Ruang lingkup QA adalah pemastian
mutu, sedangkan QC adalah pengawasan mutu. Tugas utama QA adalah memastikan bahwa obat
yang dihasilkan mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. QC bertugas
mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) hingga ke produk jadi yang
siap dipasarkan dengan cara melalukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan
mikrobiologi.
4.2. Personalia
Personalia merupakan aspek yang sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang sehat, terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani tanggung
jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat.
Unsur-unsur personil berdasarkan CPOB:

a) Personil Kunci

Personil Kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan

kepala bagian pemastian mutu, posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu

kepala bagian produski dan kepala bagian pemastian mutu harus independen satu trhadap

yang lain.

b) Organisasi, Kualifikasi dan Tanggungjawab


Struktur Organisasi industri hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi,

pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda

serta tidak saling bertanggungjawab satu sama lain.

c) Pelatihan

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil di dalam area

produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik,perawatan

dan petugas kebersihan) dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada

mutu produk. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru

hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan spesifik

hendaklah diberikan kepada personil yan bekerja di area dimana pemcemaran merupakan

bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksi atau

bersifat sensitasi. Personil atau pegunjung yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya

dilarang memasuki area produksi dan laboratorium pengawasan mutu.

PT. Mahakam Beta Farma memiliki personil terlatih secara teknis dengan jumlah
memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi, pengawasan,dan pemastian mutu. Departemen
produksi, QA, dan QC dipimpin oleh apoteker yang bersifat independen. Adapun jadwal kerja
karyawan di PT Mahakam Beta Farma, dibagi menjadi 3 shift. Shift 1 jam 06.30-15.00 dengan
jam istirahat 12.00-12.30, shift 2 jam 14.30-23.00 dengan jam istirahat 18.00-18.30, Shift 3 jam
22.30- 07.00 dengan waktu istirahat 00.00 - 00.30. Hari kerja yaitu hari Senin hingga hari Jumat
dan hari Sabtu dihitung sebagai hari lembur.
4.3. Bangunan dan Fasilitas
PT. Mahakam Beta Farma terletak di kawasan industri Pulo Gadung, dengan luas lahan
sekitas 10.000 m2. PT. Mahakam Beta Farma memiliki dua gedung produksi yang letaknya
terpisah berdasarkan produksinya yaitu produk non betalaktam dan sefalosporin. Pemisahan ini
sesuai dengan persyaratan CPOB untuk tujuan keamanan lingkungan dan mencegah terjadi
kontaminasi dengan produk lain.
Area produksi non betalaktam terdiri dari area pengolahan yang terdiri dari produksi
liquid, semisolid, solid dan steril serta area pengemasan. Persyaratan ruang produksi meliputi
kebersihan ruangan (terhadap partikel dan cemaran mikroba), suhu, kelembaban dan perbedaan
tekanan udara. Area produksi menggunakan sistem pengendali udara untuk mencegah
kontaminasi silang selama proses pembuatan.
Area gudang di PT. Mahakam Beta Farma terdiri dari gudang bahan baku, bahan kemas,

dan gudang obat jadi. Gudang sendiri memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku,

bahan kemas, dan produk jadi untuk menujang proses produksi. Adapun proses yang dilakukan

PT. Mahakam Beta Farma saat barang datang, barang akan diterima di gudang, dicek secara fisik

dan kelengkapan dokumen oleh petugas gudang, dan beri tanda “karantina”. Setelah itu QC akan

melakukan sampling terhadap bahan tersebut, dan dilakukan pengujian, bila sesuai maka diberi

tanda “diluluskan”. Barang tersebut kemudian disimpan di gudang. Kondisi ruangan disesuaikan

dengan kondisi produk seperti suhu, tekanan dan kelembaban dan senantiasa dipantau serta

dikualifikasi. Ruang penyimpanan bahan narkotika dan psikotropika di tempatkan terpisah dan

disimpan dalam ruangan yang terkunci ganda.

Desain pada permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu dibuat kedap air, tidak

terdapat sambungan, dan mudah untuk dibersihkan untuk mengurangi pelepasan atau

pengumpulan partikel dan mencegah pertumbuhan mikroba. Permukaan lantai dilapisi dengan

cat epoksi. Lantai epoksi yang digunakan dalam bangunan merupakan lantai kedap air dan

digunakan sebagai pencegahan dari rembesan air tanah. Bentuk-bentuk sudut pada dinding

maupun lantai dihindari dan menggantinya menjadi bentuk lengkungan untuk mencegah

akumulasi debu dan kotoran serta memudahkan pembersihan.

Pembagian area/kelas kebersihan ruang produksi di PT. Mahakam Beta Farma terdiri atas

white area, grey area dan black area dimana terdapat pengaturan perbedaan tekanan antar area

untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari area yang lebih kotor ke area yang lebih bersih.

Perbedaan tekanan, suhu, dan kelembaban ruangan diatur oleh fasilitas sistem pengolahan udara.

Pengaturan udara ini penting untuk mencegah terjadinya kontaminasi dengan menjaga tingkat
kebersihan area pembuatan produk serta untuk menjamin hasil produksi yang bermutu, terutama

untuk produk yang dapat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.

Black area meliputi ruang penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder,

dan ruang ganti pakaian menuju grey area. Grey area meliputi daerah yang berhubungan

langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor penghubung gudang timbang

dengan proses produksi, ruang proses produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang buffer.

Pada white area khusus untuk memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga ruang

ganti pakaian, ruang penyemprot udara dan ruang pengisian (filling). Pergerakan barang dan

manusia diatur dalam lalu lintas yang berbeda untuk mencegah kemungkinan terjadiya

komtaminasi silang. Penghubung antar ruang atau kelas yang berbeda adalah ruang buffer atau

ruang antara, sedangkan untuk barang digunakan penghubung berupa kotak penghubung yang

disebut pass box. Khusus perpindahan antara grey area dengan white area terdapat air lock

yang dilengkapi air shower. Selain itu terdapat ruang work in process (WIP) untuk staging

produk ruahan dan produk antara.

4.4. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Mahakam Beta Farma memiliki

rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan pada posisi

yang tepat. Masing-masing alat diberi penandaan agar memudahkan dalam identifikasinya.

Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat

berjalan secara efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses

produksi sebagian besar adalah baja tahan karat. Peralatan yang digunakan selalu dirawat secara

berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan konsisten serta mencegah terjadinya pencemaran

yang dapat merubah identitas dan mutu atau kemurnian produk.


Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan produk yang

dihasilkan dan ukuran bets dari masing-masing produk. Penempatan peralatan produksi

dilakukan mengikuti alur proses kerja sehingga produksi dapat dilaksanakan dengan efektif dan

efisien. Pemisahan peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang antara produk satu

dengan produk yang lain. Pencegahan terhadap kontaminasi debu yang dihasilkan pada saat

proses produksi dilakukan dengan menggunakan pengumpul debu. Tiap mesin diletakkan dalam

ruang sesuai dengan proses yang sedang berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam

satu ruangan maka peralatan diletakkan tidak berdekatan agar proses kerja dilakukan dengan

leluarsa dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan maupun

produk ruahan.

Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan kualifikasi dan kalibrasi secara

teratur oleh Departemen Validasi. Peralatan dan mesin baru harus melalui tahapan kualifikasi

terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi dan kualifikasi kinerja. Pada

peralatan lama dilakukan kualifikasi secara periodik mengikuti yang terdapat dalam Rencana

Induk Validasi (RIV).

Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah ditetapkan dan tercatat dalam

Jadwal Kalibrasi Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap peralatan yang digunakan untuk menimbang,

mengukur, dan menguji. Setiap mesin yang telah dikalibasi dan memenuhi syarat diberikan label

terkalibrasi dan diberi label tidak boleh dipakai jika tidak memenuhi syarat

Selain itu, dilakukan pula validasi pembersihan untuk setiap rangkaian peralatan

(equipment train) yang digunakan dalam produksi suatu produk. Re-validasi pembersihan

dilakukan setiap periode tertentu yang tercatat dalam Jadwal Validasi Pembersihan dalam

Rencana Induk Validasi PT. Mahakam Beta Farma.


4.5. Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan hygiene yang tinggi harus dijaga pada setiap apek pembuatan obat.

Ruang lingkup sanitasi dan hygiene, meliputi personila, bangunan, peralatan, dan perlengkapan,

bahan produksi serta wadahnya, dan hal-hal lainnya yang dapat menjadi sumber pencemaran

produk. Sumber kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan atau diminimalisir melalui suatu

program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu, serta program tersebut senantiasa

dievaluasi dan divalidasi secara berkala untuk menjamin efektifitasnya. Penerapan higiene

perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, menjaga kebersihan diri, memakai alat pelindung

diri atau APD dengan baik, menjaga kesehatan dan beberapa peraturan lain di area produksi.

Setiap personil PT. Mahakam Beta Farma harus menjalani pemeriksaan kesehatan, baik

sebeluum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja. Karyawan yang bertugas sebagai

pemeriksa visual diharuskan melakukan pemeriksaan mata secara berkala untuk memastikan

fungsi mata masih nerkerja secara optimal. Setiap karyawan yang mengidap penyakit yang dapat

merugikan kuaitas produk dilarag menangani bahan baku, bahan kemas, proses produksi, dam

obat jadi hingga karyawan tersebut dinyatakan telah sembuh.

Setiap personil tidak diperbolehkan makan dan merokok di dalam gedung produksi dan

kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk, seperti daerah produksi dan

gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, pantry (tempat minum) dibuat terpish dari ruang

kerja dan ruang produksi.

Sanitasi yang dilakukan meliputi bangunan dan fasilitas. Setiap bangunan yang

digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk

memudahkan sanitasi yang baik. Prosedur tersebut digunakan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup wadah, bahan pengemas dan

label atau produk jadi. Setiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan diperiksa untuk

memastikan bahwa semua produk atau bahan dari batch sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur

pembersihan, sanitasi, dan higiene hendaknya divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk

memastikan efektivitas prosedur. Selain itu, bahan yang digunakan untuk membersihkan dan

untuk sanitasi hendaklah dipilih sedemikian rupa sehingga tidak merugikan mutu produk (mudah

dihilangkan, tidak meninggalkan residu).

4.6. Produksi

Departemen produksi bertanggung jawab memproduksi prooduk sesuai target yang telah

departemen PPIC. Formula dan proses yang digunakan telah tervalidasi, yang sebelumnya telah

dilakukan oleh departemen RnD. Semua proses yang dikerjakan sesuai dengan prosedut tertera

dan bila ada perubahan dalam proses dilaporkan dalam Deviation Report.

Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin kualitas produk.

Kontrol ini dilakukan terhadap parameter-parameter kritis kualitas produk. Kontrol proses ini

mengikuti Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang dilakukan, banyak sampel

yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik pengambilan sampel, dan batas-batas yang

masih memenuhi syarat untuk setiap spesifikasi uji yang dilakukan. IPC dilakukan oleh operator

produksi, yang kemudian diverifikasi oleh QA. Pengawasan mutu produk antara dan produk jadi

dilakukan oleh departemen QC. Produk antara boleh dikemas hanya jika sudah dinyatakan

memenuhi persyaratan dan dirilis oleh QC.

Pada proses pengemasan produk PT. Mahakam Beta Farma dilakukan secara manual dan

otomatis. Hal ini disesuaikan dengan mesin yang digunakan pada masing-masing line produksi.
Setelah produk dikemas, kemudian dilakukan pemeriksaan oleh QA untuk menentukan apakah

produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa produk tidak

dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, baik berupa pengolahan ulang, rilis dengan

perubahan spesifikasi, ataupun pemusnahan. Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis

bisa dilakukan bila ada pengajuan Deviation Report yang disetujui oleh Departemen Produksi,

RnD, QA, dan pimpinan perusahaan. Pengolahan ulang produk yang telah dirilis dilakukan

melalui Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persujuan dari Departemen QA.

Apoteker memegang peranan penting proses produksi. Seserang apoteker yang menjadi

manajer produksi bertanggung jawab dalam pelaksaan pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara

Pembuatan Obat yang Baik dan memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas

waktu dan biaya yang telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisior produksi akan

mengatur dan memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan

sesuai jadwal, memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar, serta membimbing

karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban karyawan.

4.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu dilakukan ileh Departemen Quality Control. Pengawasan mutu

mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan

sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.

Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi

You might also like