You are on page 1of 8

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) :


STATUS IMUNISASI DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR
PADA BAYI (Usia 2 – 12 bulan) DI PUSKESMAS BAHU

Intan Novita Kowaas


Amatus Yudi Ismanto
Jill Lolong

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : intan_kowaas@gmail.com

Abstract: Maternal and child health is one of the targets in the Sustainable Development Goals (SDGs),
precisely the goal 3 of 17 SDG's goal is good health; ensure a healthy life and encourage prosperity for all
people in all ages (KemenKes RI, 2015). Based on these reasons, the program comes the Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) one immunization status with the aim to improve the health and
quality of child health services (Hidayati & Wahyono, 2011). The purpose of this study to determine the
relationship of the implementation of Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) with Completed
Basic Immunization In Infant (age 2-12 months) in Puskesmas Bahu. This study design was analytic
correlation with cross sectional approach. Samples were taken using a non-probability sampling
techniques with the purpose of sampling a way which amounts to 111 babies who were in Poli child/ IMCI.
The results of the study data analysis using chi-square test for Relations Implementation of Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI): Immunization Status with Completeness Immunization Basics in
Infant (age 2-12 months) in Puskesmas Bahu, with p value = 0.000 which is smaller than α = 0.05. The
results showed relationship with (IMCI) implementation Completed Basic Immunization In Infant (age 2-
12 months) in Puskesmas Bahu. The conclusions is The implementation of IMCI: Immunization status in
terms of completeness of basic immunization in young children, should be done so that the basic
immunization in infants in accordance with the schedule of administration.

Keywords: Implementation of IMCI : Immunization Status, Completeness of Basic Immunization in Infant


(ages 2- 12 months)

Abstrak: Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu target dalam Sustainable Development Goals
(SDGs), tepatnya pada tujuan 3 dari 17 tujuan SDG’s yaitu kesehatan yang baik; menjamin kehidupan yang
sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia (KemenKes,RI.2015). Berdasarkan
alasan tersebut, muncullah program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) salah satunya status
imunisasi dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan serta kualitas pelayanan kesehatan anak (Hidayati
& Wahyono, 2011). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penerapan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi (Usia 2 – 12 bulan) di Puskesmas
Bahu. Desain penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel yang
diambil menggunakan teknik non probability sampling dengan cara purpose sampling yang berjumlah 111
bayi yang berada di Poli Anak/MTBS. Hasil penelitian analisis data dengan menggunakan uji chi square
untuk Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Status Imunisasi dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi (Usia 2 – 12 bulan) di Puskesmas Bahu, dengan nilai p value =
0,000 yang lebih kecil dari α=0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan penerapan MTBS:
status imunisasi dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi (Usia 2 – 12 bulan) di Puskesmas Bahu.
Kesimpulannya, Pelaksanaan kegiatan MTBS dalam hal kelengkapan imunisasi dasar pada balita, harus
dilakukan dengan baik sehingga imunisasi dasar pada balita sesuai dengan jadwal pemberian.

Kata Kunci: Penerapan MTBS : Status Imunisasi, Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi ( usia 2- 12
bulan)
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

PENDAHULUAN 66/1000 kelahiran hidup, menurun 48/1000


Kesehatan ibu dan anak merupakan salah kelahiran hidup pada SDKI tahun 1997,
satu target dalam Millenium Development selanjutnya menurun tajam pada tahun 2002
Goals (MDGs) pada tujuan 4 dan 5 yang telah menjadi 25/1000 kelahiran hidup, tetapi di
berakhir sampai tahun 2015, kemudian tahun 2007 meningkat menjadi 35/1000
dikembangkan menjadi Sustainable kelahiran hidup, (Profil Kesehatan Provinsi
Development Goals (SDGs) dengan target Sulawesi Utara, (n.d)).
pencapaian sampai tahun 2030, tepatnya pada Sampai pada tahun 2004, jumlah
tujuan 3 dari 17 tujuan SDG’s yaitu kesehatan puskesmas yang menerapkan MTBS di
yang baik; menjamin kehidupan yang sehat dan Indonesia sebanyak 1.970 (Depkes RI, 2008).
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari
segala usia (Kemenkes, 2015). Program Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia
kesehatan ibu dan anak menjadi sangat penting melalui Pertemuan Nasional Program
karena ibu dan anak merupakan unsur penting Kesehatan Anak Tahun 2010, jumlah
pembangunan, hal ini mengandung pengertian puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga
bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon- akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Jumlah
calon penerus bangsa, yaitu seorang anak. puskesmas di Sulawesi Utara sebanyak 77
Untuk mendapatkan calon penerus bangsa yang puskesmas, sedangkan di Kota Manado sendiri
akan dapat memberikan manfaat bagi bangsa berjumlah 15 puskesmas (4 puskesmas
maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak perawatan dan 11 puskesmas non perawatan).
yang sehat (Prasetyawati, 2012). Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan
Kondisi anak yang sehat merupakan MTBS adalah sebanyak 27 puskesmas
salah satu tujuan dari SDGs adapun tujuan sedangkan jumlah puskesmas yang
SDGs ke-3 yaitu pada 2030 mengakhiri melaksanakan MTBS yaitu 9 puskesmas,
kematian bayi dan balita yang dapat dicegah. (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara,
Targetnya adalah menurunkan angka kematian (n.d)).
neonatal setidaknya hinga 12 per 1.000 Imunisasi merupakan salah satu cara
kelahiran hidup dan angka kematian balita 25 untuk memberikan kekebalan pada bayi dan
per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, anak terhadap berbagai penyakit, sehingga
2015). dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak
Imunisasi dasar pada usia 2 – 12 bulan tetap tumbuh dalam keadaan sehat.
merupakan pilihan terbaik untuk mencegah Kementerian Kesehatan melaksanaan Program
penyakit. Sebagai penerus bangsa, anak Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak
Indonesia harus sehat secara fisik maupun dalam upaya menurunkan kejadian penyakit
mental. Cakupan imunisasi lengkap 59,2 % pada anak. Program imunisasi untuk penyakit-
pada tahun 2013, akan tetapi masih dijumpai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
32,1 % yang diimunisasi tapi tidak lengkap, (PD3I) pada anak yang tercakup dalam PPI
serta 8,7 persen yang tidak pernah diimunisasi, adalah satu kali imunisasi BCG, tiga kali
dengn alasan takut panas, sering sakit, keluarga imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio,
tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak dan satu kali imunisasi campak. Imunisasi BCG
tahu tempat imunisasi, serta sibuk/repot diberikan pada bayi umur kurang dari tiga
(Riskesdas,2013). bulan, imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir paling cepat empat minggu, imunisasi DPT-HB
menunjukkan kecenderungan menurun. pada bayi umur dua, tiga, empat bulan dengan
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan interval minimal empat minggu, dan imunisasi
Indonesia (SDKI) berturut-turut tahun 1997, campak paling dini umur sembilan bulan. Anak
2002, 2003 dan 2007, AKB Indonesia adalah disebut sudah mendapatkan imunisasi lengkap
46,35 %. AKB di Provinsi Sulawesi Utara bila sudah mendapatkan semua jenis imunisasi
mempunyai pola yang berbeda dengan AKB satu kali BCG, tiga kali DPT-HB, empat kali
nasional menurut SDKI. Jika pada tahun 1994 polio, dan satu kali imunisasi campak,
AKB Sulawesi Utara berdasarkan SDKI adalah (Riskesdas, 2010).
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Penelitian sebelumnya yang dilakukan bulan pada tahun 2015-2016 yang berjumlah
oleh Hidayati, dkk (2011) dalam penelitian 443 bayi.
tentang hubungan pelayanan puskesmas Instrumen atau alat ukur yang digunakan
berbasis Manajemen Terpadu Balita Sakit dalam penelitian ini adalah kuesioner dan
dengan kejadian pneumonia balita lembar observasi untuk melihat baik atau tidak
menyimpulkan bahwa, ada hubungan antara baik penerapan MTBS serta lengkap atau tidak
tatalaksana pelayanan MTBS dengan kejadian imunisasi dasar pada bayi. Analisis univariat
pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas adalah umur, jenis kelamin, per vaksin
Bergas, tidak ada hubungan antara perilaku imunisasi dasar, penerapan Manajemen
petugas MTBS dengan kejadian pneumonia Terpadu Balita Sakit (MTBS), pemberian
balita di wilayah Puskesmas Bergas dan ada imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar.
hubungan antara sarana pendukung MTBS Analisis bivariat merupakan analisis untuk
dengan kejadian pneumonia balita di wilayah mengetahui interaksi dua variable, baik berupa
kerja Puskesmas Bergas. komparatif, asosiatif maupun korelatif . Dalam
Puskesmas Bahu merupakan salah satu penelitian ini penerapan Manajemen Terpadu
puskesmas yang ada di Kota Manado yang Balita Sakit (MTBS) merupakan variabel
memiliki fasilitas pemeriksaan kesehatan yang independen dan kelengkapan imunisasi dasar
lengkap. Puskesmas Bahu memiliki 5 wilayah merupakan variabel dependen. Dalam analisis
kerja, yaitu Kelurahan Winangun I, Winangun bivariat yang dihubungkan adalah penerapan
II, Batu Kota, Kleak dan Bahu. Berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) :
survey awal yang dilakukan peneliti jumlah status imunisasi dengan kelengkapan imunisasi
penduduk tahun 2015 sebesar 32.148 ribu jiwa, dasar pada bayi (usia 2 – 12 bulan) di
ibu yang mempunyai bayi berjumlah 443 jiwa Puskesmas Bahu.
dan jumlah bayi berjumlah 443 jiwa. Bayi yang Analisis data menggunakan sistem
telah lengkap sampai dengan imunisasi campak komputerisasi, yaitu SPSS dan interpretasi Chi-
pada tahun 2015 (Januari – April) berjumlah Square (X2) dengan tingkat kemaknaan
236 bayi. (α<0,05) untuk mengetahui ada atau tidaknya
Atas dasar pemikiran di atas, penulis hubungan penerapan Manajemen Terpadu
tertarik untuk meneliti tentang, “Hubungan Balita Sakit (MTBS) status imunisasi dengan
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit kelengkapan imunisasi dasar pada bayi (usia 2–
(MTBS) Status Imunisasi dengan Kelengkapan 12 bulan).
Imunisasi Dasar Pada Bayi (Usia 2 – 12 bulan)
di Puskesmas Bahu”. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
METODE PENELITIAN Golongan Umur Bayi di Puskesmas Bahu
Desain penelitian yang digunakan Umur n (%)
dalam penelitian ini adalah analitik (bulan)
korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan 2 28 25.2
untuk mengetahui hubungan antara dua 4 33 29.7
variabel atau lebih. Dilihat dari pendekatan 6 20 18.1
waktu pengumpulan data, penelitian ini 7 1 0.9
menggunakan cross sectional dimana jenis 9 29 26.1
penelitian ini menekankan waktu Total 111 100
pengukuran/observasi data variabel independen Sumber : Data Primer, 2015
dan dependen hanya satu kali pada satu saat.
Teknik pengambilan sampel dilakukan Tabel di atas menunjukkan bahwa paling
dengan menggunakan teknik non probability banyak responden dengan umur 4 bulan
sampling dengan cara purpose sampling. berjumlah 33 responden (29,7%) dan paling
Penelitian ini dilakukan di Poli Anak/MTBS sedikit adalah responden dengan golongan
Puskesmas Bahu dan Populasi dalam penelitian umur 7 bulan berjumlah 1 responden (0,9%).
ini adalah seluruh bayi yang berumur 2-12
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Analisis Hubungan Penerapan Manajemen


Jenis Kelamin Bayi di Puskesmas Bahu Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Status
Jenis Kelamin n (%) Imunisasi dengan Kelengkapan Imunisasi
Laki-laki 67 60,4 Dasar pada Bayi (Usia 2 – 12 bulan) di
Perempuan 44 39,6 Puskesmas Bahu menunjukkan bahwa
Total 111 100 penerapan MTBS yang baik dan cakupan
Sumber : Data Primer, 2015 imunisasi dasar lengkap berjumlah 79 orang
bayi (71.2%) sedangkan yang kurang baik dan
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jenis tidak lengkap berjumlah 32 orang bayi (28.8%).
kelamin bayi paling banyak adalah responden Berdasarkan hasil analisis data dengan
dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 67 menggunakan uji chi square untuk Hubungan
responden (60,4 %). Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) : Status Imunisasi dengan
Tabel 3. Distribusi Penerapan MTBS : Status Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi (Usia
Imunisasi 2 – 12 bulan) di Puskesmas Bahu, dengan hasil
Status Imunisasi n (%) analisis, yaitu ada hubungan yang bermakna
Baik 79 71.2 antara penerapan MTBS: status imunisasi
Kurang Baik 32 28.8 dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi
umur 2 – 12 bulan di Puskesmas Bahu, dengan
Total 111 100
nilai p = 0,000, dengan hipotesis yang diterima
Sumber : Data Primer, 2015
adalah H1 gagal di tolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Distribusi Penerapan MTBS : Status Imunisasi
penelitian yang telah dilakukan oleh Husni, dkk
menunjukkan bahwa responden berdasarkan
(2012), yang meneliti tentang gambaran
penerapan MTBS : Status Imunisasi baik
pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit
berjumlah 79 responden (71.2%).
(MTBS) umur 2 bulan – 5 tahun, dengan hasil
penelitian yaitu ada hubungan yang bermakna
Tabel 4. Distribusi Kelengkapan Imunisasi
antara penerapan MTBS dengan status
Dasar Pada Bayi di Puskesmas Bahu
kelengkapan imunisasi dasar pada balita yang
Kelengkapan n (%) memperoleh nilai p < 0,005. Penelitian yang
Imunisasi sama yang telah dilakukan oleh Alberthina, dkk
Lengkap 79 71.2 (2008) yang meneliti tentang kelengkapan
Tidak Lengkap 32 28.8 imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor
Total 111 100 yang berhubungan, dengan hasil penelitian
Sumber : Data Primer, 2015 yaitu ada hubungan yang bermakna antara
pelaksanaan MTBS dengan kelengkapan
Tabel 4 menunjukkan bahwa kelengkapan imunsasi dasar pada balita yang memperoleh
imunisasi pada bayi paling banyak adalah bayi nilai p < 0,005.
adalah lengkap berjumlah 79 orang bayi Pada pelaksanaan proses manajemen
(71,2%). kasus MTBS penggunaan formulir dan
pengisian secara lengkap sangat menentukan
Tabel 5. Analisis Hubungan Penerapan keberhasilan penerapan proses manajemen
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : kasus dalam rangka menangani balita sakit dan
Status Imunisasi dengan Kelengkapan bayi muda secara komprehensif di fasilitas
Imunisasi Dasar pada Bayi (Usia 2 – 12 bulan) kesehatan dasar (Depkes RI, 2008 dalam Husni,
di Puskesmas Bahu Sidik dan Ansar, 2012).
Salah satu faktor yang mempengaruhi
Kelengkapan
Imunisasi Dasar
Penerapan
MTBS
Tidak
Lengkap
n % p-value kelengkapan imunisasi dasar yaitu pengetahuan
Lengkap
n % n %
ibu, hasil penelitian ini sejalan dengan
Kurang Baik 32 28.8 0 0 32 28.8
0,000
penelitian yang telah dilakukan oleh Hijani, dkk
Baik
Total
0
32
0
0
79 71.2
79 71.2
79
111
71.2
100
(2014), dengan hasil penelitian yaitu ada
Sumber : Data Primer, 2015 hubungan yang bermakna antara pengetahuan
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

ibu yang masih kurang tentang status imunisasi desa seperti Posyandu, pertemuan rutin PKK
terhadap kelengkapan imunisasi dasar, yang dan penyebaran leaflet.
memperoleh nilai p=0,000. Penelitian yang Hasil penelitian yang telah dilakukan
sama telah dilakukan oleh Ningrum (2008), oleh Anggraeni (2013) tentang prilaku ibu
yang meneliti tentang factor-faktor yang dengan status kelengkapan imunisasi DPT
mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar dasar sejalan dengan penelitian yang telah
pada balita, dengan hasil penelitian yaitu dilakukan oleh Dwiastuti dan Prayitno (2012)
pengetahuan ibu berpengaruh terhadap yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara
kelengkapan imunisasi dasar pada balita, yang tingkat pengetahuan seorang ibu dengan status
memperoleh nilai p=0,002. pemberian imuniasi (p=0,000), penelitian yang
Penerapan Manajemen Terpadu Balita sama yang telah dilakukan oleh Pratiwi, (2013)
Sakit (MTBS) status imunisasi dengan yang menyatakan bahwa ada pengetahuan ibu
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi perlu berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi.
ditingkatkan sehingga pemberian imunisasi Keberhasilan pelaksanaan kegiatan
sesuai jadwal pemberian. Peningkatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
pengetahuan orang tua bayi selain pendidikan dalam hal kelengkapan imunisasi dasar pada
formal, juga dapat dilakukan dengan pemberian bayi, selain dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pendidikan informal seperti penyuluhan sikap orang tua bayi, juga dipengaruhi oleh
tentang imunisasi. Berdasarkan hasil petugas imunisasi itu sendiri. Berdasarkan
wawancara dengan ibu bayi, dimana ibu bayi penelitian yang telah dilakukan oleh Mardijanto
sangat kurang mengikuti penyuluhan tentang dan Hasanbasri (2005), yang meneliti tentang
imunisasi yang telah dilaksanakan oleh petugas evaluasi manajemen terpadu balita sakit,
imunisasi dari Puskesmas Bahu. Hasil dengan hasil penelitian yaitu pelaksanaan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang MTBS berhubungan erat dengan tingkat
telah dilakukan oleh Palupi (2011), dengan pendidikan dan kemampuan dari petugas
hasil penelitian yaitu ada hubungan yang pelaksana kegiatan. Jika tingkat pendidikan dan
bermakna antara pemberian penyuluhan pengetahuan petugas baik, maka pelaksanaan
dengan peningkatan pengetahuan ibu terhadap MTBS akan berjalan dan terlaksana dengan
kelengkapan status imunisasi balita yang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
memperoleh nilai p = 0,000. yang telah dilakukan oleh Husni, dkk (2012)
Kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi yang meneliti tentang gambaran pelaksanaan
dipengaruhi oleh faktor informasi yang MTBS umur 2 bulan – 5 tahun, yang
diberikan oleh petugas puskesmas kepada memperoleh hasil penelitian yaitu keberhasilan
orang tua bayi seperti jadwal pelaksanaan pelaksanaan MTBS sangat di pengeruhi oleh
imunisasi. Selain jadwal pemberian imunisasi tersedianya SDM dan ketersediaan sarana
yang tidak diketahui oleh orang tua bayi, orang prasarana di puskesmas.
tua bayi juga jarang mengikuti penyuluhan Keberhasilan pelaksanaan MTBS dengan
tentang imunisasi. Tidak lengkapnya status kelengkapan imunisasi dasar membutuhkan
imunisasi bayi di puskesmas Bahu disebabkan sumber daya yang memandai di puskesmas,
oleh beberapa faktor yaitu, pengetahuan orang jika sumber daya seperti SDM sudah terpenuhi
tua balita yang kurang, sikap terhadap namun tidak dilengkapi dengan pelatihan-
pelaksanaan imunisasi yang rendah. pelatihan peñatalaksanaan MTBS maka
Peningkatan pengetahuan ibu tentang tidaklah cukup pengetahuan yang dimiliki oleh
pemberian imunisasi dibutuhkan kreativitas setiap petugas pelaksana MTBS, selain
dari ibu dalam mencari informasi serta tersedianya SDM yang cukup, perlu juga
dukungan dari keluarga dalam memotifasi ibu tersedianya sarana dan prasarana yang baik dan
untuk mencari informasi sangatlah penting memenuhi setiap kegiatan sebagai alat
dapat dilakukan dengan penyuluhan secara penunjang pelaksanaan kegiatan MTBS
perorangan atau kelompok dengan melibatkan (Mardijanto dan Hasanbasri, 2005).
tokoh agama, tokoh masyarakat, karang taruna, Pelaksanaan pemberian imunisasi dasar, tidak
PKK, lintas sektor. Kegiatan penyuluhan semua diberikan kepada balita sesuai dengan
dilakukan bersamaan dengan kegiatan rutin di golongan umur, hal ini disebakan karena
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

kurangnya informasi, pengetahuan dari orang http://www.hhs.gov.asl/testify.t990803a.


tua balita dan kurangnya sosialisasi dari petugas html
puskesmas kepada orang tua balita. Pelayanan
puskesmas berbasis MTBS sangat baik jika Centers of Disease Control and Prevention
pelaksanaan MTBS dilakukan oleh petugas Department of Health and Human
dengan kualitas pendidikan dan pengetahuan Services. (n.d). Parent’s guide to
SDM yang baik serta didukung oleh sarana dan childhood immunization. 13 November
prasarana di puskemas (Hidayati dan Wahyono, 2013. www.cdc.gov
2011).
Direktorat Jenderal PP & PL Departemen
SIMPULAN Kesehatan RI. (2005). Pedoman Teknis
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta :
di Puskesmas Bahu, maka dapat disimpulkan Direktorat Jenderal PP & PL Departemen
bahwa Penerapan Manajemen Terpadu Balita Kesehatan RI.
Sakit (MTBS) : Status Imunisasi pada bayi
(Usia 2 – 2 bulan) di Puskesmas Bahu, sebagian Dwiastuti P, Prayitno N., 2012. Faktor-Faktor
besar baik. Cakupan kelengkapan imunisasi Yang Berhubungan Dengan Pemberian
dasar pada bayi (Usia 2 – 12 bulan) di Imunisasi BCG Di Wilayah Puskesmas
Puskesmas Bahu, cakupan imunisasi sebagian UPT Cimanggis Kota Depok Tahun 2012.
besar lengkap. Ada hubungan yang bermakna Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 (1); Januari
antara Penerapan Manajemen Terpadu Balita 2013, STIKes MH. Thamrin, Jakarta
Sakit (MTBS) : Status Imunisasi dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi (Usia Fida & Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan
2 – 12 bulan) di Puskesmas Bahu. Anak. D-Medika : Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A. (2005). Pengantar Ilmu


Achmadi, U.F. (2006). Imunisasi Mengapa Keperawatan Anak I. Salemba Medika.
Perlu ?. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Albertina. M., Febriana. S., Firmanda. W., Hidayat, A. (2007). Riset dan Teknik Penulisan
Permata. Y., dan Gunardi. H., 2008. Ilmiah. Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta
Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak
Balita dan Faktor-Faktor yang Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan
Berhubungan di Poliklinik Anak Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan Salemba Medika. Jakarta
Sekitarnya Pada Bulan Maret 2008.
Deparetem Ilmu Kesehatan Anak, Hidayati A.N & Wahyono B. (2011).
Fakultas Kedokteran UI, RS Dr. Cipto Hubungan Pelayanan Puskesmas
Mangunkusumo, Jakarta Berbasis Manajemen Terpadu Balita
Sakit Dengan Kejadian Pneumonia
Anggraeni, D. (2013). Hubungan Perilaku Ibu Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Mengimunisasikan DPT Dengan Status Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Kelengkapan Imunisasi DPT Dasar Pada Universitas Negeri Semarang.
Bayi Usia 11 Bulan di Desa Kaliwates
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Hijani. R., Nauli. F.A, dan Zulfitri. R., 2014.,
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Assistant Secretary of Legislation Department Imunisasi Dasar Pada Balita di Wilayah
of Health and Human Services USA. Kerja Puskesmas Dumai Kota Kelurahan
(n.d). Statement on risk vs benefit of Dumai Kota.
vaccinations by David Setcher. 13
November 2013. Husni, Sidik D. A dan Ansar. J., 2012.
Gambaran Pelaksanaan Manajemen
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Terpadu Balita Sakit (MTBS) Umur 2 Ilmu Keperawatan, Vol. 1. No. 1, Maret
Bulan – 5 Tahun Puskesmas di Kota 2008
Makassar Tahun 2012. Bagian
Epidemiologi, FKM UNHAS, Makasar Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Imunisasi, Investasi Kesehatan Masa Depan. Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
(n.d). 24 November 2013.
www.imunisasi.net Palupi A.W., 2011. Pengaruh Penyuluhan
Imunisasi Terhadap Peningkatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Imunisasi Dasar Lengkap Pada bayi
(2011). Manajemen Terpadu Balita Sakit Sebelum 1 Tahun. Program Pascasrajana,
(MTBS) atau Integrated Management of Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Childhood Illnes (IMCI). 11 November
2013. Permata, Y.L. (2009). Kelengkapan Imunisasi
http:www.gizikia.depkes.go.id/archives/ Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor
artikel/manajemen-terpadu-balita-sakit- yang Berhubungan di Rumah Sakit Mary
atau-integrated-management-of- Cileungsi Hijau Bogor. 13 November
childhood-illnes-imci. 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Prasetyawati, A. (2012). Kesehatan Ibu dan


(2015). Kesehatan dalam Rangka Anak (KIA) Dalam Millenium
Sustainable Development Goal’s (SDGs). Development Goals (MDGs). Nuha
DIRJEN Bina Gizi KIA. Sekertariat Medika. Yogyakarta.
Pembangunan Kesehatan Pasca 2015
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta Pratiwi C., 2013. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Toksoid Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Tabongo Kecamatan Tabongo
Universitas Indonesia. (2010). Indonesia Kabupaten Gorontalo Tahun 2013.
Economic Outlook 2010. Jakarta : Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan
Grasindo. Universitas Negeri Gorontalo.

Mardijanto D, dan Hasanbasri M., 2005. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Evaluasi Manajemen Terpadu Balita (n.d). Pemberantasan Penyakit. 15
Sakit di Kabupaten Pekalongan. November 2013.
Universitas Gajah Mada, JMPK Vol. http:/www.sulutprov.go.id/diskes1/mtbs.
08/No. 01/ Maret 2005, Jogyakarta html.

Moelyo, A.G, dkk. (2013). Modul Field Lab Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Revisi II Keterampilan Manajemen (n.d). Mortalitas. 23 November 2013.
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Fakultas http://www.sulutprov.go.id/diskes1/mort
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. alitas.html
Surakarta. 12 November 2013.
http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MTB Profil Puskesmas Bahu, 2015. Gambaran
S.pdf Umum Puskesmas Bahu. Manado

Ningrum E.P., 2008., Faktor-Faktor Yang Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2010).
Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
Dasar Pada Bayi di Puskesmas 2010. 15 November 2013.
Banyudono Kabupaten Boyolali. Berita http://www.litbang.depkes.go.id/sites/do
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

wnload/buku_laporan/lapnas_riskesdas2 World Health Organization. (n.d). Imunization.


010/laporan_riskesdas_2010.pdf 26 November 2013.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).(2013). 6


Oktober 2016.
www.depkes.go.id/resources/download/g
eneral/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Sabri, L & Hastono, S, P. (2008). Statistik


Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian


Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Jogjakarta : Mitra Cendikia
Press.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset


Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siswanto, dkk. (2013). Metodologi Penelitian


Kesehatan dan Kedokteran. Yogyakarta :
Bursa Ilmu.

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar


Keperawatan Anak. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sam Ratulangi Manado.
(2013). Panduan Penulisan Tugas Akhir
Proposal & Skripsi. Manado :
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Universitas Sam Ratulangi
Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu
Keperawatan Manado.

Wahab & Julia. (2002). Sistem Imun, Imunisasi


dan Penyakit Imun. Jakarta : Widya
Medika

Wong, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan


Pediatrik. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.

World Health Organization, Departement of


Child and Adolescen Health and
Development (CAH) & UNICEF. (2005).
Handbook IMCI Integrated Management
of Childhood Illness. WHO Library.

You might also like