Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Mental Health is still one of the most significant health problems in the world, including Indonesia.
To overcome the problem of mental disorders, not only with physical healing when the patient was
hospitalized, but also need preventive treatment, primotive, therapy, theragnostic, and rehabilitation.
the lack of facilities that accommodate people with mental disorders in Jakarta as well as the stigma
of people with depression who do not want to be stamped crazy by coming to the psychiatric hospital,
if not treated quickly can impact even worse. The design of mental health facilities can be developed
with healing environment approach, healing environment is approach with element of nature, sensory
and psychological that can reduce the stress level of mental disorder patient so they can quickly
recover and the aims of this study are looking the suitable healing environment in mental health
developments based on the theory.
ABSTRAK
Kesehatan Jiwa masih menjadi salah satu permaslahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk
Indonesia. Guna mengatasi masalah gangguan jiwa, bukan hanya dengan penyembuhan secara fisik
ketika penderita itu dirawat di Rumah Sakit, melainkan juga butuh penanganan secara preventif,
primotif, terapi, terianostik, serta rehabilitasi. kurangnya sarana fasilitas yang menampung gangguan
jiwa di Jakarta serta stigma pengidap depresi yang tidak ingin di cap gila dengan datang kerumah
sakit jiwa, padahal jika tidak di tanggulangi dengan cepat dapat berdampak lebih buruk lagi. Desain
fasilitas klinik kejiwaan dapat mengacu pada pendekatan healing environment, healing environment
adalah pendekatan dengan unsur alam, indra dan psikologis yang dapat meredakan stress pada
pasien sehingga pasien gangguan jiwa dapat cepat pulih. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari
lingkungann penyembuhan yang cocok dalam perkembangan kesehatan mental berdasarkan teori.
1
PENDAHULUAN
Berdasarkan United Nations Documents The Habitat Agenda: Chapter IV:C. Sustainable human
settlements development in an urbanizing world. Poin 5 mengenai Environmentally sustainable,
healthy and livable human settlements yang membahas penciptaan lingkungan yang lebih baik bagi
kesehatan, kesejahteraan, kualitas hidup yang layak huni untuk semua dan kehidupan manusia yang
berkelanjutan dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Mulai dari masyarakat yang sehat, sakit
ringan, hingga masyarakat yang menderita penyakit kronis pada fase terminal.
Salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia ialah kesehatan
jiwa. Menurut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2018 yang dikutip dari CNN, ada sekitar 20 persen
warga Jakarta atau setidaknya 2.074.000 juta jiwa mengalami gangguan jiwa, dicontohkan jika ada
lebih dari 10 orang, ada dua orang yang jiwanya terganggu. Tingginya jumlah penduduk serta
banyaknya problematika yang ada di Jakarta, seperti beban hidup, tekanan ekonomi, tekanan sosial
hingga pendidikan merupakan faktor yang memicu gangguan kejiwaan yang berujung tindakan bunuh
diri.
Guna mengatasi masalah gangguan jiwa sebenarnya bukan hanya dengan penyembuhan secara fisik
ketika penderita itu dirawat di Rumah Sakit, melainkan juga butuh penanganan secara preventif,
primotif, terapi, terianostik, serta rehabilitasi. Yang terjadi selama ini, penanganan hanya secara medis,
yakni perawatan terhadap penderita yang sudah mengalami gangguan jiwa berat di Rumah Sakit Jiwa.
Sedangkan gangguan ringan bisa diatasi lewat konseling rutin ke dokter umum yang ada dipuskesmas
atau spesialis jiwa.
Adapun upaya, kegiatan dan program-program dalam fase pencegahan pemasungan diantaranya
memfasilitasi kepersertaan jaminan kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
aman, memberikan tatalaksana untuk mengontrol gejala melalui terapi medikasi maupun non
medikasi, mengembangkan layanan rawat harian
Penanganan secara preventif, primotif, terapi, terianostik serta rehabilitasi dapat diwadahi di Klinik
Kejiwaan yang memfasilitasi pasien rawat jalan maupun rawat inap, Klinik ini dapat menampung
pasien dengan gangguan mental emosional ataupun pasca gangguan jiwa berat termasuk pasien fase
pra-pemasungan, fase penanganan pemasungan, dan fase rehabilitasi pasca pemasungan.
Klinik ini akan dikembangan dengan layanan day care atau rawat harian yang merupakan sebuah
bentuk upaya peningkatan mutu layanan. Secara umum, empat fungsi utama layanan day care adalah
sebagai alternatif perawatan bagi pasien, memerpendek durasi perawatan pasien, merehabilitasi dan
memelihara fungsi dari pasien kronik, dan mengupayakan tatalaksana yang lebih baik pada pasien
yang kurang mendapatkan manfaat dari layanan rawat jalan.
Dengan melihat masalah diatas, Tugas akhir ini mencoba membuat Klinik kejiwaan guna menciptakan
lingkungan yang lebih baik bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dengan menghadirkan
penerapan Healing Environment pada Klinik yaitu lingkungan fisik fasilitas kesehatan yang dapat
mempercepat waktu penyembuhan kesehatan pasien yang melibatlan efek psikologis pasien dengan 3
elemen yaitu Alam yang berfungsi sebagai komponen desain, Indra sebagai penerima rangsangan dan
Psikologis sebagai efek atau pengaruh yang dirasakan pasien.
METODE PERANCANGAN
Bangunan yang dirancang merupakan bangunan Klinik Kejiwaan, oleh karena itu metode
perancangan yang digunakan untuk perancangan bangunan Klinik Kejiwaan ini menggunakan metode
perancangan yang mengacu pada buku Mental Health Facilities Design Guide (2010) yang
menjelaskan bahwa perancangan Klinik Kejiwaan perlu memperhatikan beberapa hal yaitu : (1) Site
Design Guidelines (2) Architecture (3) Design Interior.
1. Site Design Guidelines
Menjelaskan tentang Site Area, Site Geometry, Local Zoning, Topography, Regional and Climatic
Factorsm Utilities, Other Site Characteristic.
2. Architecture
Menjelaskan tentang bentukan Exterior Architecture, Patient and Staff Safety/Security Overview
2
3. Interior Design
Menjelaskan tentang analisis kebutuhan ruang, hubungan antar ruang, kualitas ruangan-ruangan yang
ada di Klinik dan hasil akhirnya menghasilkan analisis Program ruang
Strategi Perancangan
Agar diperoleh data yang valid dalam penelitian ini Sumber pengumpulan data yang digunakan
penulis sebagai alat bantu adalah dalam bentuk buku, jurnal dan ulasan di internet.
Adapun Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan ialah
1. Primer
Survei lokasi perencanaan yang digunakan sebagai tempat proyek, observasi Klinik Abu Albani,
mencari data Rencana Detail Tata Ruang DKI Jakarta dan wawancara dengan dinas kesehatan
2. Sekunder
Dengan mencari data tentang gangguan jiwa, melalui studi literatur menggunakan Buku, Dokumen
dan Jurnal. Buku Mental Health Design Guide, Architecture Healing Environment, Buku Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition, dokumen Pusat Pemulihan Jiwa dan
beberapa Jurnal
Lokasi proyek bertempat di Jakarta Timur, didalam Perumahan Cipinang Indah, Jl. Cipinang Indah
Raya II, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia
13430. Dengan luasan 3,797 m². Pada bagian barat site terdapat pepohonan dan kali yang berpotensi
sebagai drainase site mengarah ke bagian barat yaitu ke kali yang menuju ke Banjir Kanal Timur,
terdapat jalan dengan lebar 8m, suasana jalan yang ramai ketika jam 06.30 – 09.00 pagi. Sisi timur
site terdapat perumahan dengan ketinggian paling tinggi 2 lantai. Termasuk perumahan dengan
suasana tentram dan ada jalan sebesar 6 m. Disisi selatan site ada perumahan dengan ketinggian 3
lantai dan jalanan yang ramai ketika jam 06.30 – 09.00 pagi. Dan disisi utara site terdapat lahan
Kosong, dengan suasana tentam, di sisi utara juga berbatasan dengan portal yang menuju ke
perumahan bagian timur
3
Analisis Planning
Tanaman di sekitar site, terdapat di bagian barat site, terdapat pepohonan dan semak-semak, terdapat
juga dibagian utara site yaitu dari lahan kosong. Karenanya site bagian barat sejuk karena banyak
pohon-pohonnya
Gambar 3: Gambar Safe, Attractive circulation for pedestrians from public transportation stops
Sirkulasi pedestrian transportasi umum yaitu kemungkinan dari utara karena aksesnya paling dekat
dari jalan yang dilewati transportasi umum, pedestrian eksisting sebesar 1,1 m. namun dibuku
peraturan pu, untuk perumahan seharusnya 1,5. Dan karena saya ingin ramah dengan disabilitas, saya
mengambil pedestrian tambahan dilahan saya sehingga lebar pedestrian yang bersebelahan dengan
jalan yang ramai sebesar 1,5
GSB di Tapak sebesar 4m, di tapak bagian barat dan selatan memiliki tingkat kebisingan yang paling
tinggi diantara yang lainnya, dan arah transportasi umum ialah dari utara. Karena itu pemanfaatan
GSB di tapak bagian barat dan utara diperuntukan untuk parkiran, dan diberi pepohonan mengelilingi
site untuk buffer suara, menjaga ketengangan di dalam Klinik serta menjaga ketengangan di sekitar
bangunan
4
Gambar 5: Access for Emergency Vehicles
Akses untuk emergency diberikan khusus, untuk membedakannya dengan yang umum agar
memudahkan keluar menuju ke rs terdekat, diletakan dibagian utara karena akses untuk kerumah sakit
paling cepat, dan diberi akses loading di bagian timur karna lebih sepi dan agar tidak menganggu jalan
utama di barat, selatan dan utara
Analisis Zoning
Analisis Roadways
5
Gambar 7: On-Site Roadways
Bagian warna coklat ialah bagian pedestrian, untuk mempermudah akses masuk dari transportasi
umum dan pedestrian ini juga ramah akan disabilitas. Warna abu-abu ialah zona untuk parkir, ditaruh
di sisi barat dan utara karena sisi barat merupakan sisi paling bisising, dan sisi barat serta utara
menurupakan jalan yang paling dekat dengan transportasi umum. Warna hijau dibuat penghijauan,
selain untuk buffer kemungkinan bising dari rumah, juga untuk perumahan yang di sisi timur
mendapatkan view pepohonan
Parkir untuk emergency diberikan khusus yang berwarna merah, diletakan di sisi timur karena agar
tidak mengganggu jalannya aktivitas di timur ataupun selatan ditaruh dibagian barat juga untuk
mendapatkan pintu yang berbeda dengan pintu utama, pintu keluar bersamaan dengan parkir biasa
yaitu di bagaian timur dikarenakan akses yang paling dekat dengan rumah sakit duren sawit
Analisis Landscaping
Berdasarkan studi Healing Environment dengan aspek alam, landscaping pada Tapak akan berupa
Healing Garden / Therapeutic Garden yaitu taman dengan unsur elemen Alam. Lalu ada juga unsur
indra, indra penglihatan dari cahaya yang alami, taman yang asri, indra pendengaran dari burung yang
berada di kendang serta suara air yang mengalir dari kolam, indra perasa dari perasaan tenang, indra
peraba dari sentuhan material dan elemen alam serta indra penciuman dari bunga-bunga yang
mengeluarkan bau harum yang dapat menurunkan stress. Indra yang paling terangsang adalah indra
pengelihatan dan faktor untuk mengambil unsur alam, diambil bentuk dari daun untuk landscape
Gambar 8: Landcaping
6
ARCHITECTURE
Analisis Program Ruang
Analisis Program Ruang Kebutuhan Ruang yaitu berisi tentang besaran ruang yang disesuaikan
dengan aktivitas pengguna. Besaran ruang untuk pengguna merajuk pada literatur , yakni :
M Mental Health Facilities Design Guide, Data Arsitek, Analisis Pribadi/ asumsi, Dari hasil Analisis
program ruang didapatkan jumlah keselurusan luas bagunan yaitu 1.365 m2 , ditambah dengan luas
sirkulasi sebesar 30% dari jumlah luasann bangunan yang tidak termasuk dengan Parkir dan Taman
menjadi 409,5 m2. Sehingga hasil akhir total bangunan keseluruhan ditambah sirkulasi menjadi 1.775
m2.
Lalu disesuaikan dengan program ruang yang didapatkan, jadilah menjadi bangunan dengan 2 lantai
Tingkat keamanan menghasilkan 5 zona yang disesuaikan dengan keamanan pada fasilitas
7
Level 1
Level 3
Level 2
Level 3
Level 4
dan 5
INTERIOR DESIGN
Membahas tentang kuliatas di setiap ruangnya yang di sesuaikan dengan konsep healing environment
yang menghasilkan design response pada ruang-ruang yang terdapat di Klinik
8
Analisis Ruang Analisis
Indra Penglihatan terdapat dari
bukaan jendela yang cukup
besar dan mendapatkan view
yang asri, terdapat tanaman
didalam ruang serta pemilihan
warna cat dan material dengan
warna yang sejuk dan unrus
alam sehingga membuat pasien
lebih relax.
Indra Pendengaran didapatkan
dari aliran air yang di dapatkan
Ruang Kelas dari kolam yang berada diuar
Penerapan Aspek Healing Environment yaitu aspek indra kelas, pemilihan jendela yang
yaitu penghihatan dan pendengaran. Serta aspek alam bisa dibuka, jadi ketika ingin
mendapatkan suara yang lebih
terdengar bisa membuka
jendela.
9
ruangan, lantai menggunakan
vinyl agar terasa nyaman.
Penerapan Aspek Healing Environment yaitu aspek indra
yaitu peraba dan pendengar
+
fasilitas keseluruhan dipecah menjadi beberapa bangunan berskala banyak yang berskala dan
bukannya satu masa bangunan lalu dipadukan dengan landscape berbentuk daun
10
Menjadi bentuk bangunan yang mengikuti landcape
SARAN
Penelitian ini diharapkan dijadikan acuan untuk merancang sebuah Klinik Kejiwaan yang baik,
nyaman dan layak bagi pasien gangguan jiwa, membuat penderita serta keluarganya bisa
mempercepat masa penyembuhan sehingga dapat kembai ke masyarakat dan beraktivitas secara
normal. Pentingnya aspek-aspek yang diperlukan untuk menangguli stress dan mencegah gangguan
jiwa berat yang dapat merugikan banyak pihak.
REFERENSI
American Psychiatric Association (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth
Edition. United States: American Psychiatric Association
Department of Health. (2001). The expert patient: a new approach to chronic disease management
for the 21st century. London: Department of Health.
Department of Veterans Affairs (2010). Mental Health Facilities Design Guide. United States: Office of
Construction & Facilities Management
Djikstra, K. 2009. Understanding Healing Environments: Effects of Physical Environmental Stimuli
on Patiens’ Effects of Health and Well-Being. Netherlands: University of Twente.
Huisman, E.R.C.M; Morales, E; Hoof, J.Van; Kort, H.S.M. (2012). Healing environment: A review of the
impact of physical environmental. Building and Environment (70-80)
Indira, Nurdini Elsa; Wardhana, Mahendra; Indraprasti, Anggri. (2017). Desain Interior Rumah Sakit
Jiwa Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang. Jurnal Sains Dan Seni Its Vol. 6, No.1.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 6 Oktober (2016). http://www.depkes.go.id
Kurniawan, Fajar. (2016). Gambaran Karakteristik Pada Pasiden Gangguan Jiwa Skizofrenia di
Instalasi Jiwa RSUD Banyumas Tahun 2015. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Lidayana, Vidra., M. Ridha A. dan Valentinus P. (2013). Konsep dan Aplikasi Healing Environment
dalam Fasilitas Rumah Sakit. Jurnal Teknik Sipil UNTAN Vol. 13, No. 2
Nursita, Sari. 23 Januari, (2018). Sandiaga: 20 Persen Warga Jakarta Punya Gangguan Jiwa. Kompas,
http://megapolitan.kompas.com
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). http://www.depkes.go.id
Puji, DR. 2012. Pedoman Sarana dan Prasarana di Rumah Sakit Jiwa. Bandung: ARSAWAKOI
Putri, Maya Norma; Astawa, Nyoman Gede; Utami, Ni Wayan Febriana. (2013). Perancangan Taman
Terapi Hortikultura Bagi Penderita Gangguan Jiwa Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika Vol. 2, No. 4
11
Rifqi, Azhari Azizah; Handajani, Rinawati P; AS, Nurachmad Sujudwijono. (2015). Elemen Ruang
Dalam pada Fasilitas Rawat Inap Pasien Gangguan Jiwa Berdasarkan Aspek Keamanan. Jurnal
Universitas Brawijaya Vol.3, No.1.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). http://www.depkes.go.id
Schaller, Brian (2012). Architectural Healing Environments. School of Architecture Dissertation and
Theses
Sitanto, Olivia; Wardani, Laksmi K; Suryanata, Linggajaya. (2016). Perancangan Interior Fasilitas
Okupasi Bagi Para Skizofrenia (Gangguan Jiwa) di Surabaya. Jurnal Intra Vol. 4, No. 2 (45-59)
Tata Ruang dan Pertahanan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Beranda: Peta Zonasi.
https://tataruang.jakarta.go.id
Van der Walt, Ralene; Breed, Ida (2012). The mindful landscape: a healing outdoor experience for
Weskoppies psychiatric hospital. Vol 27, no. 2.
Yaningsih, Vitri. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Di Ruang Graha Citro Anggodo Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Zhafran, Deva Bagus; Hardiyati; Pramesti, Leny. (2017). Balai Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan
Healing Environment di Surakarta. Arsitektura Vol.15 no.1
RIWAYAT PENULIS
Hafilah Aprilia lahir di kota Jakarta pada 7 April 1996. Penulis menamatkan Pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada 2018.
12