You are on page 1of 3

Metronidazol

2.1 Farmakodinamik

Farmakodinamik metronidazole dimulai dari konversi molekul menjadi bentuk radikal


bebas short-lived nitroso oleh reduksi intraseluler. Konversi ini terjadi di dalam sitoplasma
bakteri, atau organela spesifik protozoa, dan menyebabkan obat menjadi aktif terhadap kuman
yang memiliki metabolisme anaerob. Namun, obat juga efektif terhadap kuman yang bersifat
mikroaerofili, seperti Helicobacter pylori.
Dalam bentuk konversi tersebut, obat akan bersifat sitotoksik, dan dapat berinteraksi dengan
DNA molekul, menghambat sintesis asam nukleat, dengan cara merusak DNA kuman.
Kerusakan tersebut akan berakibat degradasi DNA dan kematian sel.
Sintesis DNA dihambat dalam waktu 30 menit, dan kuman mati dalam waktu 5 jam. Apabila
konversi obat dalam sel kuman tidak dapat dilakukan, dan tidak terjadi aktifasi obat, maka
dikatakan sel tersebut sebagai sel yang resisten terhadap obat ini.5

2.2 Farmakokinetik

Metronidazol diabsorbsi baik melalui oral sekitar 80% dan didistribusikan secara luas di
dalam tubuh. Obat ini dimetabolisme di hepar sehingga dosis harus diturunkan apabila diberikan
pada penderita gangguan hepar. Diekskresikan melalui urin dan feses. 2

2.3 Mechanism of action

Metronidazol dikenal sebagai antibakteri, antiprotozoa dan radiasi-sensitizer. Antibakteri


dalam mencegah penyebaran agen infeksi atau membunuh agen infeksi tersebut supaya tidak
menyebar. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis asam nukleat dengan merusak DNA.1
Sebagai antiprotozoa, metronidazol bekerja dengan mendestruksi protozoa tersebut. Sedangkan
sebagai radiasi-sensitizer, metronidazol efektif mampu merusak sel yang tidak diinginkan.1
2.4 Sediaan, Dosis, Cara Penggunaan3
Bentuk Obat Kondisi Dosis
Amebiasis 800 mg, 3 kali sehari, selama 5 hari
Oral
Infeksi ulkus kaki 200 mg, 3 kali sehari, selama 3 hari
Trikomoniasis 200 mg, 3 kali sehari, selama 7 hari
Giardiasis 400 mg, 3 kali sehari, selama 5 hari
Infeksi anaerob 400 mg, 3 kali sehari, selama 7 hari
Peradangan gigi dan gusi 200 mg, 3 kali sehari, selama 3-7 hari
Vaginosis bakterialis 400 mg, 3 kali sehari, selama 5-7 hari
Vaginosis bakterialis 0,75 % gel, satu kali sehari, selama 5 hari
Topikal Rosacea Satu kali sehari, selama 8 minggu
Perawatan luka tumor 0,75 % gel, satu kali sehari
Dosis obat suntik disesuaikan dokter dengan
Suntik Infeksi anaerob
kondisi pasien di rumah sakit

2.5 Efek Samping Metronidazol 3,4


No. Sistem Efek samping

1. Susunan saraf pusat sakit kepala, pusing, vertigo, inkoordinasi, ataxia,


dan neurologi serangan kejang, kebingungan, emosional, depresi,
kelemahan, insomnia, neuropati perifer, transient
epilepsi-form seizure

2. Dermatologi erupsi eritematik, urtikaria, flushing, pruritus,


angioedema, anafilaksis

3. Hematologi leukopenia (reversible), abnormalitas tes fungsi hati,


hepatitis, jaundice, trombositopenia, anemia aplastic

4. Saluran kencing disuria, sistitis, dispareunia, poliuria, inkontinensia,


penurunan libido, piuria, warna kencing gelap, kering
vagina dan vulva, panggul rasa berat

5. Saluran pencernaan mual, anorexia, muntah, diare, keluhan epigastrik,


kejang abdominal, konstipasi, rasa seperti logam, lidah
tebal, glossitis, stomatitis, mulut kering
6. Lain-lain nyeri sendi, penymbatan hidung, demam, proktitis,
pendatran gelombang T pada EKG

2.6 Toksikologi

2.7 Penggunan Metronidazol Pada Pioderma

DAFTAR PUSTAKA

1. Compound P. Metronidazole. v. 2014.


2. Buhimschi CS, Weiner CP. Medications in pregnancy and lactation: Part 2. Drugswith
minimal or unknown human teratogenic effect, 2009/01/22 ed. Vol. 113, 2009; 417-32.
3. S.L. Purwanto Hardjosaputra, Listyawati P, Tresni K, Loecke Kunardi, Indriyantoro, Nawanti
Indriyani. Data Obat di Indonesia Ed.ke-11. Jakarta: PT. Muliapurna Jayaterbit, 2008.
4. Katzung, BG. Farmakologi Dasar dan Klinik Jilid 1 dan 2. Jakarta: Salemba Medika, 2001.
5. Lofmark, S., C. Edlund, and C.E. Nord, Metronidazole is still the drug of choice for treatment
of anaerobic infections. Clin Infect Dis, 2010. 50 Suppl 1: p. S16-23.
13. Kementerian Kesehatan R.I. Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik
2011

You might also like