Professional Documents
Culture Documents
WITA. Pelepasan lendir (+), air (-), darah (+). HPHT 14/12/2016, TP 21/09/2017, UK 37
minggu 6 hari. Riwayat ANC (+) >4x,inj TT 2x. Riwayat HT (+) sejak menjelang melahirkan,
DM (-), asma (-), alergi(-). Sakit kepala (-), nyeri ulu hati (-), penglihatan kabur (-), riwayat
kejang (-).
Riwayat obstetri:
1
□ Tujuan : Preeklampsia Berat
Bahan bahasan: □ Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit
Cara Membahas: □ Diskusi Presentasi □ E-mail □ Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Ny. A No. registrasi: 18128582
Nama Klinik :RSUD Telp: - Terdaftar Sejak: 29 September
Lamaddukelleng 2018
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Nyeri perut tembus kebelakang sejakpukul 10.00 WITA. Pelepasan lendir (+), air (-),
darah (+),HPHT 14/12/2016, TP 21/09/2017, UK 37 minggu 6 hari, riwayat ANC (+) >4x,inj
TT 2x. Riwayat HT (+) sejak menjelang melahirkan, DM (-), asma (-), alergi(-). Sakit kepala (-
), nyeri ulu hati (-), penglihatan kabur (-), riwayat kejang (-).
Riwayat Pengobatan UGD: Miring Kiri, Oksigen 2-4 L/menit/ nasal kanul, Nifedipin 3 x 10mg,
MgSO4 40% 4gr dalam 100cc NaCl habis dalam 30 menit, Drips MgSO4 40% 6 gr dalam
500cc RL 28 tpm selama 6 jam ,Observasi: KU, His, DJJ, kemajuan persalinan, dan tanda vital.
1. Cunningham G.F, Leveno K.J, Williams Obstetrics , 22nd ed.USA. Mc Graw Hills;2007
2. Brady HR, O’MearaYM, Brenner BM. Medical Disorders During Pregnancy : Barbieri
R.L., Repke J.T.,editors.Harrison’s Principles of internal Medicine. 16th ed. New York:
McGraw HilProffesional;2004
2
6. Reece E.A, Hobbins J.C, Clinical Obstetric The Fetus & Mother. 3rd ed. USA.Blackwell
Publishing. 2007.
2. 2006
1.
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio
1. Subyektif:
Nyeri perut tembus kebelakang sejakpukul 10.00 WITA. Pelepasan lendir (+), air (-),
darah (+),HPHT 14/12/2016, TP 21/09/2017, UK 37 minggu 6 hari, riwayat ANC (+) >4x,inj
TT 2x. Riwayat HT (+) sejak menjelang melahirkan, DM (-), asma (-), alergi(-). Sakit kepala (-
), nyeri ulu hati (-), penglihatan kabur (-), riwayat kejang (-).
2. Objektif:
A. PEMERIKSAAN FISIK
Status Vitalis
Sakit berat/gizi baik/compos mentis
Tekanan Darah: 160/120 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36, 8oC
B. PEMERIKSAAN OBSTETRI
a. Pemeriksaan luar
Lingkar perut : 89 cm
Situs : memanjang
3
Punggung : kiri
Perlimaan : 4/5
Vulva :
Pembukaan : 5 cm
Penurunan : Hodge I
4
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PemeriksaanLaboratorium
Perempuan 39 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut tembus ke belakang
sejak pukul 10.00 WITA.Pelepasan lendir (+), pelepasan darah (+), air (-),HPHT 14/12/2016,
TP 21/09/2017, UK 37 minggu 6 hari, riwayat ANC >4x, riwayat suntik TT 2x. Riwayat HT (+)
sejak menjelang melahirkan. Riwayat obstetri: 2013, laki-laki, 2700 gr, aterm, rumah sakit,
bidan. 2015 kehamilan sekarang.Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis sakit
sedang composmentis. Status vitalis TD: 160/120 mmhg, N: 96 x/menit, P: 20x/menit, S: 36,5
proc.xiphodeus, LP 89 cm, TBJ 3026 gram, situs memanjang, punggung kiri, bagian terbawah
kepala, his 3x10 menit (35-40”), DJJ 156x/menit, anak kesan tunggal, gerakan anak (+)
dirasakan ibu. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan porsio lunak sedang, pembukaan 5
cm, ketuban (+) menonjol, bagian terbawah kepala, pelepasan lendir (+), darah (+), air (-), pada
Diagnosa
G7P3A3 gravid 37 minggu 6 hari inpartu kala I fase aktif + PEB
Terapi
1. Miring Kiri
5
3. Nifedipin 3 x 10mg
jam 10.00 WITA disertai pelepasan lendir dan darah. Menurut taksiran persalinan
menggunakan rumus Naegel didapatkan bahwa , ibu hamil 37 minggu 6 hari. Pada ibu ini
didapatkan tanda-tanda inpartu yaitu adanya penipisan dan pembukaan serviks, adanya
kontraksi uterus 3x10 menit (35-40”) yang mengakibatkan perubahan serviks, serta didapatkan
adanya lendir bercampur darah keluar melalui vagina, pada pemeriksaan dalam didapatkan
pembukaan serviks 5 cm Dari hasil pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 34 cm dan
lingkar pinggang 89 cm. Usia kehamilan menurut tinggi fundus adalah antara 36-38 minggu.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 160/120 mmHg, nadi 96x/menit,
pernapasan 20x/menit dan suhu 36,5. Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil. Namun,
meliputi pemeriksaan darah rutin.Dari hasil pemeriksaan protein urin memberikan hasil +3.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisis serta pemeriksaan laboratorium yang dilakukan maka
pasien ini dapat di diagnosis dengan G7P3A3 gravid 37 minggu 6 hari inpartu kala I fase aktif +
6
DISKUSI
A. PENDAHULUAN
Preeklamsia adalah sindrom spesifikkehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda penting preeklamsia, dan apabila
terdapatnya 300mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau +1 pada dipstick secara
menetap pada sampel urin secara acak. Kriteria minimum untuk mendiagnosis preeklamsi
adalah hipertensi plus proteinuri minimal. Semakin parah hipertensi atau proteinuri maka
efek keseluruhan yang kecil angka kematian pada bayi. Proteinuri +2 atau lebih yang menetap
atau eksresi proteinuri 24 jam sebesar 2g atau lebih adalah preeklamsi berat. Apabila kelainan
ginjal parah, filtrasi glomerulus dapat terganggu dan kreatinin plasma dapat meningkat.
Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas tampaknya merupakan akibat nekrosis,
iskemiadan edema hepatoseluler yang meregangkan kapsul Glisson. Nyeri khas ini sering
Selain dapat terjadi preeklamsia murni, preeklamsia dapat terjadi pada seorang wanita
yang mengalami hipertensi kronik atau yang dapat disebut sebagai superimposed on
Eklampsia yang terjadi dalam kehamilan menyebabkan kelainan pada susunan saraf.
Penyebab eklampsia adalah kurangnya cairan darah ke otak, hipoksik otak atau edema otak.
Preeklampsia berat adalah preeklamsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda di bawah
ini :
a. Desakan darah: pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik ≥ 160 mmHg dan desakan
diastolik ≥ 90 mmHg.
7
b. Proteinuria: ≥ 5 gr/jumlah urin selama 24 atau dipstick 4+.
f. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen: disebabkan teregangnya
g. Gangguan otak dan visus: perubahan kesadaran, nyeri kepala, scotomata, dan pandangan
kabur.
i. Hemolisis mikroangiopatik.
k. Sindroma HELLP
aktivasi dan agregasi trombosit serta hemolisis mikroangiopati yang dipicu oleh vesospasme
hebat. Tanda - tanda hemolisis yang berat seperti hemoglobinemia, hemoglobinuria atau
Faktor lain yang menunjukkan keparahan hipertensi adalah disfungsi jantung dengan
B. ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis eklampsia dan preeklampsia sampai saat ini masih belum
sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering
disebut “the desease of theories”.Para peneliti berpendapat bahwa kelainan pembuluh darah,
faktor otak dan sistem saraf, nutrisi dan gen berperan dalam terjadinya preeklampsia yang
nantinya dapat berkembang menjadi eklampsia. Namun tidak satupun teori dapat terbukti.
Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya
preeklampsia adalah faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana
8
jumlah trofoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi trofoblast
terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan menyebabkan
arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan turunnya aliran darah
di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi
endotel, agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi di berbagai organ.
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya
1. Usia. Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens meningkat menjadi > 3
kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten
2. Paritas. Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua, primigravida tua
3. Faktor gen. Jika ada riwayat preeklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor
risiko meningkat sampai 25%. Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang
ditentukan genotip ibu dan janin. Terdapat bukti bahwa preeklampsia merupakan
penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu
5. Pada mola hidatidosa diduga terjadi degenerasi trofoblas berlebihan yang berperan
menyebabkan preeklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih
dini/pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai
dengan preeklampsia.
6. Diet/gizi. Terdapat penelitian ibu hamil yang kekurangan kalsium berhubungan dengan
9
angka kejadian preeklampsia yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu
C. PATOFISIOLOGI
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang
arteri uterin dan arteria ovarika.Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa
arteri arkuarta memberi cabang arteri radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi infasi trofoblas ke dalam
lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi arteri spiralis.Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi
dan dilatasi.Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberikan dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darahpada daerah uretero
plasenta.Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat,
sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan “remodeling
arteri spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku
dankeras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500mikron, sedangkan pada
preeklamsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal, vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat
10
meningkatkan 10x aliran darah ke uteroplasenta.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (radikal
bebas), yaitu senyawa penerima elektron atau atom molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan.
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksik, khususnya terhadap membran endotel pembuluh darah. Sebenarnya, produksi
oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh, Adanya radikal hidroksil dalam darah mungkin dahulu dianggap sebagai
bahan toksin yang beredar di dalam darah, makan dulu HDK disebut “toxaemia”.
Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga
Produksi oksidan dalam tubuh yang bersifat toksik, selalu diimbangi dengan produksi
antioksidan.Peroksida lemak sebagai oksidan yang sangat toksik akan beredar di seluruh tubuh
dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Peningkatan oksidan ini diikuti oleh
penurunan kadar antioksidan, misalnya vitamin E. Membran sel endotel lebih mudah
11
mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan
aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat
rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
Pada waktu terjadi kerusakan endotel yang mengakibatkan disfungsi endotel, maka akan terjadi:
vasodilator kuat.
b. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi ini
12
Gambar 2. Patofisiologi terjadinya preklampsia
berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan vasopresor, atau dibutuhkan kadar
vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada kehamilan
normal terjadinya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi
oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa
daya refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin sintesa inhibitor
(bahan yang menghambat produksi prostaglandin). Prostaglandin ini dikemudian hari ternyata
adalah prostasiklin.
13
hingga pembulah darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.Banyak peneliti telah
dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada
kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada
kehamilan 20 minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan.
4. Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipibu lebih
genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak
mengalami preeklampsia.
minyak ikan, termasuk minyak hati halibut, dapat mngurangi resiko preeklampsia. Minyak ikan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan,
Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil
dengan metode uji klinik, ganda tersamar dengan membandingkan pemberian kalsium dan
plasebo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplement kalsium
cukup, kasus yang mengalami preeclampsia adalah 14% sedang yang diberi glukosa 17%.
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas didalam sirkulasi darah
14
merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga
melepaskan debris trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas akibat
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar sehingga
reaksi inflamsi juga masih dalam batas normal, berbeda dengan proses apoptosis pada
preeklampsia, dimana pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi
debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta,
misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif akan sangat
meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini
menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, dibanding
reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respon inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel
dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi
1. Volume plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna (hipervolemia), guna
memenuhi kebutuhan janin.Peningkatan tertinggi volume plasma pada hamil normal terjadi
pada umur kehamilan 32-34 minggu.Sebaliknya, oleh sebab yang tidak jelas pada preeklamsia
terjadi penurunan volume plasma antara 30%-40% dibanding hamil normal, disebut
plasma yang menurun member dampak yang luas pada organ-organ penting.
Preeklamsia sangat peka terhadap pemberian cairan intravena yang terlalu cepat dan
15
persalinan.Oleh karena itu observasi cairan masuk ataupun keluar harus ketat.
2. Hepar
Dasar perubahan pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Bila terjadi
perdarahan pada sel periportal lobur perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan
enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga di bawah kapsula hepar dan disebut
3. Kardiovaskular
4. Ginjal
a. Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga terjadi oliguria, bahkan
anuria.
d. Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar kedua korteks
ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi “nekrosis korteks ginjal” yang bersifat
ireversibel.
e. Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh darah.
5. Hematologi
16
hemolisis akibat kerusakan endotel arteriole.Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan
Umumnya meningkat ≥5mg/cc. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia, yang menimbulkan
menurunnya aliran darah ginjal dan mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga
menurunnya sekresi asam urat.Peningkatan asam urat dapat terjadi juga akibat iskemik jaringan.
7. Kreatinin
Sama halnya dengan kadar asam urat serum, kadar kreatinin plasma pada preeklamsia
juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun,
disertai peningkatan kreatinin plasma. Dapat mencapai kadar kreatinin plasma ≥ 1 mg/cc, dan
8. Janin
Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan
sel endotel pembuluh darah plasenta.Dampak preeclampsia dan eklampsia pada janin adalah:
b. Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat intrauterine
E. MANIFESTASI KLINIS
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria,
merupakan kelainan yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Pada waktu keluhan
seperti oedema, sakit kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium mulai timbul,
17
kelainan tersebut biasanya sudah berat.
1. Tekanan darah
mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah peningkatan
tekanan darah. Tekanan diastolik mungkin merupakan tanda prognostik yang lebih andal
dibandingakan tekanan sistolik, dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap
Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklampsia,
dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia pada
wanita. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg perminggu adalah normal tetapi bila melebihi
dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya preeklampsia
harus dicurigai. Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan
oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edem non dependen yang
terlihat jelas, seperti kelopak mata yang membengkak, kedua tangan atau kaki yang membesar.
3. Proteinuria
(vasospasme) dan bukannya organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria mungkin hanya
minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang paling berat, proteinuria biasanya
dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian
dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya lebih belakangan daripada kenaikan berat badan
yang berlebihan.
4. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering terjadi pada kasus-kasus
yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak
18
sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan
eklampsi, nyeri kepala hebat hampir dipastikan mendahului serangan kejang pertama.
5. Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang sering
ditemukan preeklampsi berat dan dapat menunjukan serangan kejang yang akan terjadi.
Keluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat oedem atau perdarahan.
6. Gangguan penglihatan
Seperti pandangan yang sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan sebagian atau total.
Disebabkan oleh vasospasme, iskemia dan perdarahan ptekie pada korteks oksipital.
F. DIAGNOSIS
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg pada 2 kali pemeriksaan
6. Edema paru
7. Abnormal tes fungsi hati AST atau ALT lebih dua kali batas normal laboratorium
8. Trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3)
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya kejang, melahirkan
janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya, mencegah perdarahan
hipertensi, pengolahan cairan, dan pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat.
19
Penanganan preeklampsia berat meliputi pemberian cairan antenatal dimana keseimbangan
cairan harus diperhatikan untuk menghindari kelebihan cairan, jumlah cairan maksimal
<125mmHg dan menjaga agar tetap berada dibawah tingkat tersebut. Adapun lini pertama yang
digunakan adalah: labetalol dengan dosis awal 200mg dapat dapat diulang jika tidak ada
perubahan setelah 30 menit. Jika dengan dosis tersebut tidak berespon maka dapat diberikan
labetalol bolus 50mg diikuti dengan infus diberikan selama 5 menit, obat ini berefek dalam 10
menit dan jika tekanan darah belum berkurang <160/105, maka dapat diulang dalam dosis
50mg untuk dosis maksimal 200mg dengan interval 10 menit. Setelah berespon terhadap dosis
bolus, infus labetalol harus dimulai. Infus labetalol 4ml/jam/syringe pump dan dinaikkan dua
kali lipat setiap setengah jam sampai maksimal 32ml/jam (160mg/jam) sampai tekanan darah
Kontaindikasi pemberian labetalol adalah asma berat, dan pada wanita yang memiliki
riwayat penyakit jantung harus hati-hati dalam pemberian obat tersebut. Jika dengan pemberian
labetalol intravena belum berkurang BP<160/105mmHg setelah 60-90 maka lini kedua harus
dipertimbangkan yaitu hydralazine diberikan sebagai infus bolus 2,5mg selama 5 menit dan
setiap 5 menit dilakukan pengukuran tekanan darah. Hal ini dapat diulang setiap 20 menit
sampai dosis maksimal 20mg. Hal ini dapat diikuti dengan infus hydralazine dalam 40ml cairan
fisiologis. Lini terakhir adalah nifedipin dapat diberikan apabila dengan pemebrian labetalol dan
hydralazine tekanan darah belum terkontrol regimen yang direkomendasikan adalah 10 mg/oral
3x1.
20
Pemberian obat antikejang
MgSO4
Pemberian magnesium sulfat sebagai antikejang lebih efektif dibanding fenitoin, berdasar
Cochrane review terhadap enam uji klinik yang melibatkan 897 penderita
membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan
menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition
antara ion kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat
menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan
1. Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc) dalam 100 cc
2. Maintenance dose :Diberikan infuse 6 gram dalam 500 cc larutan ringer/6 jam; atau
diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im tiap 4-6
jam
1. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% = 1
3. Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
21
3. Terhentinya pernafasan 15 mEq/liter atau 18 mg/dl
Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah 24 jam
pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Pemberian magnesium sulfat dapat
menurunkan resiko kematian ibu dan didapatkan 50 % dari pemberiannya menimbulkan efek
flushes (rasa panas). Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang yaitu diazepam atau
mempunyai khasiat stabilisasi membrane neuron, cepat masuk jaringan otak dan efek antikejang
terjadi 3 menit setelah injeksi intravena. Fenitoin sodium diberikan dalam dosis 15 mg/kg berat
badan dengan pemberian intravena 50 mg/menit. Hasilnya tidak lebih baik dari magnesium
Diuretikum
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah jantung
kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai ialah furosemida. Pemberian diuretikum
janin.
Antihipertensi
Diberikan : bila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Jenis obat : Nifedipine : 10 oral, diulangi
setelah 15-30 menit, dosis maksimum 30 mg. Nifedipine tidak dibenarkan diberikan dibawah
mukosa lidah (sub lingual) karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan
5 menit, bila gagal dalam 1 jam dapat diulang dengan dosis 12,5 mg selama 5 menit. Bila masih
gagal dalam 1 jam, bisa diulangi sekali lagi dengan dosis 15 mg selama 5 menit.
22
Jenis Obat Dosis
1. Penghambat adrenergik
1.1 Adrenolitik sentral
- Metildopa
- Klonidin
1.2 Beta blocker - 3 x 125 mg/hari sampai 3x500 mg/hari
- Pindolol - 3x0,1 mg/hari atau 0,30 mg/500ml glukosa
1.3 Alfa blocker 5% per 6 jam
- Prazosin
1.4 Alfa dan beta blocker - 1x5 mg/hari sampai 3x10 mg/hari
- Labetalol
- 3x1 mg/ hari sampai 3x5 mg/hari
- 3 x 100 mg/hari
2. Vasodilator
- Hidralazin - 4 x 25 mg/hari atau parenteral 2,5 mg – 5
mg
3. Antagonis kalsium
- Nifedipin 3 x 10 mg/hari
Kortikosteroid
Pada preeklampsia berat dapat terjadi edema paru akibat kardiogenik (payah jantung
ventrikel kiri akibat peningkatan afterload) atau non kardiogenik (akibat kerusakan sel endotel
pembuluh darah paru). Prognosis preeklampsia berat menjadi buruk bila edema paru disertai
oligouria. Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu.
Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom
HELLP.
23
Sikap terhadap kehamilannya
Berdasar William obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-
gejala preeclampsia berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya dibagi
menjadi:
medikamentosa.
pemberian medikamentosa.
Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai
tanda –tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik. Diberi pengobatan yang sama
konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah
setelaah 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan
medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita boleh dipulangkan bila penderita kembali ke
Perawatan aktif
Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah ini, yaitu:
Ibu
3. Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik dan laboratorik
memburuk
24
4. Diduga terjadi solusio plasenta
Janin
4. Terjadinya oligohidramnion
Laboratorium
Terdapat beberapa komplikasi dari preeklampsia berat yang dapat terjadi pada ibu
maupun janin yang dikandung seperti pertumbuhan janin terganggu, edemapulmonum, stroke,
abruptio plasenta, serta sindroma HELLP. Sindroma HELLP dapat mengakibatkan terjadinya
yang bisa mengakibatkan partus prematurus maupun kematian janin dalam rahim. Edema
pulmonum dapat terjadi pada ibu dengan preeklampsi akibat hipoalbuminemia serta disfungsi
sel endothelia. Selain itu, akibat hipertensi yang tinggi bisa terjadi perdarahan serebral. Ini
Abruptio plasenta yang tidak bisa diduga dari berat ringannya preeklampsia bisa timbul
dengan gejala nyeri abodomen yang tiba-tiba dengan atau tanpa perdarahan pervaginam disertai
penurunan denyut jantung bayi. Salah satu cara untuk menyelamatkan janin yang dikandung
25
adalah melalui bedah.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah janin dengan berat badan kurang atau sama
dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan 5 persentil atau FL/AC >24.
hipertensi kronik serta 3.4% kehamilan dengan kecil masa kehamilan di empat center
fetomaternal menderita cacat bawaan. Skrining dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus
uteri yang dilakukan secara rutin pada waktu pemeriksaan antenatal (ANC) sejak umur
kehamilan 20 minggu sampai aterm. Penentuan PJT juga dapat ditentukan dengan melakukan
pemeriksaan USG dimana biometri tidak berkembang secara bermakna setelah dua minggu.
Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan dengan PJT lebih tinggi dari pada kehamilan
yang normal.
I. PENCEGAHAN
preeklamsia dan eklamsi. Setelah dilakukan evaluasi terhadap strategi-strategi ini, tidak ada
1. Manipulasi diet
Salah satu cara yang paling awal dalam mencegah preeklamsia adalah pembatasan garam.
Setelah beberapa tahun diselidiki, pembatasan garam tidaklah penting. Pada penelitian yang
dilakukan Knuist dan kawan-kawan, pembatasan garam terbukti tidak efektif dalam mencegah
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Olsen dan kawan-kawan menunjukkan bahwa
26
karena bekerja dalam mensupresi tromboksan dengan hasil dominansi dari prostasiklin endotel.
Sekarang ini, pemberian aspirin terbukti tidak efektif dalam mencegah preeklamsi. Hal ini
terbukti pada penelitian yang dilakukan Caritis dan kawan-kawan terhadap wanita risiko tinggi
dan rendah. Hanya ada satu penelitian yang secara spesifik dilakukan untuk menguji efek
aspirin terhadap wanita hamil dengan hipertensi kronis. Penelitian double blind placebo
controlled trial dilakukan untuk melihat efek aspirin pada hipertensi kronis yang dilakukan
pada 774 wanita. Dosis rendah aspirin, 75 mg sehari, yang dimulai sejak masa kehamilan 26
3. Antioksidan
dalam kerusakan endotel. Penelitian yang dilakukan oleh Schiff dan kawan-kawan
menemukan bahwa peninggian plasma vitamin E pada wanita dengan preeklamsi dan
menyatakan bahwa hal ini merupakan respon terhadap stres oksidatif. Namun hal ini masih
menjadi kontroversi karena ada penelitian lain yang menyatakan terapi dengan vitamin C / E
dapat menurunkan aktivasi endotel yang pada akhirnya akan menurunkan preeklamsi.6. Pada
penelitian lain, dengan pemberian vitamin C sebanyak 1000 mg/hari dan vitamin E 400 IU/ hari
Karena itu masih perlu dilakukan penelitian sebelum menyarankan penggunaan Vitamin C dan
J. PROGNOSIS
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan
tampak jelas setelah kehamilannya di akhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan
fisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang
27
baik, karena hal ini merupakan gejala pertama oenyembuhan. Tekanan darah kembali normal
beberapa jam kemudian prognosis janin pada penderita eklamsia juga tergolong buruk.
Seringkali janin mati intrauerine atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi bayi
Peserta, Pendamping,
Supervisor,
28