You are on page 1of 11

AGAMA BUDAYA INDONESIA

A.Keagamaan suku Batak.


Dalam keagamaan suku Batak bahwa mereka percaya akan adanya lima dewata,
yaang disebut ‘mulajadi nabon(asal mula yang ada)dan debaatasiasi.kedua dewa ini
merupakan dewa asli batak.sedangkan ketiga dewa yang berasal dari pengaruh trimurti hindu
yaitu disebut Batara Guru,soripada dan mangala bulan(Debata na tolu).selan kelima dewata
tersebut batak percaya akan adanya kekuatan alam yang disebut” boras pati ni tano” yatu
suatu dewa yang berbentuk seekor kadal besar yang berdiam d bawah tanah sebagai
pemelihara kesuburan dan yang disebut ‘boru saniang naga’ yang berbentuk seekor ular yatu
dewa penguasa semua perairan.dewa ini berbahaya jikatda di ber persembahan maka da akan
marah. Kemudan di sektar alam Batak terdapat pula berbaga roh yang disebut “begu”.mereka
yang percaya pada roh roh yang menyebutkan dirinya “sipelebegu” yang termasuk roh roh itu
alah:.simangot ni ompu(roh roh leluhur)yang dihormat dengan pemujaan da upacara agar
tidak marah(sumangot na tarrimas),begitu pula ada ‘begu na jahat’(roh roh jahat)yang harus
diberi sesajian. Jadi menurut kepercayaan orang Batak memilki Tondi atau roh(zat yang tidak
nampak).tondi itu menyerta manusia slama hdupnya,tetap jika ia sakit,Tondi itu akan
meninggalkan jasadnyaselama belum sembuh,dan meninggalkan jasadnya untuk selama
lamanya jika manusia itu mati,maka jadilah ia tondi ni na mate(roh orang yang sudah mati).

B.Keagamaan suku Daya


Dalam kehidupan suku Daya mereka percaya akan adanya keahlian yang
tinggih.keahlian nibersifat tunggal,yaitu yang mendiami alam atas dan yang mendiami alam
bawah.penunggu alam atas menurut bahasa Daya ngaju disebut’Tasik Tabenteram
Bulau,Serami,Rabi’(sungai emas pengaliran segala kekayaan).
Keilahian alam atas mempunyai sekurang-kurangnya empat nama, dua nama yang
pertama yang merupakan nama menurut bahasa asli sedangkan dua nama yang kedua,
nampak karena pengaruh paham hindu dan islam. Keempat nama tu adalah sebagai berikut:
1. Sungai atau tingang yang dianggap mempunyai kesaktian dan itu merupakan nama
burung yang berjenis kelamin jantan
2. Raja tontong matanandan kanarohan tambing kabanteran bulan (raja penjuru matahari,
pangeran kelengkapan bulan).
3. Mahatara yang disebut dalam nyanyian keagamaan oleh balian yaitu ranying Mahatara
langit
4. Mahatala yang dalam bahasa sehari-hari disebut hatala, lahatala atau alatala. Istilah
tersebut mendekati istilah islam “Allah ta’ ala”. Keahlian alam bawah dikatakan
basuhun bulau, seramai rabia (sungai emas pengalir segala kekayaan) sedangkan
nama ilahi ini adalah sebagai berikut:
1. Tambon, yang berwujud sebagai naga atau ular sakti yang melambangkan kelamin
betina sebagai perlambang kesuburan tempat memohon berkah, misalnya untuk
mendapatkan keturunan bagi orang yang belum mempunyai anak dan sebagainya.
2. Bawin jata balawang bulan (wanita jata berpintu permata) dalam bahasa sehari-
hari disebut “jata” dan menurut istilah suku daya maanyan disebut “Diwata”.
Dengan demikian, bagi orang daya ilahi dirupakan dalam bentuk patung atau
dalam lukisan gambar melainkan dengan perlambangan topeng seperti tombak,
keris, burung tingan dan naga tambon. Maka terdapat sederetan para ahli sebagai
penghulu. Para ahli itu ada 5 sebagai berikut:
1. Raja Pali, yang dianggap selaku ilah kilat dan bertindak sebagai hakim
memutus perkara melalui kepala adat dalam peradilan.
2. Raja ontong yang dianggap sumber rejeki
3. Raja Sial, yang dianggap pembawa kerugian.
4. Raja Hantuen, yang dianggap sebagai sumber kerusuhan yang mengganggu
dan merusak manusia.
5. Raja Peres, yang dianggap sebagai sumber segala penyakit terutama penyakt
menular.
Dibawah ini raja-raja ilah yang lima itu masih banyak lah-ilah atau roh-roh
baik dan jahat menurut kepercayaan orang dayak. Roh-roh yang baik misalnya
sebagai berikut:
a. Temputulon, yang dianggap pemandu roh-roh orang mati agar tdak kesasar
menuju tempat alam roh.
b. Sangumang, yang dianggap suka memberi bantuan kepada manusia yang
dalam kesulitan
c. Antangbajelabulau, yang dianggap memberi perlindungan dalam
perjalanan atau kegiatan lain.
d. Jarangbawahan, yang dianggap maha perkasa, tempat meminta kekuatan
dan kepahlawanan.
Roh-roh yang jahat misalnya
1. Kuniak atau kuntilanak yang suka mengganggu wanita hamil atau
ketika melahirkan.
2. Keriau (Kerian) tubuhnya kecil dianggap suka menyesatkan dan
menyembunyikan orang dalam hutan.
3. Kloe, sebagai penjaga tanah keramat, jika melanggar tanah keramat
maka diganggunya yang disebut buah pahingen
4. Kukang, penguji dan penghalang jiwa orang mati dalam perjalanan
menuju lebuliau.

C. Keagamaan suku DI NTT


Daerah dipulau Nusa Tenggara Timur yang terdiri dar pulau-pulau besar Flores,
Sumba, Timor, dengan beberapa pulau kecil seperti Rote, Sabu, Alor, Lantar dan lain
sebagainya. Masih banyak menganut agama suku, menurut kepercayaan yang tradisional,
seperti orang-orang pulau sabu timur percaya pada “Yi Tau Wulu tau (Tuhan Yang Esa)”
yang disembah dengan perantaran “Merapi” (para arwah nenek moyang). Jadi, merapu adalah
tempat perantara antara Tuhan dan manusia. Setiap keinginan manusia disampaikan melalui
berbagai upacara persembahan dengan sesajian, (Hungu marapu) kepada Tuhan dengan
perantaraan merapu. Tempat upacara dilakukan di uma ratu (rumah ibadah) dengan sesajian
berupa pahapa (sirih-pinang), kawa daku (kepingan emas atau perak), beras dan hewan ternak
korban.
Menurut kepercayaan orang timor manusia itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari alam semesta, oleh karenanya harus ada keseimbangan antara kekuatan gaib dilangit
(Maromakoan) dan kekuatan dibumi (liurai). Orang-orang belu jika bersumpah berkata “Loro
nai Maromak, rai lu rai (matahari tempat Tuhan bersemayam, bumi tempat berpijak Liurai).
Jadi, makhluk diBumi tdak terisahkan dari makluk halus dialam semesta, karena harus ada
keseimbangan antara manusia dengan jiwa-jiwa yang masih hidup dengan alam roh yang
telah lepas dari jasad.
Jadi sebagimana kepercayaan orang-orang merapu bahwa alam jagat raya dan semua
isinya diciptakan oleh dewa langit yang oleh orang timor (dawan) disebut Uis neno. Dewa itu
berada lebih tinggi dari bumi dan langit, Ia adalah maha pencipta yang menguasai dan
mengatur alam dunia dan alam gaib.
Uis neno itu dapat menjelma dalam bentuk matahari, bulan, cahaya, air, buaya atau dalam
bentuk tubuh yang indah dan sangat mulia. Ia mendatangkan kebenaran (Tetus), Ia
menyebabkan udara dingin (Mainikin oetene) dan terjadinya perubahan pembaruan. Dalam
hubungannya dengan manusia Uis neno dapat menjelma sebagai “Uis pah” (Dewa bumi) dan
“Pah nitu” (arwah nenek moyang) yang berada dibumi dan berada pada benda yang ada
dibumi. Uis Pah dan Pah nitu merupakan kaki tangan dari Uis neno dalam mengatur dan
mengurus kehidupan manusia. Perwujudan dari kekuatan Uis neno kedalam bentuk Pah nitu
dijelmakan ke dalam bentuk berbagai “Totem” dipulau Timor Sampai sekarang dikenal totem
kera (krawa).
1. Upacara pertanian
Apabla tanah akan di buka tanah suku dikuasai oleh tobe. Maka si pemohon wajib
melaksanakan upacara dan upacara keagamaannya sebagai berikut:
 Menagajukan permohonan izin kepada tobe dengan membawah hadia uang
perak dan air tuak dan mengorbankan seekor kerbau sebagai sajian kepada
yang gaib.
 Setelah izin diperoleh dari tobe si pemohon memberi bunga tanah (Pak su fan)
berupa marja mute (manik-manik atau sebatang perak).
 Melanjutkan upacar bertempat dirumah anggota kanaf (kerabat) yang tertua
dengan upacara pembacaan doa oleh menane, untuk memohon keberkahan
dari nenek moyang yang disertai sesajan pada tiang pujaan dan tonggak
persembahan yang dianggap keramat.
Setelah selesai upacara permohonan izn baik dari tobe maupun dari pah netu,
maka dilanjutkan dengan acara dan upacara penebangan pohon, membakar,
menanam, panen jagung, dan padi dan lain sebagainya.
2. Upacara Kelahiran
Apabila suatu keluarga melahirkan anak,maka upacara pertama yang dibuat
adalah memperkenalkan bayi kepada sanak keluarga dan tetangga.upacara
demikian bagi orang-orang biboki dinamakan’Taponi Anah’atau ‘napou
ana’.biasanya sejak lahir baik bu maupun anaknya tdak diperbolehkan keluar
dari rumah.pada hari ketiga keempat maka kaum keluarga berkumpul utuk
melakukann upacara pelepasan tali ari-ari.jka bayi itu laki-laki maka tali ari-
arinya diikat pada sebuah batang pohon kayu oleh seorang lelaki,jiak bayi itu
perempuan maka yang akan mengikat tali ari-arinya adalah seorang
perempuan juga.pada saat melakukan pengkatan tali ar-aribayi laki-laki
tersebut maka orang yang melakukannya harus membawah alat-alat pertanian
dengan anggapan bahwa agar kelak anak laki-laki tersebut bisa pintar mencar
nafkah untuk menghidupkan istri dan anaknya nanti,begitu pula dengan orang
yang bertugas untuk menggantungkan tali ari-ar si bayi perempuan
membawah perlengkapan tenun dan dipercayakan agar kelak si wanita
tersebut bisa menjadi penenun yang baik.selama tuju hari bu yang melahirkan
bayi tersebut dibantu oleh seorang dukun paragai dan selama tuju hari itu si
ibu yang baru melahirkan tidak diperkenankan utk melakukan aktifitas
rumah,dan pada hariketuj diadakan acara ‘Netoro Bane’yaitu acara
pembalikan periuk untuk memasak air dalam arti siibu sudah bsa masak air
sendiri.kemudian dilakukan upacara babae artinya membalas semua budi
bantuan padanya selama seminggu sekalian memberi nama anak sesuai nama
nenek moyang.
Apabila setelah anak sudah diberi nama tetapi sering sakit berarti
nama itu tdak cocok maka diganti nama tersebut dengan nama nenek moyang
lain yang diperkirakan sesuai dengan anak tersebut.
Di felores dikalangan orang-orang sikka upacara penyambutan bayi
dinamakan ‘lang api’upacara ini lansung dipimpin oleh dukun paragai pada
hari keempat sejak lahirnya anak dengan acar sebagai berikut:
1.Dukun para gai turun dari rumah dengan membawah api,sirih,pinang
dan tembakau
2.Barang-barang yang dibawah dukun itu diterima oleh orang-orang
yang berada dibawah rumah.
3.Bayi dibawah turun dengan kaki diatas kepala dibawah.
4.Setelah diterimah orang-orang dibawah.barulah bayi ditegakan seperti
biasanya.
Maksud acara tersebut agar sibayi selalu dalam keadaan ‘tena blirang
blatang’yaitu dijauhkan dari segala penyakit dan pengaruh jahat.

Pada hari kelima,si bayi dbawah kerumah neneknya,nenek memberinya


telur, ayam dan beras maksud acara ini adalah agar si bayi bisa mengenal
neneknya.Kemudan dilanjutkan dengan acara ‘Rait Alang’yaitu cukuran
rambut.pada saat ini semua utangn piutang akan dihapuskan atau di anggap
lunas seperti pembayaran belis yang belum lunas dari pihak ayah kepada pihak
keluarga ibu.Maksudnya agar sianak tidak dihinggap segala macam
penyakit.Ketika anak telah berumur 6-7 tahun maka diadakan upacara’ekor
niung’ (potong gigi) dpapas agar gginya rata maksudnya juga penolakan bagi
segala penyakit.jika anak laki-lak maka akan diadakan puacara’gereng
lemeng’.

3. Upacara kematian.
a.Upacara orang merapu.
Upacara kematian merupakan akhir dari keabadian hidup didunia dan
menjalani penggembaraan di alam supernatural(alam ghaib).Agar perjalanan itu baik
maka dilakukan acara besar-besaran dalam 3 tahap yatu:tahap sebelum jenazah
dikuburkan,seketika penguburan dan setelah penguburan.inti upacara adalah ’pemo’
yaitu pemutusan hubungan antara org yang masih hidup dengan orang yang sudah
wafat dan sebagai syukuran.terutama pada saat setelah penguburan dimana para
anggota keluarga menyembali korban ternak bagi arwah si mati.Pada waktu yang
ditentukan diadakan upacara tarain selama satu minggu atau lebih yang diakhiri
dengan penyembelian korban ternak.
Upacara sebelum penguburan ialah jenazah ditempatkan di atas batu,
badannya diikat dan disandarkan pada lima buah tiang pelepah daun lontar (aju kerai)
dengan berpakaian lengkap yang indah ataubpakaian kebesarannya, diatas kepalanya
ditaruh kopra dan kere dading babi (wawi geni), dan disediakan baginya ‘ie langu
jara’ (sirih pinang dan makanan serta minuman). Menurut mereka orangnya tidak mati
yang mati hanya tubuhnya saja.
Upacara penguburan: tempat kuburan berada didekat rumahnya, dengan
menggali lubang berlingkaran bulat seperti sumur dengan garis tengah 1setengah
meter dan dalamnya setinggi dada orang dewasa.
Upacara setelah penguburan: yang pertama dilakukan ialah semua anggota
keluarga berunding untuk mempersiapkan biaya pesta upacara ‘pemou’. Sehari
setelah penguburan dilakukan ‘ledo-ledo’ (tarian kematian) selama seminggu tersu
menerus siang malam, dan setiap malam dilakukan pemujaan kepada arwah nenek
moyang.
Keesokan harinyadilakukan upacara pembongkaran bangunan rumah dengan
menyembelih lagi seekor kerbau atau babi untuk dibagikan semua kepada para
anggota keluarga yang telah mengerjakan pembongkaran rumah.
Tiga hari setelah acara penutup itu, maka diadakan upacara ‘Haga’ terbatas
untuk anggota keluarga si mati, guna mendengarkan pantun silsilah keturunan si mati.
b. upacara orang Rote:
upacara kematian orang rote di pulau Rote yang sederhana, yang mana jka
terjadi kematian, maka yang bertanggung jawab mengurusnya adalah anak atau
saudara lelaki si mati. Jenazah dimandkan, diberi pakaian selmut dan baju, untuk
selanjutnya dimasukkan ke dalam peti mati,b yang terbuat dari bahan kayu, yang
diatasnya berlubang.
Selesai penguburan jenazah, maka para anggota keluarga yang kematan
bersiap-siap untuk melaksanakan upacara ‘lakapeno’, ‘mok bingga’, ‘tuna latek faha
hapa langak’ dan ‘natu buku balek’.
Upacara lakapeno:
Upacara ini dimaksudkan sebagai upacara pembersihan dosa dan tolak balak dengan
mencuci rambut janda/duda dengan parutan kelapa.
Pada malam harinya diadakan acara bernyanyi-nyanyi dan menar-nar
‘kabalai’denganiringan gong dan sesandu (sejenis kecapi).
Kenmudian keesokan harinya dilaksanakan sebagai berikut:
 Kelapa muda diparut dengan dicampur irisan jeruk nipis
 Pemuka adat menyembelih korbansajian dua tiga ekor kambing atau babi
 Pemuka adat menyediakan suguhan sajian sirih pnang dan tembakau yang
yang berwadah tempurung kelapa
 Pemuka adat membawa tempurung sajian ke persimpangan jalan tiga
mengadakan hubungan dengan roh-roh, dengan membaca mantera, memohon
agar acara mereka tidak di ganggu.
 Janda/duda yang ditinggalkan almarhum/almarhumah bersangkutan dibawa
dan diringi menuju sungai untuk mandi dan berlangir dengan parutan kelapa.
 Selesai acara mandi mereka kembali kerumah duka untuk santapan bersama
Upacara Mok Bingga
Upacara ini dimaksudkan untuk memutuskan hubungan antara orang yang
sudah mati itu dengan para anggota keluarga/ kerababatnya yang masih hidup.
Pelaksaan acaranya sebagai berikut:
 Pelaku upacara dibebankan kepada saudara lelaki atau ibu si mati
 Pelaku upacara membawa seekor hewan korban, sayuran daun kelor dan satu
botol gula cair
 Tua adat membaca doa pemisahan hubungan antara si mati dan para anggota
keluarga /kerabatnya yang ditinggalkan
 Selesai pembacaan doa para anggota keluarga dekat si mati makan bersama dari
satu nyiru dan minum bersama dari satu botol sopi dan air gula.
 Selesai anggota keluarga si mati makan bersama, barulah dipersilahkan para
hadirin
Upacara Tuna Lateh Faha Hapa Langak
Upacara ini alah upacara pemadatan tanah kuburan dengan melakukan
pembelahan kepala kerbau, yang telah disembelih sebagai korban ketika acara
penguburan jenazah, yang sengaja tidak diolah.
Pelaksanaan acaranya sebagi berikut:
 Kepala kerbau itu dibelah-belah dan dagingnya dipotong-potong dan direbus
 Disembelih juga beberapa ekor kambing atau babi sebagai hewan korban, untuk
dbagi-bagikan dagingnya kepada semua orang yang telah mengerjakan
penggalian kuburan, sebagai tanda terima kasih
 Para ibu-ibu mempersiapkan makanan, para lelaki membawa lesung tembilang
dan alat-alat lain untuk memadatkan tanah kuburan
 Tanah kuburan dipadatkan dan permukaannya diratakan sejajar dengan tanah
 Sebagai tanda kuburan, dibuatkan pagar sekelilingnya, dan diatas tanah kuburan
itu dibentangkan tikar bekas dan seember air untuk para pekerja membasuh
tangannya. Ketika itu para pekerja dan lainnya saling menyipratkan air kejar
mengejar.
Upacara Natu Buku Balok
Upacara ini merupakan upacara penutup orang Rote yang dilakukan sehari-
semalam atau lebih, setelah jenazah dikebumikan, sehingga berakhirlah masa
berkabung seluruh keluarga si mati itu.
Pelaksanaan acaranya sebagai berikut:
 Upacara dipimpin oleh ‘Manasongo’ (kepala adat) yang dimulai tepat pada 24
tengah malam, untuk mengadakan hubungan dengan arwah-arwah dialam gaib,
bertempat dirumah duka.
 Manasongo menabuh sebuah tambur (moko) lalu berteriak-teriak memanggil
para arwah dengan suara yang aneh dan mengharukan, mula-mula teriakan itu
dengan nada tinggi, kemudian menurun, lalu kuat lagi dengan penuh semangat
dan suara yang menyeramkan.
 Begitu Manasongo melihat para arwah itu telah datang, maka turunlah ia dari
rumah untuk menyambut para arwah itu, dengan menaburkan beras dan keratan
telinga babi, sambil berkata:
 ‘inilah bagian pusakamu, ambillah dan sejak kini anda tidak boleh lagi
menuntut sesuatu kepada kami semua’.
 Sesudah itu Manasongo berteriak sekeras-kerasnya yang diikuti hadirin yang
ada disekeliling rumah, maka selesailah acara ‘natu’.
 Kemudian semua anggota keluarga berkumpul menemui manasongo untuk
mendengarkan keterangannya tentang para arwah itu.
 Biasanya manasongo lalu bercerita bahwa arwah-arwah itu ada yang dilihatnya
tidak berkaki, atau tidak bertubuh atau ada yang membawa pedang dan lembing
karena merasa disiksa.
 Selesai acara itu, maka gong dan moko ditabuh sebagai tanda seluruh keluarga
dan hadirin bersuka ria sampai keesokkan harinya
 Esok hari semua hewan korban disembelih daging-daging dipotong dan direbus,
dan sore hari dilaksanakan upacara ‘buku balek’ yaitu makan bersama. Hewan
korban bisa sampai 50 ekor sapi, kerbau atau babi
 Selesai acara makan bersama dadakan pembagian daging korban kepada hadirin
dengan memperlihatkan banyak sedikitnya sumbangan para hadirin.

c. Upacara orang Timor:


1). Upacara orang Insana
Acara dan upacara penguburan jenazah orang Insana sebagai berikut:
 Upacara keagamaanya diatur dan di pmpin oleh ‘Amaf’ (bapak kepala
ume (klen) dari kerabat yang meninggal)
 Yang pertama dilakukan oleh amaf adalah menghidupkan ‘ai leu’ (api
keramat) berupa obor untuk menerangi perjalananarwah si mati dalam
menuju alam ghaib
 Mendirikan lesung sebagai tanda agar semua anggota kerabat tetangga
tidak usah lagi makan di rumah masing-masingmelainkan dirumah
duka
 Para anggota keluarga si mati makan bunga ‘suf muti’ sebagai tanda
perpisahan dengan arwah yang mati
 Amaf melaksanakan ‘tutu kubi’ (titi tempurung) sebagai tanda jenazah
akan diusung dibawa kekuburan
 Setelah jenazah dikuburkan amaf memerciki para hadirin sebagai
tanda pembersihan dari pengaruh jahat kutukan maut
 Membuat api unggun atau obor dengan menyembelih hewan korban
sebagai sajian
 Membakar tempat timbunan daging hewan korban dan
pembuangannya tempurung sebagai bekal arwah si mati yang
memasuk alam ghaib
 Acara ditutup dengan keluarga si mati menyampaikan tempat sirih
kepada amaf.
2). Upacara orang Rote Dangka
Sebelum jenazah dibawa ke kuburan dilakukan upacara ‘mete-mete,
yaitu selama 2-3 hari jenazah dibiarkan untuk diratapi dan ditangisi
oleh anggota keluarga yang ditinggalkannya.
3). Upacara orang Biboki
Dikalangan orang bibolik jika ada kematian,maka ahli rumah harus
memberitahukan kepada seluruh keluarga tetangga,terutama’Atoni
Amaf’yaitu saudara laki-laki tertua dari pihak ibu yang wafat.apabila
tidak ada pemberitahuan kepada sanak saudara tetangga walaupun
letak rumahnya dekat maka orang tidak mau datang.
Acara selanjutnya adalah sebagai berikut:
1.Begitu Atoni Amaf datang,ia menghidupkan api suci
dekat jenaza yang disebut ‘a hoet ai mone’.
2..jika semua anggota keluarga telah berkumpul maka adakan
perundingan tentang upacara waktu upacara pesta kematan dan saat
penguburan dan biaya -biaya yang di perlukan.
3.Untuk keperluan jenaza dikuburkan,Disaiapkan bekal untuk
perjalanan arwahnya ke alam gaib seperti nasi,kelapa.beberapa sisisr
pisang dan lain sebagainya dan kemudian jenazah dbawah kekuburan
4.setelah jenazah dikuburkan dimulailah pesta kematian dimana setiap
keluarga menyumbang dua ekor sapi atau dua ekor kerbau dan dua
klaleng beras.untuk upacara paling sedikit di sembeli 60 ekor sapi atau
kerbau.

c.Ueagamaan orang Jawa.


Menurut kepercayaan orang jawa sejak zaman purba orang jawa sudah
menganut kepercayaan terhadap alam roh(animisme)dan semua yang ada itu memiliki
kekuatan(dinamisme)
Pengaruh agama slam yang disebarkan oleh para wali(wali songo)dengan
sistem dakwah,kekeluargaan dan perdagangan,yang dilaksanakan dengan damai dan
menggunakan metode budaya jawa-hindu, sehingga ajaran agama islam belum
mendalam dihati sanubari rakyat.

d.Agama Kejewen.
Dikarenakan penyebaran slam yang masih mendarat dan belum mendalam
sejak didirikannya kesultanan islam Demak kurang lebih 1500,terganggunya keamanan
dikarenakan perebutan kekuasaan politik di kalangan penerus keturunan Raden
Patah,dan terjadnya perpecahan di antara para wali atau ulama,maka terjadilah 3
kelompok diantara para penganut agama dikalangan orang-orang jawa.ketiga golongan
penganut agama tersebut ialah;
1.golongan santri
Golongan santri adalah orang-orang yang taat menjalankan agama
islam
2.Golongan priyayi
Golongan ini terdiri dari kaum bangsawan yang keluarganya istana
serta para penjabat pemerintah pada umumnya mengaku beragama
islam karena poltik,kedudukan atau jabatan,tetapi kebanyakan dari
mereka tidak menjalankan agama islam taat.
3.Golongan Abagan.
Golongan abagan adalah mereka yang menganut kepercayaan
purba yang bercampur dengan kebudayaan Hindu-Budha jawa kuno
dengan berselubung pada islam.

You might also like