You are on page 1of 33

A.

Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu
dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid
dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang
superficial.(neorologi kapita selekta,1996).

B. Klasifikasi
1. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis organisme
yang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus pneumonia dan
neisseria meningitis.
Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadi pada
daerah penduduk yang padat, spt: asrama, penjara.
Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau sickle sell
anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur tulang
tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis . Selain itu juga
dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, spt: AIDS dan defisiensi
imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan
terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat
yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan
terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis
menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial.
Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
2. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri.
Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem
nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui
sistem vaskuler.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek
dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat
mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau
neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.
3. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada
klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh
yang akan berefek pada respon inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien
dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual,
muntah dan menurunnya status mental.

C. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.

D.Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.

E. Manifestasi klinis
E.1Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a). Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b). Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c). Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

E.2 Tanda dan gejala meningitis secara umum:


1. Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter, kelemahan, hipotonia
2. Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi
dan disritmia pada fase akut
3. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin
4. Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa
kering
5. Higiene ; Tidak mampu merawat diri
6. Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi,
“Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan oenglihatan, diplopia, fotofobia,
ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori, sulit mengambil keputusan, afasia,
pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia, tanda”Brudzinski”positif, rigiditas nukal, refleks
babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
7. Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,
fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh
8. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
9. Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau
kulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru
berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash,
gangguan sensasi.
10. Penyuluhan / pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis,
diabetes mellitus
D.3 Tanda dan gejala meningitis secara khusus:
1. Anak dan Remaja
a) Demam b) kjhMengigil c) Sakit kepala
d) Muntah e) Perubahan pada sensorium f) Peka rangsang
g) Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal) h) Agitasi
2. Bayi dan Anak Kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.
a) Demam c) Fontanel menonjol.
b) Muntah d) Peka rangsang yang nyata
3.Neonatus:
a) Menolak untuk makan. i) Hipothermia atau demam.
b) Kemampuan menghisap menurun. j) Peka rangsang.
c) Muntah atau diare. k) Mengantuk.
d) Tonus buruk. l) Kejang.
e) Kurang gerakan. m) Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.
f) Menangis buruk. n) Sianosis.
g) Leher biasanya lemas. o) Penurunan berat badan.
h) Tanda-tanda non-spesifik:

F. Pengkajian Sistem Sensorik.


Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi raba, nyeri, suhu yang
normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh, sensasi propriosefsi, dan
diskriminarif normal.
Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang herhubungan dengan peningkatan TIK (tekanan
intrakranial). Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema
serebral terdiri atas: perubahan karakterisrik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan nadi
dan bradikardia). Pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat
kesadaran. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang mencolok pada meningitis
meningokokus (neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua klien dengan ripe
meningitis mengembangkan lesi-lesi pada k Mit di antaranya roam petekie dengan lesi
purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas. lritasi meningen mengakibatkan
sejumlah tanda yang mudah dikenali yang umumnya terlihat pada semua ripe meningitis.
Tanda tersebut adalah kaku kuduk, tanda Kernig (+), dan adanya tanda Brudzinski.
• Kaku Kuduk
Kaku kuduk merupakan tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesulitan karena adanya spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
• Tanda Kernig Positif
Ketika klien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arab abdomen, kaki tidak
dapat diekstensikan sempurna.
• Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika !cher klien difleksikan, terjadi fleksi lutut dan pinggul; jika
dilakukan fleksi pasif pada eksrremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang sama
terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.

G. Pengkajian pada Anak


Pengkajian pada anak sedikit berbeda dengan klien dewasa, hal ini disebabkan pengkajian
anamnesis lebih banyak pada orang tua dan pemeriksaan fisik yang berbeda karena belum
sempurnanva organ pertumbuhan terutama pada neonatus. Pengkajian yang biasa
didapatkan pada anak bergantung pada luasnya penyebaran infeksi di meningen dan usia
anak. Hal lain yang memengaruhi klinis pada anak adalah jenis organisme yang
menginvasi meningen dan seberapa keefektifan pemberian dari terapi, dalam hal ini
adalah jenis antibiotik yang dipakai sangat berpengaruh terhadap klinis pada anak. Untuk
memudahkan penilaian klinis, gejala pada meningitis pada anak dibagi menjadi tiga, yaitu
anak, bayi, dan neonatus.
Pada anak manifestasi klinis timbulnya sakit secara tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala,
papas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak menjadi rewel ‘Jan agitasi, serta dapat
berkembang fotofobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk
stupor dan koma. Gejala atau gangguan pada sistem pernapasan atau gastrointestinal
seperti sesak napas, muntah dan diare. Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada
kepala jika difleksikan, kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski (+). Akibat perfusi yang
tidak optimal biasanya memberikan tanda klinis kulit dingin dan sianosis. Gejala lainnya
yang lebih spesifik seperti peteki (adanya purpura pada kulit) sering didaparkan apabila
anak mengalami infeksi meningokokus (meningokoksemia), keluarnya cairan dari telinga
merupakan gejala khas pada anak yang mengalami meningitis pneumococal dan
congenital dermal sinus terutama disebabkan oleh infeksi E. Colli.
Pada bayi manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak usia 3 bulan sampai 2 tahun
dan sering ditemukan adanya demam, nafsu makan menurun, muntah, newel, mudah lelah
dan kejang-kejang, sena menangis meraung-raung. Tanda khas di kepala adalah fontanel
menonjol. Regiditas nukal merupakan tanda meningitis pada anak, sedangkan tanda-
tanda Brudzinski dan Kernig dapat terjadi namun lambat atau ada pada kasus meningitis
tahap lanjut.
Pada neonatus biasanya masih sulit untuk diketahui karena manifestasi klinisnya tidak
jelas dan tidak spesifik, namun pada beberapa keadaan gejalanya mempunyai kemiripan
dengan anak yang lebih tua, neonatus biasanya menolak untuk makan, kemampuan untuk
menetek buruk, gangguan gastrointestinal berupa muntah dan kadang-kadang diare.
Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah. Pada kasus
lanjut terjadi hipothermia/demam, ikterus, rewel, mengantuk, kejang-kejang, frekuensi
napas yang tidak teratur/ apnoe, sianosis dan penurunan bcrat bahan, tanda fontanel
menonjol mungkin ada atau tidak. Leher fleksibel dan tidak didaparkan adanya kaku
kuduk. Pada fase yang lebih berat, terjadi kolaps kardiovaskular, kejang dan apnoe
biasanya terjadi jika tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan yang cepat.

H. Komplikasi
1. Tuli
2. Buta
3. Perkembangan Telat

I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik rutin pada klien meningitis, meliputi laboratoriurn klinik rutin
(Hb, leukosit, LED, trombosit, retikulosit, glukosa). Pemeriksaan faal hemostasis
diperlukan untuk mengetahui secara dini adanya DIC. Serum elektrolir dan glukosa
dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisis cairan otak. Lumbal
pungsi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Analisis cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Kadar
glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya, kadar
glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar
glukosa cairan otaknya menu run dari nilai normal.
Untuk lebih spesifik mengetahui jenis mikroba, organism penyebab infeksi dapat
diidentifikasi melalui kultur kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counter
Immuno Electrophoreses (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen hakteri
pada cairan tubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine.
Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien, meliputi foto rontgen paru, dan CT
scan kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan adanya edema serebral atau penyakit
saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

J. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan
dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sehagai bahan kolaborasi
dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis, meliputi
pemberian antibiotik yang mampu melewati darah—barier otak ke dalam ruang
subaraknoid dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan
bakteri. Biasanya menggunakan sefalnposforin generasi keempat arau sesuai dengan hasil
uji resistensi antibiotik agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.

K. Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis
posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat
menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan
tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan
terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius

L. ASUHAN KEPERAWATAN
L.1 Pengkajian
L.1.1 Anamnesa
1. Identitas pasien.
2. Keluhan utama: sakit kepala dan demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan
keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat
timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan
bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa
sebelumnya perlu ditanyakan pada pasien. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering
digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic
dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).

5. Riwayat psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk
menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya .dan perubahan peran pasien dalam
keluarga dan masyarakat. serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

L.1.2 Pemeriksaan fisik


B1: Peningkatan kerja pernapasan pada fase awal
B2: TD meningkat, nadi menurun, tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan
TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardia, disritmia (pada fase akut) seperti
disritmia sinus

B3: afasia/ kesulitan dalam berbicara, mata (ukuran/ reaksi pupil), unisokor atau tidak
berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK) nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus
menerus), kejang lobus temporal, otot mengalami hipotonia/ flaksid paralysis (pada fase
akut meningitis), hemiparese/ hemiplegi, tanda Brudzinski (+) dan atau tanda kernig (+)
merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut), refleks tendon dalam terganggu,
babinski (+), refleks abdominal menurun/ tidakl ada, refleks kremastetik hilang pada laki-
laki
B4: Adanya inkontinensia dan/atau retensi
B5: Muntah, anoreksia, kesulitan menelan
B6: Turgor kulit jelek

L.2 Diagnosa
1. Nyeri b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
2. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen dari patogen.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang
mengubah/menghentikan darah arteri/virus
4. Risiko tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo
5. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan
6. Perubahan persepsi sensori b.d defisit neurologis

L.3 Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot
leher.
Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri
2. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi) Menurunkan iritasi
meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
3. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif. Dapat membantu merelaksasikan ketegangan
otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau tidak nyaman tersebut
4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul Meningkatkan relaksasi otot
dan menurunkan rasa sakit/ rasa tidak nyaman
Kolaborasi
5. Berikan anal getik, asetaminofen, codein
Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat

Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen dari
patogen.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin diperlukan sampai organisme diketahui/dosis
antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang
lain
2. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat. Menurunkan resiko
pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi
3. Ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nafas dalam Memobilisasi secret dan
meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi
terhadap pernapasan
Kolaborasi
4. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu

Diagnosa 3 : Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema
serebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak
yang memerlukan tindakan medis dengan segera
2. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan. Aktivitas seperti ini akan
meningkatkan tekanan intratorak dan intraabdomen yang dapat men9ingkatkan TIK.
Kolaborasi.
3. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
Peningkatanaliran vena dari kepal akna menurunkan TIK
4. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ). Meminimalkan fluktuasi dalam aliran
vaskuler dan TIK.
5. Berikan obat : steroid, clorpomasin, asetaminofen Menurunkan permeabilitas kapiler
untuk membatasi edema serebral, mengatasi kelainan postur tubuh atau menggigil yang
dapat meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi oksigen dan resiko kejang

Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum,
vertigo.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
Melindungi pasien bila terjadi kejang
2. Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika terjadi
vertigo, sinkop, atau ataksia

Kolaborasi
3. Berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang

Diagnosa 5 : Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular, penurunan


kekuatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
2. Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasidan fungsi sendi/posisi normal
akstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis
3. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab. Meningkatkan sirkulasi, elastisitas
kulit, dan menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit
4. Berikan matras udara atau air, perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
Menyeimbangkan tekanan jaringan, meningkatkan sirkulasi dan membantu
meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.
5. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi. Proses penyembuhan yang
lambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan secara fisik merupakan bagian
yang amat penting dari suatu program pemulihan tersebut.

L.4 Evaluasi
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu
dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid
dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang
superficial.(neorologi kapita selekta,1996).
Tanda Dan Gejala Meningitis Secara Umum
1. Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter, kelemahan, hipotonia
2. Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi
dan disritmia pada fase akut
3. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin
4. Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa
kering
5. Higiene ; Tidak mampu merawat diri
6. Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi,
“Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan oenglihatan, diplopia, fotofobia,
ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori, sulit mengambil keputusan, afasia,
pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia, tanda”Brudzinski”positif, rigiditas nukal, refleks
babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
7. Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,
fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh
8. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
9. Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau
kulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru
berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash,
gangguan sensasi.
10. Penyuluhan / pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis,
diabetes mellitus

4.2 SARAN
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama
mahasiswa. Selain itu penyakit Meningitis ini sangat berbahaya dan kita sebagai host
harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

Askep Meningitis
( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Meningitis )

Definisi

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).

Askep Meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari
mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan
bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan
dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang
superficial.(neorologi kapita selekta,1996).

Etiologi

1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria


meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa

2. Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia

3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.

6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan sistem
persarafan

Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :

a) Meningitis serosa

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya Virus, Toxoplasma
gondhii dan Ricketsia.

b) Meningitis purulenta

Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia, yang
menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.

Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi
terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

Manifestasi klinis

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.

3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:

a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.

b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul.
Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama
terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.

4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen
dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya
tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan
tingkat kesadaran.

6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

Pemeriksaan Diagnostik

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat glukosa mening

plSSSS KONSEP DASAR PENYAKIT MENINGITIS

1. Pengertian
Meningitis adalah infeksi pada meninges yang biasanya disebabkan oleh invasi bakteri dan

hanya sedikit oleh virus. Prognosis bergantung pada anak, organisme, dan respon anak terhadap

terapi. Meningitis bakteri menyebabkan keatia jika tidak ditagani segera. (Muscari, Mary E. 2005

: 188).

Meningitis tuberkulosa terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya

dari paru. Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran

hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,

sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga araknoid (Rich dan

McCordeck).

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis

dan mycibacterium bovis. Kumpulan protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan,

sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam merupakan faktor penyebab terjadinya

fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. (Ngastiyah, 2005 : 63)

Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pads batang otak tempat

terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan

obstruksi pada sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus serta kelainan pada saraf otak.

(Ngastiyah 2005; 188)

2. Etiologi

Terjadinya meningitis tuberkulosa merupakan akibat penyebaran tuberkulosis

(Mycobacterium tuberculosis) primer melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,

sumsum tulang belakan atau vertebrata ysang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid (Rich

dan McCordeck). (Ngastiyah 2005 : 188)


Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe

utama yakni :

a). Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokus,

pneumokokus, dan basil influenza.

b). Tuberkulosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel (Mycobacterium tuberculose).

c). Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen – agen virus yang sangat bervariasi. (Elizabeth Indah,

1998 : 2).

Etiologi lainnya yaitu :

a). Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumoniae, neisseria meningitides,  -

hemolytic streptococcus, staphylococcus aureu, e. coli.

b). Faktor maternal : rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.

c). Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin, anak yang mendapat

obat – obat imunosupresi.

d). Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan

system persarafan.

3. Anatomi dan Fisiologi

Meningen (selaput otak) mrupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang

belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi

(serebro spinal), memperkecil terjadinya benturan atau getaran yang terdiri dari 3 lapisan:

a). Durameter (lapisan sebelah luar)


Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat. Durameter

pada tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah vena ke otak yang dinamakan

sinus longitudunal superior, terletak diantara kedua hemisfer otak.

b). Arakhnoid (lapisan tengah)

Arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter

membentuk sebuah kantong atau balon yang berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan

saraf pusat.

c). Piameter (lapisan sebelah dalam)

Piameter merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak, piameter

berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan ikat yang disebut trabekel.

Adapun fungsi meningeal sebagai berikut :

1) Menyelubungi dan melindungi susunan saraf pusat

2) Melindungi pembuluh darah dan menutupi sinus venus

3) Berisi cairan serebrospinal

4. Patofisiologi

Meningitis tuberkulosa terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya

dari paru. Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran

hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,

sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga araknoid (Rich dan

McCordeck). Meningitis bakteri; netrofil, limposit dan yang lainnya merupakan sel radang.

Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk diruang subaraknoid. Penumpukan

pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran cerebrospinal fluid disekitar otak dan medula
spinalis. Terjadi vasodialatasi yang cepat dari pembuluh darah dan jaringan otak dapat

menimbulkan trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infark.

Penyebaran Mycobacterium Tuberculosis dapat mencapai otak melalui penyebaran limfe dan

darah. Otak dapat menjadi tempat Mycobacterium tuberkulosis berkembangbiak dan mati

selanjutnya. Kadang-kadang bakteri ini dapat mengeluarkan massa keju ke dalam cairan

serebrospinal sehingga terjadi meningitis.

5. Manifestasi Klinis

Pada meningitis tuberkulosa secara klinis kadang-kadang belum terdapat gejala

meningitis nyata walaupun selaput otak sudah terkena.

Gejala biasanya didahului oleh stadium prodromal berupa iritasi selaput otak. Meningitis

biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat kenikan suhu yang ringan saja, jarang

terjadi akut dengan panas yang tinggi. Sering dijumpai anak mudah terangsang atau menjadi

apatis dan tidurnya sering terganggu. Anak besar dapat mengeluh sakit kepala. Anoreksia,

obstipasi dan muntah sering dijumpai.

Kemudian disusul stadium transisi dengan kejang. Gejala-gejala diatas menjadi lebih

berat dan gejala rangsangan meningeal mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku

dan timbul opistotonus. Reflek tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya

juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan nistagmus. Suhu

tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran menurun hingga timbul stupor.

Stadium terminal berupa kelumpuhan-kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam, pupil

melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Pernapasan dan nadi menjadi tidak teratur, sering terjadi

pernapasan “Cheyne-Strokes”. (Ngastiyah 2005 : 188).


6. Manajemen Medis Secara Umum

Pemberian kombinasi obat antituberkulosis dan ditambah dengan kostikosteroid, pengobatan

simtomatik bila terjadi kejang, koreksi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau

muntah-muntah, fisioterapi. Umumnya dipakai kombinasi Streptomisin, PAS, dan INH.

(Ngastiyah 2005 : 189)

7. Dampak Masalah Terhadap Fungsi Sistem Tubuh Lain

a. Sistem persarafan

Penurunan kesadaran terjadi karena terganggunya sel – sel saraf sensoris dan motorik yang

diakibatkan karena hipoksia jaringan otak yang terkena infeksi. Karena terganggunya sel – sel

saraf sensoris dan motoris itu maka akan mengganggu pada anggota tubuh lainnya dan akan

terjadi reflek – reflek yang abnormal pada klien.

b. Sistem Kardiovaskuler

Pada klien meningitis tedapat bendungan-bendungan pembuluh darah pada piameter serta

pembesaran fleksus koiredeus. Dengan adanya bendungan-bendungan pembuluh tersebut akan

menimbulkan adanya peningkatan tekanan darah atau penurunan tekanan darah.

c. Sistem Pernafasan

Akibat adaya pembentukan tuberkel akan mengakibatkan suplai darah yang membawa O2 ke

otak menurun sehingga timbul hipoksia pada jaringan otak. Selain itu penurunan kesadaran yang

menyebabkan intolensi aktifitas dapat membuat aliran darah ke paru-paru berkurang sehingga

sekret sulit untuk di alirkan ke saluran pernafasan yang akan mengakibatkan akumulasi sekret

yang dapat menghambat proses pernapasan dan supali oksigen (O2).


d. Sistem Perkemihan

Karena adanya penurunan kesadaran maka akan terjadi inkontinensia urine atau retensi urine, hal

ini ini disebabkan oleh asupan cairan yang tidak adekuat dan tidak dapat mengontrol keinginan

untuk miksi.

e. Sistem Pencernaan

Pada klien dengan meningitis asupan nutrisi tidak adekuat karena intoleransi aktifitas dan

imobilitas fisik akibat penurunan kesadaran yang dapat menimbulkan penurunan peristaltik usus

yang mengakibatkan konstipasi.

f. Sistem Integumen

Pada keadaan keterbatasan gerak karena penurunan kesadaran dan suhu tubuh turun naik akibat

proses infeksi/peradangan ini akan mengganggu sistem termoregulasi. Pengeluaran keringat

karena suhu tubuh naik turun yang tidak menentu membuat tubuh selalu basah dan timbul ruam

serta lecet, dan karena tirah baring yang lama dapat juga terjadi dekubitus.

g. Sistem Muskuloskeletal

Akibat dari kurangnya suplai O2 ke jaringan otak dapat menyebabkan kerusakan otak yang

selanjutnya dapat menimbulkan berbagai kelumpuhan dan sering ditemukan kelumpuhan

anggota gerak,. Kelumpuhan dapat bersifat plaksid (lemas), kemudian terjadi kekakuan sendi.

8. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Pertumbuhan usia toddler (1-3 tahun)

Pertumbuhan merupakan suatu peningkatan jumlah dan ukuran (Whaley dan Wong 2000).

Marlow (1988) mengemukakan pertumbuhan sebargai suatu peningkatan ukuran tubuh yang
dapat diukur dengan meter atau centimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk

berat badan.

Pertumbuhan pada anak usia toddler (1-3 tahun)

Karakteristik fisik

1) Berat badan

a). Toddler menambah berat badan sebanyak 2,2 kg pertahun.

b). Penambahan berat badan menurun secara seimbang.

2) Tinggi badan

a). Tinggi badan meningkat kira-kira 7,5 cm pertahun.

b). Proporsi tubuh berubah; lengan dan kaki tumbuh dengan laju yang lebih cepat daripada kepala

dan badan.

c). Lordosis lumbar pada medula spinalis kurang terlihat.

d). Tubuh toddler tidak begitu gemuk dan pendek.

e). Tungkai mempunyai tampilan yang bengkok (torsi tibialis).

3) Lingkar kepala

a). Fontanel anterior menutup pada usia 15 bulan

b). Lingkar kepala meningkat 2,5 cm pertahun.

4) Gigi (molar pertama dan kedua serta gigi taring mulai muncul)

b. Perkembangan

Perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat

yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

pembelajaran (Whaley dan Wong 2000). Marlow (1988) mendefinisikan perkembangan sebagai

peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus-menerus.
Perkembangan motorik kasar usia 18 bulan

- Mulai bisa berjalan; jarang jatuh.

- Menaiki dan menuruni tangga

- Menaiki perabot

- Bermain dengan mainan-mainan yang dapat ditarik

- Dapat mendorong perabot yang ringan ke sekeliling ruangan

- Duduk sendiri diatas bangku.

Perkembangan motorik halus usia18 bulan

- Membangun menara yang terdiri dari 3 balok

- Mencoret-coret sembarangan

- Minum dari cangkir

Perkembangan bahasa usia 2 tahun

- Menggunakan kalimat dengan dua dan tiga kata

- Menggunakan hofrasis

- Lebih dari setengah pembicaraannya dapat dimengerti.

B. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten sesuai dengan

perkembangan profesi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001:1). Pengkajian ini dilakukan dengan

metode wawancara/tanya jawab, observasi, serta studi dokumentasi.

a. Biodata

Biografi klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, dan penanggungjawab.

b. Keluhan Utama

Menurut Robert priharjo (1996 ; 9), untuk mengutamakan masalah atau keluhan secara lengkap.

Anak dengan meningitis sering mengalami kejang, pen ururnan kesadaran, demam yang tinggi,

dan pada anak lebih besar sering mengeluh sakit kepala.

c. Riwayat Kesehatan

Riwayat kehamilan, riwayat persalinan, penyakit kronis, neoplasma, riwayat pembedahan otak,

cedera kepala, serta riwayat imunisasi.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keadaan kesehatan keluarga yang berhubungan dengan kesehatan klien/yang dapat

mempengaruhi keadaan masalah klien baik riwayat penyakit keturunan atau pola hidup keluarga.

e. Riwayat Kehamilan

Keadaan ibu selama hamil, keluhan pada saat hamil, apakah ibu menbapatkan imunisasi TT,

nutrisi ibu selama hamil apakah ada makanan pantangan selama hamil, apakah ada riwayat

penyakit yang berhubungan dengan kehamilan pola. Kebiasaan ibu yang mempengaruhi terhadap

kehamilan.

f. Riwayat Persalinan

Petugas yang menolong jenis persalinan, kesehatan ibu selama melahirkan posisi janin sewaktu

melahirkan, apakah bayi langsung menangis. Kesehatan ibu dan bayi setelah melahirkan, berat
badan dan tinggi badan saat dilahirkan, adanya riwayat BBLR yang kurang dari 2500 gram,

apakah colostrum keluar segera, apakah bayi sudah mendapatkan imunisasi.

g. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Usia Toddler (1-3 Tahun)

Pertumbuhan merupakan suatu peningkatan jumlah dan ukuran (Whaley dan Wong 2000).

Marlow (1988) mengemukakan pertumbuhan sebargai suatu peningkatan ukuran tubuh yang

dapat diukur dengan meter atau centimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk

berat badan. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara

bertahap anak akan semakin bertambah berat dan tinggi. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan

kualitas fisik individu anak.

Pertumbuhan pada anak usia toddler (1-3 tahun)

Karakteristik fisik

1). Berat badan

a). Toddler menambah berat badan sebanyak 2,2 kg pertahun.

b). Penambahan berat badan menurun secara seimbang.

2) Tinggi badan

a). Tinggi badan meningkat kira-kira 7,5 cm pertahun.

b). Proporsi tubuh berubah; lengan dan kaki tumbuh dengan laju yang lebih cepat daripada kepala

dan badan.

c). Lordosis lumbar pada medula spinalis kurang terlihat.

d). Tubuh toddler tidak begitu gemuk dan pendek.

e). Tungkai mempunyai tampilan yang bengkok (torsi tibialis).


3) Lingkar kepala

a). Fontanel anterior menutup pada usia 15 bulan

b). Lingkar kepala meningkat 2,5 cm pertahun.

4) Gigi (molar pertama dan kedua serta gigi taring mulai muncul)

Perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat

yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

pembelajaran (Whaley dan Wong 2000). Marlow (1988) mendefinisikan perkembangan sebagai

peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus-menerus.

Perkembangan motorik kasar usia 18 bulan

- Mulai bisa berjalan; jarang jatuh.

- Menaiki dan menuruni tangga

- Menaiki perabot

- Bermain dengan mainan-mainan yang dapat ditarik

- Dapat mendorong perabot yang ringan ke sekeliling ruangan

- Duduk sendiri diatas bangku.

Perkembangan motorik halus usia18 bulan

- Membangun menara yang terdiri dari 3 balok

- Mencoret-coret sembarangan

- Minum dari cangkir

Perkembangan bahasa usia 2 tahun


- Menggunakan kalimat dengan dua dan tiga kata

- Menggunakan hofrasis

- Lebih dari setengah pembicaraannya dapat dimengerti.

h. Pemeriksaan fisik (Menurut Sunaryono, 1999 : 59)

Pada bayi dan anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : Kaji adanya demam, malas makan,

muntah, mudah terstimulus, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku

kuduk, tanda kernig dan brudzinsky positif.

Kesadaran

Kesadaran biasanya menurun hingga timbul stupor dan penampilan tampak lemah.

Tanda-tanda vital

Pada klien biasanya terdapat peningkatan suhu tubuh dan peningkatan denyut nadi serta

peningkatan respirasi.

1). Daerah kepala dan leher

Kepala mengalami pembesaran, rambut dan kulit kepala biasanya tidak terdapat kelainan,

ubun-ubun biasanya menonjol. Mata dapat mengalami kelumpuhan urat saraf sehingga timbul

strabismus dan nistagmus dapat juga terjadi potofobia, mulut dan kulit bibir tampak kering

2). Daerah dada dan abdomen

Dada terdapat ketidakteraturan pernapasan atau apnea suara napas rales.Perut datar lembut,

ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus, tidak ditemukan adanya luka iritasi.

3). Genetalia dan anus


Bentuk genetalia tidak ditemukan adanya kelainan atau lesi, hanya pada daerah anus tampak ada

luka iritasi

4). Ekstremitas atas dan bawah

Biasanya tidak ada kelainan bentuk pada ekstremitas atas dan bawah.

i. Data penunjang

Pemeriksaan lumbal fungsi untuk pemeriksaan bakteriologik, tekanan dan jumlah sel

meninggi, kadar glukosa dan klorida biasanya menurun, rontgen untuk mengetahui adanya

infiltrat, kadar protein meninggi,uji tuberkulin.

j. Pemberian therapi

Pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian kombinasi obat antituberkulosis

ditambah dengan kostikosteroid, pengobatan simtomatik bila terdapat kejang. Pemberian

antibiotik dan sawar otak.

k. Diagnosa keperawatan

Diagosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status

kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara

akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (a Carpenito 2000).

(Nursalam 2001 : 35)

NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah “keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai

dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan

kewenangan perawat”.

Diagnosa yang mungkin timbul pada anak dengan Meningitis.


1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses inflamasi.

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tekanan intra kranial.

3) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan,

ketidakmampuan untuk betuk, dan penurunan kesadaran.

4) Tidak efektif pola napas berhubungan dengan menurunnya kemampuan bernapas.

5) Resiko injury berhubungan dengan disorientasi, kejang, gelisah

6) Perubahan proses berfikir berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran.

7) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan, kehilangan cairan

abnormal.

8) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya sekresi hormon antidiuretik.

9) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual,

muntah.

10) Kecemasan berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam.

2. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau

mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Nursalam 2000 :

51)

a). Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : mempertahankan perfusi serebral yang adekuat

Intervensi dan rasional

1) Monitor klien dengan ketat terutama setelah fungsi lumbal untuk mencegah terjadinya nyeri

yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial.


2) Pertahankan anak tetap kontak dengan lingkungan sekitar agar anak tetap dapat berorientasi

pada lingkungan.

3) Mengobservasi dan mencatat tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, menilai status neurologi.

Perubahan-perubahan ini menandakan adanya perubahan tekanan intrakranial juga untuk

mengetahui dan sebagai data awal tindakan selanjutnya.

4) Monitor adanya peningkatan tekanan intra kranial (meningkatnya lingkar kepala, fontanel

menonjol, meningkatnya tekanan darah, menurunnya nadi, pernapasan tidak beraturan, mudah

terstimulasi, menangis merintih, defisit focal, kejang)

5) Catat setiap kejang yang terjadi, anggota tubuh yang terkena, lamanya kejang, dan aura.

6) Menyiapkan peralatan antisipasi terjadinya kejang

7) Meninggikan bagian kepala tempat tidur 300

8) Mempertahankan kepala dan leher dalam satu garis lurus untuk memudahkan venous return.

9) Menagajarkan kepada anak untuk menghindari valsava manuver (mengedan, batuk, bersin) dan

jika merubah posisi anak lakukan secara perlahan. Untuk mencegah terjadinya peningkatan

tekanan intrakranial.

10) Melakukan latihan pasif aktif ROM (Range Of Motion). Mencegah kontraktur dan kekakuan

serta untuk merangsang sirkulasi perifer.

11) Hindari dilakukannya pengikatan jika memungkinkan. Pengikatan dapat menimbulkan

kontraktur dan luka baru.

12) Monitor tanda-tanda septik syok (hipotensi, hiperthermi, meningkatnya pernapasan,

kebingungan, disorientasi, vasokontriksi perifer). Untuk mendeteksi lebih dini adanya

peningkatan tekanan intrakranial.

13) Memberikan therapi untuk mengurangi edema sesuai order. Mencegah terjadinya komplikasi.
14) Memberikan oksigen sesuai order. Dengan pemberian oksigen dapat mencegah terjadinya

hifoksia pada jaringan.

b). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tekanan intra kranial.

c). Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan,

ketidakmampuan untuk betuk, dan penurunan kesadaran.

d). Tidak efektif pola napas berhubungan dengan menurunnya kemampuan bernapas.

Tujuan : Mempertahankan oksigenasi yang adekuat

Intervensi dan rasional.

1) Monitor frekuensi napas, Auskultrasi suara pernapasan, pola, inspirasi dan ekspirasi, observasi

kulit, kuku, membran mukosa terhadap adanya sianosis. Untuk mendeteksi perubahan-perubahan

oksigenasi.

2) Monitor analisa gas darah terhadap adanya hipoksia. Mendeteksi terjadinya hifoksia pada

jaringan.

3) Melakukan rontgen dada untuk mengetahui adanya infiltrat.

4) Ganti posisi setiap 2 jam, anjurkan anak menakukan aktivitas sesuai toleransi. Membantu

sirkulasi darah dalam menyalurkan oksigen keseluruh tubuh.

5) Mempertahankan kepatenan jalan napas; melakukan pengisapan lendir, dan mengatur posisi

tidur dengan kepala ekstensi. Mencegah terjadinya aspirasi.

6) Memberikan oksigen sesuai order dan monitor efektifitas pemberian oksigen tersebut. Untuk

mencegah terjadinya hifoksia.

7) Observasi meningkatnya pernapasan, kebingungan, disorientasi, vasokontriksi perifer laporkan

setiap perubahan ke dokter. Untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan oksigenasi.

e). Resiko injury berhubungan dengan disorientasi, kejang, gelisah


Tujuan : mencegah injury

Intervensi dan rasional

1) Awasi klien yang kejang dan delirium untuk mencegah terjadinya injury.

2) Beri bantalan dan ikatan pada klien delirium untuk mencegah terjadinya injury.

3) Kaji status pernapasan untuk mencegah terjadinya asfiksia yang dapat menimbulkan injury.

4) Hindari penigkatan tekanan intra kranial; yang dapat menimbulkan valsava manuver; batu,

mengejan, bersin, rangsangan dari prosedur seperti ; pengisapan lendir dilakukan denga hati-hati.

Untuk mencegah terjadinya injury

f). Perubahan proses berfikir berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran.

Tujuan : mempertahankan fungsi sensori

Intervensi dan rasional

1) Bertingkahlaku tenang, konsisten, bicara lambat dan jelas untuk meningkatkan pemahaman

anak.

2) Mengajak anak berbicara ketika melakukan tindakan, meggunakan sentuha terapeutik.

3) Mengorientasi secara verbal kepada orang, tempat, waktu, situasi; menyediakan mainan,

barang yang disukai, barang yang dikenal, radio, televisi.

4) Memanggil dengan nama yang disukai anak, menganjurkan orangtua untuk ada disamping

anak.

g). Kurangnya volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake cairan, kehilangan cairan

abnormal.

h). Kelebihan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya sekresi hormon antidiuretik.

Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi dan rasional


1) Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi (membran mukosa kering, meningkatnya nadi,

meningkatnya serum sodium, kehilangan berat badan, meningkatnya Bj urine, kehilangan cairan

yang besar dibanding intake cairan). Bj urine yang pekat menandakan sekresi yang meningkat.

2) Mengobservasi tanda-tanda retensi cairan dan cairan hipotonik untuk mendeteksi

keseimbangan cairan.

3) Menimbang berat badan setiap hari dengan waktu dan skala yang sama untuk mengetahui dan

mendeteksi tanda-tanda retensi urine dan mencegah peningkatan tekanan intrakranial.

4) Memastikan bahwa jumlah cairan yang masuk tidak berlebihan untuk mencegah oedema.

5) Memberikan cairan dengan jumlah yang sedikit tapi sering untuk mengurangi distensi

lambung.

i). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual,

muntah.

Tujuan : mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.

Intervensi dan rasional.

1) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki

kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.

2) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.

3) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan kepada anak dengan tekhnik sedikit

tapi sering. Dapat memenuhi intake nutrisi yang adekuat.

4) Menganjurkan kepada anak untuk makan secara perlahan, dan menghindari posisi berbaring 1

jam setelah makan menghindari distensi abdomen.

5) Menciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan (menghilangkan bau yang

tidak menyenangkan, udara segar, bunyi yang mengganggu).


6) Menimbang berat badan setiap hari dengan waktu dan skala yang sama.

7) Menjelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit dapat

memeberikan informasi dan pilihan pada orangtua dalam pemberian nutrisi secara adekuat.

8) Ijinkan keluarga untuk makan bersama jika memungkinkan untuk merangsang intake nutriri

yang adekuat.

9) Membatasi intake cairan selama makan untuk mengurangi distensi lambung.

j). Kecemasan berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam.

Tujuan : orangtua akan mengekspresikan kecemasan terhadap kemungkinan kehilangan anak dan

mencari solusi untuk mengatasinya.

Intervensi dan rasional.

1) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua terhadap situasi atau masalah yang dihadapi hal

dapat membantu perawat dalam memberikan informasi yang tepat kepada orang tua.

2) Memfasilitasi orang tua untuk mengekspresikan kecemasan dan tentukan hal yang paling

penting membuat anak/keluarga merasa terancam, mendengarkan dengan aktif dan empati.

3) Memberikan dukungan kepada keluarga dan menjelaskan kondisi anak sesuai dengan realita

yang ada serta menjelaskan program pengobatan yang diberikan untuk mengurangi rasa takut

dan kecemasan keluarga.

4) Mengajarkan tekhnik relaksasi yang sederhana (napas dalam).

5) Membantu orangtua untuk mngembangkan strategi untuk melakukan penyesuaian terhadap

krisis akibat penyakit yang diderita anak.

6) Memberikan dukungan kepada keluarga untuk mengembangkan harapan realitis terhadap anak.
7) Menganalisa sistem yang mendukung dan penggunaan sumber-sumber di masyarakat

(pengobatan, keuangan, sosial) untuk membantu proses penyesuaian keluarga terhadap penyakit

anak.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

(Nursalam 2001 : 63)

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah

berhasil dicapai (Nursalam 2001 : 71)

5. Catatan Perkembangan

Catatan perkembangan merupakan bagian catatan klien yang berisi : hasil pemeriksaan

pengkajian, pesan dokter, ahli terapi yang terlibat. Semua catatan berisi data dan topik masalah

dengan informasi yang dicatat dalam format SOAPIER. (Nasrul Efendy, 1995 ; 42).

6. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Pendokumentasian adalah aspek yang penting dalam proses keperawatan sebagai

pertanggungjawaban keperawatan dan komunikasi antar perawat. (Nursalam 2001: 77)

You might also like