You are on page 1of 10

WARTA RIMBA

Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA AREAL DONGI-DONGI


DI KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU

Mikhael Satrio Nugroho1, Sri Ningsih M2, Moh.Ihsan2

Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako


Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1.
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2.
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract

This research was conducted on May 2013 - July 2013 in Dongi-Dongi area at Lore-Lindu
National Park, to determine the species composition, attendance rates, species diversity,
composition based on category guild and species evenness of birds. This rescarch used transect
method. Data were collected using four units of 500 m line transect each. For residential area
and around forest habitat, it was found there are 45 species of bird within 25 families where 22
of them are endemic. In residential area there were 8 species with attendance rate of 100 %, 2
species of 75 %, 5 species of 50 % and 16 species of 25 %. Meanwhile, the diversity index in
residential area (H) was 3.19 , and 3.17 in forest habitat. In addition, evenness in residential area
and forest habitat ispectively (E) are 0. 93 and 0.89. Based on the category guild, 7
compositions found in residential area and 9 in forest habitat.

Keywords: Diversity, bird species, forest, Dongi-Dongi residential.

PENDAHULUAN dengan berbagai jenis flora dan fauna


endemik, memiliki peran penting dalam
Latar Belakang penelitian karena secara biogeografi Taman
Nasional Lore Lindu terletak di garis
Di Indonesia dijumpai 1.539 jenis Wallacea yang merupakan wilayah
burung dan 381 jenis di antaranya peralihan antara zona Asia dan Australia.
merupakan endemik Indonesia. Sekitar 250 Taman Nasional Lore Lindu adalah
jenis burung endemik tersebar di Kawasan kawasan Taman Nasional yang berada di
Wallacea. Kawasan Wallacea meliputi Propinsi Sulawesi Tengah dengan luas
Pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya, sekitar 218.000 Ha dan menjadi habitat
termasuk Kepulauan Banggai, Kepulauan bagi keanekaragaman satwa dan fauna
Sula, Kepulauan Nusa Tenggara, dan langka. Taman Nasional Lore Lindu adalah
Kepulauan Maluku. Burung merupakan kawasan konservasi hutan pegunungan
fauna yang dapat dijumpai dari dataran sehingga berbagai jenis ekosistem bisa
rendah sampai dataran tinggi, baik di ditemui disini mulai dari pegunungan
daerah yang masih alami maupun yang dataran rendah hingga dataran tinggi. Dari
sudah tidak alami (Celebes Bird Club, 384 jenis burung yang menghuni daratan
2006). Sulawesi, 267 jenis (70%) terdapat di
Daratan Sulawesi mendukung jenis kawasan ini, serta mendukung sekitar 71%
burung penetap sekitar 224 jenis burung burung-burung endemik di Subkawasan
darat dan air tawar, dimana 41 jenis di Sulawesi dan Kepulauan Sula (Celebes Bird
antaranya merupakan jenis endemik, dan Club, 2006).
jumlah burung endemik yang paling banyak Dongi-dongi merupakan areal yang
terdapat di daratan Sulawesi (Coates dan termasuk dalam wilayah Taman Nasiona
Bishop, 2000). Lore Lindu. Dongi-dongi sebagian
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) lahannya digunakan untuk lahan pertanian
adalah salah satu Taman Nasional yang dan pemukiman. Sebagian besar warga

1
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

yang berada Dongi-dongi merupakan METODE PENELITIAN


pemukim liar dan perambah hutan di
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Data Tempat dan Waktu
dari Balai Besar Taman Nasional Lore
Lindu luas perambahan hutan khususnya Penelitian ini dilakukan pada areal
areal Dongi-dongi mencapai 3800 hektar. Dongi-dongi di Kawasan Taman Nasional
Perambahan hutan dilakukan untuk Lore Lindu. Penelitian ini dilakukan pada
pengalihan lahan hutan menjadi lahan bulan Mei 2013 - Juli 2013 dengan waktu
pertanian dan perambahan hutan juga pengamatan mulai pukul 05.30-10.00 Wita
dilakukan untuk mengambil hasil hutan dan pukul 15.30-18.00 Wita.
secara ilegal. Aktivitas perambahan hutan Alat
dan pembangunan pemukiman secara ilegal
menyebabkan keseimbangan lingkungan Alat yang digunakan dalam penelitian
sekitar Dongi-dongi menjadi menurun, ini yaitu:
sehingga keanekaragaman jenis burung pun - Binokuler, (7 x 35) digunakan sebagai
menurun. alat untuk mengamati jenis burung.
- Kamera digital, digunakan sebagai alat
Rumusan Masalah untuk mendokumentasikan kegiatan
penelitian selama di lapangan.
Burung selain memiliki berbagai jenis - Alat tulis menulis (Polpen/pensil dan
yang beragam juga mempunyai sifat dan buku), digunakan sebagai alat untuk
karakteristik tempat tinggal yang berbeda mencatat hal-hal yang dianggap
pula antar satu jenis dengan jenis lainnya. penting dalam proses penelitian.
Kawasan hutan yang berada di sekitar - Buku Panduan, yang akan digunakan
Dongi-dongi memiliki potensi flora dan dalam penelitian ini adalah Buku
fauna yang beragam. Namun akibat Panduan Lapangan Burung-Burung di
aktivitas pengalihan lahan hutan akan dapat Kawasan Walacea (Coates dan Bishop,
mempengaruhi keanekaragaman jenis flora 2000) berfungsi untuk memudahkan
dan fauna khususnya burung yang berada pengenalan jenis burung.
pada areal Dongi-dongi. Sehingga perlu - Jam tangan (Stop watch), digunakan
dilakukan penelitian mengenai untuk mencatat waktu perjumpaan.
keanekaragaman jenis burung di Dongi- - Tally sheet, berfungsi untuk mencatat
dongi. data-data yang diperoleh.
- Tali rafia, digunakan untuk menandai
Tujuan dan kegunaan
titik pengamatan.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui
Metode Penelitian
keanekaragaman jenis burung, tingkat
kehadiran, kemerataan jenis, komposisi Metode yang digunakan untuk mendata
jenis burung, dan komposisi berdasarkan jenis-jenis burung di lokasi penelitian
kategori guild di Dongi-dongi. adalah metode jalur transek, yaitu
Kegunaan Penelitian ini diharapkan mengamati objek penelitian sepanjang jalur
dapat memberi informasi tentang transek yang telah ditentukan. Panjang satu
keanekaragaman jenis burung di Dongi- jalur transek adalah sepanjang 500m. Pada
dongi dan sebagai bahan informasi penelitian digunakan 4 jalur transek.
mengenai dampak perambahan hutan Pengumpulan data dan
terhadap keanekaragaman jenis burung di pengidentifikasian jenis-jenis burung
Dongi-dongi. dilakukan melalui pengamatan secara
langsung (mengamati burung saat
bertengger) maupun secara tidak langsung
dengan mengidentifikasi suara.

2
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

Analisis Data N : Jumlah seluruh Individu jenis pada


suatu komunitas.
Komposisi Jenis S : Jumlah total jenis yang ditemukan.
Untuk mengetahui jenis burung pada Untuk mengetahui adanya perbedaan
setiap tipe habitat dilakukan dengan keanekaragaman jenis burung antara
memasukan semua data jenis ke dalam berbagai komunitas, digunakan uji t-
sebuah tabel yang dapat memperlihatkan statistik. Menurut Poole (1974) dalam Ihsan
keberadaan jenis pada habitat yang berbeda. (2011), tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam uji t-statistik adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi jenis burung
Langkah 1. Variasi pendugaan Indeks
No Nama Ilmiah Famili Jumlah
Shannon
s s
∑ pi Ln2 Pi – ∑ Pi Ln pi
i-1 i-1
var(H’) =
Tingkat Kehadiran N
Langkah 2. Menduga t hitung
Untuk mengetahui tingkat kehadiran
jenis burung, dilakukan dengan menghitung H1 − H12
keseringan suatu jenis burung mendatangi 𝑡=
var 𝐻1 ) + var (𝐻2 )]1/2
suatu tipe habitat, yaitu dengan
menggunakan rumus: Langkah 3. Menentukan derajat bebas
F = BW/SW x 100%
var(H1 + var(H2 )]2
𝑑𝑓 =
Keterangan: var(H1 )2 N1 + var(H2 )2 N2
F : Tingkat kehadiran suatu jenis burung
yang dijumpai perhari pada suatu Langkah 4. Menyusun Hipotesis
titik pengamatan.
H0 : Tidak terdapat perbedaan Indeks
BW : Banyaknya interval waktu suatu jenis
Shannon antara dua lokasi yang
burung yang di jumpai pada
dibandingkan.
pengamatan.
H1 : Terdapat perbedaan Indeks Shannon
SW : Seluruh interval waktu.
antara dua lokasi yang dibandingkan
Indeks Keanekaragaman Jenis
Langkah 5. Pengambilan Keputusan Kaidah
Untuk mengetahui nilai indeks pengambilan keputusan dari hipotesis di
keanekaragaman jenis, maka digunakan atas adalah sebagai berikut :
rumus indeks Keanekragaman Jenis
Shannon dan Wiener dengan rumus sebagai Jika t hitung t tabel, maka terima H0
berikut (Ludwig dan Raynolds, 1998): Jika t hitung > t tabel, maka tolak H0

H’ = -∑ Pi Ln (Pi) ; Pi = ∑ ni/N Komposisi Berdasarkan Kategori Guild


Dimana : Menurut Root, (1967) dalam Morin,
H’ : Indeks Keanekaragaman Jenis. (1999), Guild merupakan kumpulan spesies
Ln : Logaritma natural.
yang memanfaatkan suatu sumber daya
I : Perbandingan antara jumlah individu dengan cara yang sama. Pengelompokan
jenis ke 1 dengan jumlah seterusnya.
jenis-jenis burung berdasarkan kategori
Pi : Proporsi nilai penting ke-i. guild sebagai berikut :
n : Jumlah individu jenis ke-I dari suatu
komunitas.

3
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

1. FCI (Fly Catching Insectivore) habitat hutan terdapat 121 individu dari
pemakan serangga sambil melayang seluruh jenis burung yang dijumpai.
2. OM (Omnivore) pemakan hewan dan Burung yang dijumpai pada areal
tumbuhan pemukiman dengan habitat hutan mewakili
3. CAIN (Carnivore Insectivore) 29 famili. Hasil selengkapnya komposisi
pemakan invertebrata dan vertebrata jenis burung pada areal pemukiman dan
4. IN (Insectivore Nectarivore) pemakan habitat hutan dapat dilihat pada tabel 2
serangga dan nektar berikut.
5. IF (Insectivore Frugivore) pemakan
serangga dan buah-buahan Tabel 2 Komposisi jenis burung pada areal
6. AF (Arboreal Frugivore) pemakan pemukiman dan habitat hutan.
buah di bagian tajuk
No Nama Ilmiah Jumlah
7. CI (Carnivore Insectivore) pemakan P H
vertebrata lain dan serangga 1 Halcyon chloris 1 1
8. TFGI (Tree Foliage Gleaning 2 Rhipidura teysmanni* 1 1
Insectivore) pemakan serangga di atas 3 Ficedula westermanni 1 1
tajuk 4 Corvus typicus* 1 2
5 Hypothymis azurea 1 2
9. TF (Terestrial Frugivore) pemakan
6 Trichastoma celebense* 1 2
buah kecil di lantai hutan 7 Culicicapa helianthea 1 2
10. SE (Seed Eater) pemakan biji rumput 8 Loriculus stigmatus* 1 2
11. SFGI (Shrub Foliage Gleaning 9 Ictinaetus malayensis 1 3
Insectivore) pemakan serangga di 10 Gerygone sulphurea 1 4
daerah semak 11 Trichoglossus ornatus* 1 4
12 Cacomantis merulinus 1 4
12. LGI (Litter Gleaning Insectivore)
13 Enodes erythrophris* 1 13
pemakan serangga di serasah/lantai 14 Trichoglossus flavoviridis* 1 17
hutan 15 Dicaeum celebicum* 2 1
13. BGI (Bark Gleaning Insectivore) 16 Nectarinia jugularis 2 2
pemakan serangga di bagian dahan dan 17 Collocalia esculenta 3 2
ranting pohon. 18 Zosterops montanus 3 4
19 Hirundo tahitica 3 7
20 Collocalia vanikorensis 3 8
Indeks Kemerataan Jenis 21 Aplonis minor 6 11
22 Falco severus 1 0
Untuk menentukan proporsi kelimpahan 23 Lonchura molucca 1 0
jenis burung digunakan indeks kemerataan 24 Centropus celebensis* 1 0
dengan menggunakan rumus E = H’/in S 25 Dicaeum nerhkorni* 1 0
(Ihsan, 2011). 26 Heinrichia calligyna* 1 0
Keterangan : 27 Zosterops consobrinorum* 1 0
28 Hylocitrea bonensis* 1 0
E = Indeks kemerataan 29 Artamus monachus* 2 0
H’ =Indeks keanekaragaman Shannon 30 Pycnonotus aurigaster 3 0
S = Jumlah jenis 31 Hemiprocne longipennis 3 0
32 Phaenicophaeus calyorhynchus* 0 1
HASIL DAN PEMBAHASAN 33 Anas gibberifrons 0 1
34 Spilornis rufipectus* 0 1
Hasil 35 Cyornis hoevelli* 0 1
36 Amaurornis phoenicurus 0 1
Komposisi Jenis 37 Eudynamis scolopacea 0 1
38 Muscicapa dauurica 0 2
Hasil penelitian yang dilakukan di 39 Coracina tenuirostris 0 2
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu pada 40 Oriolus chinensis 0 2
41 Dendrocopos temminckii* 0 3
areal pemukiman (P) menunjukan bahwa 42 Ptilinopus fischeri* 0 3
terdapat 31 jenis burung, sedangkan pada 43 Pachycephala sulfuriventer* 0 3
habitat hutan (H) terdapat 35 jenis burung.
Jumlah populasi pada areal pemukiman
sebanyak 47 individu, sedangkan pada

4
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

Lanjutan Tabel 2 Lanjutan Tabel 3


44 Phylloscopus sarasinorum* 0 3 No Nama Ilmiah F(%)
45 Coracina abboti* 0 4 10 Enodes erythrophris 75
Jumlah 47 121 12 Rhipidura teysmanni 50
Keterangan: P=Areal pemukiman, H=Areal hutan, *= 12 Trichoglossus flavoviridis 50
Endemik Sulawesi. 13 Aplonis minor 50
14 Gerygone sulphurea 50
Berdasarkan tabel 2 di atas terdapat 28 15 Culicicapa helianthea 50
famili. Famili Muscicapidae merupakan 16 Falco severus 25
famili dengan anggota terbanyak (5 jenis; 17 Lonchura molucca 25
17%), diikuti famili Psittacidae, Cuculidae 18 Centropus celebensis 25
19 Dicaeum nerhkorni 25
(4 jenis; 14%), famili Dicaedidae,
20 Heinrichia calligyna 25
Accipitridae, Corvidae, Sturnidae, 21 Ictinaetus malayensis 25
Zosteropidae, Pachycephalidae, Apodidae 22 Corvus typicus 25
(2 jenis; 7%), famili Falconidae, estrildidae, 23 Hylocitrea bonensis 25
Nectarinidae, Halcyonidae, Pcynonotidae, 24 Hypothymis azurea 25
Monarchidae, Hirundinidae, Timalidae, 25 Artamus monachus 25
26 Trichoglossus ornatus 25
Pardalotidae, Hemiprocnidae, Rallidae,
27 Trichastoma celebense 25
Picidae, Columbidae, Sylvidae, Artamidae, 28 Loriculus stigmatus 25
Campephapidae dan Anatidae (1 jenis; 3%). 29 Ficedula westermanni 25
30 Hemiprocne longipennis 25
Tingkat Kehadiran 31 Cacomantis merulinus 25

Pada penelitian ini, tingkat kehadiran


yang dapat dihitung hanya pada areal Indeks Keanekaragaman Jenis
pemukiman, sedangkan pada habitat hutan
tidak dapat dihitung disebabkan tidak Pada penelitian ini didapatkan indeks
dilakukan pengulangan pada pengamatan keanekaragaman pada areal pemukiman
jenis burung yang ada pada habitat hutan yaitu sebesar H’ 3,19, sedangkan indeks
karena cuaca yang tidak mendukung pada keanekaragaman pada habitat hutan yaitu
waktu penelitian. Tingkat kehadiran jenis sebesar H’ 3,17. Hasil selengkapnya dapat
burung pada areal pemukiman bukanlah dilihat pada tabel 4 berikut.
berdasarkan dari banyaknya jenis suatu
Tabel 4 Indeks keanekaragaman jenis
individu yang didapat dalam areal
burung pada areal pemukiman dan habitat
pemukiman yang diamati melainkan
hutan.
keseringan suatu jenis burung yang muncul
pada areal pemukiman yang sebagai tempat No Lokasi Penelitian Jumlah H’
pengamatan. Pada penelitian tingkat 1 Areal pemukiman 31 3,19
kehadiran jenis burung pada areal 2 Habitat hutan 35 3,17
pemukiman, dapat dilihat pada tabel 3
berikut. Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji t, diketahui indeks
Tabel 3 Tingkat kehadiran jenis burung keanekaragaman pada areal pemukiman
pada areal pemukiman. maupun tipe habitat hutan tidak terdapat
perbedaan. Dengan demikian H0 diterima
No Nama Ilmiah F(%)
1 Nectarinia jugularis 100
yaitu dengan kesimpulan tidak terdapat
2 Dicaeum celebicum 100 perbedaan indeks keanekaragaman antara
3 Halcyon chloris 100 dua lokasi yang dibandingkan.
4 Pycnonotus aurigaster 100
5 Zosterops montanus 100 Komposisi Berdasarkan Kategori Guild
6 Hirundo tahitica 100
7 Collocalia vanikorensis 100 Pada areal pemukiman terdapat tujuh
8 Collocalia esculenta 100 komposisi berdasarkan kategori guild.
9 Zosterops consobrinorum 75 Berdasarkan jumlah jenis burung yang

5
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

ditemukan pada areal pemukiman, kategori 14


pemakan serangga sambil melayang 12
mempunyai jenis yang lebih banyak 10
8
dibandingkan kategori guild lainnya (12 6
jenis), dominasi berikutnya ditunjukan oleh 4 Jumlah Jenis
pemakan serangga dan buah-buahan (7 2
0
jenis). Sedangkan kategori pemakan
invertebrata dan vertebrata, pemakan biji
rumput, pemakan serangga di daerah
semak, merupakan kategori yang
mempunyai jumlah paling sedikit, hanya Keterangan: FCI: Fly Catching Insectivore, IN: Insectivore
ditemukan satu jenis (Gambar 2). Nectarivore, AF: Arboreal Frugivore, IF: Insectivore
Frugivore, CI: Carnivore Insectivore, SFGI: Shrub Foliage
Gleaning Insectivore, TFCI: Tree Foliage Gleaning
Insectivore, BGI: Bark Gleaning Insectivore, OM:
Omnivore.
14
12 Gambar 3 Komposisi berdasarkan kategori
10
8 guild pada habitat hutan.
6
4 Jumlah Jenis Indeks Kemerataan Jenis
2
0
Dari hasil analisis data yang dilakukan
CI
FCI

SE
SFGI
IF
IN

CAIN

pada lokasi penelitian, diketahui indeks


kemerataan jenis yang ada pada lokasi
Keterangan : FCI: Fly Catching Insectivore, IF: Insectivore penelitian pada areal pemukiman yaitu 0,93
Frugivore, IN: Insectivore Nectarivore, CI: Carnivore sedang pada habitat hutan yaitu 0,89.
Insectivore, CAIN: Carnivore Insectivore, SE: Seed Eater,
SFGI: Shrub Foliage Gleaning Insectivore. Berikut ini adalah tabel hasil analisis data
indeks kemerataan jenis yang terdapat pada
Gambar 2 Komposisi berdasarkan kategori areal pemukiman dan habitat hutan sebagai
guild pada areal pemukiman berikut.

Pada habitat hutan terdapat sembilan Tabel 6 Indeks kemerataan jenis burung
komposisi berdasarkan kategori guild. pada areal pemukiman dan habitat hutan.
Berdasarkan jumlah jenis burung yang
ditemukan pada habitat hutan, kategori No Lokasi Penelitian Jumlah E
pemakan serangga sambil melayang 1 Areal pemukiman 31 0,93
mempunyai jenis yang lebih banyak 2 Habitat hutan 35 0,89
dibandingkan kategori guild lainnya (13
jenis), dominasi berikutnya ditunjukan oleh Pembahasan
pemakan serangga dan nektar (6 jenis).
Sedangkan kategori pemakan serangga di Sebanyak 31 jenis burung yang
atas tajuk, pemakan serangga di bagian ditemukan di areal pemukiman dengan
dahan dan ranting pohon, pemakan hewan jumlah populasi sebanyak 47 individu,
dan tumbuhan, merupakan kategori yang sedangkan yang ditemukan pada habitat
mempunyai jumlah paling sedikit, hanya hutan dengan jumlah 35 jenis burung
ditemukan satu jenis (Gambar 3) dengan jumlah populasi sebanyak 121
individu. Pada keseluruhan tipe habitat
yang diamati terdapat 45 jenis burung yang
termasuk dalam 29 famili.
Pada penelitian ini komposisi jenis-jenis
burung pada habitat hutan lebih banyak
dibandingkan komposisi jenis burung yang
ada di pemukiman (tabel 2). Habitat yang
kondisinya baik dan jauh dari gangguan

6
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

manusia, memungkinkan memiliki jenis Menurut Howes dkk, (2003), kehadiran


burung yang banyak (Widodo, 2009). suatu jenis burung tertentu pada umumnya
Perbedaan tipe habitat berpengaruh disesuaikan dengan kesukaanya terhadap
terhadap keanekaragaman jenis burung. habitat tertentu. Faktor yang menyebabkan
Karena habitat beragam akan menyediakan tingkat kehadiran tersebut, dikarenakan atau
sumberdaya yang cukup, baik sebagai disebabkan oleh kondisi habitat yang masih
tempat untuk mencari makan, berlindung baik. Habitat yang masih baik akan lebih
dan berkembang biak. Menurut Rusmendro sering dimanfaatkan oleh jenis burung
(2009), perbedaan habitat akan sebagai habitat utamanya karena pada
menyebabkan bervariasinya sumber pakan habitat tersebut jenis-jenis burung tersebut
yang dalam suatu habitat. mendapatkan sumber makanannya dan
Jenis burung yang dijumpai di habitat sekaligus tempat berlindung ketika ada
hutan dijumpai juga pada areal pemukiman. pemangsa (predator) atau sebagai tempat
Dari 45 jenis burung, terdapat 21 jenis berlindung dari cuaca yang buruk. Selain
burung atau 47% yang dapat dijumpai pada itu jenis burung yang memiliki tingkat
dua tempat pengamatan yang dilakukan. kehadiran 100% merupakan jenis burung
Selain itu terdapat 22 jenis burung atau mempunyai daya adaptasi yang baik
49% diantaranya merupakan jenis burung terhadap kehadiran manusia.
endemik Sulawesi. Indeks keanekaragaman jenis burung pada
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat areal pemukiman memiliki indeks
delapan jenis burung yang dijumpai keanekaragaman yang lebih besar dari
memiliki tingkat kehadiran 100% pada habitat hutan, namun perbedaan tersebut
semua titik pengamatan yaitu: burung tidak menunjukan bahwa areal pemukiman
madu sriganti (Nectarinia jugularis), cabai mempunyai indeks keanekaragaman lebih
panggul kelabu (Dicaeum celebicum), tinggi dari habitat hutan. Hal tersebut dapat
cekakak sungai (Halcyon chloris), cucak diketahui dari uji t yang menunjukan bahwa
kutilang (Pycnonotus aurigaster), kacamata keanekaragaman pada kedua habitat
gunung (Zosterops montanus), layang- tersebut tidak memiliki perbedaan yang
layang batu (Hirundo tahitica), walet polos nyata. Walaupun tidak memiliki perbedaan,
(Collocalia vanikorensis), walet sapi namun perbedaan keanekaragaman pada
(Collocalia esculenta). Jenis-jenis burung kedua habitat tersebut dapat dilihat pada
yang lain memiliki tingkat kehadiran 75% indeks kemerataannya. Menurut Dewi
meliputi 2 jenis burung, jenis burung yang (2007), semakin beranekaragaman struktur
memiliki tingkat kehadiran 50% meliputi 5 habitat (keanekaragaman jenis tumbuhan
jenis burung, jenis burung yang memiliki dan struktur vegetasi) maka semakin besar
tingkat kehadiran 25% meliputi 16 jenis keanekaragaman satwa. Habitat yang
burung. Jenis burung yang memiliki tingkat memiliki jenis vegetasi yang beragam akan
kehadiran 100% dan yang memiliki tingkat menyediakan banyak jenis pakan, sehingga
kehadiran 75% pada kedua habitat, pilihan pakan bagi burung akan lebih
mempunyai arti bahwa habitat tersebut banyak (Rika, 2007). Jika komunitas
disukai oleh jenis burung yang ada, jenis disusun oleh sangat sedikit jenis dan hanya
burung yang memiliki tingkat kehadiran sedikit dari jenis itu yang dominan, maka
50% pada kedua habitat, mempunyai arti keanekaragaman jenis rendah.
bahwa habitat tersebut kadang digunakan Keanekaragaman jenis yang tinggi
oleh jenis burung yang ada, sedangkan yang menunjukan bahwa suatu komunitas
memiliki tingkat kehadiran 25% pada kedua memiliki kompleksitas yang tinggi, karena
habitat, mempunyai arti bahwa habitat dalam komunitas terjadi interaksi yang
tersebut jarang digunakan oleh burung yang tinggi pula.
ada. Perbedaan kehadiran jenis burung Berdasarkan hasil analisis data diketahui
disebabkan oleh perbedaan jenis tumbuhan, areal pemukiman mempunyai kemerataan
tingkat kenyamanan dan habitat pendukung yang lebih merata dibandingkan dengan
yang berdekatan (Jarulis, 2005). habitat hutan. Indeks kemerataan yang
menunjukan bahwa tidak ada jenis burung

7
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

secara tunggal mendominasi habitat, atau Kepadatan guild di suatu daerah


jenis-jenis yang dominan sangat kurang. berhubungan dengan ketersediaan
Tinggi rendahnya indeks keanekaragaman sumberdaya. Secara alami, sumber
komunitas, tergantung pada banyaknya makanan berupa serangga merupakan
jumlah jenis dan jumlah individu masing- sumber makanan yang tersedia sepanjang
masing jenis. Jika jumlah jenis banyak dan waktu, berbeda halnya dengan sumber
jumlah individu masing-masing jenis makanan berupa buah dan nektar yang
hampir merata maka indeks dipengaruhi oleh waktu (musim berbuah)
keanekaragaman akan semakin tinggi. (Ihsan 2011). Menurut Wong (1986) dalam
Indeks keanekaragaman akan tinggi apabila Ihsan (2011), kelimpahan serangga lebih
pada suatu habitat dapat mendukung stabil dibandingkan dengan kelimpahan
berbagai aktifitas dan mampu memberikan buah dan nektar, sehingga populasi burung
tempat yang nyaman untuk berlindung dan pemakan serangga relatif lebih stabil
berkembang biak (Yayuk, 2013). dibandingkan dengan pemakan buah atau
Pada penelitian ini jumlah jenis burung nektar.
yang dominan kurang dijumpai pada areal
pemukiman, tidak menunjukan bahwa KESIMPULAN DAN SARAN
indeks keanekaragaman pada areal
pemukiman lebih tinggi dibandingkan Kesimpulan
dengan habitat hutan, karena kurangnya
Berdasarkan hasil penelitian dan
jumlah individu dari masing-masing jenis
pembahasan, terdapat beberapa kesimpulan
pada areal pemukiman disebabkan variasi
sebagai berikut :
makanan pada areal pemukiman sangat
kurang. Pada areal pemukiman sumber 1. Di lokasi penelitian dijumpai sebanyak
makanan utama hanya berupa serangga. 45 jenis burung dari 29 famili dengan
Pada penelitian ini komposisi jumlah populasi sebanyak 152 ekor.
berdasarkan kategori guild, kategori 2. Dari lokasi penelitian kategori guild
pemakan serangga sambil melayang, yang paling banyak dijumpai yaitu
merupakan ketegori guild yang (FCI) (Fly Catching Insectivore)
mendominasi pada areal pemukiman dan pemakan serangga sambil melayang.
habitat hutan, baik dari segi jumlah jenis 3. Dari seluruh titik pengamatan
maupun jumlah kelimpahan individu. diperoleh jenis-jenis burung yang
Habitat hutan merupakan habitat yang mencapai 100% tingkat kehadirannya
mempunyai ketegori guild yang lebih yaitu burung madu sriganti (Nectarinia
banyak dari pada areal pemukiman. jugularis), cabai panggul kelabu
Menurut Hadinoto dkk (2012), suatu jenis (Dicaeum celebicum), cekakak sungai
burung biasanya memerlukan kondisi (Halcyon chloris), cucak kutilang
lingkungan dan jenis makanan yang (Pycnonotus aurigaster), kacamata
spesifik. gunung (Zosterops montanus), layang-
Wong (1986) dalam Ihsan (2011) layang batu (Hirundo tahitica), walet
menyatakan bahwa jumlah individu di polos (Collocalia vanikorensis), walet
dalam sebuah guild menggambarkan sapi (Collocalia esculenta).
ketersediaan sumberdaya yang mendukung, 4. Indeks keanekaragaman jenis pada
sedangkan jumlah jenis menggambarkan areal pemukiman sebesar (H’) 3,19
sejauh mana sumberdaya dapat dibagi sedangkan pada habitat hutan sebesar
dengan baik. Oleh karena itu semakin (H’) 3,17. Untuk kemerataan jenis
banyak kategori guild di dalam suatu tipe pada areal pemukiman sebesar (E)
habitat menunjukan banyaknya 0,93, sedangkan kemerataan jenis pada
ketersediaan sumberdaya yang mendukung habitat hutan (E) 0,89.
kehidupan burung di dalamnya dan juga
menunjukan kualitas lingkungan yang baik
(Bishop & Myers 2005).

8
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013

Saran Howes J., Bakewell D., Noor Y.R.,


2003. Panduan Studi Burung
1. Perlu dilakukan lagi berbagai
Pantai. Wetlands Internasional.
penelitian mengenai beberapa aspek
kehidupan jenis-jenis burung pada
Bogor.
Areal Dongi-dongi di Kawasan Taman Ihsan. M., 2011. Analisis Kuantitatif
Nasional Lore Lindu pada Areal Burung di Pulau Peleng dengan
Dongi-dongi dan sosialisasi mengenai Fokus Burung Gagak Banggai
penetapan batas-batas kawasan. (Corvus Unicolor).
2. Perlu perlindungan terhadap burung- Jarulis, 2005. Fauna Burung di Taman
burung di areal tersebut karena pada Kota dan Jalur Hijau Kota Padang.
umumnya burung-burung yang Jurnal Gradien Vol. 1 No. 2 Juli
ditemukan adalah jenis burung 2005: 98-104.
endemik yang sangat perlu Ludwig, J.A., dan J.F. Reynolds., 1988.
dipertahankan dan dilindungi guna Statistical Ecology. John Willey &
kelestariannya. Sons. USA
Morin, P.J. 1999. Community Ecology.
UCAPAN TERIMA KASIH Massachusetts. Blackwell Science
Inc. Ecological Monographs 72:
Penulis menghargai dan mengucapkan 19–39
terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Rika, S.D., 2007. Keanekaragaman Jenis
Tison, Santo, Mahdar, Malik yang telah Burung di Beberapa tipe Habitat
membantu pengambilan data di lapangan. Taman Nasional Gunung Ciremai.
Ucapan terima kasih yang sama ditunjukan Rusmendro. H., 2009. Perbandingan
pula kepada Soewarsono dan Suminah Keanekaragaman Pada Pagi dan
selaku orang tua saya dan Iin yang selalu Sore Hari di Empat Tipe Habitat di
memberikan dukungan dan bantuan baik Wilayah Pangandaran, Jawa
moril dan materi. Barat.Vis Vitalis, Vol. 02 No.1,
Maret 2009.
DAFTAR PUSTAKA Widodo, 2009. Komparasi Keragaman
Bishop JA, WL Myers. 2005. Associations
Jenis Burung-burung di Taman
between avian functional guild Nasional Baluran dan Alas
response and regional landscape Purwo Pada Beberapa Tipe
properties for conservation Habitat. Berk, Panel, Hayati: 14
planning. Ecological Indicators (113-124), 2009.
5:33-48. Wong M. 1986. Trophic organization of
Celebes Bird Club, 2006. Mengenal Burung birds in Malaysian dipterocarp
di Taman Nasional Lore Lindu, forest. Auk 103:00-116.
Sulawesi Tengah. Pusat Penelitian Yayuk, W., 2013. Keanekaragaman Jenis
Biologi-LIPI & Nagao Natural Burung Diural Dalam Kawasan
Enviroment Foundation (NEF), Cagar Alam Mandor Kabupaten
Jakarta. Landak.
Coates B.J., Bishop K.D., Gardner D, 2000.
Panduan Lapangan Burung-burung
Dove Publications, Bogor.
Dewi. R. S., 2007. Keanekaragaman Jenis
Burung di Beberapa Tipe Habitat
Taman Nasional Gunung Ciremai.
Hadinoto, Mulyadi, A., Siregar, YI, 2012.
Keanekaragaman Jenis Burung di
Hutan Kota PekanBaru. Jurnal
Ilmu Lingkungan 2012: 6 (1)

9
10

You might also like