You are on page 1of 28

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI UNMAL/RSUD EF

Laporan Kasus : Januari 2013

Oleh : Jona Aresepta

Pembimbing : dr. Fauzi Maridin, Sp.OG

Hari/Tanggal : Januari 2013

LAPORAN KASUS

Cephalopelvic Disporpotion

IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. S No RM :38233

Umur : 30 tahun

Alamat : Perum Bumi Sarana Indah, Blok A, No.06

Suku : Batak

Agama : Kristen

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan terakhir : SMP

Nama Suami : Tn. R

Pekerjaan : Wiraswasta

Masuk Rumah Sakit : 26 Desember 2012 Pukul : 23.30 WIB

1
ANAMNESA (autoanamnesa) 27 Desember 2012 pukul 01.00 WIB

Keluhan Utama : Mules-mules sejak pukul 20.30 WIB

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang wanita 30 tahun G2P1A0 datang ke RSUD Embung Fatimah


dengan keluhan mules-mules sejak pukul 20.30 WIB, mules yang dirasakan
Os. kuat dengan frekuensi yang sering, Os. juga mengaku keluar lendir sejak
timbulnya mules dari kemaluannya, Os. Menyangkal keluar darah dan air-air
dari kemaluannya.

Os mengatakan hari pertama mens terakhirnya adalah pada tanggal 3


maret 2012. Pasien mengatakan biasanya menstruasinya berlangsung 7 hari, teratur
dan tidak pernah ada gangguan saat menstruasi.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung,


penyakit ginjal, asma dan kencing manis.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi,


diabetes melitus, asma, dan cacat bawaan.

Riwayat Alergi :

Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan

Riwayat Haid

Menarche : 14 tahun
Lama Haid : 7 hari
Siklus Haid : 28 hari
Disertai Rasa Sakit : tidak disertai nyeri perut
HPHT : 03 Maret 2012

2
Taksiran Persalinan : 12 Desember 2012

Usia kehamilan : 42 minggu 1 hari

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah tahun 2005 saat usianya 23 tahun. Os menikah dengan
suaminya sudah 5 tahun

Riwayat Obstetrik
No Jenis Berat Umur Cara Tempa Keadaan
kelamin badan lahir melahirkan t anak
1 Laki-laki 2550 gram 7th SC RSOB Sehat
2. Hamil ini

Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengatakan sebelum hamil menggunakan pil KB

Riwayat Operasi
Os. mengatakan pernah mengalami operasi cesar 7 tahun yang lalu atas
indikasi panggul sempit

PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS PRESENT

Keadaan Umum : Baik

Vital Sign:

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah: 110/70 mmHg Suhu : 36,5oC

Nadi : 94 x/menit Respirasi : 16 x/menit

Berat Badan : 43 kg

3
Tinggi Badan : 126 cm

Gizi : Cukup

B. STATUS GENERALIS

Kepala : Normocephali

o Mata : pupil isokor D/S, konjungtiva tidak anemis D/S, sklera tidak
ikterik D/S
o Hidung: tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, sekret (-), mukosa
tidak hiperemis
o Muka : Chloasma Gravidarum (+)
o Mulut : tidak ada karies, bibir tidak pucat

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid, JVP :
5±2 cmH2O

Thorax : Simetris D/S, tidak ada retraksi intercostalis, , areola mamae


hiperpigmentasi (+)

Paru

o Inspeksi : Tidak ada napas tertinggal, pergerakan


pernapasan reguler
o Palpasi : Fokal fremitus D/S normal
o Perkusi : Sonor disemua lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler D/S sama, ronkhi (-), wheezing (-)

jantung

o Inspeksi : tidak terlihat thrill


o Palpasi : tidak teraba ictus cordis
o Perkusi :
Batas jantung kanan (sonor ke redup), Linea Parasternalis
dextra ICS IV

4
Batas jantung kiri (sonor ke redup), Linea Midclavicula
sinistra ICS V

Batas jantung atas ( sonor ke redup), Linea sternalis Sinistra


ICS II

Pinggang jantung (sonor ke redup )Linea Parasternalis sinistra


ICS III

o Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, gallop(-),


murmur (-)

Abdomen : cembung, striae gravidarum (+), luka bekas operasi (+)

Ekstremitas : tidak ada edema dan varises pada kedua kaki

STATUS OBSTETRI

Pemeriksaan Luar :

Inspeksi: cembung, striae gravidarum(+), luka bekas operasi (+)

Palpasi:

o LEOPOLD I
Tinggi fundus uteri : 33cm, TBJ: 3.410 gram di bagian
fundus teraba bagian tidak bulat, lunak tidak melenting
berkesan bokong janin.
o LEOPOLD II
Teraba bagian panjang, datar dan keras disebelah kiri ibu
berkesan punggung. Teraba bagian- bagian kecil disebelah
kanan perut ibu berkesan ekstremitas
DJJ : 132x/mnt
o LEOPOLD III

5
Teraba bagian bulat,keras dan melenting berkesan kepala janin
pada bagian terbawah perut ibu yang belum engaged.
o LEOPOLD IV
Kepala belum masuk PAP (floating),

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher):

o Portio : Lunak dan tebal


o Pembukaan : Ø 1 cm
o Ketuban : intak
o Bagian terbawah : kepala
o Promontorium teraba : (+) 9,5 cm
CV= CD-(1,5cm-2cm)
= 9,5cm-1,5cm
= 8cm

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Hematologi (26 Desember 2012 pukul 23.04 WIB)

Hb : 8,9 g/dl
Leukosit : 14.100/mm³
Ht : 30 %
Trombosit : 246.000/mm³
Eritrosit : 3.8 juta/mm³
BT : 4 mnt
CT : 9 mnt
Gol darah :A
GDS : 94 mg/dl
HBsAg :-
Anti HIV : non reaktif

6
USULAN PEMERIKSAAN

1. USG
2. Pelvimetri

DIAGNOSA KERJA

Ibu G2P1A0 H1 Inpartu Kala 1 Fase Laten JTH + Cephalopelvic


Disporpotion

PENATALAKSANAAN

o IVFD RL 20 gtt/menit
o Pasang cateter
o Sectio Caesaria Cyto

PROGNOSIS

o Quo ad vitam : dubia ad bonam


o Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
o Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Laporan Operasi

Tanggal pembedahan : 27 Desember 2012

Pembedahan dimulai : pukul 03.00 WIB

Pembedahan selesai : pukul 03.50 WIB

Jenis anestesi : Spinal

Diagnosis pra bedah : G2P1A0 H1 Inpartu Kala 1 Fase laten JTH+


Cephalopelvic Disporpotion

7
Diagnosa pasca bedah : P2A0 H2 post Sectio Caesaria Tranperitoneal
Profunda atas indikasi Cephalopelvic
Disporpotion

Jenis Pembedahan :Sectio Caesaria Transperitoneal Profunda

Laporan Operasi:

1. Pasien dibaringkan dalam keadaan telah diberikan Spinal Anestesi.


2. Desinfektan lapangan operasi dan genitalia eksterna, tutup daerah
sekitarnya dengan duk steril, kecuali daerah operasi.
3. Insisi dinding abdomen pada linea mediana antara simfisis dan
pusat sepanjang 10 cm.
4. Otot recto abdominalis disingkirkan secara tajam/tumpul.
5. Peritoneum diperlebar dengan tajam/tumpul.
6. Tampak uterus gravidarum
7. Insisi SBR, diperdalam sampai kavum uteri.
8. Bayi lahir pukul 03.15 WIB, BBL; 2900 gram, PB: 47 cm, Lingkar
kepala: 33 cm, Lingkar dada: 31 cm, anus (+), JK: perempuan,
A/S: 9/10
9. Suntikan methergin 0,2 mg.
10. Tali pusat dipotong, plasenta lahir manual, kotiledon lengkap,
infark (-), hematom (-).
11. Jahit uterus dengan jelujur terkait.
12. Eksplorasi perdarahan tidak ada, bersihkan lapangan operasi.
13. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis.
14. Operasi selesai

Terapi Post Operasi:

o Awasi KU sampai stabil, makan minum bila peristaltik (+)


o Injeksi ceftriaxon 2x1000 mg
o Injeksi Kanamicin 1 amp.
o Inf. Metronidazol

8
o Injeksi Tramadol 3x1
o Injeksi alinamine F 2x1

FOLLOW UP PASIEN DI BANGSAL

Tgl S O A P
27/12/2012 Nyeri luka operasi KU : Sedang, CM P2A0 post Sectio -Terapi lanjut
(+), mual (+), T : 110/80 mmHg Caesaria
muntah(-), flatus(-)
N : 80 x/mnt Tranperitoneal
, BAB(-), ASI (-)
R : 20 x/mnt Profunda atas
S : 36,5° C indikasi CPD
Konjungtiva tidak anemis
Thoraks : C/P dbn
Abdomen :
I : agak cembung
Pa : TFU setinggi pusat
A : peristaltik (+) rendah

9
28/12/12 Nyeri luka operasi KU : Sedang, CM P2A0 post Sectio -Terapi lanjut
(+), mual (-), Caesaria - Mobilisasi
muntah (+), flatus T : 110/80 mmHg
Tranperitoneal - UP infuse
(+), BAB (-), ASI (+)
N : 80 x/mnt Profunda atas dan DC
indikasi CPD
R : 20 x/mnt

S : 36,7° C

Konjungtiva tidak anemis

Thoraks : C/P dbn

Abdomen :

I : agak cembung

Pa : TFU setinggi pusat

A : peristaltik (+) normal

29/12/2012 Nyeri luka Operasi KU : Sedang, CM P2A0 post Sectio - Ganti


(+), keluhan lain(-) verban
TD : 120/80 mmHg Caesaria
N : 82 x/mnt Tranperitoneal - BLP
R : 18 x/mnt Profunda atas
S : 35,7° C indikasi CPD
Konjungtiva tidak anemis
Thoraks : C/P dbn
Abdomen :
I : agak cembung,
luka baik, tidak ada
pus
Pa : TFU setinggi
pusat
A : peristaltik (+) normal

10
PERMASALAHAN

1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?


2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan
standar pelayanan?

PEMBAHASAN KASUS

1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?


Pada kasus ini penegakan diagnosis Cefalopelvik Disproporsi sudah
benar. Pada pasien ini ditemukan beberapa criteria yang mengarah ke
diagnosis Cefalovelpik Disproporsi.

Criteria pada kasus diatas adalah berdasarkan pada :

1. Dari anamnesa adanya riwayat operasi section saecaria atas


indikasi panggul sempit
2. Dari pemeriksaan fisik terdapat kelainan bentuk tubuh ibu (cebol),
perut menggantung, tanda obsborn (+), kepala anak belum turun
setalah usia kehamilan 38 minggu, yang merupakan prasangka
adanya panggul sempit.
3. Dan pada pemeriksaan vaginal toucher teraba promontorium(+),
yang merupakan dugaan adanya kesempitan panggul.

II. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan


standar pelayanan?
Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu indikasi absolute sectio caesaria,
kerana pada pasien ini CV=8 cm yang merupakan indikasi absolute section
caesaria dan apabila tidak dilakukan section caesaria dapat terjadi rupture uteri
karena his yang kuat dan ditambah adanya riwayat section caesaria
sebelumnnya.

11
LANDASAN TEORI

Disproporsi Sefalopelvik

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan


ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul
sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.3

Anatomi pelvis

Pada setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor berikut:

1. Jalan lahir
2. Janin
3. Kekuatan yang ada pada ibu
Jalan lahir terbagi :

1. Bagian tulang ( tulang–tulang panggul dengan sendi-


sendinya,articulatio )
2. Bagian lunak ( otot,jaringan dan ligament )

12
Gambar 1 : Anatomi tulang panggul

Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu:

1) os coxae (os ilium, os ischium, os pubis)

2) os sacrum

3) os coccigeus.

Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium


merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf
yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-
ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka posterior
superior. Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjolan di
belakang disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk.

Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior


berhubungan dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri
membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium
kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius. Kedua os pubis bertemu dan
simetris.

13
Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama
paling besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai
promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-
ukuran panggul. Permukaan sacrum berbentuk konkaf. Os coccygis
merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.

Gambar 2. Tulang pembentuk pelvis

JALAN LAHIR

Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang terdiri dari pelvis mayor
dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis
yang tidak banyak pentingnya dalam obstetric. Yang lebih penting adalah
pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul
(outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke
depan (sumbu carus)

14
Gambar 3. Potongan sagital panggul

A. PINTU ATAS PANGGUL

Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibatasi


disebelah posterior oleh promontorium, dilateral oleh linea terminalis dan di
anterior oleh pinggir atas simpisis. Pada panggul ginekoid PAP hampir
bundar, kecuali di daerah promontorium agak masuk sedikit.

Ukuran ukuran pintu atas panggul:

1. Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai ke


tengah permukaan posterior simpisis. Disebut juga conjugate
obstetrika.

2. Konjugata diagonalis yaitu jarak tepi bawah simfisis sampai ke


promontorium, yang dapat diukur dengan memasukan jari tengah dan
telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada
panggul normal tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm.

15
3. Konjugata vera yaitu jarak tepi atas simfisis dengan promontorium
didapat dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm

4. Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang PAP, biasanya


12,5-13 cm

5. Diameter oblique adalah garis persilangan konjugata vera dengan


diameter tranversa keartikulasio sakroiliaka.

Gambar 4 : Pintu atas panggul

B. RUANG PANGGUL

Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dan Pintu bawah


panggul (PBP). Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan
simpisisnya. Dinding posterior dibentuk oleh ossakrum dan os koksigis,
sepanjang ±12 cm. Karena itu ruang panggul berbentuk saluran dengan sumbu
melengkung ke depan.

16
Gambar 5. Ruang panggul

C. PINTU BAWAH PANGGUL

Batas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak antara
kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5-10 cm. PBP
berbentuk segi empat panjang disebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis,
dilateral oleh tuber ischii. Dan di posterior oleh os coccygis dan ligamentum
sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis ) adalah ± 90
derajat . Jika kurang dari 90 derajat, lahirnya kepala janin lebih sulit karena
kepala memerlukan labih banyak tempat ke posterior.

Jenis panggul menurut Caldwell-Moloy :

1. Panggul ginekoid

Bentuk panggul yang khas pada wanita, dengan pintu atas pangul yang
bundar atau dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit
daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu

17
bawah panggul yang cukup luas. Panggul jenis ini paling baik untuk
wanita, ditemukan pada 45% wanita.

2. Panggul anthropoid

Dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter


transversa sehingga bentuk p.a.p lonjong kedepan, dan dengan arkus pubis
menyempit sedikit. Ditemukan pada 35% wanita.

3. Panggul android

Dengan pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan dengan


penyempitan kedepan, dengan spina ischiadica menonjol ke dalam dan
dengan arkus pubis menyempit. Umumnya pria yang memiliki panggul
jenis ini, dan hanya ditemukan 15% pada wanita.

4. Panggul platipelloid

Dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada


diameter transversa pada pintu atas pangul dan dengan arkus pubis yang
luas. Ditemukan pada 5% wanita.

Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4


macam bentuk pelvis dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untuk menentukan
kombinasi ini mula mula yang disebut adalah jenis segmen pelvis bagian
belakang dahulu kemudian baru bagian segmen depan.

Berhubung dengan faktor ras dan sosial ekonomi, frekuensi dan


ukuran-ukuran jenis panggul berbeda-beda diantara berbagai bangsa.
Dengan demikian standar untuk panggul normal pada seorang wanita
Eropa berbeda dengan standar wanita Asia. Pada panggul dengan ukuran
normal, kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak
akan mengalami kesukaran.

18
Gambar 6 : klasifikasi Caldwell-Moloy

19
istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk
menggambarkan adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan
ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1. Janin yang besar
2. Panggul sempit

I.Janin yang Besar


Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Menurut kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan
dalam persalinan jika beratnya lebih dari 4500 gram.3
Penyebab anak besar yaitu:
 Diabetes mellitus
 Herediter
 Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar,
dapat timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat
atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena
penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan
USG dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum
masuk pintu atas panggul.3

II.Panggul Sempit

Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi


Obstetri dan Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter
panggul yang mengurangi kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan
distosia pada persalinan.3,7

20
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravid
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata

Gambar 3.1 Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.

Pengaruh pada persalinan :


1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan
ataupun banyaknya waktu yang diperlukan untuk moulage kepala
anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi karena ketuban belum pecah
sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup pintu atas
panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat
menekan pada serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.3
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi
rintangan yang ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul
sempit, dapat terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada
jaringan yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.

21
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merasakan nyeri di daerah
simfisis dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di
dalam rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan
nervus peroneus.

Pengaruh pada anak :


1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika
diameter biparietal berkurang lebih dari 0,5 cm.

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan


Penanganan Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran


pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul
dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain
sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit
yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul

22
sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan
panggul.Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga
terdapat panggul sempit lainnya.5,7
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:3,7
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka
dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,
atrofi atau kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas


panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan.penyempitan dapat terjadi
pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau
panggul yang menyempit seluruhnya.5

Klasifikasi panggul sempit :


a. Kesempitan pintu atas panggul
b. Kesempitan bidang tengah
c. Kesempitan pintu bawah panggul

Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul.3
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan
spina os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas
sacral ke-4 dan ke-5.3,5

23
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan
ruas sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua
spina ke pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior
13,5 cm atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh
secara klinis harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika
dapat juga menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul
jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.

c. Kesempitan pintu bawah panggul


jika dijumpai diameter interiscia tuberosum 8,5 cm, dan dengan
distansia tuberum bersama dengan diameter sagitalis posterior kurang
dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.

Gambar 3.2 Bidang Panggul

24
Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan
panggul sempit jika:3
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisis, permukaan jari berada pada
permukaan anterior dari simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah
dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih
dari tulang parietal, berarti CPD (-).
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari
tulang parietal, sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan
dilanjutkan dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang
parietal menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD
positif.
Teknik perasat Muller:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu
atas panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.
Interpretasi perasat Muller:

25
- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor,
diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum
persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran
tersebut sering menjadi dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.2,4
Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio
sesarea. Berdasarkan literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat
lahir pervaginam dengan selamat jika CV < 8,5 cm. 3
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi
hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit
relatif),antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan
partus percobaan.

26
PANGGUL SEMPIT

1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis

Kesempitan pintu Kesempitan Kesempitan pintu


atas panggul panggul tengah bawah panggul

Relatif Absolut
(konjugata vera (Konjugata vera < 8,5 cm)
8,5-10 cm)

Partus percobaan Seksio sesarea


Primer

Berhasil Gagal

Seksio sesarea

Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.


Jakarta: BP-SP,2008.
2. Lowe, N.K. The Dystocia Epidemic in Nulliparous Women. School of
Nursing Oregon Health & Science University. 2005. [Online] Hyperlink:
http://196.33.159.102/1961VOLXXXV20JulDec/Articles/20October/20A
CLASSIFICATIONOFCEPHALO-PELVICDISPROPORTION.C.J.T
Craig.pdf 10 Mei 2009.
3. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21.
Jakarta: EGC, 2005.
4. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
6. Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc
Disproportion
(CPD).2008.[Online]Hyperlink:http://72.14.235.132/:yayanakhyar.wordpr
ess.com/2008/09/05/arrest-of-decent-cephalopelvic-disproportion-
cpd/+Cephalo-pelvic+disproportion&cd, 20 Mei 2009.
7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.

28

You might also like