You are on page 1of 3

BERPIKIR KRITIS PADA EVALUASI KEPERAWATAN

Mengkaji Klien kembali diagnosa keperawatan dapat didefinisikan atau ditambahkan dengan
tujuan hasil yang diharapkan sesuai dan interuensi ditegaskan perawat juga menetapkan kembali
perioritas. Hal ini merupakan langkah penting dalam berfikir kritis mengalami kemajuan dan
bagaimana masalah dapat teratasi atau memburuk. Perawat dengan cermat memantau dan deteksi diri
terhadap masalah adalah pertahanan garis depan klien.
A. Dinamika Mengevaluasi Proses Keperawatan
Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan adalah
metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini dapat disebut sebagai
suatu pendekatan untuk memecahkan masalah (problem solving) yang memerlukan ilmu, teknik, dan
keterampilan intrapersonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan
masyarakat. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi Mengevaluasi adalah menilai atau
menghargai. Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini,
evaluasi adalah aktifitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan profesional
kesehatan menentukan kemajuan, klien menuju pencapaian tujua atau hasil dan keefektifan asuhan
keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah .
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi keperawatan adalah suatu proses yang dilakukan
dengan berdasarkan kepada perubahan kondisi pasien yang dilakukan secara terus menerus sampai
didapatkan keputusan apakah sebuah proses keperawatan itu dilanjutkan atau dihentikan.
B. Evaluasi Pencapaian Tujuan Keperawatan
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yg dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi
proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai hasil.
Ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera dan evaluasi sumatif yaitu rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan
Evaluasi adalah aspek yang penting dalam proses keperawatan, karena menggambarkan
keputusan dari menentukan apakah intervensi keperawatan harus dihentikan, dilanjutkan atau dirubah.
Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan masalah kesehatn aktual,
mencegah terjadinya masalah resiko dan mempertahankan kesehatan. Proses yang menentukan
efektivitas keperawatan meliputi lima unsur menurut :
1. Mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi;
2. Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah dipenuhi;
3. Menginterpretasikan dan meringkas data;
4. Mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbangan klinis;
5. Menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana perawatan.
C. Revisi Rencana Keperawatan
Setelah tujuan dievaluasi dan telah terpenuhi dengan baik, maka bagian dari rencana asuhan
keperawatan dihentikan. Rencana asuhan keperawatan dimodifikasi jika tujuan belum terpenuhi atau
terpenuhi sebagian, maka perawat harus melakukan revisi, dan mencari apakah hal ini disebabkan
karena penilaian keperawatan yang salah dan tidak berhasil mengikuti setiap langkah dari setiap
proses keperawatan, perawat harus memperhatikan kemugkinan tersebut.
Hal – hal yang mugkin mempengaruhi antara lain :
1. Pengkajian
Data dasar yang tidak lengkap atau tidak benar.
2. Diagnosis
Jika data dasar tidak lengkap, maka pernyataan diagnosis yang baru harus ditegakkan setelah
dilakukan penilaian tentang status masalah, perawat merevisi atau menambah diagnosis baru sesuai
kebutuhan klien yang terbaru.
3. Perencanaan; hasil yang diharapkan
Jika diagnosis tidak tepat, maka tujuan harus direvisi, jika diagnosis sudah tepat, maka
perawat harus memeriksa apakah tujuan sudah realistis dan dapat dicapai.
4. Perencanaan; program keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan apakah sudah relevan dengan pencapaian tujuan yang
diharapkan, jika diagnosis dan tujuan sudah tepat, mungkin intervensi yang dipilih bukan yang
terbaik. Program keperawatan baru juga diperlukan.
5. Implementasi
Walaupun semua bagian sudah direvisi, ada kemungkinan teknik implementasi alam rencana
dapat menghambat pencapaian tujuan. Setelah membuat modifikasi yang dibutuhkan, maka perawat
perlu memodifikasi, implementasi dalam siklus proses keperawatan.
D. Peningkatan Kualitas Keperawatan
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan berarti juga meningkatkan kualitas perawat
sebagai pengguna asuhan keperawatan. Menurut Pew Health Professions Commission, ada 21
kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat untuk abad 21:
1. Berpegang pada etika tanggung jawab dan pelayanan sosial;
2. Tunjukkan tingkah laku etis dalam seluruh aktifitas profesional;
3. Selenggarakan pelayanan berbasis bukti, kompetensi keperawatan klinis;
4. Sertakan berbagai penentu kesehatan dalam pelayanan klinis;
5. Terapkan pengetahuan dari ilmu baru;
6. Tunjukkan pemikiran kritis, pertimbangan dan keterampilan pemecahan masalah;
7. Pahami peran pelayanan primer;
8. Praktikkan pelayanan kesehatan preventif dengan tepat;
9. Sertakan pelayanan dan perawatan berbasis populasi ke dalam prakti;
10. Perbaiki akses pelayanan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan;
11. Praktik pelayanan yang berpusat pada hubungan dengan individu dan keluarga;
12. Sediakan pelayanan yang sensitif terhadap budaya dalam masyarakat yang majemuk;
13. Menjamin kerjasama dengan komunitas dalam keputusan pelayanan kesehatan;
14. Gunakan komunikasi dan teknologi informasi secara efektifdan tepat;
15. Bekerja dalam tim interdisplin;
16. Pastikan pelayanan seimbang antara kebutuhan individual, profesional, sistem dan masyarakat;
17. Praktikkan kepemimpinan;
18. Bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan dan hasil kesehatan pada tiap tingkat;
19. Berkontribusi kepada perbaikan kontinu dari sistem pelayanan kesehatan;
20. Mendukung kebijakan publik yang mempromosikan dan melindungi kesehatan masyarakat;
21. Terus belajar dan membantu yang lainnya dalam belajar.

Adapun ciri – ciri asuhan keperawatan yang berkualitas, antara lain:

1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan;


2. Sumber daya untuk pelayanan askep dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif;
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan;
4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga kesehatan;
5. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat.
Ada beberapa keterampilan yang harus dilakukan oleh perawat dalam proses keperawatan untuk
menciptakan kualitas asuhan keperawatan, antara lain: intelektual, kemampuan menjalin hubungan
yang baik, dan mempunyai teknik, karena didalam keterampilan intelektual terdapat kemampuan
memecahkan masalah, berfikir kritis, dan membuat keputusan keperawatan

You might also like