Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Najjah Khurmaen
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien penderita ginjal yang telah mengalami fase end stage renal
disease (ESRD) dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
progresif dan ireversibel memerlukan terapi pengganti ginjal yaitu
hemodialisis atau dapat dilakukan transplantasi ginjal. Hemodialisis
merupakan terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal untuk
membantu membuang zat metabolit dan kelebihan cairan tubuh
menggunakan mesin. Prosedur tindakan ini harus dijalani pasien gagal
ginjal selama seumur hidupnya, kecuali pasien beralih menggunakan
transplantasi ginjal (Alspach, 2006).
Pengidap Penyakit Gagal Ginjal Kronis di Indonesia Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Kementrian Kesehatan RI,
sebanyak 0.2% dari total jumlah penduduk Indonesia mengalami kondisi
ini. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah dengan angka tertinggi
yaitu, 0.5% dari total jumlah penduduk di provinsi tersebut. Dari
data 7th Report of Indonesian Renal Registry tahun 2014, pasien gagal
ginjal yang melakukan cuci darah paling banyak disebabkan karena
hipertensi (37%). Diikuti diabetes (27%), dan kelainan bawaan (10%).
Alspach (2006) menjelaskan bahwa interval waktu hemodialisis
tergantung pada tingkat kerusakan nepron yang sudah tidak berfungsi.
Pasien gagal ginjal umumnya menjalani proses hemodialisis 2 – 3 kali
dalam seminggu, sementara bila pasien jatuh pada kondisisi ndromuremik
biasanya menjalani proses hemodialisis 3 – 5 kali dalam seminggu dan
berlangsung selama seumur hidup pasien. Sukandar (2013) menyatakan
bahwa program hemodialisis regular 3 – 4 kali per minggu (12 – 15 jam
per minggu).
Pasien yang memerlukan hemodialisis rutin dua kali dalam satu
minggu akan mengalami luka tusukan sekitar hampir 200 kali tusukan
jarum dalam satu tahun, sehingga akan mengakibatkan resiko terjadinya
infeksi pada daerah akses vaskulernya. Khususnya pasien hemodialisa
yang menggunakan akses catheter vene central memiliki resiko lebih
tinggi tyerhadap infeksi terkait layanan kesehatan. Maka dari itu perlu di
tingkatkan kepatuhan secara standar dalam proses peasangan akses
vaskuler dan perawatan akses agar kejadian infeksi tidak terjadi kepada
pasien yang mengalami tindakan hemodialisa.
B. Manfaat
1. Bagi Instansi Kesehatan
Informasi ini akan dapat menjadi masukan dalam manejemen asuhan
keperawatan sebagai tambahan intervensi bagi pasien yang menderita
gagal ginjal kronik dan mendapat terapi rutin hemodialisa . Diharapkan
kualitas asuhan keperawatan pada penderita gagal ginjal menjadi lebih
baik dan secara tidak langsung akan menurunkan intensitas infeksi
sehingga kualitas hidup pasien hemodialisa bisa meningkat .
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Keperawatan sebagai profesi yang didukung oleh pengetahuan yang
kokoh perlu terus melakukan berbagai pembaharuan informasi terkait
praktik keperawatan yang akan memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan keperawatan. Diharapkan informasi ini akan memperkaya
literature keperawatan terkait managemen untuk mengurangi
terjadinya infeksi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Infeksi
1. Pengertian
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan
berproliferasi dalam tubuh dan menyebabkan sakit (Potter & Perry,
2005). Sedangkan menurut Smeltzer & Brenda (2002) infeksi adalah
beberapa penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan organisme
patogenik di dalam tubuh.
a. Beberapa penyebab infeksi (Smeltzer & Bare, 2002) adalah
1) Bakteri
Bakteri adalah penyebab terbanyak terjadinya infeksi.
2) Virus
Virus berisikan nucleat acid, masuk kedalam tubuh untuk
berkembang biak.
3) Parasit
Parasit hidup di makhluk hidup lain seperti cacing, protozoa
dan arthropoda.
4) Fungi atau Jamur
b. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antara
berbagai faktordan saling mempengaruhi yaitu agen infeksi,
reservoir, portal of exit, cara penularan, portal de entry dan host
atau penjamu yang rentan (Potter & Perry,2005).
Agen Infeksi
Cara penularan
B. Akses Vaskuler
1. Pengertian
Vascular access merupakan suatu cara untuk mencapai pembuluh darah
pada seorang pasien dengan maksud dan tujuan tertentu. Biasanya
tujuan dari vascular access, terutama pada kondisi gawat darurat pada
kasus trauma adalah untuk memasukkan sejumlah cairan sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat perdarahan, serta untuk jalur
memasukkan obat, dan juga untuk tujuan lain. Vascular access
memegang peranan vital dalam Advance Life Support yaitu sebagai
jalur masuknya obat dan juga cairan (AHA, 2006).
Akses vaskular untuk hemodialisa adalah jalur untuk mempertahankan
kehidupan pada penderita End Stage Renal Disease (ESRD) / gagal
ginjal kronik ,karena penderita gagal ginjal memerlukan Hemodialisa
yang dalam pengertian awam kita kenal sebagai cuci darah terus
menerus. Kecuali jika penderita menjalani transplantasi ginjal.
2. Jenis Akses Vaskuler
a. AV Fistula
AV Fistula adalah suatu hubungan antara arteri dan vena yang
dibuat oleh seorang ahli bedah vaskular. Hubungan ini yang
normalnya tidak ada harus dibuat untuk memungkinkan seorang
penderita gagal ginjal dicuci darahnya. Adanya hubungan antara
arteri dan vena mengakibatkan vena mendapat pressure sehingga
vena akan membesar dan menebal sehingga menjadi kuat dan
memungkinkan untuk dipakai sebagai akses hemodialisa. AV
fistula ini biasanya dibuat di pergelangan tangan dan daerah siku .
Gambar AV fistula
Sebelum pembuatan akses vaskular AV Fistula, pada pembuluh
darah lengan dilakukan pemetaan pembuluh darah dengan
menggunakan USG Doppler oleh spesialis bedah vaskular.
Pemetaan ini diperlukan untuk mengetahui kondisi vena dan arteri
pada tempat pembuatan fistula. Ada syarat syarat tertentu yang
harus dipenuhi agar vena dapat digunakan demikian juga untuk
arteri. Dengan USG dapat dilihat anatomi vena seperti ukuran,
percabangan, thrombus ataupun stenosis atau penyempitan. Untuk
arteri dapat dilihat anatomi dan spektral arteri tersebut. Dengan
pemetaan yang bagus maka angka keberhasilan pembuatan AV
fistula akan menjadi tinggi
AV fistula memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 bulan untuk
menjadi matang sehingga dapat digunakan. Jika AV fistula gagal
matang maka diperlukan pembuatan akses baru pada lokasi yang
berbeda. Jika pembuluh darah vena penderita sudah tidak baik
misalnya akibat penusukan untuk jarum infus yang berulang ulang
sehingga mengakibatkan thromboflebitis maka diperlukan
penggunaan AV graft. AV graft adalah suatu pembuluh darah
buatan yang dirancang untuk menggantikan pembuluh darah yang
rusak.
AV fistula dibuat oleh seorang spesialis bedah vaskular,
pembuatannya memerlukan keahlian penyambungan pembuluh
darah yang kecil dengan menggunakan loupe dan benang halus.
Pembuatannya tidak memerlukan anestesi umum, cukup dengan
anestesi lokal sehingga pasien dapat pulang setelah selesai
pembuatan
b. AV graft
AV graft adalah sebuah tabung buatan yang dibuat untuk
menggantikan pembuluh darah . Pemasanganya dilakukan oleh
seorang spesialis bedah vaskular bisa dengan anestesi lokal atau
anestesi umum. Pemasangannya lebih rumit sehingga kadang
penderita memerlukan rawat inap satu atau dua malam untuk
memantau komplikasi sesudah pemasangan. Berbeda degan AV
fistula yang menggunakan pembuluh darah asli yang memerlukan
waktu untuk matang sekitar 2 sampai 3 bulan, alat ini hanya
memerlukan waktu 2 sampai 3 minggu sebelum dapat digunakan.
Tetapi AV graft ini sering mengalami kegagalan dalam bentuk
trombus dan infeksi. Trombus sering terbentuk didalam graft
sehingga terjadi hambatan aliran darah kemesin HD. Diperlukan
perawatan yang lebih telaten untuk akses vaskular yang
menggunakan graft.
c. Cateter Vena
Kateter vena yang sering disebut sebagai kateter dual lumen adalah
suatu saluran yang dimasukkan kedalam suatu vena sentral
didaerah leher, dada atau lipat paha. Ini digunakan hanya untuk
penggunaan jangka pendek. Kateter ini diluar tubuh memisah
menjadi dua saluran. Satu saluran digunakan untuk menarik darah
dari pasien kedalam mesin ini disebut sebagai artery line dan satu
lagi digunakan untuk memasukkan darah dari mesin ketubuh
penderita disebut sebagai venous line.
Akses ini hanya digunakan jangka pendek sebelum seorang
spesialis bedah vaskular membuat AV fistula sebagai akses jangka
lama. Akses ini sangat tidak ideal karena dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi seperti bekuan darah yang menyumbat
akses, infeksi dan jangka lama vena tempat pemasangan kateter
akan mengalami penyempitan sehingga tidak dapat digunakan lagi
untuk akses hemodialisa.
Penggunaan yang lebih dari tiga minggu memerlukan pemasangan
akses vaskular yang ditanam dibawah kulit atau dikenal sebagai
tunneled. Penderita gagal ginjal yang memerlukan hemodialisa
segera seharusnya dipasang yang ditanam/tunneled karena untuk
pematangan AV Fistula memerlukan waktu 2 sampai 3 bulan.
Pemasangan kateter non tunneled pada penderita gagal ginjal
kronik sebaiknya dihindari karena sering mengakibatkan
komplikasi jangka panjang.
BAB III
PEBAHASAN
A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal
“Vasculer acces and infection prevention and control : a national
survey of routine practices in Irish haeomodialysis units”
Akses Vaskuler dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi : Surve
nasional prktik rutin di Unit Hemodialisa
2. Penulis
Margaret McCann, Michael Clarke, GeorgeMellote, liam Plant,
Fidelma Fitzpatrick.
3. Sumber
http://ckj.oxfordjournal.org/ at Triniti College Dublin on June 23,
2014.
4. Tahun Publikasi
2013
B. Analisa Jurnal
Jurnal ini merupakan sebuah survey nasioanal yang dilakukan di negara
Irlandia pada bulan November 2011 terhadap unit – unut Dialisis yang ada
di negara irlandia. Untuk mengidentifikasi jurnal tersebut maka dilakukan
melaluai analisa PICO secara rinci adalah :
No PICO SASARAN
1 Population Unit Dialisis yang ada di Republik Irlandia
2 Intervention Pencegahan dan kontrol infeksi pada pasien
yang menjalani hemodialisa
3 Comparation Tidak dilakukan intervensi perbandingan
4 Outcome Kepatuhan unit Dialisis di Irlandia terhadap
Pedoman Nasiaonal tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi.
C. Alur Penelitian
Penelitian berlangsung pada bulan November 2011 , yaitu dengan
mengirimkan email survey kepada manajer keperawatan pada 20 unit
dialisis yang ada di Irlandia. Kemudian survey yang telah diselesaikan
oleh unit dialisis terkait akan di kembalikan kepada peneliti melalui pos.
Survey di fokuskan kebeberapa bidang praktik rutin dalam hemodialisa
termasuk pembentukan AVF, pencegahan dan pengendalian infeksi
peyisipan dan pemeliharaan CVC ( Catheter Vene Central ) dan
penggunaan Vaskuler Akses. Pertanyaan survey relevan dengan
rekomendasi yang dibuat dalam pedoman nasional mengenai pencegahan
infeksi terkait dengan kateter intravena.
Pakar dalam rancangan survey dan penelitian kuantitatif, serta profesional
kesehatan dengan keahlian klinis dalam pencegahan dasn pengendalian
infeksi, dan hemodialisa menuinjau survey ini untuk memastikan bahwa
survey ini mendapatkan data yang di cari dengan tepat. Dua dari par ahli
ini adalah rekan penulis (M.C dan F.F). Perubahan pada survey ini
meningkatkan kejelasan sementara pertanyaan tambahan mengenai
pencegahan dan pengendalian infeksi. Kuesioner yang diselesaikan terdiri
dari 38 pertanyaan.
Data dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Sciene)
versi 20. Statistik deskriptif digunakan untuk merangkum data, dengan
mean dan starndar defisiasi (SD) untuk variabel dasn frekuensi kontinyu
dan presentase untuk data kategori. Uji Fisher (dua sisi) digunakan untuk
membandingkan hubungan antara ukuran unit dialisis dan implementasi
rekomendasi buku pedoman.
Dalam menentukan partisipan peneliti memberikan email kepada unit
dialisis yang ada di republik Irlandia. Adapun kriteria inklusi dan
ekslusinya adalah.
Kriteria Inklusi
a. Seluruh Unit dialisis yang ada di republik Irlandia
b. Unit dialisis yang bersedia mengikuti survey
Kriteria Eksklusi
a. Unit dialisis yang tidak merespon email yang telah di kirim oleh
peneliti.
D. Hasil
Pada bulan Maret 2012 hanya 19 unit dialisis yang merespon atau memberikan
hasil survey kepada peneliti yang di kirimkan melalui pos. Penggunaan akses
pada unit dialisis masih banyak yang menggunakan CVC (Tabel 1.)Secara
umum tanggapan survey menunjukkan kepatuhan terhadap kepatuhan terhadap
Pedoman Nasional yang telah ada ( Tabel .2 )
E. Pembahasan
Pedoman nasional dan internasional mengakui bahwa AVF adalah standar
emas untuk VA permanen. Pravelensi AVF pada unit dialisis di irlandia
adalah 49 %, masih banyak menggunakan CVC. Penggunaan akses CVC
lebih rentan terjadainya infeksi. Pasien yang telah di diagnosa CKD tahap
4 ( gfr 15-29 ml/jam) harus segera di lakukan pembuatan AVF (UK Renal
Association, 2011). Dari surve hanya ada 3 unit yang menjalankan
rekomendasi nasional tersebut.
Aspek penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah dlam
pengaturan dialisis adslah pengawasan berkelanjutan dalam kaitantannya
dengan kaitannya dengan MRSA. Resiko bakteria MRSA lebih besar pada
pasien dialisis de bandingkan dengan pasien umum (UK:Renal register,
2006) . kejadian bakteri MRSA pada pasien dialisis sebesar 68,9 %, dan
terjadi pada pasien hemodialisa yang menggunakan CVC (UK:Renal
register,2009). Rekomendasi nasional irlandia melakukan skrining MRSA
pada pasien dialisis setiap 3 bulan (sari, 2009). Hasil survey menunjuknan
kepatuhan dari unit dialisis yang ada di irlandia yaitu sebesar 17 unit ( 89
%). Selain dengna skrining juga perlu adanya pengawasan terhadap
tinghkat bakteri dan menganalisis akrar penyebabnya, 13 unit (68 %) yang
menjalankan rekomendari tersebut.
Intervensi lain yang digunakan dalam pencegahan inveksi CVC adalah
dengan pembersihan tempat keluar CVC dan pusat catheter dengan
laruratn aseptik. Pedoman ginjal menyetujui penggunaan lartutan aseptik
klorheksidin glukonat, tapi berneda dengan Dalam kekuatan dosis dan
formulasinya larutan. Pedoman barru dari CDC menganjurkan
penggunaan > 0,5 % klorheksidin dalam larutan alkohol 70 %
(CDC,2011). Sedangkan asosiasi ginjal inggris menyarankan 2 % glukonat
klorheksidin, tetapi tidak menentukan apakah ini harus di campur dengan
alkohol 70 % atau larutan air (UK:Renal Association, 2011). Sedangkan
rekomendasi dari irlsandisa 2 % glukonat klorheksidin dalam 70 %
alkohol. Prsktik ini sebagian sebgian besar unit dialisis di irlandia
mematuhi 14 unit (74%).
F. Kelebihan dan kekurangan
1. Kelebihan
a. Peneliti melakukan penelitian secara runtun semua langkah dalam
penelitian yang telah dilakukan di dalm jurnal
b. Linngkup dalam penelitian berskala nasional
2. Kekurangan
a. Peneliti tidak ke responden secara langsung.
b. Dalam jurnal peneliti tidak menampilkan kejadian infeksi di unit
dialisis yang menjadi responden
c. Dalam jurnal peneliti tidak menentukan tingkat kepatuhan terhadap
unit dialisis yang menjasi responden.
d. Peneliti tidak melampirkan daftar pertanyaan yang di ajukan ke
unit-unit dialisis.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kepatuhan unit Dialisis di Irlandia terhadap Pedoman Nasiaonal tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi secara umum mematuhi pedoman
yang telah ada. Sehingga kejadian infeksi pada pasien yang menjali HD
dapat di cegah dan akan meningkatkan derajat kesehatan pasien yang
menjaladi hemodialisa di unit dialisis tersebut karena kejadian infeksi
yang dapat di minimalkan.
B. Saran
1. Bagi Semua Tenaga Kesehatan
a. Menggunakan hasil penelitian ini sebagai sumber informasi
mengenai bagaimana cara pencegahan dan kontrol infeksi pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
b. Menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan untuk lebih
meningkatkan kepatuhan terhadap prosedur pencegahan dan kontrol
infeksi yang ada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis, sehingga profesi keperawatan bisa lebih maju lagi
dalam bidang pemanfaatan hasil penelitian.
2. Bagi responden dapat menggunakan hasil penelitian tersenut untuk
lebih meningkatkan lagi kepatuhan dalan pencegahan dan kontrol
infeksi sehingga akan mempermudah proses pelaksanaan tindakan
yang telah direncanakan.
3. Bagi rumah sakit akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jika
mampu menyediakan menjalankan sesuai dengan prosedur yang ada.
4. Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang
lebih lanjut tentang tingkat kepatuhan sesuai dengan prosedur yang
telah ada.
C. Implikasi Keperawatan
1. Perawat sebagai edukator
Perawat memberikan pendidikan kepada individu, keluarga, tentang
cara pencegahan dan kontrol infreksi pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis.
2. Perawat sebagai konselor
Perawat sebagai konselor memliki tujuan membantu klien dalam
memilih keputusan yang akan diambil terhadap penyakitnya maupun
keputusan yang akan dilakukan. Diharapkan perawat dapat menjadi
konsultan bagi para pasien dan kelarga dalam penanganan pasein dan
memberikan masukan atau feedback yang tepat untuk pasien.
3. Perawat sebgai advocat
Perawat membantu pasien dan keluarga dalam menginterprestasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan keputusan atas tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada pasien, juga mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasinya, menetukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
4. Implikasi terhadap layanan keperawatan di rumah sakit
Hemodialisis merupakan salah satu bagian dari terapi penggantian
ginjal bagi pasien penyakit ginjal kronik. Bagi pasien penyakit ginjal
kronik hemodialisis dapat mencegah kematian, namun demikian
hemodialisis ini tidak menyembuhkan. Pasien ini harus menjalani terapi
dialysis sepanjang hidupnya. Berbagai dampak dan komplikasi dalam
proses hemodialisa adalah terjadinya infeksi sehingga perlua andanya
pencegahan agat infeksi dalam proses hemodialisa dapat di minimalkan.
Hasil penelitian tentang tingkat kepatuhan terhadap prosedur atau
rekomendasi dalam pencegahan dan pengendalian infekdi dapat
dijadikan acuan sebagai prventif agar infeksi pada pasien yang
menjalani hemodialisa dapat di minimalka.
DAFTAR PUSTAKA
Curtis, J., Roshto, B., & Roshto, B. (2008). Principles Of Dialysis. In Core
Curriculum For The Dialysis Technician (hal. 77-80). Medison: Medical
Education Institute inc.
Erika M.C. D’Agata., David B. Mount., Valerie T., & William S. (2000).
Hospital- Acquired Infections Among Chronic Hemodialysis Patients.
American Journal of Kidney Diseases, Vol 35, No 6 : pp 1083-1088.
Hoenich, N, A., & Ronco, C. (2008). Selecting a Dialyzer: Technical and Clinical
Considerations.In Nissenson, A, R.,& Fine, R, N (Ed.), Handbook of
dialysis therapy-4th. Philadelphia: Saunders , an imprint of Elsevier Inc.
Levy, J., Morgan, J., & Brown, E. (2004). Oxford Handbook of Dialysis Second
Edition. Oxford: Oxford University Press.
Moist, L. M., Trpeski, L., Na, Y. & Lok, C. E.(2008) Increased hemodialysis
catheter use in Canada and associated mortality risk: data from the Canadian
organ replacement registry 2001-2004. Clin. J. Am. Soc. Nephrol. 3, 1726-
1732.
Pisoni, R. L. et al.(2002) Vascular access use in Europe and the United States:
results from the DOPPS. Kidney Int. 61, 305-316.
Smeltzer, S.C.,& Bare, B.G.(2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
Bahasa Agung Waluyo dkk. Jakarta. EGC.
Sukandar, E. (2006). Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Bandung: Pusat
Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
UNPAD/RS. Dr. Hasan Sadikin