Professional Documents
Culture Documents
Afeksi juga dapat mempengaruhi kognisi lewat pengaruhnya pada rencana-rencana dan tujuan kita
dalam situasi sosial yang lebih luas. Temuan terbaru oleh Forgas (1998) menyebutkan bahwa
negosiator yang berada dalam mood baik memiliki strategi-strategi kooperatif yang lebih banyak dan
memperoleh hasil yang lebih baik daripada negosiator yang berada dalam mood buruk.
Penemuan terbaru mengindikasikan bahwa informasi yang membangkitkan reaksi afeksi mungkin
diproses secara berbeda daripada jenis informasi yang lain, sebagai akibatnya, informasi ini hampir
tidak mungkin untuk diabaikan atau dikesampingkan (Edwards, Heindel, &Louis-Dreufus, 1996;
Wegner & Gold, 1995). Mungkin fakta-fakta yang paling meyakinkan sebagai kesimpulan telah
dikemukakan oleh Edward dan Bryan (1997).
Peneliti-peneliti tersebut beralasan bahwa emosi-informasi yang menggemparkan mungkin menjadi
penyebab yang potensial dari kontaminasi mental (mental contamination) – yaitu suatu
proses judgement, emosi, atau perilaku yang dipengaruhi oleh proses mental yang tidak sadar dan
tidak dapat dikontrol (Wilson & Brekke, 1984). Secara khusus, Edward dan Bryan menyarankan
bahwa informasi yang membangkitkan reaksi emosional mungkin akan menimbulkan beberapa
akibat karena individu-individu sering memiliki kontrol yang kurang atas reaksi emosional mereka,
dan karena reaksi-reaksi tersebut menyebar secara alami.
Konsumen biasanya akan cenderung pada suatu produk, jika produk tersebut membawa unsur
kebudayaan yang sama dari latar belakang mereka. Sebagai contoh, produk batik biasanya akan
banyak dicari berdasarkan kesukaan konsumen karena mereka merasa menjadi bagian dari
kebudayaan tersebut. Oleh karenanya, tidak ada salahnya bila kemudian membawa unsur budaya ke
dalam produk. Fungsi afeksi bagi keluarga juga mungkin bisa berpengaruh pada ketertarikan pada
produk.
Ketika konsumen sedang butuh akan suatu produk, maka secara otomatis ia juga akan langsung
menaruh minat dan kesukaannya terhadap produk tersebut. Pandai dalam membaca kebutuhan
konsumen merupakan strategi yang tepat supaya produk bisa disukai oleh konsumen, sehingga ini
akan banyak mendatangkan keuntungan.
Keunggulan produk yang terbukti secara jelas, biasanya akan banyak disukai oleh konsumen. Afeksi
yang muncul dari konsumen berdasarkan pada keunggulan yang memang sudah pernah orang lain
dapatkan atau memang pengalaman sebelumnya yang sudah yakin terhadap produsen suatu produk.
Artinya, mempertahankan keunggulan produk sangatlah penting sehingga tidak menjadi kalah
bersaing.
Kualitas yang ditawarkan sebenarnya tidak akan jauh-jauh dari keunggulan produk. Ketika suatu
produk memiliki kualitas yang lebih, seseorang cenderung akan lebih tertarik kepada produk tersebut.
Ini sudah sewajarnya karena bagaimana pun seseorang pasti akan berusaha mencari produk yang
berkualitas karena berpikir tentang pemakaian jangka panjangnya.
Harga yang menarik bisa diartikan sebagai harga yang kompetitif. Seseorang akan cenderung
mencari harga yang paling rendah akan tetapi mendatangkan kualitas yang paling terbaik. Tentu ini
merupakan contoh afeksi dalam perilaku konsumen yang juga bisa kita amati. Produk murah dengan
kualitas terbaik akan lebih banyak disukai.
6. Keunikan Produk
Konsumen dalam memilih produk bisa juga dengan keunikan yang ada di dalamnya. Beberapa orang
akan lebih cenderung memilih produk yang beda daripada yang lainnya. Mereka menyebut ini dengan
istilah antimainstream. Hal ini semata-mata karena kecenderungan seseorang untuk bisa diperhatikan
oleh orang lain.
7. Mengikuti Tren
Perilaku afeksi dari konsumen selanjutnya yaitu terkait dengan tren. Jika keunikan produk belum
cukup untuk menambah nilai jual dari produk tersebut, maka ada baiknya justru produk tersebut
mengikuti tren yag ada. Meskipun mainstream, kadang-kadang justru produk tersebut lebih banyak
diminati.
8. Representasi Identitas
Konsumen cenderung akan suka terhadap suatu produk jika itu bisa mewakili identitasnya. Sebagai
contoh, seseorang yang suka sekali dengan musik genre hip hop atau rap, mungkin akan cenderung
mencari produk-produk yang bisa merepresentasikan identitasnya. Tidak mutlak, tapi pasti sering
begitu.
9. Langka
Produk juga akan disukai oleh banyak orang ketika itu langka. Sebenarnya ini bisa menjadi sebuah
strategi tersendiri, dimana pada saat memproduksi sesuatu, produk bisa dikeluarkan secara bertahap
sehingga terkesan langka.
10. Gengsi
Terakhir adalah soal gaya hidup. Gengsi bisa menjadi bagian hidup dari konsumen. Konsumen bisa
saja tertarik terhadap produk karena nilai gengsi yang ada dalam produk tersebut. Inilah mengapa
kemudian penting untuk menonjolkan kelebihan dari produk.