ANALISIS DAN MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN PENCEMARAN
UDARA: Studi Kasus di Sembilan Kota Besar Padat Transportasi
Health Risk Assessment And Management Of Air Pollution:
Case Study In Nine-Heavy Traflics Big Cities
‘Atrisman Nukman®, Abdur Rahman** Sonny Warouw*, Moh, Ichsan Setiadi", Carolina Rusdy Akib’
Abstract. To assess health risk of air pollution in heavy traffics big cities, a risk assessment has been
conducted in Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Banjartmasin and
Makassar by characterizing risk quotient (RQ) and formulating risk management, A total of 1378
respondents consisting of household women, street vendors, and workers or employees living at
surrounding of public transport stations, trade centers, heavy traffic residences, silent traffic residences, and
‘monitoring stations of Ministry of Environment were subjected to anthropometric surveys for body weight
‘and exposure time, frequency, and duration. In each location, SO:, NOs, PMyo, TSP and lead were
‘quantified as risk agents. Reference concentrations (RACs) of nsk agents were employed &s dose-response
‘quantity and RQ of exposed populations were calculated by dividing their intakes by corresponding RIC.
For risk agents with RQS>t, deleterious health effects as noncancer risks are considered to exist during
lifetime. Risk management options were then formulated by lowering risk agent concentrations and /or
reducing exposure times. Overall, calculated lifetime RQs ranging from 0,902 to 1 84, 0.001 to 4.84, 0.27,
to 18.7, 0.23 to 10.2 and 0.001 to 8.2 for SO;, NOs, TSP, PMye and Pb, rerspectively. Meanwhile, the
frequency of RQ>1 cases by cities. are_Palembsng>Bandung>Jakarw> — Banjarmasin>
Medan>Sursbaya>Yogyakarta> Semarang, By individual risk agent, the frequencies of RQ>1 are
TSP>PM,,>50;2NO,>Pb, whereas by populations at risk are household woman>street vendor>worker or
employee. To manage health risk of RQ! for population at risk with 55 kg body weight and 350 days'year
exposure frequency, the concentration of SO;, NO:, TSP, PMys and Pb for 24 hours/day episode should be
lowered to 36 1g/M’, 57.6 ue/M?, 123.7 yg/M?, and 86.4 ug/M? and 1.2 ug/M’, respectively. However,
reducing exposure time #t existing ambient risk agent concentrations are not ‘always realistic, as the
calculated exposure times and frequencies are beyond the expected episodes of population segments. Thus,
Fisk management scenarios are formulated by optimal combination of lowering concentrations of risk
agents and reducing exposure times
Keywords: Environmental health risk assessment, risk management, reference concentration, tisk quotien,
air pollution, sulfur dioxide, nitrogen dioxide, total suspended particulate, PMyo, lead
PENDAHULUAN
Pencemaran udara telah menjadi
masalah kesehatan tingkungan utama di
dunia, terutama di negara-negara sedang
berkembang (WHO, 1997). WHO dan UNEP
(UNEP, 1992) telah me-review kualitas udara
i megacity sedangkan efeknya teshadap
Kesehatan dilaporkan dalam berbagai jurnal
ilmiah (Schwartz and Marcus, 1990;
Dockery and Pope, 1994; Pope et al, 1995;
Moolgavkar and Luebeck, 1996; Bumett et
al, 1998), Di banyak kota, terutanta yang
urbanisasinya tumbuh pesat di negara-negara
sedang berkembang, pencemaran udara telah
‘merusak sistem pernapasan manusia,
terutama orang-orang yang lebih tua dan
lebih muda, para perokok dan meseka yang,
menderita penyakit-penyakit kronis saluran
pemapasan (Baum, 1999),
Adtivitas transportasi: merupakan salah
satu sumber utama pencemaran udara
Pemakaian BBM dan BBG oleh kendaraan
bermotor —mengemisikan debu SPM
(suspended particulate matter) dengan
uukuran beragam, SO: NO; CO, VOC
(volatile organic compounds) dan Pb ke
‘dara, sementara emisi kendaraan bermotor
bermesin diesel mengandung lebih banyak
karbon bersama-sama dengan campuran
senyawaan organik toksik seperti benzena,
toluena, etilbenzena, xilena, hidrokarbon
aromatik polisiklik (PAH) yang sebagian di
antaranya termasuk karsinogen dan mutagen
(WHO, 1997). Di Indonesia saat ini
Konsumsi bensin telah mencapai lebih dari 12
juta KL per tahun yang menyebabkan udara
kota-kota besar semakin tercemar. Udara
kcta Jakarta misalnya, mengandung Pb 0,2-
1,8 ygyM? dan ditemukan akumulasi 7.74g
+, Subdit Peagendatian Dampak Pencemaran Udara, Ditjen P2M & PL Depkes RI 270
“Pusat Kian Keschatan Lingkungan das Industri FKMULJurnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No 2, Agustus 2005: 270-289
Pb/dL darah anak usia sekolah. Para peneliti
Chinese Medical Assoctation bahkan
menemukan bahwa 65% dari 11.348 orang
anak usia sekolah di kota Shenzhen darahnya
mengandung Pb di atas batas aman 10 g/dL.
yang ditetapkan WHO (Washam, 2002).
Dalam beberapa tahun terakhir, studi
tentang efek pencemaran udara terhadap
Kesehatan lebih banyak terfokus pada SPM
dari pada gas seperti SO,, NOz, CO dan O
(WHO, 1997). Hasilnya ‘menunjukkan ada
hubungan yang konsisten perubahan kadar
SPM ambien dengan kematian, Dengan
‘memperhatikan beberapa vunsur
ketidakpastian, Smith (1996) memperkirakan
Kenaikan mortalitas 1,2-4,4% oleh setiap
kenaikan per 10 jig/M> PMyo. Dengan cara
berbeda, Schwela (WHO, 1997) dapat
memperkirakan kematian tambahan akibat
pajanan PMjo. Kedua model menghasilkan
prakiraan tambahan mortalitas global yang
hampir sama, yaitu 2,3-3 juta kematian per
tahun
Keouali model kajian Smith dan
Schwela, efek kesehatan pencemaran udara
kebanyakan dipelajari secara epidemiologis.
Hanya ada beberapa studi bioassay terbaru,
misalnya yang dilakukan oleh Sokol et al
(2003) dan Cheng et al (2003). Studi
epidemiclogis dapat menjelaskan hubungan
kausalitas pencemaran udara dengan efek
Kesehatan (WHO, 1983) namun sering tidak
spesifik sehingga pengendalian risikonya pun
tidak dapat dirumuskan secara spesifik pula
(de Koning, 1987). Komplementer dengan
studi epidemiologi, analisis risiko kesehatan
Jingkungan (ARKL) dapat _merumuskan
pengendalian risiko secara lebih spesifik,
daik kualitatif; maupun kuantitatif’ ARKL
Dertujuan untuk memberikan kerangka ilmiah
bagi para pengambil keputusan dan orang-
orang yang peduli untuk memecahkan atau
menghilangkan masalah-masalah kesehatan
dan lingkungan (Louvar and Louvar, 1998).
1
Noncancer Risk Quottent (RO) = 5
Rig feD.
Whang
mat
= laju inhalasi (M* udara/jam)
ama pajanan (jam/hari)
an
Sampai saat ini baru ada beberapa
ARKL pencemaran udara yang telah
dilakukan yaitu risiko debu, SO, dan NOz
terhadap 67 orang anak balita (Ariyani, 2002)
dan risiko debu dan SO; tehadap 80 orang
anak sia sekolah (Ditjen PPM dan PL,
2002). Kedua studi berkaitan dengan
aktivitas industri semen, Studi ARKL lainnya
adalah risiko debu tethirup pada siswa SDN
di Depok (Abrianto, 2004). Sebagai tindak
lanjut studi-studi tersebut dan untuk uji coba
prosedur Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (Ditjen PPM dan PLP, 1997)
telah dilakukan ARKL pencemaran udara di
9 kota besar yang melibatkan 1378 orang
esponden. Studi ini bertujuan untuk
memprakirakan tingkat risiko kesehatan (Risk
Qoutient) SOx, NOx, PMyo, TSP dan Pb
terhadap Kesehatan, merumuskan_ pilihan-
pilihan pengelolaannya dan komunikasi
risikonya,
BAHAN DAN CARA.
‘Model Studi dan Prosedur Analisis Risiko
Studi ini memprakirakan tingkat risiko
kesehatan akibat pajanan gas dan debu yang
dialami populasi berisiko. Karakteristik
risiko, dinyatakan sebagai Tingkat Risiko
(Risk Qoutient, RQ), membutuhkan R/C
(reference concentration) setisp risk agent
sebagai nilai kuantitatif toksitas, konsentrasi
risk agent, parameter antropometri (berat
badan dan laju inhalasi) dan pola aktivitas
(waktu, frekuensi dan durasi_ pemajanan),
Semua data yang diperlukan dikumpulkan
dalam 4 langkah ARKL ((dentifkasi bahaya,
analisis pemajanan, analisis dosis-respon dan
karakterisasi risiko). RQ dihitung dengan
membagi asupan (intake, 1) dengan R/C
(Persamaan 1), sedangkan J dihitung dengan
Persamaan 2 (Louvar and Louvar, 1998),
a
@
asupan inhalasi (mg risk agent/kg berat badan individwhari)
onsentrast risk agents di udara (mg risk agent/M? udara)Risiko Kesehatan Pencemaran Udara ..(Atrisman, ef al)
fe = frekuensi pajanan, 350 hari/tahun untuk nilai default residensial
berat badan individu (kg)
durasi pajanan, 30 tahun untuk nilai defeult bagi residensial
perioda waktu rata-tata (D365 han/tahun untuk nonkarsinogen, 70
tahunx365 haritahun untuk karsinogen)
Kecuali R/C NOz dan Pb, RIC setiap risk
‘agent diturunkan dari nilai no observed effect
level (NOAEL) atau lowest observed effect
level (LOAEL) yang berasal dari uji hayati
(bioassay) atau studi epidemiologi, faktor-
faktor ketidakpastian (wicertainty factor,
NOAEL atau LOABL
(AX UF, x UF, «UF, «MP)
UF dan MF merupakan angka-angka
tanpa satwan dengan ketentuan = 10 untuk
variasi sensitivitas dalam populasi:manusia
UF; = 10 untuk ekstrapolasi toksisitas dari
hewan ke manusia, UF; = 10 bila NOAEL
diturankan dari uji hayati subkronik (bukan
krorik), UF: = 10 bila LOAEL digunakan
menggantikan NOAEL dan O