You are on page 1of 53

BLOOD GAS ANALYSIS

Munawar

Pediatric Division – Department of Surgery


University of Syiah Kuala
DEFINISI
 Pengukuran yang dilakukan untuk menilai
keseimbangan asam basa, oksigenasi, kadar
karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen,
dan kelebihan atau kekurangan basa.
 Pengukuran ini nantinya akan digunakan untuk menilai
dan melakukan talaksana terapi pada pasien-pasien
dengan penyakit berat yang akut ataupun kronik.
TUJUAN
 Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
 Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
 Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
 Mengetahui keadaan oksigen dalam metabolisme sel.
 Efisiensi pertukaran Oksigen dan Carbondioksida.
 Mengetahui kemampauan Hb dalam melakukan transportasi
Oksigen dan Carbonmonoksida.
 Mengetahui tekanan Oksigen dalam darah arteri jeringan
perifer secara terus menerus.
INDIKASI
 Gangguan pernafasan dan gangguan
metabolisme.
 Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
 Pasien deangan edema pulmo
 Pasien Akut Respiratori Distress Syndrom (ARDS)
 Infark miokard
 Pneumonia
 Klien syok
 Post pembedahan coronary arteri baypass
 Resusitasi cardiac arrest
 Klien dengan perubahan status respiratori
 Anestesi yang terlalu lama
LOKASI PUNKSI
 Arteri Radialis
 Arteri Ulnaris
 Arteri Dorsalis Pedis
 Arteri Tibialis Posterior
 Arteri Femoralis
 Arteri Brachialis
NOTE :
 Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak
mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup, mudah terjadi spasme atau trombosis.
 arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.
KOMPLIKASI
 Apabila jarum sampai
menebus periosteum
tulang akan
menimbulka nyeri
 Perdarahan
 Cidera syaraf
 Spasme arteri
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMERIKSAAN AGD
 Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika
terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila
tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
 Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas
darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2,
sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh
keasaman heparin.
 Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang
hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan
oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu,
sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah
pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,
dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa
jam.
 Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang
menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan
mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang
abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan
nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo
atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan
saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada
nilai oksigenasi darah.
INDIKATOR YANG DINILAI
PADA AGD
 PH : Tekanan parsial oksigen (PaO2) : 75-100 mm Hg
 Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) : 35-45 mmHg
 Bikarbonat (HCO3) : 22-26 mEq / liter
 Oksigen konten (O2CT) : 15-23%
 Saturasi oksigen (SaO2) : 94-100%
 Base excess (BE) : -3 to + 3 nmol/1
PH (Normal → 7,35 - 7,45)

ASISODIS ALKALIOSIS

7,35 7,45
HCO3 (Normal → 22 - 26 mEq/liter)

ASISODIS ALKALIOSIS

22 26
PaCO2 (Normal → 35 - 45 mmHg)

ALKALIOSIS ASIDOSIS

35 45
ASIDOSIS RESPIRATORIK
PH PCO2
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang
berlebihan karena penumpukan karbondioksida
dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru
yang buruk atau pernafasan yang lambat.
 Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan
jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,
pH darah akan turun dan darah menjadi asam
 Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam
(Kusmaull).
PENYEBAB
 Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat
mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru, seperti :
 Emfisema
 Bronkitis kronis
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma.
 Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami
asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat
tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
GEJALA KLINIS
 Sakit kepala dan rasa ngantuk
 Memburuk → Koma
 Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis
dengan menahan bikarbonat, namun proses ini
memerlukan waktu beberapa jam bahkan
beberapa hari.
PENATALAKSANAAN
 Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk
meningkatkan fungsi dari paru-paru.
 Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa
diberikan kepada penderita penyakit paru-paru
seperti asma dan emfisema.
 Pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan
pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
ASIDOSIS METABOLIK
PH HCO3
 Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang
berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya
kadar bikarbonat dalam darah.
 Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi
asam.
 Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk
menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida.
 Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak
asam dalam air kemih.
 Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh
terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga
terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
PENYEBAB
 Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu
asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Contohnya adalah metanol dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
 Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu
akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah
diabetes melitus tipe I.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut
 Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
 Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
 Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
 Ketoasidosis diabetikum
 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
 Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat,
metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium
klorida
 Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran
pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.
GEJALA KLINIS
 Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan
gejala, namun biasanya penderita merasakan mual,
muntah dan kelelahan.
 Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak
memperhatikan hal ini.
 Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita
mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa
mengantuk, semakin mual dan mengalami
kebingungan.
Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah
dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian
PENATALAKSANAAN
 Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau
keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah.
 Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis
atau keracunan yang berat.
 Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung.
Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena
dan pengobatan terhadap penyebabnya.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena.
ALKALIOSIS RESPIRATORIK
PH PCO2
 Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan
dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
 Penyebab tersering adalah pernafasan yang cepat
dan dalam (hiperventilasi), yang menyebabkan
terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari aliran darah
PENYEBAB
 Nyeri
 Sirosis hati
 Kadar oksigen darah yang rendah
 Demam
 Overdosis aspirin.
PENATALAKSANAAN
 Pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan, pernafasan yang lambat bisa meredakan gejala
ini.
 Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.
 Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida
setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
 Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk
menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik
nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu
rangkaian sebanyak 6-10 kali.
 Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan
alkalosis respiratorik.
ALKALIOSIS METABOLIK
PH HCO3
 Suatu keadaan dimana darah dalam keadaan
basa karena tingginya kadar bikarbonat.
PENYEBAB
 Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam
etakrinat)
 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan
lambung
 Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma
Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid)
CONTOH KASUS
Satuan Nilai Normal Keterangan
PO2 85-100 mmHg PO2<60 mmHg → pasien tidak bernafas
dengan baik (hipoksemia),
PO2<26 mmHg à pasien berisiko akan
kematian dan harus diberikan oksigen segera

SaO2 95-100 % Menilai

BE -3 to + 3 nmol/1 BE menunjukkan jumlah asam yang dibutuhkan


utk mengembalikan pH darah individu ke
interval
Hipoksemia
 Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi
penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2)
dibawah nilai normal (nilai normal PaO2 85-100 mmHg)
atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai
normal 95-100%)
 Umur juga mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap
penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun dan
PaO2 80 mmHg maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1
mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan
ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan
berada ditempat yang tinggi
 Hipoksemia dibedakan menjadi :
 hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2
60-79 mmHg dan SaO2 90-94%,
 hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-
89%
 hipoksemia berat bila PaO2 < 40 mmHg dan SaO2 <
75%.
Satuan Hasil Nilai Normal Keterangan Kesimpulan

PH 7,546 7,35 - 7,45
(Alkaliosis)
HCO3 23,5 22 - 26 mEq/liter Normal
 Alkaliosis
PaCO2 26,9 35 - 45 mmHg (Alkaliosis Respiratorik
Respiratorik)
Tanpa kompensasi
PaO2 94,8 85-100 mmHg Normal
SaO2 98,3 95-100% Normal
BE 0,8 -3 to + 3 nmol/1 Normal
TERIMA KASIH

You might also like