You are on page 1of 1

ABSTRAK

Pengelolaan irigasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menunjang produksi
pertanian dan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, sistem irigasi perlu dikelola dengan
baik, dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat, berdasarkan prinsip
dan pendekatan partisipasi masyarakat. Direktorat Irigasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat telah membangun dan mengembangkan perangkat lunak berbasis web SI-
RP2I/PAI yang merupakan suatu sistem manajemen aset untuk mengumpulkan semua informasi
irigasi. Sistem ini akan mengupgrade aset irigasi eksisting berdasarkan tiga aspek data, yaitu:
kondisi infrastruktur irigasi, ukuran dan lokasi daerah irigasi serta ketersediaan air yang
dihasilkan dari kondisi/kapasitas/ukuran daerah aliran sungai. Dalam program pengembangan
dan pengelolaan irigasi partisipatif terintegrasi, keputusan untuk melakukan rehabilitasi daerah
irigasi berdasarkan pada inflow yang diharapkan dari intake utama pada sungai. Data
ketersediaan air pada saluran utama dihitung dari SI-WAMI (Sistem Informasi Water Availability
Main Intakes) yang merupakan suatu sistem informasi ketersediaan air yang dikembangkan oleh
Puslitbang Sumber Daya Air dengan dukungan Deltares Belanda melalui kerangka JCP (Joint
Corporation Programme). Tujuan SI-WAMI yaitu menghitung nilai debit andalan Q80 pada
saluran utama berdasarkan data irigasi yang diberikan dari SI-RP2I-PAI yang kemudian hasil
perhitungannya dikembalikan ke SI-RP2I-PAI berupa informasi Q80. Sistem informasi
ketersediaan air ini menggunakan model WFLOW berbasis Delft-FEWS (Flood Early Warning
System). Data ketersediaan air yang disediakan, dimulai dari tahun 2002 hingga saat ini serta
prediksi hingga 32 hari ke depan dengan data prediksi diperbaharui 2 kali dalam seminggu.
Sistem informasi ketersediaan air yang dikembangkan oleh Puslitbang Sumber Daya Air saat ini
telah beroperasi dan terotomatisasi di dalam server dan setiap waktu melakukan proses
perhitungan. Kalibrasi model telah dilakukan pada 30 lokasi di Pulau Jawa, Sumatera dan
Kalimantan dan hasilnya cukup masuk akal.

You might also like