You are on page 1of 14

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : KEPERAWATAN METERNITAS II

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (SIFILIS)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

FASRIANTI {14220160003}

ALHAMIDA SALNAF. I {14220160004}

FEIGI

WIWIN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (SIFILIS)”.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sendiri dan umunya
bagi seluruh pihak yang mau membacanya.
DAFTAR ISI

Halam Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab II Pembahasan

A. Konsep Medis
B. Konsep Keperawatan
C. Contoh Kasus
D. Penanganan

Bab III Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten,
dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai banyak penyakit, dan ditularkan
dari ibu ke janin (Djuanda, 2015). Masa laten pada sifilis tidak menunjukkan gejala
klinis, namun pada pemeriksaan serologis menunjukkan hasil positif (Sanchez, 2008).
Sifilis memiliki dampak besar bagi kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, dan
kehidupan sosial. Populasi berisiko tertular sifilis meningkat dengan adanya
perkembangan dibidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk
(Kemenkes RI, 2011).
Secara global pada tahun 2008, jumlah orang dewasa yang terinfeksi sifilis adalah
36,4 juta dengan 10,6 juta infeksi baru setiap tahunnya (WHO, 2009). Daerah yang
mempunyai tingkat penularan sifilis tertinggi ialah sub-Sahara Afrika, Amerika Serikat,
dan Asia Tenggara. Beberapa studi yang telah dilakukan di Afrika menunjukkan bahwa
terdapat 30% seropositif sifilis pada antenatal dan 50%-nya mengakibat kematian bayi
pada sifilis kongenital (Lukehart, 2010).
Angka kejadian sifilis di Amerika Serikut terus meningkat, dengan prevalensi tahun
2014 adalah 20,1 per 100.000 penduduk dan meningkat dibandingkan tahun 2013 adalah
17,9 per 100.000 penduduk. Berdasarkan usia, kelompok usia yang sering terinfeksi
adalah usia 20-24 tahun. Laki-laki lebih sering terinfeksi sifilis dengan prevalensi 22,1
per 100.000 penduduk dibandingkan perempuan dengan prevalensi 4,5 per 100.000
penduduk (CDC, 2015).
Jumlah kasus baru sifilis di Asia Tenggara pada tahun 2008 adalah 3 juta (WHO,
2009). Insidens sifilis di Indonesia sebesar 0,61% (Djuanda, 2015). Hasil penelitian
Direkorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM yang dilaksanakan
pada tahun 2010 dengan responden 900 narapidana laki-laki dan 402 narapidana
perempuan di 24 lapas dan rutan di Indonesia, didapatkan prevalensi sifilis 8,5% pada
responden perempuan dan 5,1% pada responden laki-laki (Aman et al., 2010). Dinas
Kesehatan Kota Padang pada tahun 2011 tidak menemukan kasus baru untuk sifilis
(Dinkes Padang, 2012), sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah kasus
sifilis di Kota Padang dengan ditemukannya 22 kasus yang terdiri dari 18 orang laki-laki
dan 4 orang perempuan (Dinkes Padang, 2014).

B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Sifilis adalah salah satu penyakit menular sexual, penyakit tersebut tersebut
ditularkan melalui hubunagn seksual.penyalitini bersifat laten atau dapat kambuh lagi
sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit inidapat cepat di obati
bilasudah dapat dideteksi dini. Kuman yang menyebabkan penyakit sifillis dapat
memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menenbus
plasenta sehingga menginfeksi janin (Soedarto,1998).

Sifilis adalan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Troponema pallidium .
penyakit menular seksual adalah penyakit yang di tularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit ini sangat kronis, bersifat sistemik dan menyerang hampir seluruh alat tubuh
(Hidayat, 2009).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi menurut WHO berdasarkan faktor epidemiologi :

1. Sifilis dini

a. Perjalanan penyakit < 2 tahun

b. Bersifat menular

c. Masih ditemukan kuman Treponema pallidum di lesi kulit

2. Sifilis lanjut
a. Perjalanan penyakit > 2 tahun

b. Bersifat tidak menular


c. Tidak ditemukan kuman di lesi kulit, kecuali ibu hamil yang menderita stadium
lanjut,  Treponema pallidum dapat melalui plasenta masuk ke tubuh janin.

C. ETIOLOGI
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman ialah
Treponema pallidum yang termasuk dlam ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae,
dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6,15um, lebar
0,15um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan
melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam. Pembiakan pada umumnya tidak
dapat dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam
darah untuk transfusi dapat hidup 72 jam.

D. PATHOFISIOLOGI

1. Stadium dini

Pada sifilis yang didapat T.pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau
selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut membiak, jaringan
bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel
plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di
kelilingi oleh T.pallidum dan sel-sel radang. Treponema tersebut terletak diantara
endotelium kapiler dan jaringan perivaskuler di sekitarnya. Kehilangan pendarahan
akan menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis tampak sebagai SI.

Sebelum SI terlihat, kuman telah mencapi kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan
menyebar ke semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian.
Multifikasi ini diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII, yang terjadi 6-8 minggu
sesudah SI.

SI akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut jumlahnya


berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa
sikatriks, SII juga mangalami regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang.
Tibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih
terdapat. Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayi dengan
sifillis kongenita.

Kadang-kadang proses imunitas gagal mengontrol infeksi sehingga T,pallidum


membiak lagi pada tempat SI dan menimbulkan lesi rekuren atau kuman tersebut
menyebar melalui jaringan menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren SII, yang
terakhir ini lebih sering terjadi daripada yang terdahulu. Lesi menular tersebut dapat
berulang-ulang, tetapi pada umumnya tidak melebihi dua tahun. Sifilis tersebut
terdapat pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.

2. Sifilis Lanjut

Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya treponema dalam


keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.
Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat sekonyong-konyong berubah,
sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada
saat itu muncullah SIII berbentuk gumma. Meskipun pada gumma tersebut tidak
dapat ditemukan T.pallidum, reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan
berlangsung bertahun-tahun. Setelah mengalami masa laten yang bervariasi gumma
tersebut timbul di tempat-tempat lain.

Treponema mencapai sistem kardiovaskulerdan sistem syaraf pada waktu dini,


tetapi kerusakan terjadi perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun
untuk menimbulkan gejala klinis. Penderita dengan gumma biasanya tidak mendapat
gangguan syaraf dan kardiovaskuler, demikian pula sebaiknya. Kira-kira 2/3 kasus
dengan stadium laten tidak memberi gejala.

E. MANIFESTASI KLINIS

gejala yang mungkin terjadi pada wanita, yang terurai dalam empat stadium berbeda.

1. Stadium satu

Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah
vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di
tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan
kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu,
chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat
menular.

2. Stadium dua
Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami
ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan adanya
luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip
dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini.
Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
3. Stadium tiga
Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan
mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala
penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang
dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis
laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
4. Stadium empat
Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta
telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan
tulang.
Sedangkan pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang
mirip dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan utamanya ialah
bahwa pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di daerah penis. Dan pada
tahap kedua, akan muncul luka-luka di daerah penis, mulut, tenggorokan dan dubur.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Treponema pallidum
a. Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap melihat pergerakkan Treponema
b. Pewarnaan Burri (tinta hitam)  tidak adanya pergerakan Treponema, - T.
pallidum telah mati  kuman berwarna jernih dikelilingi oleh lapangan yang
berwarna hitam.
2. Serologi Tes sifilis (STS)
STS penting untuk diagnosis dan pengamatan hasil pengobatan. Prinsip
pemeriksaan STS - mendeteksi bermacam antibodi yang berlainan akibat infeksi T.
pallidum
Klasifikasi STS
a. Tes Non Treponema : kardiolipin, lesitin dan kolesterol
b. Tes Treponema : Treponema pallidum hidup / mati / fraksi Treponema pallidum
c. Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan :
1) Sensitivitas : % individu yang terinfeksi yang memberi hasil positif
2) Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi yang memberikan hasil negatif .

G. PENGOBATAN
1. Obat pilihan untuk Therapi sifilis adalah Penisilin
a. Tidak dianjurkan pemberian penisilin oral
b. Prinsip Therapi sifilis adalah kadar obat harus dapat bertahan dalam serum selama
10 – 14 hari u sifilis dini & lanjut, 21 hari u neurosifilis dan sifilis kardiovaskular.
c. Kadar penisilin yg diperlukan cukup 0,03 unit/ml selama 10 – 14 hari
d. Cara & dosis pemberian penisilin dalam kepustakaan masih berbeda.
2. Dosis total yang dianjurkan :
a. S I : 4,8 juta unit
b. S II : 6 juta unit
c. S III : 9 juta unit
3. Dosis yang dianjurkan oleh WHO (1982 yaitu :
a. Stadium dini (menular) : dosis total 30 gram/15 hari
b. Stadium lanjut (tidak menular) : dosis total 60 gram/30 hari

H. PENCEGAHAN
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular
penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Tidak berganti-ganti pasangan
2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan
‘protective sex’.
3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang
sudah terinfeksi.
4. Menghindari alkohol dan penggunaan narkoba juga dapatmembantu mencegah
penularan sifilis, karena kegiatan tersebut dapat mengakibatkan perilaku seksual
beresiko.
5. Menggunakan kondom saat berhunungan , mencegah penularan PMS.
6. Menjauhkan diri dari kontak seksual yang diketahui terinfeksi.

Tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan kondom sangat
efektif. Untuk masyarakat, cara utama pencegahan sifilis ialah melalui pengendalian yang
meliputi pemeriksaan serologis dan pengobatan penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah
dengan perawatan prenatal (sebelum kelahiran) yang semestinya.
KONSEP KEPERAWATAN
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidium,


cara penularan penyakit sifilis tidak jauh beda dengan penularan penyakit menular
sexual lainya, penularan melalui cairan tubuh melalui mukosa. Sifilis mempunyai
beberapa tingkatan yang merupakan klasifikasi dari gejala gejala yang timbul.
Pengobatan sifilis dapat dengan pemberian obat obatan antibiotik, pemberian obat
obatan ini tidak memperbaiki bagian yang rusak tetapi hanya pencegah agar tidak
terjadi kerusakan lebih lanjut Pencegahan sifilis dapat kita lakukan seperti tidak
berganti ganti pasangan sexual, menggunakan kondom saat berhubungan sexual agar
memperkecil kemungkinan tertular penyakit sifilis.

B. SARAN

Setelah membahas penyakit Sifilis, hal terbesar yang sebaiknya kita lakukan
adalah agar lebih menanamkan perilaku hidup sehat, seperti kebiasaan sehari hari dan
perilaku sex. Dan apabila sudah positif mengidap harus segera dilakukan pengobatan
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBS

Prawirohardjo Sarwono.2007. Ilmu Kebidanan Edisi Kedua. Jakarta:YBS

Djuanda adhi,dkk.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. edisi IV. Jakarta : 2005
A.Price Silvia dan m.Wilson Lorraine, 2006. Patofisiologi.edisi 6.EGC: Jakarta
Mansjoer arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edsi III. Media Aesculapius Fakultas
Kedoketran Universitas Indonesia : Jakarta

Rani A azis,dkk, 2005. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta

Sudoyo aru W, 2006.Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

http://www.google.com
http://www.medicastore.com

You might also like