You are on page 1of 4

Tatalaksana Diare Akut, Lukman Zulkifl i Amin, CDK-230/ vol. 42 no. 7, th.

2015,
504-508

Epidemiologi

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare pada orang
dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus diare mencapai
200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di
rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di
Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data mortalitas
nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam waktu 9 tahun, 51%
kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih merupa kan penyebab kematian
anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju.

Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita, Kementrian kesehatan republik


indonesia, 2001, 5-7

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang


seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
mordibitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan
diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka kesakitan ini meningkat bila
dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000
penduduk dan tahun 2003 sebesar 374 penduduk. Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada
tahun 2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah penderita 8133 orang, meninggal 239 (CFR
2,94%) sedang tahun 2009 terjadi 24 KLB, dengan jumlah penderita meninggal 5756
orang meninggal 100 (CFR 1,74 %). Kematian balita karena penyakit diare juga masih
sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001 terlihat terjadi peningkatan angka
kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT 2001 (13%), studi mortalitas 2005
(15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan kematian bayi karena diare
juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007
(42%). Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare
sebenarnya tidak terlalu sulit.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan selama sepuluh tahun terakhir
bahwa angka kematian balita karena diare masih sangat tinggi dibandingkan dengan
kematian balita karena penyebab penyakit lain. Juga terjadi kecenderungan peningkatan
angka kematian balita karena diare dari tahun ke tahun. Angka kematian bayi dan balita
karena diare berdasarkan hasil beberapa survei yaitu SKRT 2001: angka kematian bayi
sebesar 9%, angka kematian balita sebesar 13%; Studi Mortalitas 2005: angka kematian
bayi sebesar 9,1% dan angka kematian balita sebesar 15,3%; Riskesda 2007: angka
kematian bayi sebesar 42% dan angka kematian balita sebesar 25,2% (lihat grafik 1-6 di
bawah ini).
Faktor Risiko Diare Akut pada Balita, Hannif, Nenny Sri Mulyani, Susy
Kuscithawati, Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 27, No. 1, Maret 2011, halaman
10 - 17

Faktor risiko terjadinya penyakit diare antara lain rendahnya pola hidup sehat masyarakat
khususnya dalam penyediaan sarana sanitasi yang baik untuk menunjang kesehatan
lingkungan.

Penyakit ini terjadi karena 980 juta anak tidak memiliki toilet di rumahnya. Mereka
menjadi bagian dari 2,6 milyar orang di seluruh dunia yang tak punya WC di rumah. Di
Indonesia, hampir 69 juta orang tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar dan
55 juta orang tidak memiliki akses terhadap sumber air yang aman. Air mempunyai peran
yang penting dalam kehidupan yaitu untuk minum maupun kebersihan, tetapi air juga
dapat merupakan media penularan penyakit. Hasil penelitian di Philipina tentang
hubungan jumlah kandungan bakteri dalam air dengan prevalensi diare menunjukkan
bahwa sedikit perbedaan antara anak-anak yang mengkonsumsi air dengan E. coli <
1/100 ml) dan 2 – 100 100 ml tapi jika dibandingkan dengan anak-anak yang
mengkonsumsi air dengan kadar E. coli > 1000/100 ml perbedaannya lebih signifikan
(9% versusp=0,002). Hasil penelitian di Kota Depok menunjukkan tingkat kualitas E.
coli > 0/100 ml sampel air mempunyai risiko terjadi diare pada bayi sebesar 2,752 kali
jika dibandingkan dengan tingkat kualitas E. coli < 0/100 ml sampel air.

Diare yang disebabkan oleh kuman patogen penularannya bersifat oro-fecal. Faktor risiko
penyebaran penyakit ini adalah sarana pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat dan
proses pencucian tangan yang tidak baik setelah buang air besar dan kontak dengan tinja
sebelum mengolah makanan. Faktor risiko lainnya adalah makanan yang tidak higienik,
tempat penyimpanan makanan dingin yang kurang, kontak makanan dengan lalat, dan
mengkonsumsi air minum yang tercemarBeberapa faktor risiko dari penderita adalah
usia, kebersihan perorangan, asam lambung dan angan lainnya yaitu intestinal motility,
enteric microflora, imunity dan intestinal receptors.

You might also like