Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Vita Rosmiati
30000214420047
A. Reklamasi Pantai
Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata
dalam Bahasa Inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang
rusak. Secara spesifik dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia terbitan PT.
Gramedia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea).
Masih dalam kamus yang sama, arti kata reclamation diterjemahkan sebagai
pekerjaan memperoleh tanah.
Kegiatan reklamasi pantai merupakan upaya teknologi yang dilakukan
manusia untuk merubah suatu lingkungan alam menjadi lingkungan buatan,
suatu tipologi ekosistem astuaria, mangrove dan terumbu karang menjadi
suatu bentang alam daratan. Reklamasi juga diartikan sebagai suatu
pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relative tidak
berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara
dikeringkan. Pada dasarnya reklamasi merupakan kegiatan yang merubah
wilayah perairan pantai menjadi daratan yang dimaksudkan untuk merubah
permukaan tanah yang rendah (biasanya terpengaruh oleh genangan air)
menjadi lebih tinggi (biasanya tidak terpengaruh genangan air).
Secara teori, reklamasi berarti suatu upaya untuk membentuk dataran
baru dalam rangka memnuhi kebutuhan lahan dengan cara menimbun kawasan
pantai, reklamasi juga merupakan suatu langkah pemekaran kota (Ni’am,
1999:111). Sedangkan Karnawati:2007 berpendapat bahwa reklamasi
merupakan upaya meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek ekonomi,
social, dan lingkungan dengan cara pengeringan lahan atau pengurugan tanah
dengan menambah tanah sejumlah volume tertentu ke dalam laut dan daerah
pesisir pantai. Akan tetapi dalam praktiknya, reklamasi pantai yang banyak
dilakukan di Indonesia belum memnuhi kriteria-kriteria tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, tujuan dari reklamasi itu sendiri
adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih
bermanfaat. Kawasan tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kawasan
pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian serta objek wisata.
Dilihat dari lokasinya, menurut Yuwono:2007 pelaksanaan reklamasi
pantai dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Daerah reklamasi yang menyatu dengan garis pantai semula, dimana garis
pantai yang baru akan menjadi lebih jauh menjorok ke laut.
2. Daerah reklamasi yang memiliki jarak tertentu terhadap garis pantai.
Sedangkan teknik dasar dan model reklamasi yang selama ini dilakukan
memiliki tiga macam yaitu sistem Urugan, Polder dan kombinasi Polder dan
Urugan.
1. Sistem Urugan. Sistem urugan dalam pelaksanaannya adalah dengan
mengurug laut antara tanggul samping batas reklamasi tanpa didahului
pengeringan air terlebih dahulu. Pada sistem ini setelah setelah urugan
mencapai elevasi tertentu diatas permukaan air laut, maka dibuat tanggul
penutup (garis tanggul sebidang dengan garis pantai) dan sisa timbunan di
luar tanggul di buang kembali.
2. Sistem Polder. Sistem ini adalah dengan cara membuat tanggul
disekililing daerah yang akan direklamasi, kemudian air laut dipompa atau
dialirkan ke laut sehingga didapatkan daratan baru yang lebih rendah dari
permukaan laut tanpa dilakukan pengurugan. Sistem polder ini banyak
dilakukan oleh negara Belanda dan umumnya diterapkan di daerah pantai
yang bersifat daratan (daratan pantai pasang), penggunaannya lebih
banyak untuk pertanian atau peternakan.
3. Sistem Kombinasi. Sistem ini dengan cara membuat tanggul terlebih
dahulu seperti dalam polder kemudian diurug. Karena jenis berat material
urug yang lebih besar dari pada berat jenis air laut, maka air laut akan
berangsur-angsur melimpah ke luar diganti oleh materila urug sampai
elevansi yang telah ditentukan.
Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan
perkotaan karena semakin sempitnya wilayah daratan. Kebutuhan dan manfaat
reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai
dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu kadang membutuhkan untuk
direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang
diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang perairan
pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan. Terlebih
kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak untuk
pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan peti-
peti kontainer, pergudangan dan sebagainya.
Aspek perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin
mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung lingkungan di darat
menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota
metropolitan dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan
pemukiman. Fungsi lain adalah mengurangi kepadatan yang menumpuk
dikota dan meciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di
wilayah yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak
berada di bantaran sungai maupun sempadan pantai.
Aspek konservasi wilayah pantai, pada kasus tertentu di kawasan pantai
karena perubahan pola arus air laut mengalami abrasi, akresi sehingga
memerlukan pembuatan Groin (pemecah ombak) atau dinding laut sebagai
mana yang dilakukan di daerah Ngebruk Mankang Kulon. Reklamasi
dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai
yang terkena abrasi kebentuk semula.
A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Kunjungan Lapangan yang merupakan bagian dari kuliah
matrikulasi Mahasiswa baru Program Studi Ilmu Lingkungan ini dilaksanakan
pada hari Sabtu, Tanggal 14 Maret 2015. Dimana kegiatan tersebut diikuti
oleh 6 (enam) orang mahasiswa yang berasal dari angkatan 43 yang berjumlah
1 (satu) orang dan angkatan 44 berjumlah 5 (lima) orang.
Lokasi yang menjadi objek pengamatan terdapat 6 (enam) lokasi. Yang
menjadi lokasi pertama adalah pengamatan daerah yang sering terkena banjir
Rob yang berada di Tengah Kota Lama Semarang, yaitu Kecamatan Semarang
Utara. Lokasi kedua adalah pengamatan Polder Tawang, dilanjutkan ke
Kawasan Industri Terboyo, kemudian Pantai Marina dan lokasi terakhir adalah
Kawasan yang menjadi pusat Bahan Galian non Mineral.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan
lapangan ini adalah metode Survei dimana mahasiswa terjun langsung ke
lapangan untuk melihat berbagai fenomena yang terjadi di sekitar Kota
Semarang. Selain itu, mahasiswa mendapatkan berbagai informasi dari
pembimbing berupa penjelasan singkat yang diselipkan proses Tanya jawab
mengenai daerah dan permasalahannya. Hasil dari kunjungan lapangan ini
kemudian di presentasikan oleh masing-masing kelompok berdasarkan tema
yang telah ditentukan dan dilaporkan dalam bentuk makalah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Upaya Penanggulangan
Kegiatan reklamasi pantai tetap diperlukan di Kota Semarang. Akan
tetapi dalam pelaksanaanya perlu diperhitungkan kelayakan dan transparansi
dalam mengkaji seberapa besar dampak yang akan ditimbulkan terhadap
kerusakan lingkungan secara ilmiah. Selain itu, diperlukannya kerjasama yang
sinergis antara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam
pengambilan keputusan, baik itu antara pihak pengelola maupun pemerintah
dalam pemberian ijin.
Kajian lingkungan yang prosedural, komprehensif dan mendalam
diperlukan sebelum menentukan layak atau tidaknya perencanaan dalam
melaksanakan kegiatan reklamasi. Apabila ditinjau dari sudut pengelolaan
daerah pantai, reklamasi Pantai Marina ini ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan lahan baru karena kurangnya lahan daratan.
Dalam Kepmen No. 17 Tahun 2001 tentang Proyek Wajib AMDAL,
tercatat bahwa reklamasi dengan luasan lebih dari atau sama dengan 25 Ha
harus dilengkapi AMDAL. Sedangkan proyek Reklamasi Pantai Marina
Semarang ini seluas hampir 200 Ha, maka otomatis kegiatannya harus
dilengkapi dengan AMDAL. Reklamasi yang sudah mendapatkan perijinan
tersebut daalam pembangunannya harus disertai dengan penyusunan AMDAL
yang harus dilakukan dengan cermat sehingga penyusunan AMDAL ini dapat
memberikan dua kemungkinan, dimana :
1. Kegiatan reklamasi dinyatakan tidak layak
2. Kegiatan reklamasi layak dilaksanakan akan tetapi harus memenuhi
persyaratan dalam pengelolaan disetiap fase kegiatannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Reklamasi Pantai Marina Semarang belum memenuhi kriteria
sebagaimana mestinya sehingga dalam pemanfaatannya belum maksimal.
Dalam pelaksanaannya, reklamasi Pantai Marina menimbulkan beberapa
dampak baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
1. Dampak Positif
Kegiatan reklamasi pantai di kawasan Marina mengubah lahan yang
tadinya tidak berguna menjadi lahan yang bernilai ekonomis tinggi
sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat seperti lahan untuk
pemukiman, industri, bisnis, pertokoan, tempat rekreasi maupun sarana
dan prassarana lainnya.
2. Dampak Negatif
Reklamasi merupakan bentuk campur tangan manusia terhadap
keseimbangan lingkungan alamiah pantai sehingga menyebabkan
perubahan garis pantai, ekosistem, pola arus air, erosi dan sedimentasi
pantai. Dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dapat dilihat dari
berbagai aspek, diantaranya :
a. Aspek Teknis : banjir Rob yang sering terjadi di sekitar kawasan
pemukiman warga daerah pesisir pantai disebabkan oleh buruknya
sistem drainase.
b. Aspek Sosial Ekonomis : Keuntungan hanya di dapat pihak pengelola,
kesenjangan masyarakat kelas menengah atas dengan kelas menengah
bawah, semakin berkurangnya ruang untuk public serta pembengkakan
biaya rehabilitasi atas kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan reklamasi.
c. Aspek Hukum : kemudahan Pemerintah dalam memberikan ijin
menyebabkan disalahgunakannya ijin tersebut oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab.
d. Aspek Lingkungan : rusaknya vegetasi akibat pengambilan bahan
urugan, abrasi pantai, keruskan ekosistem laut, terjadinya genangan air
dan bahaya banjir, serta semakin meluasnya potensi pencemaran
karena bertambahnya daratan.
B. Saran
Kegiatan reklamasi pantai tetap diperlukan di Kota Semarang. Akan
tetapi dalam pelaksanaanya perlu diperhitungkan kelayakan dan transparansi
dalam mengkaji seberapa besar dampak yang akan ditimbulkan terhadap
kerusakan lingkungan secara ilmiah. Selain itu, diperlukannya kerjasama yang
sinergis antara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam
pengambilan keputusan, baik itu antara pihak pengelola maupun pemerintah
dalam pemberian ijin.
Pemerintah Kota Semarang perlu memperhatikan dampak reklamasi
seperti hidrologi, kualitas air, hidro-oseanografi, pemanfaatan ruang dan lahan
hasil reklamasi, jenis dan fasilitas kesehatan, penyakit, serta sanitasi
lingkungan, supaya manfaat reklamasi Pantai Marina tidak hanya untuk
pengembang dan aktivitas yang ada di dalamnya saja melainkan juga untuk
masyarakat kota Semarang secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, Rohmin, dkk. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Perda Kota Semarang No.5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang Tahun 2000-2010.
Perda Kota Semarang No. 8 Tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTRK)
Kepmen No. 17 Tahun 2001 tentang Proyek Wajib AMDAL,
Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.