You are on page 1of 8

ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE

DI JALAN YOS. SUDARSO KOTA LUBUKLINGGAU

Nanda Prayoga
Jurusan Teknik Sipil. Universitas Musi Rawas
(Kompleks Perkantoran PemKab Musi Rawas Sumatera Selatan)
Email : nprayoga35@gmail.com

ABSTRACT

Flooding that occurred on Jalan Yos. Sudarso is the basis of the background for the implementation of
this study. The purpose of this study was analyzed the capacity of existing drainage channel on Yos.
Sudarso at Lubuklinggau adequate or not by comparing of capacity in the field, between the
dimensions of existing channels, slope, length of the track, time of concentration, and land use. In
analyzing secondary data necessary calculations for statistical parameter analysis, frequency analysis,
determination of rain plans, and analyzing the intensity of the rain plan. From the results has obtained
length of the channel through fail of on Jalan Yos. Sudarso in Lubuklinggau is 6,400 km with time of
concentration at 2.94 hours. Rainfall intensity analysis of for return period 10, 15, 20, 25 years in a
row is 102,017 mm / hour; 106,336 mm / hour; 109,025 mm / hour; 110,908 mm / hour. After
checking, it was found not that the capacity available is not sufficient to accommodate the maximum
runoff discharge so that the necessary improvement of the drainage system. One of solution that can
be applied is widening of existing channels.

Keywords: Flood, Runoff, Drainage, Dimensions Channel, Capacity.

1. PENDAHULUAN. Kota Lubuklinggau sendiri yang berada pada


ketinggian antara 50-650 meter diatas
Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi permukaan laut dengan morfologi lahan juga
isu pokok di kota-kota besar di Indonesia. bervariasi dengan klasifikasi dataran sampai
Mulai dari banjir, polusi udara, longsor, dengan perbukitan sangat terjal. Daerah
hingga kurangnya air bersih. Berbagai tertinggi berada pada puncak Bukit Cogong
permasalahan ini terjadi akibat kelalaian yaitu sebesar 600-650 mdpl dan semakin
manusia dalam menjaga kelestarian rendah mengikuti lerengnya (Bappeda, 2010).
lingkungannya. Kini banjir sudah sangat Sedangkan di daerah Bukit Sulap yang
umum terjadi di kawasan perkotaan. Persoalan merupakan bagian dari Taman Nasional
ini diakibatkan karena berbagai hal, salah Kerinci Sebelat (TNKS) titik tertingginya
satunya adalah kurangnya perhatian dalam sebesar 500-600 mdpl (Lubuklinggau Dalam
mengelola sistem drainase. Banyak yang Angka, 2013). Kondisi geografis Kota
menjadi permasalahan dan kendala dalam Lubuklinggau yang beragam tersebut, maka
sistem drainase perkotaan, seperti sampah, dalam semua drainase di Kota Lubuklinggau
sungai tercemar, pembuangan limbah di mengalir secara gravitasi. Sungai utama yang
saluran drainase, dan sebagainya. Selain itu, mengalir melalui Kota Lubuklinggau yang
faktor pertambahan penduduk juga ikut mempengaruhi sistem tata air di kota yaitu
memberikan konstribusi dalam permasalahan sungai kelingi. Sungai inilah yang
sistem drainase di perkotaan. mempengaruhi sistem tata air di Kota
Lubuklinggau.
Kota Lubuklinggau yang beriklim sangat sistem drainase makro dan sistem drainase
basah dengan intensitas curah hujan tahunan mikro sedangkan saluran drainase
antara 1.200 – 3000 mm per tahun, dibedakan menjadi 3 bagian yaitu saluran
menyebabkan Kota Lubuklinggau sering drainase primer, saluran drainase sekunder
terjadi limpasan air pada saat terjadi hujan ( dan saluran drainase tersier.
Lubuklinggau Dalam Angka, 2013). Limpasan
yang terjadi di kawasan tersebut terjadi karena 2.2 Analisis Curah Hujan
perubahan fungsi lahan dari kawasan tak Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu
terbangun menjadi kawasan terbangun yang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan
cukup padat sehingga menguurangi daerah besaran yang sangat penting dalam sistem
DAS tersebut, karena hujan merupakan
resapan air didaerah tersebut. Kemudian
masukan utama ke dalam suatu DAS. Maka
keadaan ini diperparah lagi dengan kondisi pengukuran hujan harus dilakukan dengan
eksisting saluran drainase di daerah tersebut secermat mungkin. Untuk memperoleh data-
yang kurang berfungsi secara maksimal ketika data atau perkiraan besaran hujan yang baik
menerima debit air sehingga menyebabkan terjadi dalam suatu DAS, maka
kelebihan kapasitas air pada saluran drainase. diperlukan sejumlah stasiun
Maka, dari permasalahan tersebut maka hujan.(Triatmodjo,2010)
dipandang perlu untuk melakukan studi kasus
2.3 Analisis Hidrologi
untuk mengevaluasi saluran drainase sekunder
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan
yang telah ada di Kota Lubuklinggau.
dengan air bumi , baik mengenai terjadinya,
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
peredaran dan penyebarannya , sifat-sifatnya
mengevaluasi faktor-faktor penyebab
dan hubungan dengan lingkungannya
terjadinya limpasan air di wilayah Kota
terutama dengan makhluk hidup. Analisis
Lubuklinggau, dan merupakan bagian dari
hidrologi merupakan bidang yang sangat rumit
tugas akhir yang bertujuan untuk memberikan
dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh
alternatif penanganan terhadap permasalahan
ketidakpastian siklus hidrologi, rekaman data
drainase dan meminimalisasi limpasan air di
dan kualitas data.(Triatmodjo,2010).
Kota Lubuklinggau.
2.4 Uji Konsistensi Data
2. Tinjauan Pustaka.
Sebelum data hujan digunakan terlebih
dahulu harus lewat pengujian untuk
2.1 Pengertian Drainase
konsistensi data tersebut, karena hal ini
dapat mempengaruhi ketelitian hasil analisa.
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar
Metode yang digunakan untuk pengujian
yang dirancang sebagai system guna
data yaitu metode RAPS (Rescaled
memenuhi kebutuhan masyarakat dan
Adjusted Partial Sums) yaitu pengujian dengan
merupakan komponen penting dalam
menggunakan data hujan tahunan rata rata dari
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur
stasiun itu sendiri yaitu dengan pengujian
khususnya). Menurut Suripin (2004) drainase
kumulatif penyimpangan kuadrat terhadap
mempunyai arti mengalirkan , menguras,
nilai reratanya. (Sri Harto,1993)
membuang, atau mengalihkan air. Secara
umum drainase didefinisikan sebagai
2.5 Penentuan Distribusi Frekuensi
serangkaian bangunan air yang berfungsi
Penentuan jenis distribusi frekuensi
untuk mengurangi dan atau membuang
diperlukan untuk mengetahui suatu
kelebihan air dari suatu kawasan atau
rangkaian data cocok untuk suatu sebaran
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
tertentu dan tidak cocok untuk sebaran lain.
secara optimal Sistem jaringan drainase
Untuk mengetahui kecocokan terhadap
perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu
suatu jenis sebaran tertentu, perlu dikaji b. Kapasitas Saluran
terlebih dahulu ketentuan ketentuan yang ada Perhitungan yang dipakai dalam
(Suripin,2004) menghitung kapasitas saluran drainase adalah
menggunakan rumus manning (Suripin, 2003 :
2.6 Analisis Intensitas Hujan 144) :
Intensitas hujan adalah tinggi atau Q=VxA
kedalaman air hujan per satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan dengan :
berlangsung maka intensitasnya cenderung R = jari-jari hidrolis (m)
makin tinggi dan makin besar periode ulangnya V = kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
makin tinggi intensitasnya. Untuk menghitung n = koefisien kekasaran Manning
intensitas curah hujan tersebut maka digunakan Q = kapasitas saluran (m3/dt)
rumus Mononobe yaitu : A = luas penampang (m2)
I = R24 ( 24 ) S = kemiringan dasar saluran
24 t
Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka 3. Metode Penelitian.
pendek tersebut lengkung IDF dapat
Mulai
dibuat dengan sa la h sa tu da r i
pe r sa ma a n ber ikut : (Suripin,2004)
Rumus Thalbot : Studi Pustaka
ܽ
‫=ܫ‬
‫ݐ‬+ ܾ Pengumpulan Data

Shearmen :
ܽ
‫ =ܫ‬௡
‫ݐ‬
Data Primer
1. Pengukuran dimensi saluran.
2.7 Analisis Debit Banjir Rencana 2. Kemiringan saluran.
Data Sekunder
Metode yang digunakan untuk 1. Data curah hujan.
2. Data Catchment area.
menghitung debit banjir rencana adalah 3. Data tata guna lahan.
4. Peta saluran drainase.
Metode Rasional. Perhitungan debit rencana
menggunakan Metode Rasional adalah
sebagai berikut Q=0,278.C.I.A
(m3/detik) (Suripin,2004)

Pengolahan Data
2.8 Analisis Hidraulika
Penentuan dimensi saluran baik yang ada Tidak Memenuhi
(eksisting) atau yang direncanakan,
Memenuhi
berdasarkan debit maksimum yang akan Desain Ulang
dialirkan.Rumus yang digunakan
a d a l a h : Q = A . V (Triatmodjo,2003). Kesimpulan

a. Kapasitas Pengaliran
Selesai
Dalam studi evaluasi sistem drainase di Jalan Yos.
Sudarso Kota Lubuklinggau ini dipakai debit
banjir rancangan hasil perhitungan dengan kala
ulang 25 tahun.
4. Hasil dan pembahasan. Berdasarkan pengamatan di lapangan
diketahui kondisi drainase yang ada pada jalan
4.1 Kondisi Umum. Yos. Sudarso adalah :
Pada jalan Yos. Sudarso Kota Lubuklinggau 1. Ditinjau dari dimensinya, bentuk
merupakan wilayah pusat kota lubuklinggau, saluran drainase yang ada pada jalan
dalam hal ini kegiatan penduduk atau Yos. Sudarso yaitu disesuaikan
pemukiman sangat banyak. Sehingga sistem dengan kondisi tanah dan
drainase di jalan Yos. Sudarso tersebut wilayahnya. Tipe salurannya sendiri
penggunaannya tidak optimal untuk seluruhnya terbuat dari pasangan
mengalirkan air genangan karena banyaknya batu kali yang ditutup dengan lapisan
sedimentasi dalam saluran, kontur lokasi yang beton atau saluran drainase tertutup.
berbeda elevasi, kurangnya daerah resapan air, 2. Bentuk salurannya berbentuk
serta kurangnya saluran pembuang yang trapesium tertutup.
menghubungkan saluran primer ke daerah 3. Kondisi bagian dalam saluran
aliran sungai (DAS). Pada penulisan tugas sebagian besar tertutupi oleh
akhir ini penulis membahas apa saja penyebab endapan lumpur.
terjadinya banjir, untuk mengetahui apakah
saluran eksisting layak untuk mengalirkan
limpasan air ke daerah aliran sungai (DAS)
atau tidak, serta untuk mengetahui sistem
penampang drainase yang efektif.

4.2 Kondisi sistem drainase yang ada.


Hal ini sangat dibutuhkan dalam menganalisis
sistem jaringan drainase pada jalan Yos.
Sudarso Kota Lubuklinggau adalah
perhitungan curah hujan sehingga dapat
dihitung debit limpasan air hujan, dan
4.3 Data Curah Hujan.
perhitungan saluran yang ada pada jalan Yos. BULAN

Sudarso. Sehingga sistem jaringan drainase

RATA-
RATA
MAR

MAY

AUG

OKT

NOV
APR
JA N

F EB

JU N

DES
JU L

SE P
T ah un

No
tersebut dapat diketahui apakah pada saluran
CH CH CH CH CH CH CH CH CH CH CH CH
tersebut mampu menampung debit limpasan 1 2005
mm
341
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
531 471 204 253 221 196 226 92 164 212 155 255,50

total untuk periode 1, 3, 5 tahun yang akan 2 2006 434 389 115 315 60 136 121 84 80 33 419 187 197,80

datang. Adapun sistem drainase di daerah 3 2007 239 409 156 369 256 103 126 55 184 266 113 397 222,80

4 2008 117 32 286 182 57 83 63 165 213 212 98 136,80


tersebut dapat dirumuskan secara garis besar 133,2

5 2009 124 145 80 177 65 19 218 188 61 187 143 473 156,70
sebagai berikut : 6 2010 627 889 568 529 183 147 248 153 376 410 673 76 406,58

1. Lokasi pembuangan utama adalah 7 2011 800 792 349 528 313 841 400 215 302 868 311 839 546,50

Sungai Kelingi. 8 2012 160 221 109 562 241 60 266 28 57 236 373 467 231,75

9 2013 270 421 271 383 221 23 170 103 426 269 274 300 261,04
2. Saluran drainase primernya adalah 10 2014 303 157 540 375 579 166 136 455 146 110 351 545 322,21

saluran yang terletak sisi samping


jalan Yos. Sudarso.
3. Saluran drainase sekunder adalah
4.4 Analisa Frekuensi.
saluran sisi samping jalan yang Suatu kenyataan bahwa tidak semua nilai
menuju jalan Yos. Sudarso. suatu variabel hidrologi terletak atau sama
4. Saluran drainase tersier adalah saluran dengan nilai rata-ratanya, tetapi kemungkinan
yang terletak sisi samping gang-gang ada nilai yang lebih besar atau kecil dari nilai
kecil.
rata-ratanya. Pengukuran dispersi meliputi Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Curah Hujan
perhitungan parameter statistik. Maksimum (R)
Tahun Ri
a. Distribusi Normal dan Distribusi 2005 255,50
Gumbel. 2006 197,80
Pengukuran besarnya dispersi dilakukan 2007 222,80
dengan menghitung (Ri-R), (Ri-R)2, (Ri-R)3, 2008 136,80
dan (Ri-R)4 terlebih dahulu. Pengukuran 2009 156,70
dispersi ini digunakan untuk analisis distribusi 2010 406,58
Normal dan Gumbel. 2011 546,50
Dimana : 2012 231,75
Ri = besarnya curah hujan harian 2013 261,04
maksimum. 2014 322,21
R = rata-rata curah hujan harian
Jumlah 2737,68
maksimum tahunan.
Perhitungan parameter statistik untuk analisis
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Parameter
distribusi Normal dan Gumbel dapat dilihat
Statistik Untuk Distribusi Normal dan
pada tabel 4.2
Distribusi Gumbel.

Hasil
Parameter
Perhitungan
Ri 273,77
S 123,59
Cs 1,320
Ck 5,740
Cv 0,451
(Sumber :Hasil Analisis, 2015)

4.5 Intensitas Hujan


Intensitas curah hujan untuk perhitungan
1. Besarnya Curah Hujan maksimum (R). kapasitas saluran eksisting jalan Yos. Sudarso
Untuk mencari nilai R pada tahun 2005, adalah sebagai berikut :
caranya yaitu dengan menggunakan
rumus rata-rata. Menghitung rata-rata Intensitas Hujan
dengan mengunakan rumus : 150 102,017
100 53,086
50 Mononobe
∑ ோ௧௔௛௨௡ ଶ଴଴ହ
ܴ= ௡ 0 Thalbot
ଷ଴଺଺ -50 -0,014
ܴ= ଵଶ
= 255,50. Shearmen

Dengan langkah perhitungan yang sama, akan


didapatkan pula nilai Ri rencana untuk tahun
2006 sampai 2014 adalah sebagai berikut :
4.6 Debit Rencana. Tabel 4.11 Beda Debit Saluran Eksisting
Periode Terhadap Debit Banjir Rencana Total
RT I Q
Ulang Debit
(mm) (mm/jam)) (m3/detik) Periode Daya
(T) Banjir
Ulang Tampung
10 110,224 102,017 0,259 Total
(T) (m3/detik)
(m3/detik)
15 114,891 106,336 0,270
10 0,110 0,259
20 117,796 109,025 0,277
15 0,110 0,270
25 119,831 110,908 0,282 20 0,110 0,277
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2015) 25 0,110 0,282
Dari hasil perhitungan saluran debit air ( Sumber : Hasil Perhitungan )
limpasan hujan pada saluran eksisting maka
dibuatlah debit banjir rencana total pada b. Saluran Sekunder.
saluran eksisting yang didapat dari hasil Data-data yang ada dilapangan adalah sebagai
perhitungan debit air hujan rencana yang ada berikut :
pada tabel 4.10 Lebar dasar saluran (b) = 0,60 m
Tinggi Saluran(y) = 0,60 m
Kemiringan dasar saluran (S) = 0,0002.
Koefisien manning (n) = 0,012.
Tabel 4.10 Debit Banjir Rencana Total Pada
Saluran Eksisting Tabel 4.12 Beda Debit Saluran Eksisting
Debit Terhadap Debit Banjir Rencana Total
Periode Debit
Limpasan Air Q Periode Daya
Ulang Banjir
Hujan (m3/detik) Ulang Tampung
(T) Total
(m3/detik) (T) (m3/detik)
10 0,259 0,259 (m3/detik)
15 0,270 0,270 10 0,217 0,259
20 0,277 0,277 15 0,217 0,270
20 0,217 0,277
25 0,282 0,282
25 0,217 0,282
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2015)
( Sumber : Hasil Perhitungan )
4.7 Perhitungan Kapasitas Saluran
c. Saluran Tersier.
Eksisting Jalan Yos. Sudarso.
Data-data yang ada dilapangan adalah sebagai
a. Saluran Primer.
berikut :
Data-data yang ada dilapangan adalah sebagai
berikut : Lebar dasar saluran (b) = 0,50 m
Tinggi Saluran (y) = 0,50 m
Lebar dasar saluran (b1) = 0,60 m.
Kemiringan dasar saluran (S) = 0,0002
Lebar permukaan saluran (b2) = 0,80 m.
Koefisien manning (n) = 0,012
Tinggi Saluran (y) = 0,40 m.
Kemiringan dasar saluran (S) = 0,0002.
Koefisien manning (n) = 0,012.
Tabel 4.13 Beda Debit Saluran Eksisting 4.14 Tabel Beda Debit Saluran Eksisting
Terhadap Debit Banjir Rencana Total Terhadap Debit Banjir Rencana Total
Debit Debit
Periode Daya Periode Daya
Banjir Banjir
Ulang Tampung Ulang Tampung
Total Total
(T) (m3/detik) (T) (m3/detik)
(m3/detik) (m3/detik)
10 0,089 0,259 10 0,370 0,259
15 0,089 0,270 15 0,370 0,270
20 0,089 0,277 20 0,370 0,277
25 0,089 0,282 25 0,370 0,282
( Sumber : Hasil Perhitungan ) ( Sumber : Hasil Perhitungan )

Dari tabel dapat dilihat bahwa beda debit b. Saluran Sekunder.


saluran eksisting tipe III terhadap debit banjir Data-data yang dibutuhkan adalah sebagai
rencana total tidak sesuai dengan daya berikut :
tampung pada rencana eksisting yang ada. Lebar dasar saluran (b) = 0,80 m
Dari analisa diatas diketahui bahwa Tinggi Saluran (y) = 0,80 m
permasalahan yang terjadi di lapangan adalah Kemiringan dasar saluran (S) = 0,0002.
kapasitas saluran yang digunakan tidak layak Koefisien manning (n) = 0,012.
lagi dipergunakan karena tidak dapat
menampung debit air hujan banjir sehingga 4.15 Tabel Beda Debit Saluran Eksisting
menyebabkan menimbulkan limpasan. Terhadap Debit Banjir Rencana Total
Kemudian hal ini diperparah dengan tumpukan Debit
Periode Daya
sampah yang memenuhi seluruh bagian Banjir
Ulang Tampung
drainase, sedimentasi akibat lumpur pada Total
(T) (m3/detik)
saluran drainase, serta penyempitan saluran (m3/detik)
drainase akibat perubahan tata guna lahan 10 0,311 0,259
sekitar saluran. Saluran yang digunakan hanya 15 0,311 0,270
menggunakan 2 tipe. Hasil analisa ini 20 0,311 0,277
menunjukkan bahwa permasalahan tersebut 25 0,311 0,282
menyebabkan perbedaan debit antara limpasan ( Sumber : Hasil Perhitungan )
yang terjadi dan eksisting, sehingga saluran
tidak dapat mengalirkan air hujan untuk 5. Kesimpulan Dan Saran.
jangka waktu 10, 15, 20, dan 25 tahun yang
akan datang. 5.1 Kesimpulan.
a. Analisa debit rencana untuk saluran
4.8 Perhitungan Rencana Ulang Dimensi eksisting di jalan Yos. Sudarso Kota
Saluran Eksisting. Lubuklinggau untuk periode ulang
a. Saluaran Primer. masing-masing 10 tahun, 15 tahun, 20
Data-data yang dibutuhkan adalah sebagai tahun dan 25 tahun adalah sebagai berikut
berikut : :
Lebar dasar saluran (b1) = 0,90 m. 1) T = 10 Tahun; Rt = 0,259 m3/detik.
Lebar permukaan saluran (b2)= 1,10 m. 2) T = 15 Tahun; Rt = 0,270 m3/detik.
Tinggi Saluran (y) = 0,70 m. 3) T = 20 Tahun; Rt = 0,277 m3/detik.
Kemiringan dasar saluran (S) = 0,0002 4) T = 25 Tahun; Rt = 0,282 m3/detik.
Koefisien manning (n) = 0,012
b. Untuk perhitungan kapasitas saluran Anonim, 1977, Direktorat Jendral Bina
eksisting di Jalan Yos. Sudarso Kota Marga, Depatemen Pekerjaan Umum
Lubuklinggau adalah untuk saluran dan Pekerjaan Listrik. 1977, Drainase
primer debit yang bisa ditampung sebesar Cetakan Ke-2, Jakarta.
0,11 m3/detik., untuk saluran sekunder Anonim, 2014, Pedoman Penulisan Skripsi,
debit yang bisa ditampung sebesar 0,217 Program Studi Teknik Sipil Fakultas
m3/detik., untuk saluran tersier debit yang Teknik Universitas Musi Rawas.
bisa ditampung adalah sebesar 0,089 Lubuklinggau.
m3/detik. Bila dibandingkan dengan debit Dewi, I.A.A, Kertaarsana, IGN. 2013.
rencana maka saluran eksisting di jalan “Analisis Kapasitas Saluran Drainase
Yos. Sudarso Kota Lubuklinggau tidak Sekunder dan Penanganana Banjir di
layak untuk menampung debit air hujan. Jalan Gatot Subroto Denpasar.”Jurnal
c. Untuk perhitungan rencana kapasitas Ilmiah Elektronik Teknik Sipil 2 (2): 1-
salurana eksisting di Jalan Yos. Sudarso 5.
Kota Lubuklinggau adalah untuk saluran Emiliawati, Anna, 2011. Skripsi Studi Kasus
primer debit yang bisa ditampung sebesar Banjir Jalan Colombo Yogyakarta.
0,370 m3/detik., untuk saluran sekunder Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
debit yang bisa ditampung sebesar 0,311 Yogyakarta.
m3/detik., untuk saluran tersier debit yang Hasmar, Halim, 2012. Drainase Terapan. UII
bisa ditampung adalah sebesar 0,311 Press. Yogyakarta.
m3/detik. Bila dibandingkan dengan debit Hendarsin, S, L. 2000. Penuntun Praktis
rencana maka rencana saluran eksisting di Perencanaan Teknik Jalan Raya. Lentera
jalan Yos. Sudarso Kota Lubuklinggau Karya. Jawa Barat.
layak untuk menampung debit air hujan. Prayogi Akbar Putra dan Marisa Handajani,
2008, “Evaluasi Permasalahan Sistem
5.2 Saran. Drainase Kawasan Jeruk Purut,
a. Hasil penelitian skripsi ini dapat Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya
diharapkan menjadi masukan Pemerintah Jakarta Selatan”. Insitut Teknologi
Kota Lubuklinggau dalam proses Bandung, Bandung.
pengambilan keputusan untuk Sri Harto, 1993, Analisis Hidrologi. Gramedia
kepentingan perencanaan sistem drainase Pustaka Utama, Jakarta.
yang berkelanjutan khususnya pada Subarkah, Imam. 1978. Hidrologi Untuk
saluran eksisting di Jalas Yos. Sudarso Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma.
Kota Lubuklinggau. Bandung.
Suripin. 2004 .Sistem Drainase Kota Yang
b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan Berkelanjutan. Andi. Jakarta.
agar melanjutkan penelitian analisa Suryaman, Heri. 2013.”Evaluasi Sistem
sedimentasi saluran drainase di Jalan Drainase Kecamatan Ponorogo
Yos. Sudarso Kota Lubuklinggau. Kabupaten Ponorogo. “Jurnal Penelitian 2
(22): 0-07.
Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidrolika II.
DAFTAR PUSTAKA Beta Offset. Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi
Anonim, 2011, Diktat kuliah Drainase Terapan. Beta Offset. Yogyakarta.
Perkotaan Universitas Atma Jaya Wilson. E, M, 1990. Hidrologi Teknik. ITB
Yogyakarta, Fakultas Teknik Bandung. Jawa Barat.
Universitas Atma jaya. Yogyakarta. Wesly, 1997. Drainase Perkotaan. Guna
Darma. Jakarta.

You might also like