You are on page 1of 9

BAB V.

ANALISA VIBRASI
Posted by vibrasi on 20 March 2009

Langkah awal pengukuran vibrasi pada mesin-mesin industri pada umumnya adalah
melakukan pengukuran “overall” yaitu pengukuran yang tidak difilter pada daerah frekuensi
tertentu. Tujuannya dalah memperoleh gambaran kondisi mesin secara umum. Cara
melakukan pengukurannya sudah isampaikan pada pembahasan sebelumnya.Sebelum kita
melaksanakan analisa terhadap hasil pengukuran vibrasi suatu mesin selalu disarankan ntuk
memperhatikan hal-hal yang menyangkut mesin dan skala pengukuran yang digunakan
sebagai berikut :

1. SEJARAH OPERASI MESIN

Seandainya banyak keluhan mengenai vibrasi di mana suatu mesin selalu naik dengan cepat
vibrasinya, maka keluhan ini sebaiknya ditampung dan dijadikan sebagai catatan tersendiri di
dalam sejarah operasi mesin tersebut.
Sebagai contoh adalah bahwa penggantian suatu part dari suatu mesin dapat mempengaruhi –
kondisi balans maupun alignment. Demikian juga adanya tambahan mesin-mesin baru dapat
pula merubah natural frequency dari suatu mesin dan struktur yang sebelumnya sudah
terpasang di sekitar lokasi tersebut.
BACA ARTIKEL SELENGKAPNYA …. >>>>

Demikian juga perubahan terhadap suatu parameter operasi suatu mesin misalnya perubahan
beban, perubahan kecepatan kerja, perubahan tekanan operasi, atau perubahan temperatur
operasipun dapat merubah kondisi vibrasi suatu mesin terutama yang berasal dari kondisi
unbal¬ance, kavitasi, aerodinamika / hidrolika dll.
Instalasi grounding terhadap struktur dan kelistrikan yang ada dapat juga mempengaruhi
umur bearing atau kopling, bahkan dapat merusak dengan cepat pada saat ada pengelasan
yang mana sebagai groundnya diambil dari struktur yang berkaitan dengan listrik catu daya
untuk motor penggerak pompa dll.
Kadang – kadang perhatian kita hanya tertuju pada vibrasi yang dianggap sebagai akibat dari
rusaknya komponen-komponen mesin tertentu atau perubahan-perubahan terhadap mesin
atau struktur di sekitar mesin tersebut. Padahal kadang – kadang masalah yang ditemukan
justru diakibatkan oleh kejadian-kejadian lainnya yang hanya dapat ditemukan kalau kita mau
kembali sejenak menengok sejarah operasi mesin tersebut.

2. KARAKTERISTIK MESIN

Disarankan agar dilakukan suatu tinjauan terhadap karakteristik operasi suatu mesin seperti:
1. RPM
2. Tipe bearing yang digunakan
3. Jumlah gigi masing-masing bagian pada gearbox dan kecepatan kerjanya.
4. Dll.
Hal tersebut akan sangat membantu dalam mengindentifikasi frekuensi vibrasi yang terlihat
di dalam spektrumnya. Demikian juga hal tersebut dapat membantu pemilihan instrumen dan
transduser yang harus digunakan.
Seperti kita ketahui bahwa pemakaian transduser untuk displacement, velocity, maupun
acceleration berbeda dalam pemakaiannya, terutama berdasarkan perbedaan speed/frekuensi
dari mesin/ bagian mesin yang akan diukur vibrasinya (dapat dilihat pada bab Pengukuran
Vibrasi).

3. PENGGUNAAN SKALA LINIER DAN LOGARITMIK

Bagi kebanyakan tenaga teknik di lapangan skala pada suatu pengukuran yang paling sering
dijumpai adalah skala linier. Pada skala linier dijumpai bahwa jarak garis skala yang satu
dengan yang lain tetap dan mempunyai penambahan nilai yang tetap pula.
Lain halnya dengan skala logaritmik, di mana akan dijumpai jarak garis skala yang satu
dengan lainnya tidak tidak tetap karena dihitung dengan rumusan logaritmik yaitu logaritma
dengan bilangan dasar 10 tehadap suatu angka. Hasilnya adalah bahwa pertambahan jarak
yang sama diperoleh jika angka yang lebih besar merupakan kelipatan 10 dari angka yang
lebih kecil pada skala di bawahnya.
Ada beberapa skala yang sering digunakan di dalam pengukuran amplitudo vs. frekuensi
yaitu Yaitu
a. Skala linier-linier. Yaitu balk amplitudo maupun frekuensi diplot pada kertas skala
linier (gambar 5.1)
b. Skala linier-logaritmik.
Amplitude pada skala linier dan frekuensi pada skala logaritmis (gambar 5.2.), atau
sebaliknya amplitudo pada skala logaritmik sedangkan frekuensi pada skala linier
c. Skala logaritmik-logaritmik.

Baik amplitudo maupun frekuensi keduanya diplot pada skala logaritmik

Gambar 5.1 Contoh plotting amplitudo vs. Frekuensi pada skala linier-linier

Gambar 5.2 Contoh plotting amplitudo vs. frekuensi pada skala logaritmik-logaritmik
Arti secara visual dari pernilihan skala logaritmik untuk amplitudo ini adalah bahwa hasil
pengukuran ini akan dapat mengesankan adanya penonjolan / pembesaran ukuran bagi
amplitudo yang keeil ,dan pengecilan ukuran bagi amplitudo yang besar.
Hal ini dapat diperlihatkan pada gambar diwah ini, bagaimana plotting amplitudo pada skala
linier dan bedanya jika dilakukan plotting pada skala logaritmik.

5.1. LANGKAH-LANGKAH PENGOLAHAN DATA VIBRASI

1. Langkah untuk melakukan pengukuran atau secara umum memdapatkan data-data vibrasi
mesin yang akan dianalisa kerusakannya menggunakan salah satu atau lebih cara yang dapat
mencirikan hubungan amplitudo dengan frekuensi, amplitude vibrasi arah vertikal dan
horisontal, amplitudo dengan fase, dll.
2. Langkah untuk melakukan interpretasi data.
Di dalam Langkah melakukan pengukuran.vibrasi.untuk analisa terutama akan berkaitan
dengan persyaratan penggunaan transduser dan instrumentasinya serta pada operasinya akan
banyak berkaitan dengan filter frekuensi dan spektrum frekuensi, sedangkan untuk langkah
interpretasi data akan banyak berkaitan dengan tabel perbandingan amplitudo pada berbagai
frekuensi (pada spektrumnya) dengan berbagai kemungkinan penyebabnya, dll. Jika
diperlukan untuk lebih mempersempit masalah dapat pula digunakan analisa dengan metoda
lainnya secara bersamaan yaitu metoda orbit (Lissayous) dan metoda pengukuran fasa pada
bagian-bagian mesin tersebut.

5.2. ANALISA SPEKTRUM

Yang dimaksudkan dengan analisa spektrum disini adalah usaha menemukan masalah dan
penyebabnya dengan mengkaji pola perbandingan besarnya amplitudo vibrasi pada semua
frekuensi yang mungkin terjadi
Dilihat dari tingkat keberhasilan dalam mendeteksi kelainan dan kerusakan mesin
berdasarkan tingkat vibrasinya maka analisa spektrum merupakan cara yang paling berguna
dibandingkan dengan cara analisa orbit maupun analisa fasa. Hal ini juga telah dibuktikan
bahwa 85% masalah mekanis pada rotating machinery dapat diidentifikasi dengan cara
melihat pada hasil pengukuran amplitudo vibrasi vs. frekuensi ini.
Keberhasilan analisa menggunakan cara ini kadang-kadang untuk selanjutnya perlu didukung
dengan melakukan kedua cara analisa lainnya. Yang tak kurang pentingnya urituk
diperhatikan adalah kelengkapan data serta sistimatika yang balk dalam pengukuran vibrasi
atau pengambilan data.
Sebagai contoh melakukan pengukuran atau pengambilan data vibrasi yang baik adalah
melakukan pengukuran vibrasi pada daerah rurnah bearing secara vertikal, horisontal, dan
axial. Di bawah ini diperlihatkan contoh pengukuran pada arah radial (hotisontal dan
vertikal) dan pada arah axial pada suatu mesin

Gambar 5.5 Penyusunan data yang baik untuk analisa.

Pada pembahasan selanjutnya akan terlihat bahwa suatu masalah (kelainan) pada mesin
(unbal-ance dll.) ternyata dapat dibedakan satu dari lainnya dengan melihat arah vibrasi yang
dominan (vertikal, horisontal, axial, atau kombinasi dari ketiga unsur pengukuran tsb.). Kasus
yang dapat dikemukakan sebagai contoh adalah:
1. Suatu kejadian unbalance, mis-alignment, dan bent shaft pada rotary mesin (bukan over
hung rotor) hampir selalu menghasilkan amplitudo vibrasi yang tinggi pada arah radial
(horisontal dan vertikal) pada frekensi 1 x RPM, dan aplitudo vibrasi yang rendah pada arah
axial.
2. Misalignment pada kopling dan bearing (atau bent shaft) akan menghasilkan aplitudo
vibrasi yang tinggi pada arah axial dan juga pada arah radial. Secara umum jika amplitudo
vibrasi axial lebih dari 50% dibandingkan amplitudo vibrasi arah radial maka dapat dicurigai
telah terjadi misalignment atau bent shaft.

5.3. INTERPRETASI DATA

Pada bagian ini akan diterangkan bagaimana suatu data dari hasil pengukuran diartikan dan
bagaimana karakteristik tiap-tiap keadaan perulangan frekuensi dihubungkan dengan gejala
terjadinya masalah / kelainan pada bagian mesin sebagai sumber penyebabnya.
Setelah suatu hasil pengukuran didapat, langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil
pembacaan dari data-data pengukuran yang mempunyai makna berupa karakteristik vibrasi
yang berkaitan dengan adanya berbagai macam masalah / kelainan pada bagian-bagian mesin.
Kunci dari langkah membandingkan hasil pengukuran ini adalah pembacaan pada
frekuensi¬frekuensi yang paling berkaitan dengan RPM mesin dan yang tidak berkaitan
dengan RPM. Identifikasi. terhadap amplitudo yang tinggi yang terjadi pada hasil pengukuran
spektrumnya (amplitudo vs. frekuensi) dan kemungkinan penyebabnya dapat dilihat pada
tabel 5.1. dibawah ini

VIBRATION FREQUENCIES AND THE LIKELY CAUSES

Frequency in Most Likely


Other Possible Causes & Remark
Term of RPM Causes
1) Eccentric journal, gears or pulleys
2) Misalignment or bent shaft-if high axial
vibration
1x RPM Un-balance 3) Bad belt if RPM of belt
4) Resonance
5) Reciprocating forces
6) Electrical problems
1) Misalignment if high axial vibration
Mechanical 2) Reciprocating forces
2x RPM
Looseness 3) Resonance
4) Bad belts if 2x RPM 0f belt
Usually a combination of misalignment and
3x RPM Misalignment
excessive axial clearances (looseness)
1) Bad drive belts
Less than 1x Oil Whirl (Less 2) Background vibration
RPM than 1/2 RPM) 3) Sub-harmonic resonance
4) “Beat” Vibration
Synchronous UCommon electrical problems include broken
Electrical
(A.C.Line rotor bars, eccentric rotor, un-balanced phase
Problems
Frequency) system, unequal air gap
2x
Synchronous Torque Pulses Rare as a problem unless resonance is excited
Frequency
Bad Gears
Aerodinamic
Gear teeth times RPM of bad gear
Many times Forces.
Number of fan blades times RPM
RPM Hydraulic Forces
Number of Impeller vanes times RPM
(Harmonically Mechanical
May accur at 2, 3, 4 and sometimes higher
Related Freq.) Looseness
harmonics if severe looseness
Reciprocating
Forces
1) Bearing vibration may be unsteady-amplitude
High and frequency
Frequency 2) Cavitation, recirculation and flow turbulence
Bad Anti-Friction
(Not cause random, high frequency vibration
Bearings
Harmonically 3) Improper lubrication of journal bearings
Related (Friction excited vibration)
4) Rubbing

Tabel 5.1
Fekuensi vibrasi yang biasa muncul dan kemungkinan penyebabnya’Untuk masing – masing
frekuensi

Tabel 5.2 Tabel identifikasi vibrasi

5.4. ANALISA ORBIT

Sebagai analisa tambahan kadang-kadang diterapkan analisa orbit (pola Lissajous) karena
pada umumnya pada instalsai non-contact pickup untuk suatu pengukuran pada daerah
bearing yang mendeteksi tingkat vibrasi pada arah axial.
Sehingga rekomendasi pengukuran yang lengkap dengan arah vibrasi axial tidak dapat
dilakukan. Untuk non-contact pick up pada umumnya dipasang permanen untuk mendeteksi
vibrasi langsung pada shaft mesin-mesin yang penggunaannya cukup kritis, instalasinya
berupa probe pada arah radial (horisontal dan vertikal) yang keduanya dipisahkan oleh sudut
90 derajat.
Di sini analisa orbit dapat dilakukan, sebagai tambahan untuk analisa spektrum. Para praktisi
telah melakukan penelitian mengenai kegunaan metoda orbit (pola Lissajous) dan berhasil
mendapat kesimpulan terhadap bentuk bentuk orbit dalam hubungannya dengan kerusakan
bagian-bagian mesin yang diukur dan dianalisa vibrasinya.
Adapun instalasi untuk cara pengukuran dan analisanya diberikan pernbahasannya di bawah
ini

Gambar 5.6 Instalasi untuk pengukuran vibrasi dan analisa orbit (pola Lissajous).
Catatan untuk instalasi non-contact pickup seperti di atas dapat digunakan sebagai sistem
yang bersifat redundant (berlebih), failsafe protection (proteksi terhadap kegagalan pada
salah satu sensor) dan dapat menghindari shut down mendadak dari suatu mesin karena salah
satu sensor rusak dan memberikan sinyal palsu seolah-olah terjadi vibrasi yang levelnya
tinggi (dipasang menggunakan logika AND).
Dari gambar di atas selain non-contact pickups (sebagai sensor) yang dipasang , maka harus
disediakan pula sebuah osiloskop dual input yang dilengkapi dengan “T’ axis input. Dengan
memasang ‘T’ axis reference mark ini maka pada gambar Lissajous-nya Akan terlihat suatu
“blank” spot pada garis pola Lissajous yang terbentuk.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu pola Lissajous yang tergambar pada layar
osiloskop.

Gambar 5,7 Contoh Pola Lissajous pada osiloskop

5.4. 1. Menginterpretasikan Pola Lissajous dari vibrasi mesin


Suatu rotary machine yang “sehat” mempunyai pola Lissajous sebagai titik, atau bulatan
kecil, atau ellips kecil (lihat amplitude vibrasi yang dianggap kasar dll. dalam masing-masing
Severity Chart).
Dengan metoda ini pula tidaklah mungkin kita melihat semua masalah pada rotary machine
dengan pola Lissajous saja. Namun dari hasil penelitian para pakar yang meneliti masalah
vibrasi telah dapat disimpulkan beberapa karakteristik pola Lissajous tertentu yang berasal
dari masalah tertentu pada rotary machine sebagai berikut di bawah ini.

A. UNBALANCE

Suatu keadaan unbalance pada rotary machine ditunjukkan oleh pola Lissajous sebagai
vibrasi yang besar pada frekuensi 1 X RPM dengan menganggap bahwa vibrasi pada
frekuensi yang lain sangat kecil dan tidak berarti.
Bentuknya dapat betul-betul bulat atau sedikit ‘agak lonjong (elips) dan di dalam pola yang
terbentuk akan terlihat satu bush spot yang menunjukkan bahwa vibrasi yang besar hanya
terjadi pada frekuensi 1 X RPM.
Gambar pola Lissajousnya diberikan di bawah ini

UNBALANCE
Gambar 5,8 Pola Lissaj ous pada rotary machine yang mengalami unbalance

B. MISALIGNMENT

Misalignment yang terjadi pada rotary machine akan menyebabkan vibrasi yang utama pada
frekuensi 1 X RPM yaitu sekitar yang diikuti dengan munculnya vibrasi pads 2 X RPM, 3 X
RPM, dan harmonik yang lebih tinggi lagi. Di dalam gambar pola Lissajousnya akan
memberikan bentuk elips pipih seperti pisang atau bahkan bentuk pisang yang melengkung.
Bentuk elips pipih selain memberikan kemungkinan vibrasi yang disebabkan oleh keadaan
misalignment, tetapi jugs dapat disebabkan oleh kerusakan bearing atau kemungkinan ter
adinya resonansi.

MISALIGNMENT

Gambar 5.9 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami misalignment

C. OIL WHIRL

Misalignment akan menyebabkan vibrasi yang utama pada frekuensi di bawah I X RPM. Di
dalam gambar pola Lissajousnya akan memberikan bentuk dua buah lingkaran atau elips
yang ditandai dengan adanya dua buah blank spot. Bahkan karena kejadian oil whirl yang di
bawah 1 X RPM tidak persis 1/2 X RPM, maka lingkaran atau ellips yang lebih kecil akan
bergerak dan ditandai dengan bergeraknya blank spot yang ada pada lingkaran atau elips
yang kecil.
OIL WHIRL

Gambar 5.10 Pola Lissajous pads rotary machine yang mengalami oil whirl.

D. RUBBING (GESEKAN)
Gambar 5.12 Pola Lissajous pada rotary machine yang mengalami hit-and-bounce rubbing.

Pola semacam ini mirip dengan pola Lissajous yang terjadi pada peristiwa terjadinya oil
whirl, hanya bedanya dengan peristiwa oil whirl maka di sini lingkaran yang berada di dalam
tidak berputar¬-putar.
Dengan semakin beratnya kondisi rubbing yang terjadi, yaitu yang dinamakan heavy rubbing
atau full rubbing, dan ditambah lagi dengan frekuensi resonansi, frekuensi harmonik, serta
random frekuensi non-syncronous, maka akan menghasilkan pola Lissajous yang sangat
kompleks seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Gambar 5.13 Pola Lissajous pada rotary machine. yang full rubbing atau heavy rubbing

You might also like