You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumberdaya lahan (tanah dan iklim), merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha
pertanian berbasis pada sumberdaya lahan. Dengan demikian, penguasaan informasi dan
teknologi pengelolaan sumberdaya lahan merupakan suatu hal yang sangat penting dan
menentukan bagi keberhasilan pembangunan pertanian dalam mendukung pencapaian
ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani. Meningkatnya permintaan
pangan untuk kebutuhan dalam negeri seiring dengan pertambahan penduduk, serta
tuntutan ekspor pertanian untuk menambah devisa negara, menimbulkan desakan untuk
memanfaatkan sumbedaya lahan lebih optimal, terasa semakin mendesak (Ahmad
Suryana, 2008).

Pengalaman selama ini menunjukan bahwa keunggulan koporatif saja, yaitu berupa
seumberdaya lahan yang luas tidak bisa diandalkan, tanpa adanya upaya-upaya untuk
menigkatkan produktifitas lahan. Melihat peranan lahan kering sangat penting dalam
menunjang kegiatan pertanian maka sangat penting pula untuk menelaah yang terkait
dengan pengembangannya secara ramah lingkungan, menata pengembangan sumberdaya
yang berkelanjutan, kesejahteraan petani serta penciptaan lapangan kerja. Struktur
pertanian lahan kering ini umumnya didominasi oleh usaha pertanian yang berskala kecil
oleh karenanya sangat membutuhkan sentuhan teknologi tepat guna spesifik lokasi agar
terjadi peningkatan nilai tambah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Lahan Kering?

2. Bagaimana Pembagian Lahan Kering?

3. Apa Pengertian Lahan Kering Iklim Basah (LKIB)?

4. Bagaimana Hubungan Faktor Pertumbuhan dan Kendala-Kendala Serta Solusi


Pertanian di Lahan Kering?

1
5. Bagaimana Mendukung Pertanian Lahan Kering Iklim Basah (LKIB)?

6. Dimana Saja Potensi Penyebaran Daerah di Indonesia ?

7.Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan yang ada di Lahan Kering Iklim Basah ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian Lahan Kering

2. Mengetahui Pembagian Lahan Kering

3. Mengetahui Pengertian Lahan Kering Iklim Basah (LKIB).

4. Mengetahui Hubungan Faktor Pertumbuhan dan Kendala-Kendala Serta Solusi


Pertanian di Lahan Kering

5. Mengetahui Mendukung Pertanian Lahan Kering Iklim Basah (LKIB)

6. Mengetahui Potensi Penyebaran Daerah di Indonesia ?

7. Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Lahan Kering Iklim Basah ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lahan Kering

Secara umum lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha
pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan
dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya
berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka terhadap erosi) terutama
bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Pengertian dari lahan
kering telah di sampaikan oleh beberapa pihak, berikut beberapa pengertian dari lahan
kering :

1. Kesepakatan pengertian lahan kering dalam seminar nasional pengembangan


wilayah lahan kering ke 3 di Lampung : ( upland dan rainfed) adalah hamparan lahan
yang didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman
dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi (Suwardji, 2003).

2. Definisi yang diberikan oleh soil Survey Staffs (1998) dalam Haryati (2002),
lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air
selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini dapat dijumpai
dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl).

Dari pengertian diatas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok
lahan kering mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, lading, kebun campuran,
perkebunan, hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang. Untuk
menghilangkan kerancuan penggunaan isitilah lahan kering dan pertanian lahan kering,
diperlukan pemedaan pengertian kering yang mengunjuk:

1. Disebut daerah kering atau kawasan iklim kering

Apabila keadaan iklim yang kering dalam arti istilah Inggris arid land menurut salah
satu takrifnya:

a.Daerah dengan curah hujan tahunan kurang dari pada 250 mm (USA),

3
b.Daerah yang jumlah hujannya tidak mencukupi untuk enghidupi vegetasi
sedikitpun,

c.Daerah yang jumlah hujannya tidak mencukupi untuk memapankan (establish)


pertanian tanpa irigasi, atau

d.Daerah dengan jumlah evaporasi potensial melebihi jumlah curahan (precipitation)


actual (Monkhouse & Small, 1978)

2. Disebut lahan atasan (upland) apabila keadaan lahan yang berkaitan dengan
pengatusan alamiah lancer (bukan rawa, dataran banjir, lahan dengan air tanah dangkal,
dan lahan basah alamiah lain)

3.Disebut lahan kering apabila lahan pertanaman yang diusahakan tanpa


penggenangan.

Lahan kering ini terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga
keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabannya rendah. Lahan
kering sering dijumpai pada daerah dengan kondisi antisiklon yang permanen, seperti
daerah yang terdapat pada antisiklon tropisme. Daerah tersebut biasanya ditandai dengan
adanya perputaran angin yang berlawanan arah jarum jam di utara garis khatulistiwa dan
perputaran angin yang searah jarum jam di daerah selatan garis khatulistiwa. Terdapat
tiga jenis iklim di daerah lahan kering, yakni :

1. Iklim Mediterania : hujan terjadi di musim gugur dan dingin

2. Iklim Tropisme : hujan terjadi di musim panas

3. Iklim Kontinental : hujan tersebar merata sepanjang tahun

2.2 Pembagian Lahan Kering

Lahan kering dibagi ke dalam empat kategori, yakni :

1. Hyper Arid : indek kekeringan (rasio antara curah hujan dan evapotranspirasi
potensial) 0.03, tidak ada vegetasi tanaman kecuali hanya beberapa rumpun rumput di
daerah lembah, penggembalaan ternak berpindah-pindah, hujan tahunan rendah (di
bawah 100 mm/tahun), serta hujan terjadi tidak menentu, bahkan kadang-kadang tidak
terjadi hujan sepanjang tahun. Daerah ini terdapat di pe-“gurun”-an Saudi Arabia
“Rub’ul Kholi” atau yang dikenal dengan empty quarter .

4
2. Arid: indek kekeringan 0.03-0.20 yang ditandai dengan adanya peternakan,
kegiatan pertanian dilakukan dengan irigasi tetes dan sprinkler, terdapat tanaman
musiman dan tahunan yang letaknya terpisah-pisah, dan curah hujan tahunan antara 100
– 300 mm. Terdapat di Jeddah, Saudi Arabia dan Negara-negara Timur Tengah pada
umumnya.

3. Semi Arid : indek kekeringan 0.2-0.5 yang ditandai dengan adanya kegiatan
pertanian denga mengandalkan air hujan meski produktifitasnya masih rendah, terdapat
kegiatan peternakan komunal, dan curah hujan tahunan 300-800 mm.Biasanya terdapat
di perbatasan daerah tropis dan sub-tropis.

4. Sub Humid : indek kekeringan 0.5-0.75. Daerah sub humid juga dimasukkan
ke dalam area lahan kering, meski sebenarnya memiliki karakter yang dekat dengan
daerah lahan basah. Di Indon esia kawasan timur memiliki karakter Sub-Humid, yang
mana terdapat beberapa kendala untuk budidadaya pertanian di daerah tersebut.

2.3 Pengertian Lahan Kering Iklim Basah

Lahan kering berdasarkan iklim terbagi menjadi 2 yaitu :

· Lahan kering iklim basah (LKIB) yaitu daerah yang memiliki curah hujan diatas 2500
mm/tahun.

· Lahan kering iklim kering (LKIK) yaitu daerah yang memiliki curah hujan dibawah
2000 mm/tahun.

Lahan kering iklim basah (LKIB) yaitu daerah yang memiliki curah hujan diatas
2500 mm/tahun dan cukup lama, sehingga air cukup tersedia dan peluang masa tanam
cukup lama (8-12 bulan). Akan tetapi tingginya curah hujan menyebabkan terjadinya
pencucian sebagian besar kation/hara yang cukup intensif, unsur hara juga

Banyak hilang karena erosi dan aliran perlukaan yang tinggi, sehingga kesuburan
fisik-kimia tanah menjadi redah. Pola tanam yang kurang sesuai dengan potensi dan
kondisi lahan yang mendorong kepekaan terhadap erosi, sehingga perlu tindakan
konservasi secara dini. Selain itu efisiensi pemupukan rendah karena N dan K dari
pupuk mudah tercuci, dan P terfiksasi oleh Fe dan Al.

kondisi daerah lahan kering yang memiliki iklim dan cuaca ekstrim. Kondisi
lahan kering tersebut mengakibatkan sulitnya membudidayakan berbagai produk

5
pertanian, hal yang paling menonjol dari kendala lahan kering berikilim basah adalah
tingkat prdouktifitasnya tanaman yang rendah. Tanah diwilayah ini umumnya
didminasi oleh Ultisol dan Oxisol yang merupakan tanah-tanah bereaksi masam (pH
rendah) dan miskin unsur hara, kadar bahan organik rendah, kandungan besi dan
mangan tinggi, sering mengandung alumunium yang tinggi.

Faktor primer yang diperlukan tanaman untuk tumbuh adalah media tanam, air,
cahaya, angin, dan nutrisi tanaman. Semua faktor yang diperlukan tanaman untuk dapat
tumbuh dengan baik tersebut terhambat oleh

Wilayah lahan kering beriklim basah yang berpotensi untuk tanaman semusim
menyebar di daerah Kalimantan, Sumatera, Papua, Jawa NT dan Sulawesi. Terdapat
pada topografi datar, berombak sampai agak bergelombang. Komoditas pertanian
tanaman semusim yang disarankan adalah jagung, padi, tomat, cabai, kacang panjang,
mentimun, pisang, nanas, semangka, dll, Permasalahan yang dihadapi antara lain
sebagian berupa tanah masam, kesuburan rendah, miskin bahan organik dan rawan
erosi.

2.4 Hubungan Faktor Pertumbuhan dan Kendala-Kendala Serta Solusi Pertanian di Lahan
Kering

Kondisi lahan kering tersebut mengakibatkan sulitnya membudidayakan


berbagai produk pertanian. Faktor primer yang diperlukan tanaman untuk tumbuh
adalah media tanam, air, cahaya, angin, dan nutrisi tanaman. Semua faktor yang
diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik tersebut terhambat oleh kondisi
daerah lahan kering yang memiliki iklim dan cuaca ekstrim. Adapun pengelompokan
faktor yang diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik dan kendala yang
terdapat di daerah lahan kering serta cara mengatasinya ditampilkan dalam tabel berikut
ini :

6
No Faktor pertumbuhan Kendala Solusi
1 Media Tanam Tanah pasir: Erosi tinggi Pupuk organik,
Tanah Lempung: tanpa cukup air, kapur
rekahan besar
2 Air Terbatas karena curah hujan rendah Mulsa,sistem
irigasi tanpa guna
3 Cahaya Radiasi tinggi, suhu cenderung tinggi Penghijauan
4 Angin Minimnya vegetasi mengakibatkan Penanaman pagar,
kecepatan angin tinggi pemecah angin
5 Nutrisi Kombinasi tingginya evaporasi Pemupukan
mengakibatkan tanah dengan kadar organik
tinggi sehingga nutrisi rendah

2.5 Pendukung Pertanian Lahan Kering Iklim Basah (LKIB)

Dalam mengoptimalkan sistem pertanian berkelanjutan dan budidaya tanaman


di daerah berlahan kering beriklim basah para petani harus menggunakan kaidah-
kaidah yang dapat memberikan hasil optimal pada pertaniannya dan juga harus
memperhatikan berbagai aspek yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kondisi
lingkungan, seperti:

Ø Perlunya pengolahan tanah yang baik.

Ø Pemberian pupuk organik pada lahan kering.

Ø Pembuatan teras, agar permukaan tanah yang miring menjadi bertingkat-tingkat


untuk mengurangi kecepatan air yang meresap kedalam tanah.

Ø Melakukan konservasi secara kultur teknis.

Ø Penggunaan varietas unggul yang tahan terhadap kekeringan.

Ø Melakukan pola tanam yang efektif.

7
Untuk mendukung pertanian LKIB yang berkelanjutan, pemerintah
mengeluarkan Prima Tani. Prima Tani merupakan Program Rintisan Pemasyarakatan
Inovasi Teknologi Pertanian untuk memasyarakatkan inovasi hasil penelitian dan
pengembangan pertanian kepada masyarakat dalam bentuk laboratorium agribisnis di
lokasi yang mudah dilihat dan dikenal masyarakat petani. Tujuan utamanya adalah
untuk mempercepat waktu, meningkatkan kadar dan memperluas prevalensi adopsi
teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Selain itu, juga untuk
menghimpun umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik
pengguna dan lokasi, yang merupakan informasi esensial dalam rangka mewujudkan
penelitian dan pengembangan berorientasi kebutuhan pengguna.

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian


(Prima Tani), adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi guna
mempercepat penyampaian informasi dan inovasi yang dihasilkan. Kegiatan Prima
Tani pada intinya adalah membangun Laboratorium Agribisnis, yaitu model
percontohan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) berbasis inovasi yang memadukan
sistem inovasi teknologi dan kelembagaan pedesaan.

Hasil dari Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi


Pertanian (Prima Tani) dapat dilihat pada Desa Semabi, Kabupaten Sekadau sebagai
berikut :

A. Sosialisasi, advokasi dan sinkronisasi

Sosialisasi, advokasi dan sinkronisasi Prima Tani lahan kering Kab. Sekadau
dilakukan di tingkat Propinsi dan Kabupaten. Kegiatan ini bertujuan untuk
mensosialisasikan dan mengadvokasikan program Prima Tani ke stakeholder dan instansi
terkait untuk memperoleh dukungan dalam mensukseskan program Prima Tani serta
menjalin kerja sama dengan instansi terkait.

B. PRA dan Baseline Survey PRA

Kegiatan PRA dilakukan untuk memahami secara komprehensif permasalahan di


pedesaan melalui partisipasi aktif dari petani atau masyarakat di lokasi Prima Tani,
sebagai dasar penyusunan rancang bangun Laboratorium Lapangan Agribisnis (LLA) di
Semabi dan dasar untuk membuat tahapan kegiatan inovasi teknologi dan kelembagaan
selama 5 tahun. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder.

8
Kegiatan Baseline Survey dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
kondisi awal desa Semabi sebelum dilaksanakan kegiatan Prima Tani sehingga dapat
dijadikan acuan dasar dan sebagai pembanding setelah dilakukan kegiatan Prima Tani.
Informasi yang dikumpulkan melalui baseline survey meliputi kinerja teknologi pada
setiap kegiatan agribisnis, kinerja kelembagaan agriibisnis pada setiap bidang kegiatan
agribisnis dan lembaga pendukung agribisnis, kinerja hasil pada setiap bidang kegiatan
agribisnis, kinerja sistem agribisnis dan karakteristik rumah tangga petani dan sumber
daya yang dimiliki. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan
kuesioner.

C. Inovasi Kelembagaan

Inovasi kelembagaan yang akan dilakukan melalui kegiatan Prima Tani di Lahan
Kering Kab. Sekadau diantaranya :

 Penguatan kelompok tani padi, kelompok tani karet dan kelompok peternak
melalui pertemuan kelompok tani secara berkala.
 Pembentukan dan pembinaan gapoktan.
 Membentuk Klinik Agribisnis yang berfungsi sebagai sumber informasi
pertanian, lembaga percontohan inovasi pertanian bagi petani, tempat pelatihan
bagi petani, lembaga konsultasi bagi petani dalam memecahkan berbagai
masalah pertanian, serta sebagai layanan teknologi yang diperlukan petani.
 Forum pertemuan penyuluh pertanian pedesaan yang direncanakan
dilaksanakan setiap bulan. Pertemuan ini bertujuan untuk menjalin komunikasi
yang lebih efektif antara penyuluh dan petani, mendiskusikan permasalahan
yang dihadapi petani dalam usahataninya dan untuk mendapatkan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani.
 Membentuk lembaga keuangan mikro (LKM) dalam bentuk Kelompok Usaha
Mandiri (KUM) untuk memudahkan akses petani terhadap lembaga
permodalan.

D. Inovasi Pertanian

Implementasi inovasi pertanian yang akan dilakukan melalui kegiatan Prima Tani
di Lahan Kering Kab. Sekadau meliputi :

9
 Inovasi teknologi peningkatan produksi karet rakyat melalui sosialisasi dan
koordinasi dengan instansi terkait, penyuluhan mengenai teknik budidaya,
penyadapan, pengolahan hasil serta pemasaran hasil produksi.
 Inovasi teknologi budidaya padi melalui kegiatan PTT padi yang meliputi;
penggunaan varietas unggul yang cocok untuk lokasi setempat, pengembalian
sisa tanaman (jerami) dan pemberian pupuk kandang, pemupukan organik
sesuai dengan rekomendasi, perbaikan tata air, pengendalian hama penyakit
utama pada tanaman padi dan penanganan panen dan pasca panen secara tepat
dengan introduksi alat mesin pertanian untuk meningkatkan mutu hasil beras.
 Inovasi teknologi pengembangan ternak sapi bali melalui integrasi tanaman
dengan ternak, introduksi hijauan makanan ternak (HMT), formulasi pakan
ternak induk dan ternak potong, perbaikan kandang dengan sistem kandang
kelompok, teknologi pengendalian penyakit ternak, teknologi pembuatan biogas
sederhana, serta pembuatan pupuk organik.
 Inovasi teknologi pemanfaatan lahan pekarangan melalui budidaya tanaman
sayuran, budidaya ternak ayam buras dan pembuatan kolam ikan.

2.6 Potensi Penyebaran Daerah

Luas Lahan Kering


Pulau/ Iklim Basah Iklim Kering Jumlah
Kepulauan
Sumatra 1.311.776 - 1.311.776
Jawa 14.150 26.394 40.544
Kalimantan 3.639.403 - 3.639.403
Bali 0 0 0
Nusa Tenggara - 137.659 137.659
Maluku 50.391 - 50.391
Papua 1.688.587 - 1.688.587
Sulawesi 122.035 93.417 215.452
Jumlah 6.826.342 257.470 7.083.812

10
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Lahan Kering Iklim Basah

A. Kelebihan Lahan Kering Iklim Basah

 Menjadikan sebuah daerah yang memiliki faktor pendukung dalam bidang


pertanian, perkebunan, dan juga perikanan.
 Jarang terjadi badai maupun angin topan apabila dibandingkan dengan daerah
yang di iklim sedang maupun subtropis.
 Memiliki keanekaragaman baik itu flora dan juga fauna yang berasal di daerah
daratan dan lautan yang dimana kemudian menjadi daya tarik untuk wisata.
 Temperatur yang berada di daera iklim muson tropis tidak terlalu tinggi dan
terlalu rendah.

B. Kekurangan Lahan Kering Iklim Basah

 Terdapat potensi untuk terjadinya kebakaran hutan yang terjadi dibeberapa


titik api pada satu daerah luas.
 Terdapat potensi untuk terjadinya kekeringan yang sangat panjang yang terjadi
pada musim kemarau.
 Terdapat potensi untuk terkena penyakit khas daerah tropis seperti penyakit
demam berdarah dan juga penyakit malaria.
 Memiliki kelembapan udara yang tergolong tinggi.
 Terdapat potensi untuk terjadinya banjir dikarenakan volume air yang
meningkat pada saat musim penghujan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia


dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor
pertanian. Masalah lingkungan yang dihadapi dewasa ini pada dasarnya adalah masalah
pengolahan tanaman yang tidak sesuai dengan lahan dan produksi yang didapatkan.
Masalah itu timbul karena perubahan kondisi iklim yang menyebabkan lahan itu kurang
sesuai lagi untuk mendukung kesuburan tanah. Jika hal ini tidak segera diatasi pada
akhirnya berdampak kepada terganggunya kesejahteraan para petani.

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian


(Prima Tani), adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi guna
mempercepat penyampaian informasi dan inovasi yang dihasilkan. Ruang lingkup
kegiatan Prima Tani lahan kering di Kab. Sekadau meliputi sosialisasi, advokasi dan
sinkronisasi, PRA dan Baseline Survei, Inovasi Kelembagaan dan Inovasi Teknologi
Pertanian.

3.2 Saran

Makalah ini meskipun menurut penulis sudah lengkap, namun pembaca


mungkin dapat beranggapan lain tentang penyusunan ini. Penulis sebagai penyusun
menerima semua masukan agar pembaca lebih terasa senang untuk membaca makalah
ini. Untuk itu penulis mohon, agar pembaca dapat memakluminya karena penulis
sebagai penyusun mempunyai batas kemampuan untuk berfikir dalam segala hal untuk
penyusunan makalah ini. Terima kasih banyak jika pembaca beranggapan bahwa
makalah ini sudah baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afrizon. 2009. Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering (diakses online:


http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/12/pengelolaan- agroekosistem-lahan-
kering/ tanggal 8 September 2013)
Bagus Aribawa, Ida. 2012. ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN
KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian: Bali. (diakses online: http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-
content/uploads/ADAPTASI-BEBERAPA-VARIETAS-JAGUNG-DI-LAHAN-
KERING-DATARAN-TINGGI-BERIKLIM-BASAH.pdf pada tanggal 8 September
2013)
L. M Gufroni, Ar, dll. 2009. PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH
IKLIM BASAH DI KABUPATEN SEKADAU KALIMANTAN BARAT. BALAI
PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN: Kalimantan Barat. (diakses online:
http://www.slideshare.net/gufroni/succes-story-transfer-prima-tani pada tanggal 8
September 2013)

13

You might also like