You are on page 1of 8

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2

April 2015
ISSN : 2338 - 4336
PENGARUH FAKTOR ABIOTIK KIMIA TANAH TERHADAP
SUPRESSIFITAS TANAH DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT LAYU
BAKTERI (Ralstonia solanacearum) PADA TANAMAN TOMAT
(Lycopersicon esculentum Mill)

Dhani Galih Rahmawanto, Anton Muhibuddin, Luqman Qurata Aini

Program studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRACT
Chemical feature of soil has been known could affect the development of plant disease.
This study aimed to elucidate the effect of chemical feature of soil against the
development of bacterial wilt disease caused by Ralstonia solanacearum on tomato
plant (L. esculentum Mill) as well as its effect to the growth of tomato plant. Endemic
and non endemic soils taken from eight different locations based on bacterial wilt
percentage and its latitude were used in this study. This study was conducted in two
steps i.e. analysis of chemical compound in each soil sample and pot experiment in
green house. Pot experiment in green house was conducted using Completely Random
Design consisting of eight treatments and four replications. Parameter of observation
included the percentage of bacterial wilt disease, population of R. solanacearum, plant
height, plant fresh weight and plant dry weight. The result showed that chemical feature
of soil particularly K, P, and C-organic content affected the development of bacterial
wilt disease incidence caused by R. solanacearum on tomato plant. Chemical feature of
soil particularly Nitrogen content affected the growth of tomato plant.

Keywords: abiotic factor, nutrients, Ralstonia solanacearum, tomato

ABSTRAK
Sifat kimia tanah telah diketahui dapat mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat kimia tanah terhadap
perkembangan penyakit layu pada tanaman tomat (L. esculentum Mill) yang disebabkan
oleh Ralstonia solanacearum dan pertumbuhan tanaman tomat. Tanah endemik dan non
endemik penyakit layu bakteri diperoleh dari delapan lokasi berbeda berdasarkan
indikator tinggi tempat dan persentase penyakit. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu
analisis sifat kimia tanah dan percobaan rumah kaca. Percobaan rumah kaca dilakukan
dengan Rancangan Acak Lengkap terdiri dari delapan perlakuan dan empat ulangan.
Parameter pengamatan meliputi: perkembangan persentase penyakit layu, populasi R.
solanacearum, tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman. Hasil Percobaan
diketahui bahwa sifat kimia tanah berpengaruh pada perkembangan R. solanacearum
dan pertumbuhan tanaman tomat. Sifat kimia tanah terutama kandungan K, P, dan C-
organik berpengaruh terhadap perkembangan persentase kejadian penyakit layu bakteri
yang disebabkan oleh R. solanacearum pada tanaman tomat. Sifat kimia tanah terutama
kandungan nitrogen juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tomat.

Kata kunci : faktor abiotik, unsur hara, Ralstonia solanacearum, tomat

1
Rahmawanto et al., Pengaruh faktor abiotik kimia tanah terhadap supressifitas tanah...

PENDAHULUAN manusia dan mencemari lingkungan


(Herlina et al., 2004).
Faktor abiotik adalah komponen Tomat adalah salah satu komoditas
dalam suatu lingkungan yang tidak hidup utama tanaman hortikultura di Indonesia.
(Ibrahim, 2012). Salah satu komponen Salah satu penyakit penting tanaman tomat
penting dalam faktor abiotik yaitu tanah, adalah penyakit layu yang oleh bakteri
yang berperan penting dalam menopang Ralstonia solanacearum. Bakteri ini
kehidupan suatu organisme. Komponen menyebabkan kelayuan tanaman yang
didalam tanah meliputi sifat fisika dan dapat mengakibatkan kematian pada
kimia tanah. Sifat fisika tanah ialah sifat seluruh pertanaman (Haryanti dan
fisik tanah berupa tekstur tanah, struktur, Purwantisari, 2004). Perlu adanya
kemantapan, warna dan permeabilitas, alternatif dalam pengendalian penyakit
sedangkan sifat kimia tanah berupa layu bakteri R. solanacearum, dengan
kandungan yang terdapat didalam tanah mempelajari sifat kimia tanah yang
meliputi derajad keasaman (pH), bahan mempengaruhi perkembangan dan
organik dan unsur hara. Unsur hara ialah pertumbuhan patogen. Penelitian ini
kandungan bahan–bahan mineral yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat
terdapat didalam tanah, salah satunya kimia tanah terhadap perkembangan
Unsur hara makro berupa nitrogen (N), patogen dan pertumbuhan tanaman.
fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg) dan sulfur (S) (Lahudin, METODE PENELITIAN
2007).
Unsur hara dapat meningkatkan Penelitian ini dilaksanakan di
kualitas pertumbuhan tanaman. Sifat kimia Laboratorium Bakteriologi, Jurusan Hama
tanah juga dapat mempengaruhi dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
perkembangbiakan patogen, terutama Pertanian Universitas Brawijaya dan lahan
patogen tanah (Suhardi, 2009). Bila di Desa Tambaksari, Kecamatan Pakisaji,
kekurangan unsur hara proses Kabupaten Malang. Waktu pelaksanaan
metabolisme tanaman terhambat dan dilakukan pada bulan Februari 2014
tanaman menjadi rentan terhadap serangan sampai dengan bulan Juli 2014.
penyakit (Timothy dan Arnold, 2010). Pelaksanaan penelitian ini meliputi
Pengendalian hama penyakit yang saat ini analisis kimia tanah dan pengujian
banyak digunakan petani ialah pengaruh faktor kimia tanah terhadap
pengendalian secara kimia yang dapat perkembangan penyakit layu bakteri pada
berdampak negatif terhadap kesehatan tanaman tomat. Lokasi pengambilan tanah
terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel tanah endemik dan non endemik.
No Perlakuan Lokasi Keterangan Ketinggian tempat
(meter diatas permukaan
air laut)
1 A0 Karang ploso, Malang Endemik 500 – 600
2 A1 Gondang, Nganjuk Non endemik >400
3 A2 Pakisaji, Malang Non endemik 400 – 600
4 A3 Merjosari, Malang Non endemik 600 – 800
5 A4 Gunung sari, Batu Non endemik 800 – 1000
6 A5 Sidomulyo, Batu Non endemik 1000 – 1200
7 A6 Junggo, Batu Non endemik 1200 – 1400
8 A7 Junggo, Batu Non endemik >1400

2
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Analisis kimia tanah Pengamatan yang dilakukan


Pengambilan sampel tanah meliputi: persentase penyakit layu,
menggunakan teknik diagonal sampling populasi R. solanacearum, tinggi tanaman,
dengan kedalaman 10–20 cm, kemudian berat basah, dan berat kering tanaman.
sampel tanah dijadikan satu menjadi Persentase tanaman yang terinfeksi
sampel tanah komposit. Sampel tanah penyakit layu dihitung dengan rumus
sebelum dianalisis dikering-anginkan. menurut Abadi (2003) :
Analisis tanah dilaksanakan pada 
P = 100%
Laboratorium Pengujian Tanah Balai 
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan Keterangan :
dan Umbi-Umbian. Analisis kimia tanah P : Persentase penyakit layu (%)
meliputi Nitrogen, Fosfor, Kalium, C- a : Jumlah tanaman terserang penyakit
organik dan Keasaman tanah. b : Jumlah tanaman yang diamati

Pengujian pengaruh faktor kimia tanah Tinggi tanaman diukur dari pangkal
terhadap perkembangan penyakit layu batang sampai ujung tunas tanaman. Berat
pada tanaman tomat basah dilakukan dengan menimbang
Isolat R. solanacearum didapatkan seluruh bagian tanaman segera setelah
dari koleksi Laboratorium Bakteriologi, dipanen. Berat kering tanaman dilakukan
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, dengan menimbang seluruh bagian
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. tanaman setelah dikeringkan dalam oven
Bakteri diperbanyak dalam media cair selama 2x24 jam dengan suhu 80oC.
Nutrient Broth (NB). Populasi R. solanacearum dalam
Media tanam berupa tanah yang tanah diamati melalui teknik pengenceran
berasal dari delapan lokasi (Tabel 1). berseri dengan menggunakan media
Tanah ditempatkan dalam polybag dengan selektif TTC.
volume 5 kg (ukuran 22 x 30 cm), Analisis data
kemudian ditanam bibit tanaman tomat Data yang diperoleh diuji dengan
yang berumur 14 hari. Pada umur 21 hari menggunakan uji F dengan taraf kesalahan
setelah tanam (hst) dilakukan pengajiran. 5% dan apabila berbeda nyata dilanjutkan
Kerapatan populasi R. solanacearum dengan menggunakan uji beda nyata jujur
untuk inokulasi adalah 108 cfu/ml yang (BNJ) dengan taraf kesalahan 5%.
diukur dengan menggunakan
spectofotometer pada OD600 (Kiba et al., HASIL DAN PEMBAHASAN
2007). Inokulasi R. solanacearum
dilakukan dengan cara menuangkan 80 ml Hasil analisis sifat kimia tanah
suspensi bakteri kedalam media tanaman. Hasil survei di lapangan
Inokulasi bakteri ke tanaman dilakukan menunjukkan sampel tanah dari lokasi
pada saat tanaman berumur 14 hst. Karangploso (A0) adalah tanah endemik
Pemeliharaan tanaman dilakukan penyakit layu bakteri pada tanaman tomat.
dengan melakukan penyiraman 1-2 kali Pada lahan tersebut selalu terjadi serangan
setiap hari. Penyiraman dapat dilakukan penyakit layu bakteri pada kurun waktu
pada waktu pagi hari atau pada waktu sore yang lama dengan persentase penyakit
hari. Selain itu, penyiangan gulma pada mencapai 100%. Sedangkan sampel tanah
polybag dilakukan dengan cara mekanis yang lain berasal dari lahan non endemik
yaitu mencabut tumbuhan liar yang yaitu lahan dengan tingkat serangan
tumbuh pada polybag. penyakit layu rendah atau tidak pernah
terjadi serangan (Tabel 1).

3
Rahmawanto et al., Pengaruh faktor abiotik kimia tanah terhadap supressifitas tanah...

Tabel 2. Hasil analisis sifat kimia tanah dari delapan lokasi pertanaman tomat
(Lycopersicon esculentum Mill) yang berbeda dan intensitas serangan
patogen layu bakteri (Ralstonia solanacearum)
Terhadap contoh kering 105o C
C-org N P2O5 K IP
pH pH
Perlakuan NH4Ac survei
H2O KCL Kurmis Kjedahl Bray I
pH 7,0
1:5 % Ppm Cmol+/kg %
A0 6,28 5,33 2,27 0,12 257 1,27 100
A1 7,10 5,75 1,22 0,11 168 1,32 25
A2 7,14 5,80 1,39 0,12 140 4,43 25
A3 5,82 5,07 1,23 0,08 36,5 1,49 2
A4 4,87 4,08 1,53 0,11 389 0,89 20
A5 6,86 5,63 1,76 0,14 197 4,96 0
A6 6,58 5,66 3,29 0,13 86,8 0,13 20
A7 5,54 5,25 4,06 0,12 29,2 1,27 10
Keterangan :Tanah Endemik A0 (control),Non Endemik : A1(>400 mdpl), A2(400–600 mdpl),
A3(600–800 mdpl), A4(800–1000 mdpl), A5(1000–1200 mdpl), A6(1200–1400
mdpl) dan A7(>1400 mdpl), IP survei(Intensitas penyakit hasil survei).

Pengaruh sifat kimia tanah terhadap Tanah non endemik A4 pada


persentase penyakit layu pada tanaman mempunyai kandungan unsur fosfor (P)
tomat yang lebih tinggi yaitu 389 ppm
Hasil pengamatan persentase dibandingkan tanah endemik maupun non
kejadian penyakit layu menunjukkan endemik yang lain (Tabel 2). Menurut Ye
bahwa jenis tanah berpengaruh nyata and Wright (2010), ketersediaan unsur
terhadap persentase penyakit layu pada fosfor didalam tanah akan sangat
tanaman tomat. Pada tanah endemik menentukan regulasi aktifitas
persentase kejadian penyakit layu lebih mikroorganisme dan fungsinya untuk
tinggi dan berbeda nyata dengan memperbaiki keadaan tanah. Diduga
persentase kejadian penyakit pada jenis kandungan P yang tinggi dapat
tanah yang lain kecuali A3 dan A6. meningkatkan aktivitas mikroba yang
Persentase kejadian layu pada A2, A4 dan berperan dalam menekan perkembangan
A7 adalah terendah (Tabel 3). R. solanacearum, serta berkontribusi
Tanah non endemik A2 diketahui terhadap kesehatan tanaman.
mempunyai unsur kalium (K) sebesar 4,14 Tanah non endemik A7 mempunyai
Cmol+/K, lebih tinggi dibanding tanah kandungan bahan organik lebih tinggi
yang lain kecuali A5 (Tabel 2). Pada tanah (4,06%) dibandingkan dengan tanah
non endemik A5, persentase serangan juga endemik maupun non endemik lain (Tabel
rendah dan berbeda nyata dengan tanah 2). Diketahui bahwa kandungan bahan
endemik. Kalium merupakan salah satu organik berperan dalam menekan
unsur yang dibutuhkan tanaman dan perkembangan patogen (Manici et al.,
diketahui berperan dalam meningkatkan 2005).
ketahanan tanaman terhadap serangan
patogen tanaman (Timothy dan Arnold,
2010). Diduga Kalium meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap penyakit layu
bakteri.

4
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Tabel 3. Rerata Intensitas serangan akibat inokulasi bakteri Ralstonia solanacearum


pada tanaman tomat
Waktu pengamatan (hsi)
Perlakuan
12 hsi 15 hsi 18 hsi 21 hsi 24 hsi 27 hsi
A0 87,5 b 87,5c 87,5b 87,5c 87,5c 87,5c
A1 12,5 a 12,5ab 12,5a 12,5ab 12,5ab 12,5ab
A2 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a
A3 25,0 a 25,0ab 37,5ab 37,5abc 37,5abc 37,5abc
A4 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a
A5 12, a 12,5ab 12,5a 12,5ab 12,5 ab 12,5ab
A6 25,0 a 62,5bc 62,5ab 62,5bc 62,5 bc 62,5bc
A7 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a 0,0 a
Keterangan : Tanah Endemik A0 (control),Non Endemik : A1(>400 mdpl), A2(400–600
mdpl), A3(600–800 mdpl), A4(800–1000 mdpl), A5(1000–1200 mdpl),
A6(1200–1400 mdpl) dan A7(>1400 mdpl) ; bilangan yang didampingi dengan
huruf yang sama maka menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda
nyata jujur (BNJ 5%).

Populasi bakteri R. solanacearum Tabel 4. Rerata populasi bakteri dalam


Populasi R. solanacearum bakteri tanah akibat inokulasi bakteri Ralstonia
pada tanah non endemik A5 dan A7 lebih solanacearum pada tanaman tomat.
rendah dibandingkan populasi pada tanah Perlakuan Log cfu/ml
endemik. Sedangkan populasi R. A0 10,18 c
solanacearum pada tanah non endemik A1 9,97 c
lain (A1, A2, A3, A4, dan A6) tidak A2 9,93 c
berbeda nyata dengan populasi pada tanah
A3 10,14 c
endemik. Hal ini menunjukkan bahwa
A4 7,38 bc
kondisi sifat kimia tanah pada A5 dan A7
tidak kondusif bagi perkembangan R. A5 2,75 a
solanacearum. Hal ini berdampak pada A6 9,13 bc
persentase kejadian penyakit layu bakteri A7 5,55 ab
yang rendah. Pada tanah non endemik A1, Keterangan : Tanah Endemik A0
A2, dan A4, populasi R. solanacearum (control),Non Endemik : A1(>400 mdpl),
tinggi dan tidak berbeda dengan populasi A2(400–600 mdpl), A3(600–800 mdpl),
A4(800–1000 mdpl), A5(1000–1200 mdpl),
pada tanah endemik, tetapi persentase
A6(1200–1400 mdpl) dan A7(>1400 mdpl) ;
penyakit layu bakteri rendah (Tabel 3 dan bilangan yang didampingi dengan huruf yang
4). Hal ini diduga disebabkan mekanisme sama maka menunjukkan tidak berbeda
penekanan penyakit layu bakteri melalui nyata berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ
peningkatan ketahanan tanaman terhadap 5%).
penyakit layu bakteri. Menurut
Alabouvette (1993), perkembangan Tinggi tanaman
populasi mikroorganisme dipengaruhi oleh Tanaman tomat pada tanah non
kandungan bahan organik yang ada endemik A2 menunjukkan rata-rata lebih
didalam tanah, dan derajad keasaman tinggi dibandingkan tanaman yang
tanah (pH). pH antara 5-6 sesuai untuk ditanam pada tanah endemik maupun
pertumbuhan mikroorganisme didalam tanah non endemik yang lain (Tabel 5).
tanah. Tanah non endemik A2 mempunyai

5
Rahmawanto et al., Pengaruh faktor abiotik kimia tanah terhadap supressifitas tanah...

kandungan hara terutama N yang tinggi (N pertumbuhan jaringan tanaman sukulen


(0,12%), P (140 ppm), K (4,43 Cmol+/kg), yang cenderung lebih rentan terhadap
sedangkan untuk pH tanah (5,80) dan C- serangan patogen (Agrios, 2005).
organik (1,39) sehingga mendukung
pertumbuhan tanaman. Fungsi dari N Berat basah dan berat kering tanaman
adalah membentuk protein dan klorofil, Sejalan dengan pengamatan tinggi
sedangkan fosfor (P) membantu tanaman tanaman, berat basah dan berat kering
dalam perkembangan fase vegetatif tanaman pada tanah non endemik (A2)
tanaman, sedangkan kalium berfungsi lebih tinggi dibandingkan pada tanah
untuk pembentukan protein dan endemik maupun non endemik yang lain
karbohidrat (Sumiati dan Gunawan, 2007). kecuali berat kering tanaman pada tanah
Menurut Bannett (1993), terdapat non endemik A7 (Tabel 6). Hal ini
lima unsur yang mempengaruhi menunjukkan bahwa kondisi sifat kimia
pertumbuhan tanaman dan tingkat tanah pada A2 dan A7 mendukung
kesupresifan tanah. Unsur makro N, P, K, pertumbuhan tanaman tomat lebih tinggi
Ca dan Mg merupakan unsur essential dibanding pada tanah endemik maupun
untuk pertumbuhan tanaman yang sehat. non endemik.
Unsur N yang tinggi dapat menyebabkan

Tabel 5. Rerata tinggi tanaman pada delapan lokasi lahan yang berbeda
Tinggi tanaman (cm) umur pengamatan (hst)
Perlakuan
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst 35 hst
A0 10,50 a 15,63 a 22,88 ab 31,00 ab 52,00 a
A1 8,50 a 15,13 a 23,00 ab 32,25 ab 44,75 ab
A2 11,88 a 19,88 a 30,13 a 42,00 a 56,50 b
A3 9,50 a 13,25 a 19,38 ab 25,50 ab 35,50 ab
A4 10,00 a 15,63 a 23,50 ab 34,00 ab 46,25 ab
A5 9,75 a 13,88 a 18,88 ab 25,75 ab 35,75 ab
A6 9,00 a 11,25 a 14,88 b 18,50 b 26,63 ab
A7 9,88 a 15,38 a 22,63 ab 30,63 ab 42,25 ab
Tinggi tanaman (cm) umur pengamatan (hst)
Perlakuan
42 hst 49 hst 56 hst 63 hst 72 hst
A0 70,00 a 82,00 a 96,00 a 114,00 a 126,00 a
A1 59,75ab 75,25ab 96,75 ab 116,75ab 135,50ab
A2 73,25 b 91,50 b 118,00 b 139,50 b 160,75 b
A3 48,50ab 57,75ab 72,25 ab 85,25 ab 95,50 ab
A4 61,75ab 76,25ab 93,75 ab 110,00ab 125,25ab
A5 47,13ab 57,00ab 67,25 ab 80,25 ab 91,75 ab
A6 35,00ab 54,33ab 65,67 ab 75,33 ab 110,00ab
A7 55,50ab 69,50ab 88,63 ab 108,25ab 126,00ab
Keterangan : Tanah Endemik A0 (kontrol),Non Endemik : A1(>400 mdpl), A2(400–600
mdpl), A3(600–800 mdpl), A4(800–1000 mdpl), A5(1000–1200 mdpl),
A6(1200–1400 mdpl) dan A7(>1400 mdpl) ; bilangan yang didampingi dengan
huruf yang sama maka menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda
nyata jujur (BNJ 5%).

6
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 Januari 2015

Tabel 6. Rerata berat basah dan berat and Toxicities in Crop


kering total tanaman tomat pada pengujian Plants. APS Press. St. Paul, Minneso
pertumbuhan tanaman ta.
Berat total tanaman (g) Haryanti, S. dan S. Purwantisari. 2004. Uji
Perlakuan Berat aktivitas ekstrak daun cempaka
Berat kering
basah (Michelia champaca) terhadap
A0 27,70 a 3,78 a pengendalian pertumbuhan jamur
A1 68,03 ab 10,03 ab dan bakteri penyebab penyakit layu
A2 181,60 b 24,80 b pada tanaman tomat. Universitas
A3 60,53 ab 7,78 ab Diponegoro, Semarang.
A4 78,08 ab 11,85 ab Herlina dan D. Pramesti, 2004. Aplikasi
A5 57,30 ab 7,65 ab Penggunaan Agen Hayati
A6 46,08 ab 4,68 a Trichoderma harzianum terhadap
A7 189,50 ab 21,43 b pertumbuhan, produksi dan kualitas
Keterangan: Tanah Endemik A0 buah tomat, laporan penelitian,
(control),Non Endemik : A1(>400 mdpl), Universitas Negeri semarang.
A2(400–600 mdpl), A3(600–800 mdpl),
A4(800–1000 mdpl), A5(1000–1200 mdpl), Ibrahim, wahib. 2012.
A6(1200–1400 mdpl) dan A7(>1400 mdpl) ; http://www.slideshare.net/wahibibra
bilangan yang didampingi dengan huruf yang him/unsurharatanaman. Himagrotek
sama maka menunjukkan tidak berbeda nyata Faperta UTM tanggal 22 November
berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ 5%). 2012. Diakses pada tanggal 21
Oktober 2014.
KESIMPULAN Kiba, A., M. Maimbo, A. Kanda, H.
Tomiyama, K. Ohnishi, dan Y.
Sifat kimia tanah terutama Hikichi. 2007. Isolation and
kandungan K, P, dan C-organik expression analysis of candidate
berpengaruh terhadap perkembangan genes related to Ralstonia
persentase kejadian penyakit layu bakteri solanacearum tobacco interaction.
yang disebabkan oleh R. solanacearum Plant Biotechnology. 24 pp: 409-
pada tanaman tomat. Sifat kimia tanah 416.
terutama Nitrogen mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman Lahuddin. 2007. Aspek Unsur mikro
tomat. dalam kesuburan tanah : Dalam
pidato pengukuhan jabatan guru
DAFTAR PUSTAKA besar tetap. Universitas Sumatera
Utara. USU-eRipository.
Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Ed Manici, L.M., F. Caputo and G. Baruzzi.
ke-5. New York: Academic Press. 2005. Additional experiences to
Alabouvete, C., P. Lemanceau dan C. elucidate microbial component of
Streinberg. 1993. Recent advences in soil suppressiveness towards
biological control of fusarium wilt. strawberry black root rot complex.
Pextic. Sci. 37 Annual Applied Biology 146 pp:
421-431.
Bennett, W.F. 1993. Plant nutrient
utilization and diagnostic plant Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang
symptoms. pp. 1-7 in: W.F. Efektif. Jakarta: Agro Media
Bennett (ed) Nutrient Deficiencies Pustaka.

7
Rahmawanto et al., Pengaruh faktor abiotik kimia tanah terhadap supressifitas tanah...

Sumiati, E. dan O.S. Gunawan. 2007. Pengendalian Penyakit.


Aplikasi pupuk hayati mikoriza Pengembangan Inovasi Pertanian
untuk meningkatkan serapan unsur 2(2), 2009 pp: 111–130. Balai
hara NPK serta pengaruhnya Penelitian Tanaman Hias. Cianjur.
terhadap hasil dan kualitas hasil
Timothy M.S dan A. W. Schumann. 2010.
bawang merah. J. ort. 17(1) pp: 34- Mineral Nutrition Contributes to
42. Plant Disease and Pest Resistance.
Suhardi. 2009. Ekobilogi Patogen : Holticultural Science Department.
Pespektif dan Penerapannya dalam University of Florida (UF)

You might also like