You are on page 1of 15

PERCOBAAN I

EKSTRAKSI

I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenal dan memahami cara mengekstraksi senyawa
dari bahan alam.
2. Mahasiswa dapat memahami metode yang cocok untuk mengekstraksi
senyawa dari bahan alam.
3. Mahasiswa dapat terampil dalam menggunakan peralatan yang
digunakan dalam mengektraksi.
II. Landasan Teori
Ektraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika
suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan yaitu tanaman obat.
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibedakan menjadi dua cara
yaitu cara dingin dan cara basah. Cara dingin terbagi menjadi dua yaitu
maserasi dan perkolasi. Sedangkan cara panas terbagi menjadi empat jenis
yaitu refluks, soxhlet, digesti, infuse, dan dekokta (Depkes RI,2000).
Menurut Depkes RI (2000) metode ekstraksi terdiri dari :
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapakali pengocokan atau pengadukan padatemperatur
ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang
tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan namun kerugiannya
adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang sempurna secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapain konsentrasi pada
keseimbangan.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan.Prinsip
perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya
selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut yang relatife konstan dengan
adanya pendinginan balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada
residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.
4. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut yang relative konstan dengan adanya pendingin balik bio
masa di tempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring
melalui alat ini pelarut akan terus direfluks.
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengadukan kontinu) pada
temperature ruangan (kamar) yaitu secara umum dilakukan pada temperature
40-50 oC.
6. Infuse
Infuse adalah ekstaksi dengan pelarut air pada temperature penangas
air (bejuna infuse tercelup dalam penangas air mendidih temperature terukur
96-98 oC selama waktu tertentu. (15-20 menit).
7. Dekok
Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama (suhu lebih dari 30oC)
dan temperature sampai titik didih air.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan. Ada beberapa jenis ekstrak, yaitu ekstrak cair, ekstrak kental,
dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih dapat dituang,
biasanya kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara
5-30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Voight,
1994).
Pada proses ekstraksi ini digunakan sampel merkubung, dimana
Merkubung (Macaranga gigantea (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.) adalah salah satu
tumbuhan yang dipergunakan sebagai obat tradisional. Tumbuhan ini
digunakan sebagai obat diare dan juga beberapa penggunaan obat tradisional
sebagai obat luka, dan batuk.
Cara pengekstraksian dlakukan dengan cara Sampel yang telah kering
dan dihaluskan, diekstraksi dengan cara maserasi hingga tercapai
kesetimbangan.Maserasi dilakukan dengan cara perendaman sampel dengan
pelarut etanol pada suhu ruang. Filtrat yang diperoleh kemudian disaring
dengan dengan corong kaca dan kertas saring untuk memisahkan ekstrak dari
tumbuhan. Hasil ekstraksi selanjutnya dipekatkan dengan rotary evaporator
sampai didapatkan ekstrak yang lebih pekat.
Kemudian setelah sampel diekstraksi dilakukan fraksinasi ekstrak kasar
dengan menggunakan etanol dan n-heksana (1:1) sehingga diperoleh 2 fraksi
yaitu fraksi etanol dan fraksi n-heksana.
Fraksi n-heksana dipekatkan dengan rotary evaporator dan disebut
sebagai ekstrak fraksi n -heksana. Selanjutnya fraksi etanol difraksinasi dengan
penambahan etil asetat. Dari fraksinasi kedua ini diperoleh 2 fraksi, yaitu fraksi
etil asetat dan fraksi etanol. Kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator
dan hasilnya disebut sebagai ekstrak fraksi etil asetat dan ekstrak fraksi
etanolair. Pada ekstrak kasar etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan
fraksi etanol-air dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui jenis senyawa
metabolit sekunder yang dikandung setiap fraksi dan ekstrak kasar.
Selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri dan uji toksisitas (BSLT).
Menurut Apriani A,S (2014) senyawa kimia dalam daun merkubung
dapat di uji dengan cara sebagai berikut :
a. Uji Alkaloid (Uji Dragendorff)
Ekstrak ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff (campuran
Bi(NO3)2.5H2O dalam asam nitrat dan larutan KI). Adanya alkaloid ditunjukkan
dengan terbentuknya endapan jingga sampai merah coklat dengan pereaksi
Dragendroff.
b. Uji Terpenoid/Steroid
Ekstrak ditambahkan 3 tetes pereaksi Lieberman – Burchard (asam
asetat + H2SO4). Uji positif terpenoid memberikan warna merah atau ungu dan
uji positif steroid memberikan warna hijau atau biru.
c. Uji Flavonoid
Ekstrak ditambahkan 2 mg serbuk Mg dan 3 tetes HCl. Uji positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga.
d. Uji Fenolik
Ekstrak kasar etanol daun merkubung (Macaranga gigantea (Rchb.f. &
Zoll.) Mull.Arg.) dan fraksi-fraksinya ditambahkan larutan besi(III) klorida
(FeCl3) 10% beberapa tetes, ekstrak positif mengandung fenolik apabila
menghasilkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam. Berikut merupakan
tabel hasil identifikasi metabolit sekunder daun Macaranga gigantea :
Tabel 1. Hasil identifikasi metabolit sekunder daun Macaranga gigantea
Jenis senyawa Jenis ekstrak

Ekstrak Fraksi n- Fraksi etil Fraksi


etanol Heksana asetat etanol-air
Alkaloid + + - -
Saponin - - - -
Steroid + + + -
Triterpenoid - - - -
Flavonoid - + + -
Fenolik + - - +
Keterangan : + (mengandung senyawa metabolit sekunder)
- (tidak mengandung senyawa metabolit sekunder)
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
a. Alat
1. Alat soklet
2. Pemanas air
3. Botol maserasi
4. Gelas ukur 250 mL
5. Gelas ukur 500 mL
6. Beaker glass 250 mL
7. Rotary evaporator
8. Corong
b. Bahan
1. Simplisia tanaman daun merkubung Macaranga gigantean
2. Etanol 70%
3. Kertas saring
4. Kapas
3.2 Skema Kerja

Serbuk daun merkubung

ditimbang 5 gram serbuk daun merkubung


yang telah di keringkan
dibungkus dengan kertas saring
ditutup ujung atas dan bawah dengan
kapas bebas lemak
dimasukkan kedalam alat soklet
dimasukkan etanol 96% sebanyak 150 mL

Filtrat Residuu

dipekatkan dengan rotary evaporator


diuapkan pelarut yang tersisa menggunakan waterbath
ditimbang persentase rendemen yang dihasilkan

Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan proses mengekstraksi senyawa dan bahan
alam. Sampel bahan yang digunakan adalah simplisia nabati dari daun
merkubung. Ekstraksi menurut depkes RI (2000) merupakan pemisahan secara
kimia atau fisika bahan suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan
tanaman obat. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibedakan
menjadi 2 cara yaitu cara dingin terdiri dari dua metode yaitu maserasi dan
perkolasi. Sedangkan cara panas terbagi menjadi 4 jenis yaitu refluks, sokletasi,
infuse dan dekokta.
Masing-masing metode ekstraksi memiliki perlakuan yang berbeda-beda.
Metode maserasi adalah proses untuk mengekstraksi simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pegocokan atau pengadukan pada
temperature ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat
berkhasiat yang tahan atau tidak tahan pemanasan. Perkolasi adalah metode
ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna (exhaustive extraction)
yang dilakukan pada temperatur ruangan dengan prinsip menempatkan serbuk
simplisia pada suatu bejana silinder yang bagian dibawahnya diberi sekat
berpori. Sedangkan untuk cara panas adalah refluks yaitu mengekstraksi
dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendinginan balik. Adapun
sokletasi yaitu metode mengekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadilah ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut yang relative untuk konstan dengan adanya pendingin
balik. Selain itu, ada digesti yaitu maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu
pada temperatur ruangan (kamar) yang umumnya pada temperature 40-50°C.
Sedangkan infusa ialah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature
penangas air mendidih 96-98 °C selama waktu tertentu (15-20 menit). Dan
dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama dan temperature sampai titik
didih air.
Dalam praktikum ini, metode ekstraksi yang digunakan adalah sokletasi.
Pertimbangannya adalah karena sampel simplisia terbatas dan hanya
memerlukan sedikit pelarut. Selain itu metode sokletasi memiliki keunggulan
berupa pelarut yang digunakan dalam proses mengekstraksi selalu baru karena
memakai alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu. Selain itu jumlah dari
pelarut relatif konstan karena adanya pendingin balik. Metode sokletasi
merupakan cara ekstraksi dengan pemanasan, pelarut yang digunakan akan
mengalami sirkulasi sehingga dapat memberikan hasil ekstrak akan lebih tinggi.
Oleh karena itu, metode sokletasi dipilih dan dianggap cocok untuk
mengekstraksi tanaman merkubung.
Pada gambar 1, berikut merupakan gambar alat sokletasi dengan bagian-
bagiannya:

Gambar 1. Komponen alat sokletasi

Berdasarkan gambar diatas, ada beberapa komponen alat sokletasi dan


fungsinya:
1. Kondensor berfungsi sebagai pendingin dan juga untuk mempercepat
proses pengembunan.
2. Timbal berfungsi sebagai wadah sampel yang ingin diambil zatnya.
3. Pipa F berfungsi sebagai jalannya uap bagi pelarut yang menguap dari
proses penguapan.
4. Sifon berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya
penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan satu
siklus.
5. Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya.
6. Hot plate berfungsi sebagai pemanas larutan.
Menurut Depkes RI (2010), klasifikasi ilmiah daun merkubung adalah :
Kingdom : plantae
(tidak termasuk) : Angiospermae
(tidak termasuk) : Eudikotil
(tidak termasuk) : rosidae
Ordo : Malpighidles
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga gigantea
Sampel yang digunakan dalam bentuk serbuk simplisia. Artinya sampel
setelah mengalami perlakuan-perlakuan tertentu sebelum diekstraksi. Simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan
yang dikeringkan. Sebelum ekstraksi, sampel melalui tahapan preparasi mulai
dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah atau pemilihan ketika tanaman
masih segar, pencucian untuk membersihkan kotoran yang masih melekat,
pengubahan bentuk atau perajangan untuk memperluas permukaan bahan
baku, pengeringan untuk menurunkan kadar air, dikering anginkan ataupun
melalui oven dengan suhu maksimum 60°C, lalu disortasi kering lalu
penghalusan menggunakan blender untuk menghasilkan serbuk. Serbuk daun
merkubung inilah yang digunakan dalam sokletasi. Berikut merupakan tabel
hasil ekstraksi Macaranga gigantea :
Tabel 2. Hasil sokletasi daun Macaranga gigantea

Perlakuan Hasil
Ditimbang sampel kering daun 5 gram
merkubung
Disokletasi sampel: 78°C (mulai 14:45)
 Siklus I 15.27 16 menit (menit ke 42)
 Siklus II 15.43 14 menit (menit ke 58)
 Siklus III 15.37 14 menit (menit ke 72)

 Siklus IV 16.11 13 menit (menit ke 88)

 Siklus V 16.40 15 menit (menit ke 99)

 Siklus VI 16.55 15 menit (menit ke 114)

Ekstrak yang diperoleh 114 mL

Proses ekstraksi pada bobot sampel seberat 5 gram serbuk daun


merkubung menggunakan pelarut etanol 96%. Sokletasi merupakan penyarian
sampel secara berkesinambungan, pelarut dipanasakan hingga menguapkan
uap cairan pelarut lalu terkondensasi menjadi molekul air oleh pendingin
(kondensor), lalu turun untuk mengekstrak sampel dalam ruang soklet dan
masuk kembali melalui pipa sipon, ekstraksi dilakukan untuk menarik semua
komponan kimia yang terdapat pada daun merkubung. Pelarut yang digunakan
adalah etanol 96%, karena pertimbangan bahwa etanol dapat menarik semua
senyawa dari polar maupun non polar. Bentuk sampel dalam bentuk serbukpun
ditunjukkan agar pertikel sampel daun merkubung menjadi lebih kecil sehingga
luas permukaan akan menjadi lebih besar yang dapat menyebabkan akan lebih
banyak ekstrak yang terambil. Pelarut yang terekstrak lama kelamaan akan
memenuhi sipon dan jika sipon telah terisi penuh maka pelarut akan jatuh
kembali pada labu alas bulat bersama ekstrak sampel. Proses ekstraksi ini
terjadi secara berulang ulang dan selama proses tersebut serbuk daun
merkubung akan terus terekstraksi. Semakin banyak jumlah frekuensi ekstrak
yang dilakukan maka semakin banyak yang akan terekstrak dari sampel.

Pada proses ekstraksi dengan sokletasi ini digunakan sebanyak 6


siklus. Hubungan antara siklus dan waktu dapat dilihat pada gambar 2.

pengaruh banyaknya siklus


terhadap waktu sokletasi
20
waktu (menit)

15
pengaruh
10 banyaknya siklus
terhadap waktu
5 sokletasi
0 y = 1.885x + 5.4
0 2 4 6 8 R² = 0.973
siklus

Gambar 2. Hubungan antara jumlah siklus dan waktu sokletasi

Dari grafik dapat diketahui bahwa persamaan regresi linier dari


hubungan antara jumlah siklus dengan waktu yang diperlukan adalah y =
1.885x + 5.4 dengan nilai R² = 0.973. Hal ini digunakan untuk menunjukkan
analisis korelasi mengenai ada tidaknya pengaruh dari variabel. Variabel yang
diamati yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam percobaan ini variabel
bebasnya adalah jumlah siklus dan variabel terikatnya adalah waktu. Hasil
yang diperoleh dari R2 adalah 0,973 , nilai yang di dapatkan ini mendekati satu.
Artinya, ada hubungan yang linear antara variabel bebas berupa jumlah siklus
pada saat ekstraksi dengan variabel terikat berupa waktu yang diperlukan.
Semakin mendekati nilai 1 maka hasil regresi linear akan semakin baik.
Sehingga diketahui bahwa tidak ada pengaruh, dengan semakin banyak jumlah
siklus maka semakin lama waktu yang diperlukan, dan waktu yang diperlukan
tersebut menunjukkan hubungan yang jauh dari garis linear.
Siklus pertama terjadi pada menit ke-16, sedangkan siklus ke-2, ke-3,
ke-4 ke-5 dan ke-6 terjadi pada menit ke-14, ke-14, ke-13, ke-15, dan ke-15.
Siklus pertama terjadi lebih lama jika dibandingkan dengan siklus-siklus
berikutnya dikarenakan sebelum terjadi siklus pertama, harus dilakukan
pemanasan terlebih dahulu terhadap pelarut hingga pelarut dapat menguap
dan selanjutnya dapat mengekstraksi senyawa-senyawa yang terkandung di
dalam sampel padat.
Ekstraksi dengan sokletasi hanya dilakukan sebanyak 6 (enam) siklus
dan mendapatkan ekstrak sebesar 114 mL. Lalu ekstrak yang diperoleh ini
dipekatkan dengan rotary evaporator. Rotary evaporator adalah alat yang
digunakan untuk penguapan pelarut yang efisien sehingga diperoleh ekstrak
kental. Komponen utamanya terdiri dari pipa vakum, pengontrol labu evaporasi,
kondensor, dan labu penampung hasil kondensasi. Prinsip kerja rotary
evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan
pemanasan yang dipercepat oleh perputaran labu. Cairan penyari dapat
menguap 5 – 10 ºC di bawah titik didih dari pelarutnya disebabkan karena
adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
penyari akan menguap naik ke kondensator dan mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu penampung.
Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut didalamnya
tanpa menggunakan pemanasan yang tinggi. Berikut merupakan tabel hasil
evaporasi ekstrak etanol Macaranga gigantea
Tabel 3. Hasil evaporasi etanol Macaranga gigantea

Perlakuan Hasil

Di evaporasi dengan rotary evaporator Suhu 39ºC, rotasi 125

Hasil evaporasi

- Berat beaker glass 63,92 gram


- Berat beaker glass + ekstrak kental
64,59 gram
- Berat ekstrak kental
0,67 gram

Dari sebanyak 114 mL ekstrak cair yang didapatkan, setelah dipekatkan


dengan rotary evaporator diperoleh ekstrak kental sebesar 0,67 gram. Sehingga
dapat diketahui rendemen ekstrak yang didapatkan sebesar 13,4 %. Nilai %
rendemen yang di peroleh ini <50% sehingga dapat dikatakan bahwa hanya
sedikit senyawa yang ikut terekstrak oleh pelarut yang di gunakan. Factor
penyebabnya dapat dikaitkan dengan jumlah siklus yang dilakukan. Idealnya
proses ekstraksi dengan sokletasi dilakukan sebanyak 12 siklus, namun dalam
percobaan hanya 6 siklus. Jumlah siklus berpengaruh terhadap banyaknya zat
yang didapatkan. Pelarut yang digunakan juga mempengaruhi proses ekstraksi,
meskipun pelarut yang digunakan adalah etanol 96 % yang memiliki sifat dapat
menarik semua zat yang terdapat dalam sampel. Hasil ekstrak kental daun
merkubung secara organoleptik terlihat berwarna hijau kehitaman namun
dengan aroma samar. Sehingga dapat diketahui bahwa ekstrak daun
merkubung hanya menghasilkan rendemen yang rendah sebesar 13,4 % karena
pengaruh faktor seperti yang dinyatakan Daryono, et al (2015) bahwa jenis
pelarut dan waktu ekstraksi mempengaruhi rendemen yang didapat. Semakin
lama waktu ekstraksi maka akan semakin banyak rendemen yang akan
didapatkan.
V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
1. Cara mengekstraksi senyawa dari bahan alam adalah dimulai dengan
pengambilan sampel tumbuhan dan dilanjutkan dengan pemilihan metode
ekstraksi hingga di dapatkan ekstrak yag diinginkan. Dengan di ketahuinya
senyawa aktif yang di kandung simplisia akan mempermudah pemilihan
pelarut pada ekstraksi yang tepat.
2. Metode yang tepat digunakan untuk mengekstraksi senyawa bahan alam ada
2 cara yaitu, cara panas terdiri dari : refluks, sokletasi, digesti, infusa,
distilasi dan dekok. Cara dingin terdiri dari : maserasi dan perkolasi
3. Pelaratan yang dapat digunakan untuk mengekstraksi adalah rotary
evaporator dengan prinsip utama pada penurunan tekanan.
DAFTAR PUSTAKA

Daryono, E.D., F.A. Trilaksonodan l. Walianti. 2015. Ekstraksi Minyak Atsiri


Jahe Merah Dengan Variasi Jenis Pelarut dan Waktu Ekstraksi.
Seminar Nasional Teknologi. Vol 1 (1) : 763 – 769.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
Direktorat Jenderal POM RI.
Fissy, S.O.N., R. Sari dan L. Pratiwi. 2014. Efektifitas Gel Anti Jerawat Ekstrak
Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum)
Terhadap Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. Vol 12 (2) : 193 – 201.
Handrianto, Prasetyo. 2016. Uji Anti bakter Ekstrak Jahe Merah
(Zingiberofficinale Var. Rubrum) Terhadap Staphylococcus aureusdan
Escherichia coli. Journal of Research and Technologies. Vol 2 (1) : 1 – 4.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta : UGM
Press.
LAMPIRAN

A. PERHITUNGAN
1. Bobot Ekstrak Kental
- Berat beaker glass : 63,92 gram
- Berat beaker glass + ekstrakkental : 64,59 gram
- Bobot ekstrak kental
= Bobot beaker berisi ekstrak kental – berat beaker
= 64,59 gram – 63,92 gram
= 0,67 gram
2. Rendemen Ekstrak
- Bobot serbuk daun merkubung : 5 gram
- Bobot ekstrak kental : 0,67 gram
bobot awal serbuk
- % Rendemen = x 100 %
bobot akhir ekstrak
0,67
= x 100 %
5

= 13,4 %

You might also like