You are on page 1of 10

Hasnah dan Susanna (2010) J.

Floratek 5: 103 - 112

APLIKASI PUPUK HAYATI DAN KANDANG UNTUK


PENGENDALIAN LALAT BIBIT PADA TANAMAN KEDELAI

Application of Biofertilizer and Manure to Control Bean Fly in Soybean

Hasnah* dan Susanna

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Unsyiah, Banda Aceh

ABSTRACT

The objectives of this research were to find out dosages of biofertilizer and
manure which was the most effective to control bean fly (A. phaseoli). This
research was carried out at Cot Cut Village, District of Kuta Baro, Aceh Besar,
from September to December 2008. This research used a factorial randomized
complete block design with two factors: biofertilizer (H) and manure (K). Dosages
of biofertilizer were H1= 2,8 L ha-1, H2= 3,5 L ha-1, H3= 4,2 L ha-1, and H4= 4,9 L
ha-1. Dosages of manure fertilizer were K1= 2,8 ton ha-1, K2= 5,6 ton ha-1 and K3=
8,4 ton ha-1. The result showed that application of biofertilizer was more effective
than that of manure fertilizer to percentage rates of the attacked plant. However,
both biofertilizer and mature fertilizer exerted significant effects to percentage of
plant death, plant dwarf, number of larva and pupa, and dry seed weight per plant.
Application of biofertilizer at 4,9 L ha-1 and manure fertilizer at 8,4 ton ha-1
reduced percentages of plant death up to 86% and 83%, respectively.

Keywords: A. phaseoli, biofertilizer, manure fertilizer, and soybean

PENDAHULUAN Ambang ekonomi dari serangan A.


phaseoli adalah 2 imago/50 tanaman
Agromyza (Ophiomyia) pha- atau intensitas serangan 2 % pada
seoli Tryon adalah lalat bibit yang tanaman yang berumur 10 hari
termasuk dalam ordo 1Diptera dan setelah tanam (Wiriadiwangsa, 2008).
famili Agromyzidae. Lalat ini me- Serangan lalat bibit ini dapat
rupakan hama yang menyerang bibit terjadi segera setelah tanaman
tanaman kedelai. Penyebarannya muncul di atas permukaan tanah.
mulai dari Indonesia,Asia Selatan, Gejala serangan mula-mula berupa
Australia dan Samudera Pasifik bintik-bintik putih pada keping biji,
(Kalshoven, 1981). Hama ini daun pertama atau daun kedua di
termasuk hama penting yang sekitar pangkal daun. Bintik-bintik
mengganggu pertumbuhan tanaman putih tersebut merupakan bekas
kedelai dan merupakan satu kendala tusukan alat peletak telurnya
utama yang dihadapi dalam (Tengkano & Soehardjan, 1985),
peningkatan produktivitas kedelai di serta cairan yang keluar dari lubang
Indonesia (Halim et al., 2004). tusukan merupakan bahan pakan
imago (Tengkano, 2003).
*
penulis korespondensi

103
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

Usaha yang telah dilakukan akhirnya dapat berinteraksi dengan


dalam mengendalikan serangan hama sifat-sifat fisik dan kimia media
ini adalah dengan pemakaian insek- tumbuh (tanah). Mikroorganisme
tisida. Namun perlu disadari bahwa yang umum digunakan sebagai bahan
penggunaan insektisida dapat menim- aktif pupuk hayati ialah mikroba
bulkan resistensi dan resurjensi penambat nitrogen, pelarut fosfat dan
terhadap serangga hama, dan bahkan pemantap agregat (Subba Rao, 1982).
berdampak negatif terhadap ling- Penelitian Saraswati (1999) pada
kungan lainnya. Untuk menghindari tanaman kedelai menunjukkan
kelemahan penggunaan insektisida adanya peningkatan serapan P (dari
perlu dikembangkan konsep pengena- 3.00 menjadi 3.30 mg pot-1) dan N
dalian hama terpadu (PHT). Salah (dari 65.40 menjadi 65.80 mg pot-1)
satu komponen dari PHT adalah yang diinokulasi dengan fungi
pemupukan yang berimbang dan Aspergillus sp. Hasil penelitian
berwawasan lingkungan ( Untung, tersebut memberikan indikasi bahwa
2006 ). penggunaan pupuk berbasis mikro-
Berawal dari permasalahan organisme dapat memperbaiki atau
tersebut perlu dikembangkan suatu memulihkan kondisi fisik, kimia, dan
teknologi yang sesuai dengan biologi tanah serta dapat
lingkungan, dan mengikuti kaidah meningkatkan hasil tanaman. Unsur
konservasi serta mampu mendukung fosfat berperan menjaga keseim-
pencapaian produksi optimum yang bangan dari efek pemberian nitrogen
aman terhadap lingkungan. Salah satu yang berlebihan, merangsang
langkah efektif yang dapat pembentukan jaringan, dan memper-
dikembangkan adalah pemanfaatan kuat dinding sel sehingga diyakini
pupuk hayati dan pupuk kandang dapat membuat tanaman menjadi
sebagai metode pengendalian hama tahan terhadap serangan hama
secara preventif. (Buckman & Brady, 1982; Soepardi,
Menurut hasil penelitian di 1983)). Selanjutnya De Data (1987)
Amerika, pemupukan berimbang menambahkan bahwa, peran unsur
antara kandungan N,P, dan K dapat fosfat sebagai pendorong perkem-
meningkatkan ketahanan tanaman bangan akar, sedangkan unsur kalium
gandum terhadap serangan hama berperan meningkatkan respons
penggerek batang. Sebaliknya apabila tanaman terhadap fosfat, serta
pemupukan Nitrogen yang lebih mempunyai peranan penting dalam
banyak, tanaman menjadi lebih peka proses-proses fisiologi tanaman,
terhadap serangan penggerek batang. termasuk membuka dan menutup
Pemupukan yang berimbang stomata dan ketahanan terhadap
merupakan upaya mengubah toleransi kondisi iklim yang tidak mengun-
tanaman terhadap serangan hama, tungkan.
sehingga hal ini termasuk dalam Dalam penelitian ini
ketahanan ekologi (Untung, 2008). digunakan pupuk hayati yang
Pupuk hayati mengandung mengandung : Azotobacter sp 2,0 x
mikroorganisme bermanfaat untuk 105 -107 sel ml-1, mikroba pelarut
meningkatkan kesuburan tanah dan fosfat 3,0 x 105 -107 sel ml-1,
kualitas hasil tanaman, yaitu melalui Azospirillum sp. 2,3 x 105 -108 sel
peningkatan aktivitas biologi yang ml-1, mikroba pendegradasi selulosa
104
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

3,5 x 104 -107 sel ml-1 dan unsur hara Jaya Kabupaten Aceh Besar, Dimulai
P =34,70 ppm; K = 1700 ppm; C dari bulan September sampai
organik = 0,92%; N =0,04%; Fe Desember 2009.
=44,3 ppm; Mn =0,23 ppm; Cu =0,85 Bahan-bahan yang digunakan
ppm dan Zn =3,7 ppm (Simalongo, adalah benih kedelai varietas
2008). Grobogan, pupuk hayati, pupuk
Selanjutnya penggunaan kandang, pupuk Urea, SP 18, KCl,
pupuk kandang dalam penelitian ini dan tali rafia. Alat-alat yang
adalah untuk memperbaiki sifat fisik, digunakan adalah traktor, cangkul,
kimia dan biologi tanah serta sebagai parang, timbangan, gembor, ember,
sumber unsur hara nitrogen bagi meteran, gelas ukur, dan kaca
tanaman. Kandungan hara dalam pembesar.
pupuk kandang sapi antara lain Penelitian ini disusun dalam
adalah N =0,65 ppm; P =0,15 ppm; K Rancangan Acak Kelompok (RAK)
=0,30 ppm; Ca =0,12 ppm; Mg =0,10 faktorial yang terdiri dari dua faktor
ppm; S =0,09 ppm dan Fe =0,004 yaitu faktor pupuk hayati (H) dan
ppm (Hartatik & Widowati, 2006). pupuk kandang (K).
Pupuk hayati dan pupuk Faktor dosis pupuk hayati
organik berdaya ameliorasi ganda terdiri dari empat taraf (Tiens Golden
dengan berbagai proses yang saling Harvest, 2009), yaitu :
mendukung, bekerja menyuburkan H1 = 2,8 L Ha-1 ( 2 ml bedeng-1 dalam
tanah dan sekaligus mengonversi 3 L air )
tanah serta menyehatkan ekosistem H2 = 3,5 L Ha-1 ( 2,5 ml bedeng-1
tanah, dan menghindari pencemaran dalam 3 L air )
lingkungan. H3 = 4,2 L Ha-1 ( 3 ml bedeng-1 dalam
Tujuan dari penelitian ini 3 L air )
adalah untuk mendapatkan dosis H4 = 4,9 L Ha-1 ( 3,5 ml bedeng-1
pupuk hayati dan pupuk kandang dalam 3 L air )
yang efektif untuk pengendalian Faktor pupuk kandang terdiri
secara preventif terhadap serangan dari tiga taraf yaitu :
lalat bibit (A. phaseoli) pada tanaman K1 = 2,8 Ton Ha-1 (2 kg/ bedeng)
kedelai. K2 = 5,6 Ton Ha-1 (4 kg/ bedeng)
Penelitian ini dimaksudkan K3 = 8,4 Ton Ha-1 (6 kg/bedeng)
juga untuk memasyarakatkan peng- Dengan demikian, ada 12
gunaan pupuk hayati dan pupuk perlakuan kombinasi, masing-masing
kandang dalam pengendalian secara diulang sebanyak 3 kali sehingga
preventif terhadap hama tanaman, didapat 36 satuan percobaan.
khususnya lalat bibit (A. phaseoli) Data hasil penelitian pada
pada tanaman kedelai, sekaligus setiap perlakuan dianalisis dengan
menjaga kelestarian lingkungan dan sidik ragam dan jika terdapat
dapat tercipta pertanian yang perbedaan nyata pada uji F, maka
berkelanjutan. analisis dilanjutkan dengan Uji
Duncan New Multiple Range Test
METODE PENELITIAN (DNMRT) pada taraf 5% (Gomes &
Gomes, )
Penelitian ini dilaksanakan di Susunan kombinasi perlakuan
Desa Cot Cut Kecamatan Barona dapat dilihat pada Tabel 1.
105
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan pemberian pupuk kandang dan pupuk


hayati
Simbol Perlakuan

K1H1 2 kg kandang dan 2 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K1H2 2 kg kandang dan 2,5 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K1 H3 2 kg kandang dan 3 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K1 H4 2 kg kandang dan 3,5 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K2 H1 4 kg kandang dan 2 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K2 H2 4 kg kandang dan 2,5 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K2 H3 4 kg kandang dan 3 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K2 H4 4 kg kandang dan 3,5 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K3 H1 6 kg kandang dan 2 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K3 H2 6 kg kandang dan 2,5 ml pupuk hayati dalam 3 L air bedeng-1

K3 H3 6 kg kandang dan 3 ml pupuk hayati dalam3 L air bedeng-1

K3 H4 6 kg kandang dan 3,5 ml pupuk hayati dalam3 L air bedeng-1

Pelaksanaan Penelitian (10 gram bedeng-1) (Adi Sarwanto,


Persiapan Lahan 2005).
Pengolahan tanah dilakukan
sebanyak dua kali atau sampai Pemberian pupuk kandang
tanahnya menjadi gembur serta Aplikasi pupuk kandang
dibersihkan dari sisa sampah tanaman menurut perlakuan dosis dan
sebelumnya. Kemudian dibuat dilakukan pada 10 hari sebelum
bedeng ukuran petak percobaan 1,5 tanam, dengan cara disebarkan lalu di
x 1 meter sebanyak 36 petak. di aduk merata.
antara satu petak dengan yang lain
dibatasi oleh parit dengan ukuran 20 Aplikasi Pupuk Hayati
cm dan jarak antara satu ulangan Aplikasi pupuk hayati
dengan ulangan yang lain dibatasi menurut perlakuan dosis dan
oleh parit dengan ukuran 50 cm. dilakukan pada 5 hari sebelum tanam
Setelah itu diberikan pupuk dasar sesuai dengan perlakuan. Aplikasi
yaitu pupuk Urea 50 kg Ha-1 (7,5 selanjutnya dilakukan 30 HST dan 45
gram bedeng-1), SP18 120 kg Ha-1 (18 HST sesuai dengan perlakuan.
gram bedeng-1) dan KCl 70 kg ha-1

106
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

Penanaman dan pupanya dan dirata-ratakan


Sebelum ditanam, terlebih jumlahnya per tanaman.
dahulu benih disortir. Benih ditanam
dengan cara penugalan sedalam 2 cm 3. Persentase tanaman mati
dengan jarak tanam 20 x 20 cm Persentase tanaman mati
sehingga jumlah tanaman menjadi 40 diamati pada 20 HST, dengan
tanaman petak-1. Setiap lubang diisi 3 mengamati jumlah tanaman yang
butir benih kedelai. mati di setiap petak perlakuan.
Perhitungan persentase ta-
Pemeliharaan tanaman naman mati menggunakan rumus :
Penyiangan gulma dilakukan
a
apabila ditemukan gulma di petak P = x100%
percobaan. Untuk menjaga kelem- b
baban tanah dilakukan penyiraman P : Persentase tanaman mati
pada pagi dan sore hari kecuali hari a : Jumlah tanaman mati
hujan. b : Jumlah tanaman keseluruhan
Peubah yang di amati 4. Persentase tanaman kerdil
Peubah yang diamati adalah Perhitungan persentase ta-
sebagai berikut : naman kerdil menggunakan rumus :
1. Persentase tanaman yang
terserang a
Persentase tanaman yang P = x100%
b
terserang diamati sebanyak 7 kali
yaitu pada 10, 11, 12, 13, 14, 15 dan P : Persentase tanaman kerdil
16 HST, dengan mengamati bintik- a : Jumlah tanaman kerdil
bintik cokelat pada keping biji dan b : Jumlah tanaman keseluruhan
daun pertama.
Perhitungan persentase ta-
naman yang terserang menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
rumus :
Persentase Tanaman Terserang
a Hasil analisis ragam menun-
P = x100%
b jukkan bahwa aplikasi pupuk hayati
dan pupuk kandang tidak ber-
P : Persentase tanaman yang pengaruh nyata terhadap tanaman
terserang terserang pada pengamatan 10 dan 11
a : Jumlah tanaman yang terserang HST. Pada pengamatan 12,13,14,15
b : Jumlah tanaman keseluruhan dan 16 HST aplikasi pupuk hayati
berpengaruh nyata terhadap rata-rata
2. Populasi larva dan pupa O. persentase tanaman terserang, tetapi
phaseoli per tanaman aplikasi pupuk kandang tidak
Jumlah larva dan pupa yang berpengaruh nyata. Rata-rata per-
ada dalam batang tanaman diamati sentase tanaman terserang akibat
pada 20 HST, dengan mencabut serangan A. phaseoli dapat dilihat
tanaman yang layu dan mati, pada Tabel 2.
kemudian dibelah lalu dihitung larva

107
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

Tabel 2. Rata-rata persentase tanaman terserang A. phaseoli akibat aplikasi pupuk


hayati dan kandang pada pengamatan 10, 11, 12, 13, 14, 15 dan 16 HST
Persentase Tanaman Terserang
Perlakuan
10 HST 11 HST 12 HST 13 HST 14 HST 15 HST 16 HST
Pupuk Hayati (ml bedeng-1)
H1 (2) 9,17 14,17 19,17 b 30,00 c 32,50 c 33,33 c 34,17 c
H2 (2,5) 8,61 13,61 17,78 ab 28,61 c 30,56 b 31,39 b 32,22 b
H3 (3) 8,89 12.78 16,67 a 26,94 b 29,72 b 30,28 b 30,56 b
H4 (3,5) 8,06 13.33 16,11 a 23,61 a 27,78 a 27,78 a 27,78 a
Pupuk Kandang (kg bedeng-1)
K1 (2) 8,75 14,38 17,71 27,71 30,63 31,25 31,88
K2 (4) 8,96 13,13 17,29 27,29 30,00 30,42 31,04
K3 (6) 8,33 12,92 17,29 26,88 29,79 30,42 30,63
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata DNMRT pada taraf 0,05. (Data
ditransformasi dengan ArcSin √x).

Pada Tabel 2 dapat dilihat Akan tetapi, pada pengamatan


bahwa rata-rata persentase tanaman berikutnya aplikasi pupuk hayati
terserang akibat aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap persen-
tidak berbeda nyata di antara taraf tase tanaman terserang. Hal ini
perlakuan pada pengamatan 10 dan disebabkan pupuk hayati yang
11 HST, tetapi berbeda nyata di mengandung mikrobia pelarut fosfat
antara taraf perlakuan terhadap sudah berperan sehingga unsur hara P
persentase tanaman terserang pada dan K sudah berfungsi dalam proses
pengamatan 12,13,14,15 dan 16 HST. pertumbuhan jaringan tanaman,
Sebaliknya, aplikasi pupuk kandang sehingga tanaman lebih tahan ter-
tidak berbeda nyata di antara taraf hadap serangan hama. Hal ini sesuai
perlakuan terhadap persentase dengan pendapat Sunjaya (1970)
tanaman terserang pada semua waktu bahwa tanaman yang kekurangan
pengamatan. unsur hara P dan K akan menjadi
Hal ini terjadi karena pada lebih peka terhadap serangan hama.
awal pengamatan keadaan tanaman Aplikasi pupuk kandang tidak
masih sangat muda dan jaringan berpengaruh nyata terhadap peubah
selnya masih lunak, sehingga proses persentase tanaman terserang sampai
peletakan telur dari lalat A. phaseoli pengamatan terakhir. Hal ini disebab-
ke bagian bawah lapisan epidermis kan semua media tumbuh tanaman
dari keping biji tidak ada hambatan. masih memberikan pengaruh yang
Akibatnya, gejala serangan yang sama terhadap pertumbuhan dan
timbul pada tanaman belum kerentanan dari serangan hama.
dipengaruhi oleh aplikasi pupuk
hayati dan pupuk kandang. Tanaman Persentase tanaman mati dan
pada fase bibit merupakan stadia kerdil
yang paling peka terhadap serangan Hasil analisis ragam menun-
hama, namun semakin tua toleransi jukkan bahwa aplikasi pupuk hayati
tanaman terhadap serangan hama berpengaruh nyata terhadap persen-
semakin tinggi (Untung, 2006). tase tanaman mati dan kerdil, tetapi

108
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

aplikasi pupuk kandang tidak pupuk kandang dapat dilihat pada


berpengaruh nyata. Rata-rata Tabel 3.
persentase tanaman mati dan kerdil
akibat aplikasi pupuk hayati dan

Tabel 3. Rata-rata persentase tanaman mati dan kerdil akibat aplikasi pupuk hayati
dan pupuk kandang
Perlakuan Persentase tanaman mati Persentase Tanaman Kerdil
Pupuk Hayati (ml bedeng-1)
H1 (2) 19,17 c 0,83 a
H2 (2,5) 18,06 bc 3,33 b
H3 (3) 16,94 b 4,17 b
H4 (3,5) 13,89 a 3,33 b
Pupuk Kandang (kg bedeng-1)
K1 (2) 17,71 2.71
K2 (4) 17,08 2.92
K3 (6) 16,25 3.13
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
DNMRT pada taraf 0,05 (Transformasi √x)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dengan pendapat Ginting et al.


dilihat bahwa aplikasi pupuk hayati (2002) yang menyatakan bahwa hara
berbeda nyata di antara perlakuan fosfat diperlukan dalam proses
terhadap persentase tanaman mati metabolisme tanaman antara lain un-
dan kerdil, tetapi aplikasi pupuk tuk merangsang pertumbuhan tanam-
kandang tidak menunjukkan per- an, perkembangan akar, pembelahan
bedaan yang nyata. Persentase sel, memperkuat batang, mening-
tanaman mati tertinggi yaitu 19,17 katkan ke-tahanan terhadap rebah,
persen pada aplikasi pupuk hayati 2 memperbaiki kualitas dan memper-
ml bedeng-1 dan terendah yaitu 13,89 kuat daya tahan terhadap serangan
persen pada 3,5 ml bedeng-1. hama.
Sebaliknya, persentase Selanjutnya Untung ( 2006)
tanaman kerdil lebih rendah pada menambahkan bahwa, mekanisme
dosis pupuk hayati 2 ml bedeng-1. resistensi toleran terjadi karena
Sebagaimana diketahui bahwa pupuk adanya kemampuan tanaman tertentu
hayati mengandung mikroba pelarut untuk sembuh dari luka yang diderita
fosfat, sehingga meningkatkan karena serangan hama atau mampu
efisiensi serapan hara fosfat, dan tumbuh lebih cepat sehingga
membuat jaringan batang tanaman serangan hama kurang mem-
menjadi lebih kokoh serta mampu pengaruhi hasil. Hal ini merupakan
mengurangi kerusakan yang ditim- tanggapan tanaman terhadap
bulkan oleh hama. Hal ini termasuk serangan hama.
dalam ketahanan ekologi di mana Pada pengamatan ini pupuk
faktor lingkungan tertentu misalnya kandang belum berpengaruh nyata
pemupukan mendorong tanaman terhadap pertumbuhan tanaman. Hal
menjadi lebih mampu bertahan ini disebabkan tanaman masih
terhadap serangan hama. Sesuai berumur 20 hari. Jadi, media
109
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

tumbuhnya masih dalam keadaan penyediaan hara tanaman


optimum untuk semua perlakuan, (Simanungkalit et al., 2006).
baik sifat fisik maupun kimianya.
Pupuk organik dapat berperan Rata-rata Jumlah Larva dan Pupa
sebagai pengikat butiran primer Hasil analisis ragam me-
menjadi butiran sekunder tanah nunjukkan bahwa secara mandiri
dalam pembentukan agregat yang aplikasi pupuk hayati dan pupuk
mantap. Keadaan ini besar kandang berpengaruh nyata terhadap
pengaruhnya pada porositas, rata-rata jumlah larva dan pupa A.
penyimpanan dan penyediaan air, phaseoli per tanaman. Rata-rata
aerasi udara dan suhu tanah. Bahan jumlah larva dan pupa per tanaman
organik juga berperan sebagai akibat aplikasi pupuk hayati dan
sumber energi dan makanan mikroba pupuk kandang dapat dilihat pada
tanah, sehingga dapat meningkatkan Tabel 4.
aktivitas mikroba tersebut dalam

Tabel 4. Rata-rata jumlah larva dan pupa per tanaman akibat aplikasi pupuk hayati
dan pupuk kandang
Perlakuan Jumlah Larva dan Pupa
Pupuk Hayati (ml bedeng-1)
H1 (2) 5,63 c
H2 (2,5) 5.32 c
H3 (3) 4,39 b
H4 (3,5) 3,35 a
Pupuk kandang (kg bedeng-1)
K1 (2) 5,12 c
K2 (4) 4,71 b
K3 (6) 4,18 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
DNMRT pada taraf 0,05.

Pada Tabel 4 dapat dilihat menentukan jumlah hara yang


bahwa aplikasi pupuk hayati dan tersedia bagi tanaman, sehingga
pupuk kandang berbeda nyata di berpengaruh terhadap proses pem-
antara taraf perlakuan terhadap rata- bentukan jaringan tanaman. Sesuai
rata jumlah larva dan pupa per dengan pendapat Untung (2006)
tanaman. Rata-rata jumlah larva dan yang menyatakan bahwa, kehidupan
pupa per tanaman akibat aplikasi dan perkembangan serangga sangat
pupuk hayati terbanyak pada dosis 2 dipengaruhi oleh nutrisi yang tersedia
ml bedeng-1 dan paling sedikit pada di tanaman, sedangkan kondisi nutrisi
dosis 3,5 ml bedeng-1. Begitu juga tanaman dipengaruhi oleh pemu-
dengan aplikasi pupuk kandang, rata- pukan dan pengairan. Ketersediaan
rata jumlah larva dan pupa terbanyak dan proporsi unsur hara utama seperti
pada dosis 2 kg bedeng-1dan paling N, P dan K sangat mempengaruhi
sedikit pada dosis 6 kg bedeng-1. Hal kehidupan hama.
ini menunjukkan bahwa jumlah
mikroba dalam pupuk dapat
110
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

SIMPULAN Endah, J & Novidan. 2002.


Mengendalikan Hama dan Pe-
Pupuk hayati berpengaruh nyakit Tanaman. PT. Agromedia
nyata terhadap rata-rata persentase Pustaka. Jakarta.
tanaman terserang, tetapi aplikasi Iqbal, A. 2008. Potensi Kompos dan
pupuk kandang tidak berpengaruh Pupuk Kandang untuk Produksi
Padi Organik di Tanah Incep-
nyata. Kedua pupuk tersebut ber-
tisol. Jurnal Akta Agrosia
pengaruh nyata terhadap persentase Uol.11NO.1 halaman 13-18.
tanaman mati, tanaman kerdil, rata- Fakultas Pertanian Universitas
rata jumlah larva dan pupa per Soedirman Purwokerto.
tanaman dan bobot biji kering per Kalshoven. L. G. E. 1981. The Pest
tanaman. Aplikasi pupuk hayati of Crops in Indonesia. PT.
sebanyak 4,9 L ha-1 mampu menekan Ikhtiar Baru. Van Hoeve.
Jakarta.
tingkat persentase tanaman mati
Marwoto. 2007. Dukungan Pengen-
sampai 86 persen, dan aplikasi pupuk dalian Hama Terpadu dalam
kandang sebanyak 8,4 ton ha- mampu Program Bangkit Kedelai.
menekan persentase tanaman mati http://puslittan.bogor.net/berks_P
sampai 83 persen. DF/IPTEK/ 2007/ Nomor-1/06-
Marwoto.pdf. (Diakses 22
Agustus 2009).
Oka, I. N. 1995. Pengendalian Hama
DAFTAR PUSTAKA Terpadu dan Implementasinya di
Indonesia. Gadjah Mada Univer-
Adisarwanto, T. 2005. Budidaya de-
sity Press. Yogyakarta.
ngan Pemupukan yang Efektif
Rahayu, M & A. Hipi. 2007.
dan Pengoptimalan Peran Bintil
Teknologi Budidaya Intensif
Akar Kedelai. Penebar Swadaya.
pada Tanaman Kedelai.
Jakarta.
http://ntb.litbang.deptan.go.id/lip
Agricultural Growth Promoting Ino-
tan/tbk.pdf. (Diakses 28 Agustus
culant (AGPI). 2008. Pupuk
2009).
Hayati Golden Harvest.
Saraswati, R. 1999. Teknologi Pupuk
http://goldenharvests.blogspot.co
Mikroba Multiguna Menunjang
m/2008/09/pupuk-hayati-golden-
Keberlanjutan sistem kedelai.
harvest.html. (Diakses 12
Jurnal Mikrobiologi Indonesia.
September 2009).
4(1):1-9.
Agung, T & Rahayu, A.Y. 2004.
Saraswati, R. Dan Sumarno. 2008.
Analisis Efisiensi Serapan N,
Pemanfaatan Mikroba Penyubur
Pertumbuhan dan Hasil Bebe-
Tanah sebagai Komponen Tek-
rapa kultivar Kedelai Unggul
nologi Pertanian. Puslitbang.
Baru dengan Cekaman Ke-
Jakarta. J. Iptek Tanaman
keringan dan Pemberian Pupuk
Pangan 3(1): 41-54
Hayati. http://pertanian.uns.ac.
Setyorini, R Saraswati dan E. K.
id/~agronomi/agrosins vol%206-
Anwar.2006. Kompos, Pupuk
2/analisis_efisiensi_sern_pertum
Organik dan Pupuk Hayati. Balai
_totok.pdf. (Diakses 14
Besar Litbang Sumber Daya Per-
September 2009).
111
Hasnah dan Susanna (2010) J. Floratek 5: 103 - 112

tanian. Badan Penelitian dan Tengkano, W & M. Soehardjan.


Pengembangan Pertanian. Ja- 1985. Jenis Hama Utama pada
karta. Berbagai Fase Pertumbuhan Ta-
Simanungkalit, R.D.M. 2001. naman Kedelai. Dalam : S.
Aplikasi Pupuk Hayati dan Somaatmadja, M. Ismunadji,
Pupuk Kimia : Suatu Pendekatan Sumarno. M. Syam, S. O.
Terpadu. http://biogen.litbang. Manurung & Yuswandi
deptan.go.id/terbitan/pdf/agrobio (Penyunting). Kedelai. Pusat
_4_2_56-61.pdf. (Diakses 28 Penelitian dan Pengembangan
Oktober 2008). Pertanian Bogor. Bogor.
Simalongo, E. 2008. Pupuk Hayati Tengkano, W. 2003. Lalat Kacang,
Ramah Lingkungan, Menghemat Ophiomyia phaseoli (Diptera:
Pupuk Kimia Hingga 50%. Agromyzidae) pada Tanaman
http://iklanhouse.com/pupuk- Kedelai dan Cara Pengen-
revolusier-tiens-golden-harvest/. daliannya. Buletin Palawija. No.
(Diakses 28 Oktober 2008). 5 & 6: 43-56. Balai Penelitian
Steel, R.G.D.& J.H. Torrie. 1995. Tanaman Kacang-kacangan dan
Prinsip dan Prosedur Statistika. Umbi-umbian. Malang.
Gramedia Pustaka Utama. Wiriadiwangsa, D. 2008. Budi Daya
Jakarta. Kedelai di Lahan Kering.
Mulyani, S. 2002. Pupuk dan Cara http://www.puslittan.bogor.net/in
Pemupukan. Rineka Cipta. dex.php?bawaan=berita/fullteks_
Jakarta. berita&id_menu=3&id_submenu
Goeswono, S. 1999. Masalah Ke- =17&id=90. (Diakses 28
suburan Tanah dan Pupuk. PT. Agustus 2009).
Asdi Mahasatya.Jakarta Yuwono, N. W. 2006. Pupuk Hayati.
Tiens Golden Harvest. 2008. Tiens www.nasih.staff.ugm.ac.id.
Golden Harvest Pupuk Hayati (Diakses 28 Agustus 2009).
Ramah Lingkungan Pengetahuan
Dasar Untuk Aplikasi dan
Kalkulasi. Golden Harvest Sha-
ring Forum. Jakarta.

112

You might also like