Professional Documents
Culture Documents
net/publication/326831732
CITATIONS READS
0 36
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Abdur Rahman on 04 August 2018.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status mutu air di Waduk Riam
Kanan dilihat dari parameter fisik (Suhu dan Kecerahan) dan parameter kimia (pH,
DO, Total Posfat, Nitrat dan Amoniak) dengan menggunakan metode Indeks
Pencemaran (IP), mengetahui tingkat trofik di Waduk Riam Kanan dilihat dari
parameter Kecerahan, Total Posfat dan Total Nitrogen dan mengetahui pengaruh
kegiatan keramba jaring apung terhadap status mutu air Waduk Riam Kanan.
Dari hasil pengukuran mutu air metode IP sesuai dengan ketetapan KepMenLH
No. 115 Tahun 2003, status mutu air Waduk Riam Kanan baik stasiun 1, 2 dan 3
tergolong memenuhi baku mutu (kondisi baik), baik untuk kelas I, II, II maupun IV.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009
kriteria diketahui bahwa tingkat kesuburan pada stasiun 1, 2 dan 3 berada pada status
trofik yang sama yaitu oligotrof dilihat dari parameter rerata total N dan rerata total P.
Nilai thit nitrat (X1), total P (X2) dan amoniak (X3) untuk kelas I, II, III maupun IV
lebih kecil daripada ttabel pada taraf signifikasi 5% atau sig/.probability > 0,05 sehingga
terima H0 (Aktivitas KJA tidak berpengaruh terhadap status mutu air Waduk Riam
Kanan).
Kata Kunci : Indeks Pencemaran, Keramba Jaring Apung, Waduk Riam Kanan
ABSTRACT
This study aims to determine the status of water quality in the Riam Kanan Reservoir
seen from the physical parameters (Temperature and Brightness) and chemical parameters
(pH, DO, Total Phosphate, Nitrate and Ammonia) using Pollution Index (IP) method, knowing
3
trophic level in Riam Kanan reservoir seen from the parameter of Brightness, Total Phosphate
and Total Nitrogen and know the influence of floating net cage activity to water quality status
of Riam Kanan reservoir.
Of the result on measurement of IP method water quality which based on the, the
status of water quality in station 1, 2, and 3 was complied with water quality standard (good
condition), either for class I, II, III, or IV. Based on the regulation of the state minister for
environment Number 28 Year 2009 was found that the fertility level in station 1, 2, and 3 was
in the same trophic status, which was oligotrophic. The value of thit nitrate (X1), total P (X2)
and ammonia (X3) either for class I, II, III, or IV was lower than ttabel for significance in 5% or
sig/.probability > 0,05 which meant that H0 was accepted; KJA activities did not affect the
water quality status of Riam Kanan dam.
Key Words: Pollution Index, Floating net cage, Riam Kanan dam
4
Nida, dkk : Hubungan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran....
6
Nida, dkk : Hubungan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran....
Hasil
Hasil analisa kualitas air disajikan pada Tabel 4, hasil perhitungan IP Tabel 5,
hasil perhitungan korelasi Tabel 6, hasil perhitungan tingkat trofik Tabel 7 dan hasil
perhitungan thit disajikan pada Tabel 8.
Tabel 4. Hasil Analisa Kualitas Air di Waduk Riam Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar,Provinsi
Kalimantan Selatan
Kriteria Mutu Air
Sampling ke- Std.
Parameter Stasiun Rerata (PP 82 Tahun 2001) Keterangan
Deviasi
1 2 3 I II III IV
St 1 30,9 29,9 29,7 30,2 0,643
Suhu
St 2 32 30,4 29,7 30,7 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 5 Memenuhi kriteria kelas I, II, III dan IV 1,179
(o C)
St 3 27,2 26,3 29,4 27,633 1,595
pH St 2 7,8 8,15 7,87 7,94 (6 - 9) (6 - 9) (6 - 9) (5 - 9) Memenuhi kriteria kelas I, II, III dan IV 0,185
St 1 4,02 2,01 2,68 2,903 Memenuhu kriteria kelas III dan IV 1,023
DO
St 2 6,03 2,68 3,35 4,02 6 4 3 0 Memenuhu kriteria kelas II, III dan IV 1,773
(mg/)
St 3 6,03 7,83 2,68 5,513
7
Memenuhu kriteria kelas II, III dan IV 2,614
Indeks Pencemaran
St Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Nilai Keterangan Nilai Keterangan Nilai Keterangan Nilai Keterangan
Memenuhi
Memenuhi baku Memenuhi baku Memenuhi baku
baku mutu
1 0,512 mutu (Kondisi 0,514 mutu (Kondisi 0,515 mutu (Kondisi 0,474
(Kondisi
Baik) Baik) Baik)
Baik)
Memenuhi
Memenuhi baku Memenuhi baku Memenuhi baku
baku mutu
2 0,503 mutu (Kondisi 0,507 mutu (Kondisi 0,493 mutu (Kondisi 0,458
(Kondisi
Baik) Baik) Baik)
Baik)
Memenuhi
Memenuhi baku Memenuhi baku Memenuhi baku
baku mutu
3 0,452 mutu (Kondisi 0,460 mutu (Kondisi 0,445 mutu (Kondisi 0,415
(Kondisi
Baik) Baik) Baik)
Baik)
Sumber : Data Primer (2017)
Tabel 6. Hasil Penrhitungan Tingkat Trofik di Waduk Riam Kanan, Kecamatan Aranio,
Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan
Sampling ke- Rerata Sampling ke- Rerata
Stasiun Total P Total N Kriteria
Pembahasan1 2 3 (mg/L) 1 2 3 (mg/L)
8
Nida, dkk : Hubungan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran....
Pembahasan
Suhu Suh
Hasil rerata suhu di 3 stasiun 34 30,2 30,7
32 27,633
selama pengamtan jika dihubungkan 30
28
dengan kisaran suhu yang bisa 26
24
ditoleransi oleh ikan, maka suhu pada
St.1 1St.2
3 stasiun tersebut masih sesuai untuk
kehidupan ikan. Menurut Pujiastuti Gambar 1. Diagram Nilai Suhu Pada
dkk., 2013 ikan dapat tumbuh dengan Stasiun Pengamatan
baik dengan kisaran suhu 25-32 0C,
Nilai suhu di 3 stasiun selama
sehingga satasiun 1 dan 2 sebagai
pengamatan, yakni pada stasiun 1 dan
stasiun dengan budidaya KJA sangat
stasiun 2 tidak mengalami perbedaan
cocok. Nilai suhu berdasarkan PP No.
jauh namun untuk stasiun 3 berbeda
82 Tahun 2001 masih memenuhi baku
nyata. Hal tersebut karena pengukuran
mutu air baik kelas I, II, III maupun
suhu pada stasiun 1 dan 2 dilaksanakan
IV. Baku mutu kelas I,II dan III nilai
pada saat cuaca di lokasi cerah dan
suhu tidak lebih / kurang sebesar 3 dari
terik serta selama 3 kali pengulangan
suhu keadaan alamiahnya (deviasi 3),
pengukuran cuaca tidak pernah hujan.
sedangkan untuk baku mutu kelas IV
Rentang waktu pengukuran suhu untuk
nilai suhu tidak lebih / kurang sebesar
stasiun 1 dan 2, yakni pukul 11.00-
5 dari suhu keadaan alamiahnya
12.00 Wita, sedangkan rerata suhu
(deviasi 5). Menurut (Supenah dkk.,
pada stasiun 3 adalah yang terendah
2015), suhu normal air daerah tropis
dikarenakan pada saat pengulangan
(di alam) yang cocok untuk kehidupan
minggu ke-1 dan ke-2 di stasiun 3
hewan air dan organisme lainnya
cuaca hujan serta rentang pengukuran
berkisar 20 0C – 30 0C.
suhu pada pukul 15.00-16.00. Selain
itu suhu dipengaruhi oleh hilangnya
pelindung berupa pohon-pohon di
pinggiran waduk Riam Kanan karena
di konversi sebagai areal pemukiman.
9
Suhu stasiun 3 lebih rendah pada saat stasiun 3 tidak terdapat
temperaturnya karena berada pada aktifitas manusia khususnya KJA
areal yang masih alami, banyak pohon- sehingga air nya jernih tidak keruh.
pohon yang tinggi sehingga membuat Stasiun 1 dan 2 mengalami fluktuasi,
suhu air lebih rendah stasiun 1 kecerahan terendah diantara
ketiga stasiun karena stasiun 1
Kecerahan merupakan stasiun yang padat KJA
Baku mutu parameter
sedangkan stasiun 2 lebih tinggi
kecerahan air tidak ada pada PP No.82
kecerahannya dibandingkan stasiun 1
Tahun 2001, namun menurut
karena stasiun 2 KJA kepadatan
Pujiastuti., dkk (2013) dalam
sedang.
pemeliharaan ikan nilai kecerahan
Menurut (Pujiastuti dkk.,
yang baik ialah anatara 98,2 – 102 cm,
2013), penurunana nilai kecerahan
sehingga kecerahan perairan pada
pada perairan waduk disebabkan oleh
stasiun 1 sudah sesuai jika digunakan
akumulasi pakan ikan dan sedimentasi
untuk budidaya ikan. stasiun 1 dan 2
air waduk akibat erosi di daerah hulu,
sudah sesuai jika digunakan untuk
sehhingga pada stasiun1 dan 2 nilai
budidaya ikan.
kecerahan tidak setinggi pada stasiun
Kecerahan 3.
1,904 ±
1,580 ± 1,696
1,195 ±
3.0 0,925
0,890
2.7 Derajat Keasaman (pH)
2.4
2.1
1.8 Nilai pH di 3 stasiun pada
1.5
1.2 waduk riam kanan termasuk basa,
0.9
0.6
0.3 namun kisaran pH tersebut masih layak
0.0
1 bagi kehidupan organisme akuatik.
St.1 St.2
Menurut (Effendi, 2003), kisaran nilai
Gambar 2. Diagram Nilai Kecerahan pH 6 - 9,5 adalah kisaran pH yang
Pada Stasiun cocock bagi kehidupan organisme
Pengamatan
perairan. Hasil rerata pengkuran pH di
Hasil pengukuran rerata 3 stasiun berkisar antara 7,940 – 8,153,
kecerahan tertinggi di lokasi penelitian maka nilai tersebut masih memenuhi
terdapat pada stasiun 3, dikarenakan baku mutu air baik kelas I, II, III
10
Nida, dkk : Hubungan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran....
maupun IV PP No. 82 Tahun 2001. pH < 7 dan jika nilai pH > 7 maka
Yang mana maksimal nilai pH di 3 bersifat basa.
stasiun tidak ada yang < 6 maupun > 9. Pakan ikan yang mengandung
Menurut (Effendi, 2003), pH protein tidak termakan oleh ikan
6-9 adalah kisaran pH yang baik bagi menyebabbkan penumpukan di
kehidupan organisme perairan. Hasil perairan dan melalui proses
rerata pengkuran pH di 3 stasiun penguraian. Proses penguraian
berkisar antara 7,940 – 8,153, maka tersebut, yakni, protein akan terurai
nilai tersebut masih memenuhi baku menjadi amoniak dan ammonium yang
mutu air baik kelas I, II, III maupun IV mana merupakan senyawa basa. Sisa
PP No. 82 Tahun 2001. Yang mana metabolisme berupa feses yang juga
maksimal nilai pH di 3 stasiun tidak mengandung amoniak, akan terbuang
ada yang < 6 maupun > 9. Hasil dan menumpuk di dasar perairan
pengukuran pH di 3 stasiun nilainya sehingga membuat pH perairan
tidak memiliki perbedaan jauh. Hasil menjadi basa (Elfrida, 2011).
pH di 3 stasiun penelitian termasuk
Oksigen Terlarut (DO)
basa.
Menurut (Ali dkk., 2013), jika
Derajat Keasaman
8,153 ± 7,940 ± suatu perairan perairan kadar oksigen
0,248 0,185 8,043 ±
0,191
10 terlartutnyta > 5 mg/L dapat maka
9
8 dapat dikatakan sebagai perairan yang
7
6
5 baik dan tingkat pencemarannya
4
3
2
1 rendah jika kadar oksigen terlartutnyta
0
1 > 5 mg/L. Selain itu, menurut Elfrida
St.1 St.2 st3
(2011), untuk kelayakan kehidupan
Gambar 3. Diagram Nilai pH Pada
ikan di perairan kisaran kadar DO yang
Stasiun Pengamatan
dibutuhkan di atas 5 mg/L. Maka
stasiun 1 dan 2 dikatakan tercemar dan
tidak layak untuk kehidupan ikan
Menurut Effendi (2003),
sedangkan stasiun 3 termasuk perairan
kondisi perairan asam memiliki nilai
yang baik dan layak untuk kehidupan
11
ikan. Hasil pengukuran DO di 3 satsiun rumah-rumah warga yang berada di
menurut PP No. 82 Tahun 2001, yakni sekitar waduk sehingga DO
DO stasiun 1 tidak memenuhi baku dipengaruhi oleh limbah pakan dan
mutu air kelas I dan II, namun kegiatan manusia, sedangkan stasiun 3
memenuhi untuk kelas III dan IV DO > 5 mg/L karena stasiun 3 tidak
menurut PP No. 82 Tahun 2001, terdapat KJA serta tidak adanya
sedangkan stasiun 2 dan 3 hanya tumbuhan air pada stasiun tersebut.
memenuhi baku mutu air baik kelas II, Menurut Fitra (2008), Tingginya nilai
III dan IV PP No. 82 Tahun 2001. DO berkaitan erat dengann tumbuhan
air yang ada di perairan.
Oksigen Terlarut Pakan yang terurai di perairan
5,513 ±
8 4,020 akan meningkatn kadar amoniak dan
6 2,903
secara tidak langsung akan
4
2 menurunkan kandungan oksigen
0 terlatrut, sebab kandungan DO
1
St.1 St.2 St.3 berbanding terbalik dengan konsentrasi
amoniak (Elfrida, 2011). Pada stasiun
Gambar 4. Diagram Nilai DO Pada 1 dan 2 Kandungan DO memberikan
Stasiun Pengamatan
gambaran bahwa secara umum stasiun
1 dan 2 sudah tercemar oleh bahan
Hasil pengukuran DO
organik yang disebabbkan adanya
mengalami peningkatan dari stasiun 1
limbah domestik dan kegiatan KJA.
hingga stasiun 3. stasiun 1 merupakan
Menurut Kordi dan Tancung (2007),
stasiun dengan DO terendah sebab
Laju konsumsi oksigen pada budidaya
merupakan wilayah padat KJA. Pada
KJA dua kali lebih tinggi daripada laju
stasiun 2 juga tergolong rendah karena
konsumsi oksigen di perairan yang
nilai DO dibawah 5 mg/L. Menurut
tidak terdapat KJA sehingga nilai DO
(Ali dkk., 2003), Penurunan nilai DO
pada stasiun 1 dan 2 cenderung rendah.
merupakan adanya pembuangan
limbah domestik dan aktivitas
perikanan di sekitar perairan. Pada
stasiun 1 dan 2 terdapat KJA serta
12
Nida, dkk : Hubungan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran....
13
intensif merupakan faktor rendahnya
Nitrat
2,333 suatu kadar nitrat di perairan.
±
4.80 1,500 ±
4.20 0,889 Total Fosfat
3.60
0,767 ± 0,093 ±
3.00 0,087 ±
0,080 ±
2.40 0,737
0.20 0,035
1.80 0.18
1.20 0.16
0.14
0.60 0.12
0.00 0.10
0.08
St.1 1
St.2
0.06
0.04
0.02
Gambar 6. Diagram Nilai Nitrat Pada 0.00
Stasiun Pengamatan 1
St.1 St.2
Berdasarkan pengukuran nitrat
di 3 stasiun nilainya memiliki Gambar 7. Diagram Nilai Total P Pada
Stasiun Pengamatan
perbedaan yang jauh. Hasil penelitian
menuunjukan kandungan nitrat Total Posfat (P)
tertinggi 2,333 mg/L pada stasiun 1 Hasil penelitian menuunjukan
kemudian stasiun 2 kandungan kandungan total P rendah, yakni < 0,1
nitratnya sebesar 1,500 mg/L. Stasiun mg/L karena adanya proses
1 dan 2 merupakan stasiun dengan pengenceran sehingga konsentrasi
KJA kepadatan tinggi dan sedang. bahan pencemar mengalami
Menurut (Pujiastuti dkk., 2013), penurunan. Pada stasiun 1, 2 maupun 3
penumpukan limbah pakan ikan KJA perairannya masih tergolong baik
dan masuknya limbah domestik dan karena nili total P rendah. Menurut
kegiatan penduduk sekitar waduk yang Pujiastuti dkk., (2013), pada umumnya
mengalir ke waduk merupakan faktor kandungan total P dalam perairan
yang mempengaruhi kandungan nitrat alami tidak pernah melampaui 0,1
di perairan (Pujiastuti dkk., 2013). mg/L (sangat kecil). Berdasarkan PP
Sedangkan stasiun 3 adalah yang No. 82 Tahun 2001 hasil rerata nitrat di
paling rendah kandungan nitratnya. 3 stasiun selama pengamtan masih
Menurut (Indrayani dkk., 2015), memenuhi baku mutu air baik kelas I,
luasnya permukaan dan letaknya yang II, III maupun IV.
jauh dari inlet atau zona budidaya ikan
14
Nida, dkk : Hubungan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran....
17
Fish Scientiae, Volume 6 Nomor 11, Juni 2016, hal 1-18
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A., Soemarno & Mangku, P., 2013. Soemarno & Mangku, P., 2013. Kajian Kualitas
Air dan Status Mutu Air Sungai Metro. Jurnal Bumi Lestari, 13(2), Pp.265–274.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius Yogyakarta. 145 Hal.
Elfrida, 2011. Analisis Kandungan Organik dan Anorganik Sedimen Limbah Keramba
Jaring Apung (KJA) Di Danau Maninjau Provinsi Sumatera Barat. Pp. 59-10.
Fitra, E., 2008. Analisis Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Keanekaragaman
Vegetasi Akuatik Di Perairan Parapat Danau Toba. Sekolah Pascasarjana.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Indrayani, E., Nitimulyo, K.H., Hadisusanto., S & Rustadi., 2015. Analisis Kandungan
Nitrogen, Fosfor dan Karbon Organik di Danau Sentani-Papua. Jurnal Manusia
dan Lingkungan, 22(2), Pp,217-225.
Kamil, M.T., 2012. Status Mutu Air Sungai Lampanang Di Kecamatan Teweh Timur
Kabupaten Barito Utara. Journal of Tropical Fisheries, 7(1), Pp.601-605.
Menteri Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
115 tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, Jakarta.
Kordi, M.G.H. & Tancung, A.B., 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya
Perairan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models.
4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Notohadiprawiro, P., Sukodarmodjo, S. & dan Dradjad, M., 2006. Beberapa Fakta dan
Angka Tentang Lingkungan Fisik Waduk Wonogiri dan Kepentingannya Sebagai
Dasar Pengelolaan. 1-11.
Pujiastuti, P., Ismail, B. & Pranoto., 2013. Kualitas dan Beban Pencemaran Perairan
Waduk Gajah Mungkur. Jurnal Ekosains, V(1), Pp.59–75.
18
Nida, dkk : Hubungan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran....
Putra, E., Buchari, H. & Tugiyono, 2005. Pengaruh Kerapatan Keramba Jaring Apung
(KJA) Terhadap Kualitas Perairan Waduk Way Tebabeng Kabupaten Lampung
Utara. Jurnal Sains dan Pendidikan, 2(2), Pp.1-16.
Supeneah, P., Widyastuti, E., & Priyono, R.E., 2015. Kajian Kualitas Air Sungai
Condong yang terkena Buangan Limbah Cair Industri Batik Trusmi Cirebon.
Jurnal Biosfera, 32(2), Pp. 110-118.
19