You are on page 1of 14

ANALISA VEGETASI

(Laporan Praktikum Biologi Gulma)

Oleh:

Bella Noor Arfianty

1317021014

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Analisa Vegetasi

Tanggal Percobaan : 7 April 2016

Tempat Percobaan : Pelataran Bilogi

Nama : Bella Noor Arfianty

NPM : 1317021014

Fakultas : Marematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jurusan : Biologi

Kelompok :

Bandar Lampung, 7 April 2016

Mengetahui,

Asisten

Sally Khoirunisa

13170210
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada
tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi
hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan
habitatnya. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk
vegetasi atau masyarakat.

Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random sampling” hanya
mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput
dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat
dipakai “systematic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada
keadaan tertentu

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahi dan mempelajari struktur serta
komposisi vegetasi (komunitas tumbuhan) yang ada di suatu area dengan menganalisis
karakter komunitas yang meliputi kerapatan,kekerapan, dan dominansi dengan
menggunakan metode quadrat.
TINJAUAN PUSTAKA

Komunitas vegetasi pada tumbuhan mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon,
semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati
strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang
menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan,
setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda
seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini,
tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie”
misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Syafei, 1990).

Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang
sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini
suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-
bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).

Untuk kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan tiga macam parameter
kuantitatif antara lain , densitas , frekuensi, dan dominansi ( Gopal dan Bardwaj). Sedangkan
untuk kepeluan deskripsi vegetasi tersebut ada tiga macam parameter kuantitatif yang penting
yaitu densitas, frekuensi dan kelindungan. Kelindungan yang dimaksud adalah parameter
dominansi (Kusmana, 1997).

Dalam penelitian ekologi hutan pada umumnya para peneliti ingin mengetahui spesies
tetumbuhan yang dominan yang memberi ciri utama terhadap fisiognomi suatu komunitas hutan.
Spesies tetumbuhan yang dominan dalam komunitass dapat diketahui dengan mengukur
dominansi tersebut. Ukuran dominansi dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain
biomassa, penutupan tajuk, luas basal area, indeks nilai penting, san perbandingan nilai penting (
Kusmana, 1997).

Meskipun demikian, masih banyak parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk
mendeskripsi komunitas tumbuhan. Baik dari segi struktur komunitas maupun tingkat
kesamaannya dengan komunitas lainnya (soegianto, 1994).

Metode pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode petak( plot) , metode jalur, ataupun metode kuadran (soegianto,1994).

Metode petak dibagi dua yaitu metode petak tunggal dan petak ganda. Petak tunggal hanya
dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu
komunitas tumbuhan. Petak ganda adalah pengambilan petak contoh vegetasi dengan
menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal yang dipelajari, dan
peletakan petakan contoh sebaiknya secara sistematis. Ukuran tiap contoh disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya. Ukuran petak untuk pohon dewassa adalah
20x20 m , fase tiang 10x10m , fase pancang 5x5m , dan fase semai serta tumbuhan bawah
menggunakan petak contoh berukuran 1x1 m atau 2x2 m ( Kusmana,1997).

Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan
vegetasi menurut kondisi tanah , topografi, dan elevasi. Jalur- jalur topografi dibuat memotong
garis kontur dan sejajar satu dengan yang lainnya(Indrawan, 1982).

Metode kuadran umumnya digunakan untuk pengambilan contoh vegetassi tumbuhan jika hanya
vegetassi fase pohon yang menjadi objek kajiannya. Metode ini mudah dikerjakan, dan lebih
cepat jika akan dipergunakan untuk mengetahui komposisi jenis , tingkat dominansi, dan
menaksir volume pohon. Syarat penetapan metode kuadran adalah distribusi pohon yang akan
diteliti harus di acak. Dengan kata lain , bahwa metode ini kurang tepat dipergunakan jika
populasi pohon berdistribusi mengelompok atau seragam ( Kusmana, 1997).
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat
 Gunting
 Tali raffia
 Patok
 Alat tulis
 kamera

Bahan
 Area semak yang dijadikan sampel.

C. Prosedur kerja

Cara kerja:
1. Dibuat plot persegi ukuran 2m x 2m
2. Di buat plot kecil di bagian dalam plot 2x2 sebesar 1m x 1m
3. Di hitung jumlah jenis tanaman yang terdapat pada plot besar dan kecil
4. Ditentukan nama dari setiap tanaman yang ditemukan
5.Di hitung jumlah dari setiap jenis tnaman yang terdapat pada plot.
6. Di catat pada lembar kertas
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Kuadran pertama ukuran 1m x 1m


No Nama Spesies Jumlah Foto
1 Rumput gajah

84

2 Spesies A

14

3 Spesies B

6
Tabel 2. Kuadran Kedua ukuran 2m x2m
No Nama Spesies Jumlah Foto
1 Rumput gajah

204

2 Spesies A

46

3 Spesies B

4 Spesies C

1
B. Pembahasan

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :

Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :

- Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus
hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari
berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya
hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma
semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering
mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya
pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang
sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma
setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis,
Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.

- Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih
dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk
pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga,
menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap
herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare,
Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis.
- Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau
mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji
dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan
air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas
tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi
kembali.

Berdasarkan cara berkembangbiaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :

- Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan
tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi
individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya terpotong
menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu baru.

- Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar
(root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di
dalam tanah (rhizoma). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon dactylon,
Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang
berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus rotundus dan Helianthus
tuberosus. Contoh gulma tahunan populer yang perkembangbiakan utamanya dengan
rhizoma adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya alat perkembang
biakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan
tanah untuk penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu
perkembangbiakan, karena dengan terpotong-potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka
pertumbuhan baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak dengan pesat
dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air tercukupi. Adanya pengendalian dengan
frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun secara
kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan tertekan juga. Satu cara pengendalian yang
efektif, yang juga diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah yang baru
muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.
Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :

- Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum,


Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.

- Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus,
Eleusine indica.

- Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia
stratiotes.
KESIMPULAN

1. Jenis tanaman yang terdapat di dalam petak besar dan kecil adalah rumput gajah, spesies
a, spesies b. spesie c
2. Jumlah semua tanaman rumput gajah adalah 288
3. Terdapat 1 spesies c di daalam peta besar 2m x2m
4. Pada petak kecil terdapat spesies rumput gajah, spesies a, spesies b
5. Jumlah tumbuhan yang terdapat di dalam petak kecil adalah 104
DAFTAR PUSTAKA

Gopal, B. dan N. Bhardwaj. 1979.Elements of ecology. Departement of Botany.


Rajastan Univercity Jaipur, India

Indriyanto. 2005. Dendrologi. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Kurniawan, Agung. 2008. Asosiasi Jenis-jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran


Rendah Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. Jurusan Biologi
FMIPA UNS Surakarta.

Kusmana, C. 1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Bogor : Jurusan


manajemen hutan Fakultas Kehutanan IPB.

Soerianegara, I. Dan Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen


Manajemen Hutan Fakultas Kehutana, IPB

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.


LAMPIRAN

Spesies b Rumput gajah Spesies c spesies a

You might also like