You are on page 1of 6

1.

Perencanaan pembangunan proyek Mall

1.1. Lokasi perencanaan

Dari survie lokasi yang dilakukan untuk perencanaan pembangunan

proyek Mall berada di Jl. Sukarno Hatta dengan luas lahan kurang lebih 1

ha.

Gambar : layout lahan perencanaan


1.2. Perencanaan Pembangunan Mall Di Jalan Soekarno Hatta, Malang

Di Era ini banyak masyarakat yang mengalami penganguran. Hal ini

disebabkan tidak ada lapangan kerja disetiap kota. Oleh karena itu, apabila kota ini

dibangun sebuah pusat perbelanjaan atau bisa dikatakan Mall, maka penganguran

dikota ini dapat berkurang. Dan selain itu dengan adanya Mall masyarakat tidak perlu

jauh jauh untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dapat juga untuk reflesing. Dengan

dibangunnya sebuah Mall dikota ini maka pengusaha dan masyarakat sama-sama

diuntungkan. Pengusaha dapat menambah pendapatannya, sedangkan masyarakat juga

akan dapat keuntungan yaitu dapat memenuhikebutuhan hidup tanpa biaya yang cukup

besar.

Mall merupakan parameter yang mutlak bagi kemajuan kota Indonesia. Mall

adalah reprensentasi fisik dari berbagai paradok kehidupan Sosial, Ekonomi yakni

antara kaya dan miskin, ekslusif-inklusif, artificial-natural, dan modern-tradisional.

Mall mencirikan suatu bangunan tertutup Multilantai yang diisi oleh berbagai jenis

Retail dalamsatu struktur yang kompak, sehingga para pengunjung mudah mengakses

dari satu unit keunit Retail yang lain. Untuk alasan sustainability, maka sebuah Mall

biasanya Memiliki penghuni Utama yang disebut, Anchor stores, yakni Toko serba ada

(Departemen store) serta pusat jajanan atau makanan (food court).

Pemahaman tentang AMDAL yang di pahami oleh pemerintah dan masing-

masing investor yang membangun Mall di jalan Soekarno Hatta mereka memastikan

bahwa dalam proyek pembangunan Mall pihaknya sudah memperhatikan izin

lingkungan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

1.3. Dampak pembangunan Mall


Gambar : ilustrasi Mall.

a) Dampak Positif

Mall memberikan peningkatan pendapatan negara dalam bentuk pajak, karena

adanya aktivitas ekonomi disitu. Aktivitas ekonomi yang terjadi juga bukanlah main-

main karena faktor penggerak transaksi kaum urban yang datang ke mall sudah tentu

didominasi kalangan menengah ke atas. Sejatinya mereka bisa mengeluarkan lebih dari

100rb rupiah untuk setiap kedatangan mereka ke pusat perbelanjaan (akumulasi dari

parkir, belanja, makan dan minum, atau kegiatan lain seperti nonton bioskop).

Ini adalah hal yang sangat menggiurkan terutama untuk pemerintah kita sebagai

pendapatan negara. Meningkatnya jumlah orang kaya ini dan memboomingnya industri
kreatif dapat turut mendongkrak psikologis manusia untuk berbelanja hal-hal yang

mungkin tidak terlalu mereka butuhkan.

Setiap pendirian mall berarti penyerapan tenaga kerja baru. Setiap pertumbuhan

ekonomi sebesar 1% hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 250.000 - 300.000

orang tenaga kerja. Masih belum bisa menutupi angka jumlah pengangguran sebanyak

10 juta orang lebih di Indonesia.

Mall adalah sebuah lambang pengakuan. Pengakuan dari pihak-pihak; terutama

tenant (terlebih jika tenant berasal dari luar negeri) bahwa iklim investasi di Indonesia

baik. Menurut indeks investasi dunia, Indonesia masuk dalam peringkat 17 negara yang

dapat dijadikan tempat berinvestati. Menyusul kenaikan harga IHSG yang nyaris

menembus angka 3000, adalah indikasi-indikasi lain yang menunjukkan bahwa secara

makro, negara ini memiliki fundamental ekonomi yang kuat.

Mall juga memberikan fasilitas dan menampung seluruh kebutuhan masyarakat

kota pada umumnya sehingga mall menjadi bangunan wajib yang ada di hampir seluruh

pusat kota di indonesia Solusi atas dampak yang di sebabkan pembangunan apartemen

b) Dampak Negatif

Pembangunan Mall akhir-akhir ini semakin meningkat, seiring pertumbuhan

pembangunan di kota Malang, ada dampak positif tapi lebih banyak negatifnya dari

pertumbuhan Mall tersebut.


Banyaknya mall akan juga melahirkan jurang perbedaan yang tinggi antara si kaya

dan si miskin. Sehingga si miskin makin tidak akan merasa nyaman. Selain itu dampak

lain pembangunan mall adalah warga akan semakin sulit mendapatkan ruang terbuka,

seperti daerah resapan air atau taman sehingga pada gilirannya akan menyebabkan

banjir. Dampak sosial dari pembangunan mall adalah warga akan terbius menjadi

warga yang konsumtif dan menghabiskan waktunya dimall, kalau sang warga punya

kemampuan finansial yang baik untuk belanja di mall mungkin tidak terlalu masalah,

akan tetapi jika sang warga tak punya uang yang cukup, maka yang akan terjadi adalah

angka kriminalitas yang akan semakin tinggi. Seperti pencopetan, penjambretan,

perampokan dll.

Dalam konsep teori pembangunan perkotaan, yang seharusnya menjadi tempat

berkumpul warga kota adalah taman atau area terbuka, namun karena keterbatasan dana

dari pemerintah daerah untuk membangun taman baru dan perawatan taman yang telah

ada maka mereka sulit mendapatkan taman atau lahan yang enak dikunjungi. Warga

kota merasakan taman yang tidak terawat, kotor, kumuh. Ada hal menarik di balik

pertumbuhan mall yang meningkat yaitu karena warga kota kehilangan tempat untuk

sekedar berkumpul maka mal-mall jadi satu-satunya tempat untuk ajang berkumpul

dan interaksi antar warga kota.

Satu lagi dampak negatif dari pertumbuhan Mall adalah tersingkirnya satu persatu

pasar tradisional yang pada gilirannya mematikan aktifitas pedagang tradisional

pribumi. Jumlah pedagang tradisional semakin hari semakin berkurang akibat kalah

bersaing dengan pasar modern yang memberi kenyamanan yang lebih. Sebagai catatan
dari 37 pasar tradisional yang ada di kota bandung hanya ada dua pasar yang tingkat

huniannya diatas 75%, sisanya hanya mempunyai tingkat hunian dibawah 50%.

Menurut survei yang dilakukan di kota Malang, saat ini jumlah pedagang

tradisional yang masih giat beraktifitas adalah sekitar 9800 pedagang, jauh dibawah

perkiraan tahun 2007 yang masih sekitar 13000 pedagang yang masih aktif, berbanding

terbalik dengan pertumbuhan mall. Sepanjang tahun 2009 berdasarkan survei, jumlah

pertumbuhan mall di kota bandung sekitar 31,4% . Perkembangan jumlah mall yang

tak terkendali menyebabkan penurunan jumlah pasar tradisional. Perbandingan setiap

satu mall berdiri maka 100 pedagang dan warung akan gulung tikar.

1.4 Solusi untuk dampak negatif

Jumlah pengawas dan kamera pengawas keamanan ditambah agar dapat

meminimaliskan terjadinya tindak kejahatan di Mall tersebut. Sedangkan untuk

masalah pasar tradisional yang terancam menghilang agar dipindahkan ke area Mall

dengan di bangunnya pasar modern yang lebih nyaman dan bersih, dan juga pihak Mall

dapat mengurus limbah yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga

pengunjung dan masyarakat sektar area Mall dapat merasakan kenyamanan bersama.

You might also like