You are on page 1of 9

Jurnal Spektran Vol. 2. No.

2, Juli 2014

MANAJEMEN RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI


GEDUNG PEMERINTAH DI KOTA DILI – TIMOR LESTE
Octavio P.M Marques1, I M. Alit K. Salain2, dan I W. Yansen2

Abstrak: Proyek pembangunan gedung sebagai salah satu kegiatan jasa konstruksi sangat dipenuhi dengan
risiko yang bervariasi selama tahap pelaksanaan proyek konstruksi. Pada tahap pelaksanaan berbagai risiko
mungkin muncul baik risiko waktu, risiko biaya maupun risiko yang mempengaruhi mutu atau kualitas proyek.
Oleh karena itu perlu dipahami risiko-risiko yang muncul dan penanganan risiko yang ada sehingga pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sesuai dengan yang direcanakan.
Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi risiko pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung
pemerintah dengan menggunakan metode survey yang bertujuan untuk mendapatkan opini dari responden
mengenai risiko-risiko pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung pemerintah di kota kota Dili – Timor Leste.
Selanjutnya dilakukan penilaian risiko (assessment), untuk mengetahui risiko-risko dominan (major/main risk).
Risiko dominan dikendalikan melalui tindakan mitigasi dan pengalokasian risiko kepada pihak-pihak yang
terlibat langsung pada proyek konstruksi seperti Pemilik Proyek, Pengawas Teknis, Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi dan Kontraktor.
Analisis yang digunakan dalam Penelitian ini adalah analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
64 risiko yang teridentifikasi pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung pemerintah terdapat 10 risiko (16%)
dengan kategori tidak dapat diterima (unacceptable), 18 risiko (28%) dengan kategori tidak diharapkan
(undesirable), 28 risiko (44%) dengan kategori dapat diterima (acceptable) dan 8 risiko (12%) dengan kategori
dapat diabaikan (negligible). Tindakan mitigasi dilakukan terhadap risiko dominan (major/main risk) dengan
kategori unacceptable dan undesirable untuk meminimalkan dampak negative. Kepemilikan major/main risk
dialokasikan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung pada pelaksanaan proyek konstruksi seperti pemilik
proyek (owner), pengawas teknis, konsultan perencana, konsultan supervisi dan kontraktor.
Pemilik proyek (Owner) dan Pengawas Teknis (Departemen Pekerjaan Umum) diharapkan untuk lebih
meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan proyek sehingga tidak saling lempar tanggung jawab dalam
mengelola proyek-proyek pemerintah. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi agar lebih teliti dalam
perencanaan sampai pengawasan selama periode pelaksanaan sehingga dapat memenuhi biaya, mutu dan waktu
yang telah direncanakan. Kontraktor diharapkan untuk lebih meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan proyek
konstruksi gedung.
Kata kunci: risiko pelaksanaan, proyek konstruksi, gedung pemerintah.

MANAGEMENT OF RISKS IN THE IMPLEMENTATION OF PROJECTS


OF GOVERNMENT BUILDING CONSTRUCTION IN THE CITY OF DILI - TIMOR LESTE

Abstract: Building project as one of the construction services are filled with varying risks during the
construction phase of the project implementation. At the stage of the project implementation, risks may arise
either the risk of time, cost and those which affect the quality of the project. Therefore, we need to understand
the risks at the construction phase and mitigation to the risks to meet in execution of project based on initial
planning.
The study was conducted to identify the risks in the implementation of construction projects of
government buildings by using survey methods that aim to get the opinion of the respondents regarding the risks
at implementation of the government building construction projects in the city of Dili - Timor Leste. Further, it
was done a risk assessment to determine the major or main risks. Major risk is controlled through mitigation
measures and allocation of risks to the parties directly involved in construction projects such as Project Owner,
Technical Supervisor, Consultant Design, Consultant Supervision and Contractor.
The analysis used in this study is a qualitative analysis. The results showed 64 risks identified in the
implementation of construction projects there are 10 government buildings risks (16%) with an unacceptable
category, 18 risks (28%) with the undesirable category, 28 risks (44%) with acceptable category and 8 risks
(12%) with negligible category. Ownership of major / main risk to the parties directly involved in the
implementation of construction projects such as the project owner, technical supervisor, consultant design,
consultant supervision and contractors.
The project Owner and Technical Supervision (Department of Public Works) is expected to further
enhance the ability to manage projects so not throwing responsibility in managing government projects.
consultant design and sonsultant supervision to be more careful in design till supervision during the
implementation period so as to meet the cost, quality and time planned. Contractors are expected to further
improve the performance of the building construction project.
Keywords: implementation risks, construction projects, government buildings.

1
Alumnus Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana, Universitas Udayana
2
Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana

1
Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

PENDAHULUAN proyek konstruksi gedung pemerintah di kota


Latar Belakang Dili.
2. Memberikan informasi mengenai risiko-risiko
Pada setiap tahapan proyek tidak terlepas dari yang dominan (major/main risk) dan
berbagai risiko yang mempengaruhi baik dari segi kepemilikan risiko (ownership of risk) pada
kualitas maupun kuantitas. Pembuatan rencana pelaksanaan proyek konstruksi gedung
suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada pemerintah di kota Dili.
perkiraan yang ada pada saat rencana disusun, 3. Dapat memberikan suatu kajian ilmiah serta
sehingga dapat menimbulkan ketidaksesuaian antar dapat menjadi pedoman dan bahan untuk
rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya penelitian-penelitian selanjutnya.
(Proboyo, 1999). Dari segi biaya, biaya yang besar 4. Bagi konsultan perencana, konsultan supervisi
dikeluarkan oleh pemilik proyek adalah pada tahap dan kontraktor diharapkan memberikan
implementasi. Kegiatan fisik pada tahap ini cukup masukan dalam mengantisipasi risiko-risiko
banyak dan memakan banyak pengeluaran (Husen, pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung
2009). pemerintah di kota Dili.
Pada tahap pelaksanaan berbagai risiko 5. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan
mungkin muncul baik risiko waktu, risiko biaya mampu memberikan masukan dalam
maupun risiko yang mempengaruhi mutu atau mengendalikan proyek konstruksi gedung
kualitas proyek. Proyek pembangunan gedung pemerintah.
sebagai salah satu jasa konstruksi sangat dipenuhi
dengan risiko yang bervariasi selama tahap METODE PENELITIAN
pelaksanaan proyek konstruksi. Oleh karena itu Rancangan Penelitian
perlu dipahami risiko-risiko yang muncul dan Penelitian ini dilakukan dengan metode
penanganan risiko yang ada sehingga pelaksanaan penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
pekerjaan konstruksi sesuai dengan yang kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
direcanakan. adalah metode survey yang bertujuan untuk
Risiko proyek adalah peristiwa atau kondisi mendapatkan opini dari responden mengenai
tak tentu, dimana jika hal tersebut muncul akan risiko-risiko pada pelaksanaan proyek konstruksi
memiliki efek positif atau negatif pada proyek. gedung pemerintah di kota Dili Timor – Leste
Berdasarkan kenyataan, masih banyak kontraktor (Republik Demokrasi Timor Leste).
belum memahami risiko dan peluang yang terjadi
pada proyek, dimana mereka masih menganggap Waktu dan Lokasi Penelitian
bahwa risiko selalu merugikan. Sehingga perlu Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih
adanya diskripsi tentang risiko apa saja yang bisa dua bulan (Pebruari sampai dengan April 2013)
diminimalkan serta peluang apa yang bisa dengan lokasi penelitian adalah di kota Dili dengan
memberikan keuntungan bagi kontraktor. berfokus pada proyek konstruksi gedung
pemerintah (proyek pemerintah) untuk tahun
Tujuan Penelitian anggaran 2009 sampai dengan 2012 (3 tahun
Tujuan dari penelitian pada pelaksanaan terakhir).
proyek konstruksi gedung pemerintah antara lain:
1. Untuk mengetahui risiko-risiko apa saja yang Jenis dan Sumber Data
teridentifikasi dan melakukan penilaian Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :
(assessment) risiko pada pelaksanaan proyek 1. Data Primer
konstruksi gedung pemerintah di kota Dili. Data primer adalah data yang secara langsung
2. Untuk menentukan risiko-risiko dominan diambil dari proyek penelitian oleh peneliti
(major/main risk) pada pelaksanaan proyek perorangan maupun organisasi. Data primer
konstruksi gedung pemerintah di kota Dili. diperoleh dengan teknik brainstorming, investigasi
3. Melakukan pengelolaan (mitigasi) risiko pada lapangan (observation) yaitu melakukan diskusi
pelaksanaan proyek konstruksi gedung dengan pihak-pihak yang yang terlibat langsung
pemerintah di kota Dili. (stake holders) pada pelaksanaan proyek kontruksi
4. Mengetahui pihak-pihak yang bertanggung gedung pemerintah baik dari pihak kontraktor,
jawab terhadap risiko-risiko yang konsultan perencana dan konsultan pengawas
terjadi (ownership of risk) maupun pihak pemilik proyek (owner) serta
pengawas teknis dari Departemen Pekerjaan
Manfaat Penelitian Umum.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: 2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berbentuk
1. Mengidentifikasi dan penilaian (assessment) naskah tertulis yang telah diolah lebih lanjut dan
risiko-risiko yang terjadi pada pelaksanaan

2
Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

disajikan oleh pihak-pihak tertentu. Data sekunder Tabel 2 Skala Konsekuensi (Consequences)
dikaji untuk memperoleh idetifikasi risiko awal. Uraian Risik
Tingkat o
Data sekunder diperoleh dari paper penelitian yang Skala
Konsekuensi Biaya
sudah ada, jurnal (e-journal) dan literatur yang (Rp)
berkaitan langsung dengan manajemen risiko. Cidera fatal lebih dari satu
5 Sangat besar orang, kerugian sangat 100V
besar dan dampak luas yang
Analisis Data berdampak panjang,
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terhentinya seluruh
kegiatan.
adalah Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif, dan Cidera berat lebih dari satu
skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan 4 Besar orang, kerugian besar, 10V
gangguan produksi.
jumlah sampel kecil yaitu 22 responden. Dari nilai Cidera sedang, perlu
yang diberikan oleh para responden pada setiap 3 Sedang penanganan medis, V
identifikasi risiko dapat ditentukan modus data itu kerugian finansial besar.
Cidera ringan, kerugian V/10
sebagai representasi pendapat responden terhadap 2 Kecil finansial sedang.
risiko yang telah teridentifikasi. 1 Sangat kecil
Tidak terjadi cidera, V/100
kerugian finansial kecil.
Skala penilaian terhadap kemungkinan timbulnya
peristiwa risiko teridentifikasi terhadap terjadinya Sumber: Standar AS/NZS 4360 (Ramli, 2011) dan
masalah pada proyek konstruksi digunakan skala CIRIA, 1996.
likelihood (frekuensi/peluang) seperti pada tabel
berikut: Uji Instrumen Penelitian
Tabel 1 Skala Frekuensi (Likelihood) Dalam penelitian ini, data mempunyai
Skala Tingkat Uraian Peluang kedudukan yang paling tinggi, karena data
Frekuensi Kejadian merupakan penggambaran variabel yang diteliti
>0,1 kejadian dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis.
(1 dalam 10
5 Sangat Sering terjadi kemungkinan)
Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak
sering dilakukan, karena jika instrumen yang digunakan
Sangat mungkin 0,1 – 0,01 (1
kejadian
sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil
4 Sering terjadi dalam 10 – penelitiannya pun tidak akan valid dan reliabel.
100
kemungkinan)
3 Kadang- Dapat terjadi 0,01 – 0,001 Uji Validitas
kadang atau pernah (1 kejadian Validitas adalah tingkat kesahihan alat ukur
dalam 100 –
terdengar 1000
yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti
kejadian serupa kemungkinan) menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk
2 Jarang Jarang terjadi 0,001 – mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan
0,000001 (1
atau tidak kejadian untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
pernah terdengar dalam 1000 – (Sugiono, 2004).
kejadian serupa 1 juta
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada
kemungkinan)
1 Sangat Kemungkinan < 0,0000001 ( pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus
lebih kecil 1 dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan.
jarang sangat kecil kejadian
terjadi (near dalam 10 juta Teknik untuk megukur validitas kuesioner adalah
impposible) kemugkinan) dengan menghitung korelasi antar data pada
Sumber: Ramli, 2011 masing-masing pernyataan dengan skor total,
memakai rumus korelasi product moment, sebagai
Sedangkan skala penilaian terhadap berikut :
besarnya pengaruh suatu peristiwa terhadap
terjadinya masalah pada proyek konstruksi n(XiYi)  (Xi)(Yi )
menggunakan skala consequences (konsekuensi) rhitung 
seperti pada tabel berikut: nX i
2 2

 Xi  Yi 2  Yi 
2

Dimana :
r hitung = koefisien korelasi
n = jumlah responden
 Xi = jumlah skor item
 Yi = jumlah skor total
Item instrument dianggap valid jika lebih
besar dari 0,3 atatu bisa juga dengan
membandingkan dengan r tabel. Jika r hitung > r
tabel maka valid.

3
Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

Uji Reliabilitas Uji Validitas


Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan Uji validitas dapat dilakukan dengan dua cara
apakah instrumen yang dalam hal ini kuisioner yaitu dengan korelasi Bivariate Pearson (Produk
dapat digunakan lebih dari satu, paling tidak oleh Momen Pearson) dan Corrected Item-Total
responden yang sama akan menghasilkan data yang Correlation (Priyanto, 2008). Uji validitas
konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen dilakukan terhadap frekuensi (likelihood) dan
mencirikan tingkat konsistensi. Rumus yang dapat konsekuensi (consequences) dari masing-masing
digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya indentifikasi risiko. Validitas kuisioner diukur
adalah rumus Spearmen Brown. dengan menghitung korelasi antar data pada
r11 = 2.rb masing-masing pertanyaan dengan skor total. Uji
validitas ini dilakukan dengan membandingkan
1 +rb nilai r hitung SPSS (Statistical Package for Social
Keterangan: r11 adalah nilai reliabilitas Science for Windows versi 19) dengan nilai r tabel
Rb adalah nilai koefisien korelasi product moment. Uji validitas dilakukan terhadap
Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas item pertanyaan sehingga didapatkan r hitung
0,7 (cukup baik), diatas 0,8 (baik). berkisar antara 0,435 – 0,860. Uji validitas
frekuensi (likelihood) dan uji validitas konsekuensi
HASIL DAN PEMBAHASAN (consequences) dengan r hitung berkisar antara
Data Profil Umum Proyek 0,569 – 0,852 seperti pada lampiran 6. Dari uji
Dari 9 proyek konstruksi gedung pemerintah di validitas frekuensi (likelihood) dan konsekuensi
kota Dili-Timor Leste untuk tahun anggaran 2009 (consequences) terhadap item pertanyaan yang
sampai dengan 2012 (proyek 3 tahun terakhir). menghasilkan r hitung > 0,3 (lebih besar dari 0,3)
maka semua instrumen dianggap valid.
Nilai Risiko dan Tingkat Penerimaan Risiko
(Risk Accepatbility) Uji Reliabilitas
Dari 22 responden memberikan penilaian yang Uji reliabilitas dilakukan terhadap frekuensi
berbeda terhadap 64 identifikasi risiko pelaksanaan (likelihood) dan konsekuensi (consequences) dari
proyek dengan kategori Unacceptable sebanyak 10 masing-masing identifikasi risiko. Uji reliabilitas
risiko (16%), Undesirable sebanyak 18 risiko ini didasarkan pada perhitungan nilai Cronbach’s
(28%), Acceptable sebanyak 28 risiko (44%) dan Alpha dengan uji signifkansi pada taraf 0,05.
Negligible sebanyak 8 risiko (12%) seperti Menurut Priyanto (2008), hasil reliabilitas kurang
dijelaskan pada tabel 3 berikut ini: dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat
diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Berdasarkan
Tabel 3 Distribusi Penerimaan Risiko untuk Setiap perhitungan SPSS (Statistical Package for Social
Sumber Risiko Science for Windows versi 19) terhadap item
Sumber Identifikasi Penerimaan Risiko
Risiko Risiko
pertanyaan didapatkan nilai Cronbach’s Alpha
Jml % Unacc- Undesi Accepta Negligib adalah 0,986 untuk reliabilitas frekuensi
eptable rable -ble -le (likelihood) dan reliablitas konsekuensi
Politik 6 9 0 0 5 1
Lingkungan 3 5 1 0 2 0 (consequences) didapatkan 0,985. Dari kedua
Perencanaan 9 14 1 5 3 0 variabel frekuensi (likelihood) dan konsekuensi
Pasar 4 6 1 1 2 0 (consequences) menghasilkan nilai Cronbach’s
Ekonomi 3 5 0 0 1 1
Keuangan 5 8 1 0 3 1 Alpha diatas 0,7. Dari nilai Cronbach’s Alpha
Alami 2 3 0 0 1 1 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan
Proyek 15 23 3 5 7 1 kuisioner tersebut dinyatakan reliabel.
Teknis 5 8 2 3 0 0
Manusia 5 8 0 2 2 1
Kriminal 4 6 0 1 1 2 Risiko-Risiko Dominan (Major/Main Risk)
Keselamatan 3 5 1 1 1 0
Jumlah 64 100 10 18 28 8
Risiko-risiko yang termasuk kategori tidak
dapat diterima (unacceptable) dan tidak diharapkan
(undesirable) merupakan risiko dominan
(major/main risk) yang perlu diperhatikan lebih
jauh. Dari hasil analisis menunjukkan risiko dengan
kategori tidak dapat diterima (Unacceptable)
sebanyak 10 risiko seperti pada tabel dan gambar
berikut:

Gambar 1 Proporsi Tingkat Penerimaan Risiko

4
Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

Tabel 4 Risiko dengan Kategori Unacceptable dan Tabel 5 Risiko dengan Kategori Undesirable dan
Sumbernya Sumbernya
Identifikasi Risiko Nilai Sumber Risiko Identifikasi Risiko Nilai Sumber Risiko
Risiko Risiko
Keterlambatan penyelesaian proyek Kurangnya koordinasi antar pemilik
konstruksi akibat banyaknya hari 16 Lingkungan proyek (owner) dengan pengawas teknis 9
libur/hari raya (DPU)
Adanya ketidaksesuaian gambar Keterlambatan penyelesaian pekerjaan
rencana dan kondisi riil di lokasi 16 Perencanaan akibat pengiriman material yang kurang 12
proyek lancar ke lokasi proyek konstruksi Proyek
Keterlambatan (delay) dalam Produktivitas tenaga kerja yang minimum
pengiriman (delivering) material 16 Pasar sehingga mempengaruhi progress works 12
bangunan Kontraktor mengabaikan instruksi
Terlambatnya pembayaran termin pengawas (pengawas teknis, konsultan dan 12
(progress payment) oleh instansi yang owner)
terkait (Public works, Owner and 16 Keuangan Kontraktor sulit mendapat tenaga skill 9
Treasury) sehingga mempergaruhi cash dalam pelaksanaan proyek
flow kontraktor Produktivitas pekerja yang rendah 12 Manusia
Perencanaan waktu, tenaga kerja dan Kurangnya jumlah personil proyek yang 12
material oleh kontraktor kurang baik 16 berkompeten
Keterlambatan akibat penggunaan 16 Proyek Kekurangtelitian dalam pembuatan 8
metode pelaksanaan yang kurang tepat kontrak sehingga terjadi kerancuan dalam
Adanya perubahan desain yang terus- 16 pemahaman kontrak
menerus selama pelaksanaan Perubahan disain akibat kondisi riil di 12 Teknis
Kurang lengkapnya gambar dan 16 lokasi proyek konstruksi
spesifikasi teknis Teknis Perubahan suatu item pekerjaan yang 9
Adanya perbedaan hasil pengukuran menyebabkan keterlambatan pelaksanaan
volume pekerjaan dengan kondisi 16 pekerjaan
aktual di lapangan Adanya pemogokan tenaga kerja karena 12 Kriminal
Kontraktor tidak menyediakan Alat terlambat pembayaran upah
Pelindung Diri (APD) selama 16 Keselamatan Jaminan kesehatan kerja yang kurang 6
pelaksanaan proyek

Gambar 2 Proporsi Risiko Unacceptable berdasarkan


Sumber Risiko Gambar 3 Proporsi Risiko Undesirable berdasarkan
Sumber Risiko
Sedangkan risiko dengan kategori tidak
diharapkan (Undesirable) sebanyak 18 risiko Mitigasi Risiko
seperti pada tabel dan gambar berikut: Risiko dominan (major/main risk) yaitu risiko
dengan tingkat penerimaan tidak dapat diterima
Tabel 5 Risiko dengan Kategori Undesirable dan (Unacceptable) beserta risiko dengan kategori tidak
Sumbernya diharapkan (Undesirable) harus mendapat
Identifikasi Risiko Nilai Sumber Risiko perhatian khusus dalam penanggananya, karena
Risiko
Waktu perencanaan sangat pendek akibat
risiko-risiko ini berdampak sangat signifikan
anggaran perencanaan bersamaan dengan 12 terhadap pelaksnaan proyek konstruksi gedung
anggaran pelaksanaan proyek konstruksi pemerintah di Dili – Timor Leste. Untuk
Kurangnya survey pendahuluan tentang 12
lokasi proyek oleh konsultan perencana mengantisipasi dampak yang ditimbulkan maka
Adanya kesalahan perhitungan volume 12 Perencanaan perlu melakukan tindakan mitigasi terhadap risiko-
pekerjaan oleh konsultan perencana
sehingga menyebabkan additional work
risiko tersebut sehingga dapat mengurangi akibat
pada saat pelaksanaan proyek yang ditimbulkannya.
Adanya additional work yang melebihi 9 Tabel 6 Risiko dengan Kategori Unacceptable dan
10% dari nilai kontrak
Tindakan Mitigasinya
Adanya perbedaan spesifikasi teknis
(technical specification), gambar rencana 9 Identifikasi Risiko Tindakan Mitigasi
(drawings) dan rencana anggaran biaya Keterlambatan penyelesaian 1. Kontraktor diharuskan memberikan
( bill of quantity ) proyek konstruksi akibat lembur (overtime) untuk
banyaknya hari libur/hari raya mengantisipasi keterlambatan
Kesulitan memperoleh bahan/material
prestasi pekerjaan yang telah
bangunan yang sesuai dengan spesifikasi 9 Pasar
direncanakan
teknis
2. Penggunaan metode dan tenaga kerja
sesuai dengan item pekerjaan

5
Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

Lanjutan Tabel 6 Risiko dengan Kategori Unacceptable Tabel 7 Risiko dengan Kategori Undesirable dan
dan Tindakan Mitigasinya Tindakan Mitigasinya
Identifikasi Risiko Tindakan Mitigasi Identifikasi Risiko Tindakan Mitigasi
Adanya ketidaksesuaian 1. Konsultan Supervisi menyesuaikan Waktu perencanaan Membuat kontrak kerja perencanaan sebelum
gambar rencana dan kondisi gambar rencana dan selanjutnya sangat pendek akibat anggaran proyek diajukan sehingga tidak
riil di lokasi proyek membuat shop drawing sesuai anggaran perencanaan bersamaan waktu rencana dengan anggaran
dengan kondisi riil di lokasi proyek. bersamaan dengan pelaksanaan.
2. Konsultas Perencana diharapkan anggaran pelaksanaan
melakukan survey lebih detail dan proyek konstruksi
cermat pada tahap awal survey. Kurangnya survey 1. Konsultan seharusnya berkoordinasi
Keterlambatan (delay) dalam Kontraktor untuk memesan (ordering) pendahuluan tentang dengan pemilik proyek dalam
pengiriman (delivering) bahan bangunan lebih awal setelah ada lokasi proyek oleh melaksanakan survey tentang lokasi proyek
material bangunan persetujuan dari owner, Pengawas konsultan perencana dan melakukan survey lokasi sebelum
teknis dan konsultan supervisi atau tahap perencanaan proyek sehingga tidak
setelah penandatangan kontrak mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek
diharapkan untuk mengajukan request 2. Pengambilan data lapangan diharapkan
for approval terhadap daftar material. lebih akurat dan detail sebelum tahap
Terlambatnya pembayaran Kepada pihak- pihak yang berkompeten perencanaan oleh konsultan perencana
termin (progress payment) untuk memproses progress payment Adanya kesalahan 1. Konsultan agar lebih teliti dalam
oleh instansi yang terkait sesuai dengan permohonan kontraktor perhitungan volume perhitungan volume pekerjaan yang sesuai
(Public works, Owner and setelah diadakan pemeriksaan terhadap pekerjaan oleh dengan hasil survey lapangan sehingga
Treasury) sehingga prestasi pekerjaan . konsultan perencana tidak menimbulkan pekerjaan tambah
mempergaruhi cash flow sehingga menyebabkan kuarng pada waktu implementasi proyek
kontraktor additional work pada 2. Melakukan review design sebelum
Perencanaan waktu, tenaga 1. Kontraktor seharusnya saat pelaksanaan mengajukan full design kepada pemilik
kerja dan material oleh menggunakan sumber daya proyek proyek proyek dan Dept. Pekerjaan Umum untuk
kontraktor kurang baik yang ada seperti time schedule, direview dan approval
labour, materials dan equipment 3. Diadakan rapat koordinasi antara Team
yang ada dan membuat schedule Leader dengan tenaga ahli lainnya yang
sesuai dengan jenis pekerjaan yang terlibat dalam pelaksanaan proyek.
akan dikerjakan 4. Harus dibuatkan backup perhitungan
2. Kontraktor diwajibkan volume secara menyeluruh dan jelas
menempatkan Construction Manager disertai gambar rencana.
(CM) yang berkompeten dalam 5. Harus dibuatkan balance-sheet pada saat
manajemen proyek konstruksi dan Pre Construction Meeting, untuk
mempunyai certifikat keahlian. mengetahui kelebihan/kekurangan volume
Keterlambatan akibat 1. Membuat metode kerja yang lebih sebelum diadakan Addendum Kontrak.
penggunaan metode efisien dan efektif sehingga Adanya additional 1. Konsultan perencana untuk mensurvey,
pelaksanaan yang kurang pelaksanaannya sesuai jadwal dan work yang melebihi mendesign dan menghitung volume
tepat target yang direncanakan. 10% dari nilai kontrak pekerjaan yang lebih akurat sesuai dengan
2. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kondisi riil di lokasi proyek sehingga tidak
Work Breakdown Structure (WBS) menimbulkan pekerjaan tamba kurang
yang ada (addendum) pada tahap pelaksanaan
Adanya perubahan desain 1. Pemilik Proyek mesti konsisten proyek konstruksi.
yang terus-menerus selama menetapkan fixed design sehingga 2. Konsultan seharusnya merekrut Quantity
pelaksanaan tidak berubah-rubah selama Surveyor yang berpengalaman dalam
pelaksanaan perhitungan volume pekerjaan atau
2. Pemilik Proyek harus memiliki merekrut design team yang berkompeten.
keinginan secara pasti dalam Adanya perbedaan 1. Diadakan rapat koordinasi untuk
memberikan ide dalam perencanaan. antara spesifikasi memutuskan ketentuan yang digunakan
Kurang lengkapnya gambar 1. Konsultan Supervisi agar teknis (technical dalam pelaksanaan proyek sesuai dengan
dan spesifikasi teknis berkoordinasi dengan Konsultan specification), gambar kontark.
Perencana untuk membuat shop rencana (drawings) dan 2. Mengecek semua dokumen perencanaan
drawing yang sesuai dengan rencana anggaran biaya oleh design team sehingga mengantisipasi
kelengkapan gambar dan sesuai (bill of quantity ) kemungkinan ketidaksesuaian spesifikasi
dengan spesifikasi teknis yang ada. teknis, gambar rencana dan bill of
2. Konsultan Perencana diharapkan quantities.
membuat gambar dan spesifikasi 3. Design Team harus berkompeten dibidang
teknis lebih akurat sesuai dengan masing-masing seperti Architect, Structural
keinginan owner. Engineer, Electrical Engineer, Mechanical
Adanya perbedaan hasil Perhitungan volume pekerjaan pada and Plumbing Engineer.
pengukuran volume preliminary design yang lebih akurat Kesulitan memperoleh 1. Melakukan survey terhadap material
pekerjaan dengan kondisi sesuai dengan kondisi aktual di bahan/material banggunan yang sesuai dengan spesifikasi
aktual di lapangan lapangan sehingga tidak terjadi bangunan yang sesuai yang ada sehingga jaminan kualitas tetap
pembengkakan volume pekerjaan pada dengan spesifikasi sesuai rencana
saat inspeksi pekerjaan oleh pengawas teknis 2. Kebejikan pemerintah dalam pemerikasaan
teknis, pemilik proyek dan konsultan bahan bangunan agar disertakan dengan
pengawas. certifikat lulus uji dari laboratorium origin
Kontraktor tidak 1. Kontraktor diwajibkkan country oleh supplyer
menyediakan Alat Pelindung menyediakan Alat Pelindung 3.Perencana harus membuat disain dengan
Diri (APD) selama Diri/APD (Personal Equipmet menggunakan material yang tersedia/bahan
pelaksanaan proyek Protection) sesuai standar sehinggga lokal, jika harus mendatangkan dari luar
terhindar dari kecelakaan kerja. harus dipastikan distributor yang ada dan
2. Diharapkan item Personal bahan tidak kosong pabrik.
Equipment Protection dicantumkan
dalam Bill of Quantities (BoQ)
sehingga kontraktor menyediakan
APD pada saat pelaksanaan proyek.

6
Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

Lanjutan Tabel 7 Risiko dengan Kategori Undesirable Lanjutan Tabel 7 Risiko dengan Kategori Undesirable
dan Tindakan Mitigasinya dan Tindakan Mitigasinya
Identifikasi Risiko Tindakan Mitigasi Identifikasi Risiko Tindakan Mitigasi
Kurangnya koordinasi 1. Melakukan koordinasi yang rutin antara Kekurangtelitian dalam 1. Mereview kontrak kerja sebelum
antar pemilik proyek pihak-pihak yang berkompeten sehingga pembuatan kontrak penandatangan oleh kedua belah pihak
(owner) dengan tidak saling lempar tanggung jawab pada sehingga terjadi seperti contract agreement (perjanjian
pengawas teknis (DPU) pelaksanaan proyek konstruksi kerancuan dalam kontrak) conditions of contract (syarat-
2. Diharapkan semua pihak menghindari pemahaman kontrak syarat kontrk) dan appendisess (lampiran-
Conflict of Interest demi keharmonisan lampiran)
dalam penanganan suatu proyek sehingga 2. Memberikan draft kontrak kepada
tercapai hasil yang diharapakan. kontraktor untuk mempelajari isi kontrak
3. Diadakan rapat koordinasi rutin setiap sebelum dilakukan penandatanganan
minggu untuk mengevaluasi progress kontrak bersama.
pekerjaan dan membahas 3. Ditetapkan draft kontrak dalam dokumen
permasalahan/kendala pelaksanaan di lelang, syarat-syarat khusus dan syarat-
lapangan. syarat umum kontrak.
Keterlambatan 1. Kontraktor diharapkan mengirim bahan Perubahan disain 1. Konsultan Supervisi agar membuat shop
penyelesaian pekerjaan bangunan sesuai dengan kebutuhan yang akibat kondisi riil di drawing sesuai dengan kondisi riil proyek
akibat pengiriman diprioritaskan lokasi proyek sebelum suatu pekerjaan dimulai.
material yang kurang 2. Mengantisipasi dalam pengiriman bahan konstruksi
lancar ke lokasi proyek bangunan ke lokasi proyek sebelum suatu 2. Pengambilan data proyek oleh Konsultan
konstruksi pekerjaan dilaksanakan. Perencana agar lebih difokuskan pada
3. Harus ada schedule kebutuhan bahan, masing-masing item pekerjaan.
volume yang dibutuhkan dan waktu
3. Diadakan expose/presentasi dengan pihak
dibutuhkan. Pemesanan harus
terkait tentang keberadaan proyek, lokasi
diperhitungkan waktu pengiriman.
dan rencana kerja.
Produktivitas tenaga 1. Merekrut tenaga kerja yang berpengalaman
Perubahan suatu item Diharapkan kepada pihak-pihak yang terlibat
kerja yang minimum dan memiliki keahlian khusus pada item
pekerjaan yang pada tahap perencanaan untuk mereview suatu
sehingga pekerjaan sehingga out put per day tenaga
menyebabkan item pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek
mempengaruhi kerja sesuai dengan analisa tiap-tiap jenis
keterlambatan
progress works pekerjaan dan sesuai jadwal dan target
pelaksanaan pekerjaan
penyelesaian suatu item pekerjaan yang ada
Adanya pemogokan 1. Kontraktor diharapkan membayar upah
2. Pengawasan jam kerja yang ketat selama
tenaga kerja karena sesuai dengan perjanjian kontrak dengan
pekerjaan dilaksanakan.
terlambat pembayaran tenaga kerja
3. Dibuatkan schedule kebutuhan tenaga
upah 2. Memberikan penjelasan kepada tenaga
kerja, keahlian dan jumlah yang
kerja apabila terjadi keterlambatan
dibutuhkan.
pembayaran upah
4. Dibuatkan metode kerja pelaksanaan sesuai
3. Pembayaran upah sebaiknya melalui
jumlah alokasi tenaga kerja yang tersedia.
koordinator masing-masing grup pekerja
5. Dibuatkan jadwal shift tenaga kerja.
4. Dibuat cashflow keuangan dengan
Kontraktor 1. Kontraktor diharapkan melaksanakan tugas
memperhitungkan pengeluaran pembelian
mengabaikan instruksi sesuai dengan instruksi dan melaksanakan
barang dan pembayaran tenaga.
pengawas (pengawas sesuai dengan arahan pihak-pihak yang
5. Diasipakan administrasi penarikan
teknis, konsultan dan terlibat langsung pada proyek
invoice/termijn dan backup data yang
owner) 2. Kontraktor diminta menyediakan Logbook
dibutuhkan.
(buku tamu) pada lokasi proyek sehingga
Jaminan kesehatan 1. Kontraktor menyediakan jaminan sesuai
segala instruksi dari stake holder pada saat
kerja yang kurang dengan kebutuhan tenaga kerja.
monitoring dan pemeriksaan suatu item
2. Dicantumkan dalam dokumen lelang surat
pekerjaan.
pernyataan bahwa kontraktor bersedia
3. Dibuatkan klausul pada kontrak terkait hak
measuransikan tenaga kerjanya.
dan kewajiban kontraktor dan klausul
3. Sebelum penandatanganan kontrak
sanksi bila kontraktor tidak memenuhi
Kontraktor dipersyaratkan menunjukkan
kewajibannya.
bukti pembayaran asuransi tenaga kerja.
Kontraktor sulit 1. Kontraktor diharapkan memiliki tenaga
4. Membuat slogan-slogan yang menyangkut
mendapatkan tenaga professional yang tetap untuk masing-
kesehatan kerja.
skill dalam pelaksanaan masing keahlian dalam pelaksanaan proyek
proyek 2. Merekrut tenaga kerja yang terampil pada
bidangnya Alokasi Risiko
Produktivitas pekerja 1. Memberikan pelatihan pada tenaga kerja
yang rendah 2. Menggunakan jam kerja seefisien mungkin Pada tahap alokasi risiko, semua risiko yang
3. Memulai pekerjaan sesuai dengan waktu termasuk dalam kategori risiko dominan (major
4. Melakukan pengawasan yang rutin pada
setiap jam kerja
risk) dengan tingkat penerimaan tidak dapat
5. Mengikuti time schedule pelaksanaan yang diterima (unacceptable) dan tidak diharapkan
dengan baik (undesirable), dialokasikan kepemilikannya kepada
6. Meningkatkan produktifitas per hari sesuai
rencana para pihak yang terlibat lansung dalam proyek
Kurangnya jumlah 1. Merekrut personil yang berkompeten sesuai konstruksi antara lain Pemilik Proyek (owner),
personil proyek yang dengan bidangnya.
berkompeten Pengawas Teknis (Departemen Pekerjaan Umum),
2. Menempatkan personil sesesuai dengan Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan
keahliannya masing-masing.
Kontrator.
3. Ditetapkan kebutuhan jumlah personil
tenaga ahli, keahlian, pengalaman dalam
Konsultan perencana/superivisi sebagai
dokumen lelang. penerima risiko karena konsultan terlibat langsung
dalam perencanaan proyek konstruksi gedung
pemerintah di kota Dili – Timor Leste. Pada tahap
pelaksanaan, risiko dialokasikan kepada Pengawas
Teknis (Departemen Pekerjaan Umum), Pemilik
Proyek (Owner), Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi dan Kontrator.

7
Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

Dengan pengalokasian ini maka Lanjutan Tabel 9 Alokasi Risiko dengan Kategori
diharapkan semua risiko tersebut benar-benar Undesirable
Identifikasi Risiko Kepemilikan Risiko
berada dibawah kontrol semua pihak (Stake Perubahan disain akibat kondisi riil di lokasi Departemen Pekerjaan
holders) yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek konstruksi Umum dan Konsultan
proyek konstruksi gedung pemerintah sehingga Supervisi
Perubahan suatu item pekerjaan yang Pemilik Proyek,
tidak saling lempar tanggung jawab. Berikut menyebabkan keterlambatan pelaksanaan Departemen Pekerjaan
alokasi risiko sesuai dengan identifikasi risiko pekerjaan Umum dan Konsultan
Supervisi
seperti pada tabel berikut. Adanya pemogokan tenaga kerja karena Konsultan Supervisi dan
terlambat pembayaran upah Kontraktor
Tabel 8 Alokasi Risiko dengan Kategori Unacceptable Jaminan kesehatan kerja yang kurang Kontraktor
Identifikasi Risiko Kepemilikan Risiko
Keterlambatan penyelesaian proyek Konsultan Supervisi dan
konstruksi akibat banyaknya hari libur/hari Kontraktor
SIMPULAN DAN SARAN
raya Simpulan
Adanya ketidaksesuaian gambar rencana Konsultan Perencana, Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis
dan kondisi riil di lokasi proyek Konsultan Supervisi dan
Kontraktor yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
Keterlambatan (delay) dalam pengiriman Konsultan Supervisi dan sebagai berikut:
(delivering) material bangunan Kontraktor
Terlambatnya pembayaran termin (progress Pemilik Proyek dan
1. Risiko yang terindetifikasi pada pelaksanaan
payment) oleh instansi yang terkait (Public Departemen Pekerjaan proyek konstruksi gedung pemerintah di kota
works, Owner and Treasury) sehingga Umum Dili – Timor Leste adalah sebanyak 64 risiko
mempergaruhi cash flow kontraktor
Perencanaan waktu, tenaga kerja dan Konsultan Supervisi dan antara lain bersumber dari risiko politik
material oleh kontraktor kurang baik Kontraktor sebanyak 6 risiko (9%), lingkungan sebanyak 3
Keterlambatan akibat penggunaan metode Konsultan Supervisi dan risiko (5%), perencanaan sebanyak 9 risiko
pelaksanaan yang kurang tepat Kontraktor
Adanya perubahan desain yang terus- Pemilik Proyek, (14%), pasar sebanyak 4 risiko (6%), ekonomi
menerus selama pelaksanaan Departemen Pekerjaan sebanyak 3 risiko (5%), keuangan sebanyak 5
Umum dan Konsultan
Supervisi risiko (8%), alami sebanyak 2 risiko (3%),
Kurang lengkapnya gambar dan spesifikasi Konsultan Perencana proyek sebanyak 15 risiko (23%), teknis
teknis sebanyak 5 risiko (8%), manusia sebanyak 5
Adanya perbedaan hasil pengukuran volume Konsultan Supervisi
pekerjaan dengan kondisi aktual di lapangan risiko (8%), kriminal sebanyak 4 risiko (6%)
Kontraktor tidak menyediakan Alat dan keselamatan sebanyak 3 risiko (5%).
Pelindung Diri (APD) selama pelaksanaan Kontraktor
proyek 2. Risiko dominan (Major/main risk) dengan
tingkat penerimaan tidak dapat diterima
Tabel 9 Alokasi Risiko dengan Kategori Undesirable (unacceptable) dan tidak diharapkan
Identifikasi Risiko Kepemilikan Risiko (undesirable) pada pelaksanaan proyek
Waktu perencanaan sangat pendek akibat
anggaran perencanaan bersamaan dengan Pemilik Proyek
konstruksi gedung pemerintah di kota Dili –
anggaran pelaksanaan proyek konstruksi Timor leste sebanyak 28 risiko dominan dengan
Kurangnya survey pendahuluan tentang kategori tidak dapat diterima (unaccepatable)
lokasi proyek oleh konsultan perencana Konsultan Perencana
Adanya kesalahan perhitungan volume sebanyak 10 risiko dan kategori tidak
pekerjaan oleh konsultan perencana Konsultan Perencana diharapkan (undesirable) sebanyak 18 risiko.
sehingga menyebabkan additional work
pada saat pelaksanaan proyek
3. Mitigasi risiko dilakukan terhadap risiko
Adanya additional work yang melebihi 10% Konsultan Perencana dominan (Major/main risk) dengan kategori
dari nilai kontrak Unacceptable dan Undesirable untuk
Adanya perbedaan spesifikasi teknis
(technical specification), gambar rencana Konsultan Perencana meminimalkan dampak negatif terhadap
(drawings) dan rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek konstruksi gedung.
(bill of quantity )
Kesulitan memperoleh bahan/material Konsultan Supervisi dan
4. Pengalokasian risiko dominan (Major/main
bangunan yang sesuai dengan spesifikasi Kontraktor risk) dengan kategori Unacceptable dan
teknis Undesirable dialokasikan kepada pihak-pihak
Kurangnya koordinasi antar pemilik proyek Pemilik Proyek dan
(owner) dengan pengawas teknis (DPU) Departemen Pekerjaan (Stake holders) yang terlibat langsung pada
Umum pelaksanaan proyek konstruksi gedung
Keterlambatan penyelesaian pekerjaan Konsultan Supervisi dan
akibat pengiriman material yang kurang Kontraktor
pemerintah antara lain Owner (Pemilik proyek),
lancar ke lokasi proyek konstruksi Pengawas Teknis (Departemen Pekerjaan
Produktivitas tenaga kerja yang minimum Konsultan Supervisi dan Umum), Konsultan Perencana, Konsultan
sehingga mempengaruhi progress works Kontraktor
Kontraktor mengabaikan instruksi pengawas Konsultan Supervisi dan Supervisi dan Kontraktor.
(pengawas teknis, konsultan dan owner) Kontraktor
Kontraktor sulit mendapatkan tenaga skill Konsultan Supervisi dan
dalam pelaksanaan proyek Kontraktor
Saran
Produktivitas pekerja yang rendah Konsultan Supervisi dan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis
Kontraktor diatas, maka saran-saran yang dapat disampaikan
Kurangnya jumlah personil proyek yang Konsultan Supervisi dan
berkompeten Kontraktor
sebagai berikut:
Kekurangtelitian dalam pembuatan kontrak Pemilik Proyek, 1. Risiko dengan kategori tidak dapat diterima
sehingga terjadi kerancuan dalam Departemen Pekerjaan (Unacceptable) dan risiko tidak dapat
pemahaman kontrak Umum dan Kontraktor
diharapkan (Undesirable) adalah menjadi
tanggung jawab terbanyak pihak Konsultan

8
Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

Supervisi agar lebih teliti dalam pengawasan Kerzner, H. 1995. Project Management, System
pelaksanaan proyek konstruksi guna Approach to Planning, Scheduling, and
memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan Controlling. Fifth Edition New York: Van
biaya, mutu dan waktu yang direncanakan. Nostrand Reinhold.
2. Kontraktor sebagai pihak penyedia jasa
konstruksi diharapkan untuk lebih Manuasri, L. K. A. 2011 Manajemen Risiko pada
meningkatkan kinerja (Performance) dalam Proyek Konstruksi di Pemerintah Kabupaten
penanganan proyek konstruksi gedung sehingga Jembrana. (Tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
memberikan jaminan mutu, ketepatan waktu
pelaksanaan dan ketepatan biaya konstruksi Proboyo, B. 1999. Keterlambatan Waktu
gedung bagi pemilik proyek (Owner). Pelaksanaan Proyek: Klasifikasi dan Peringkat dari
3. Pemilik proyek (Owner) dan Pengawas Teknis Penyebab-Penyebabnya. Dimensi Teknik Sipil,
(Departemen Pekerjaan Umum) adalah pihak-
Vol. 1 no.2 September.
pihak yang terlibat langsung pada pelaksanaan
proyek konstruksi gedung pemerintah
diharapkan untuk lebih meningkatkan Raftery, J. 1994. Risk Analysis in Project
kemampuan dalam pengelolaan proyek Management. London: E & FN SPON.
konstruksi gedung pemerintah sehingga tidak
saling lempar tanggung jawab dalam mengelola Ramli, S. 2009. Manajemen Risiko dalam
proyek-proyek pemerintah. Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta:
Dian Rakyat
DAFTAR PUSTAKA
Al-bahar 1998. Construction Risk Management Samuel, M. 2013. Projetu Construsaun ba Edificio
System, Pennsy Vania USA, Project Management CNE, Timor Post, 11 Januari, hal: 1, kol.1.
Institute.
Sekretaris Negara Urusan Pekerjaan Umum Timor
Anonin 2011. Hubungan Kerja Antara Pihak-Pihak Leste. 2013, Projetu 60% Laiha Kualidade, Suara
Organisasi dalam Proyek. [cited 2011 Mar. 22]. Timor Lorosa’e. 20 April, hal: 1, kol.3.
Available from: URL:http://www.scribd.com/doc
Sugiono, 2001. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta:
Darmawi, H. 2000. Manajemen Risiko. Jakarta: CV. Alfabeta
Bumi Aksara
Suharto, I. 1997. Manajemen Proyek (Dari
Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Konseptual Sampai Operasional). Jakarta: Penerbit
Konstruksi. Yogyakarta: Kanisus Erlangga

Ervianto, W. I. 2004. Teori-Aplikasi Manajemen Suputra, I G. N. O. 2005. Manajemen Risiko pada


Proyek Konstruksi, Yogyakarta : Andi Pelaksanaan Denpasar Sewerage Development
Yogyakarta. Project (DSDP). (Tesis) di Denpasar: Universitas
Udayana.
Flanagan, R. and Norman G. 1993. Risk
Management and Construction, Cambride: Takaharu, N. 2012. World Studies Takushoku
University Press. University, Kuliah Tamu Kerjasama Mitigasi
Bencana Jepang-Indonesia.
Godfrey, P. S. and Sir William Halcrow and
Partner Ltd. 1996. Control of Risk A Guide to the Thompson, P. A. and Perry, J.G. 1991. Engineering
Systematic Management of Risk from Construction. Construction Risk. Second edition. John Willey.
Westminster Londen: CIRIA.
Vaughan, E. J. 1978. Fundamentals of Risk and
Hertz, B. D. and Howard T. 1983. Risk Analysis Insurance. Second edition. John Willey.
and its Applications.
Wulfram, I. E. 2009. Manajemen Proyek
Husen, A. 2009. Manajemen Proyek, Perencanaan, Konstruksi: Andi Yogyakarta
Penjadwalan, & Pengendalian Proyek.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Wulfram, I. E. 2004. Manajemen Proyek
Konstruksi: Andi Yogyakarta
Kangari, R. 1995. Risk Management Perception
and Trends of U.S. Construction Journal of
Construction Engineering and Management
(December 1995) vol. 121 no. 4: 422-429

You might also like