Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
KELOMPOK 10
KELAS D
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
ii
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
tanpa adanya hambatan yang berarti. Shalawat serta salam semoga senantiasa
Biologis” ini penyusun ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Pakan. Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah ikut terlibat dalam pembuatan
makalah ini.
pengetahuan dan wawasan kita semua. Kami juga menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya dapat lebih baik.
Penyusun
ii
3
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................................... 2
II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
V KESIMPULAN ..................................................................................... 16
LAMPIRAN ........................................................................................... 18
ii
1
PENDAHULUAN
yang mempengaruhi efisiensi dan kesuksesan dalam usaha peternakan baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya. Hijauan adalah pakan utama yang diberikan
pada ternak ruminansia digunakan sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan
makanan yang dikonsumsi berasal dari hijauan baik dalam bentuk segar maupun
yang diberikan secara lansung dapat terjadi penurunan berat badan 7,9% selama 30
hari. Hal ini karena faktor pembatas yang terdapat pada pelepah kelapa sawit.
Faktor pembatas pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak
adalah terdapatnya kandungan lignin yang tinggi dan kadar proteinnya rendah
(Prabowo dkk, 2011). Kandungan protein kasar pelepah sawit yang rendah dan
kandungan lignin yang tinggi maka akan menjadi kendala pelepah sawit sebagai
pakan ternak. Kadar lignin yang tinggi pada pelepah sawit yaitu 16,9%, diperlukan
Kemajuan teknologi dibidang pengolahan pakan yang ada saat ini dapat
yang bermutu yaitu dengan bioteknologi. Pengolahan pakan dapat dilakukan untuk
meningkatkan nilai gizi pada bahan pakan yaitu pengolahan secara kimia dan secara
ii
2
biologis. Pengolahan secara kimia adalah upaya mengubah sifat pakan melalui
penambahan bahan kimia seperti amoniasi urea yang dapat dilakukan dengan cara
basah dan cara kering sedangkan pengolahan secara biologis yaitu pengolahan
bahan dilakukan dengan enzim melalui bantuan mikroba yang sesuai disebut juga
ii
3
II
PEMBAHASAN
Silase merupakan awetan basah segar yang disimpan dalam silo, sebuah
tempat yang tertutup rapat dan kedap udara, pada kondisi anaerob. Pada suasana
pertanian dan hasil samping agroindustri yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak jika diolah dengan benar seperti diawetkan dalam bentuk silase. Hijauan
yang ideal digunakan sebagai silase adalah segala jenis tumbuhan atau hijauan
jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi. Pakan tersebut merupakan
pakan yang paling digemari olah ternak termasuk ternak ruminansia (Direktorat
keberhasilan dalam pembuatan silase yakni dari faktor tanaman. Bahan yang baik
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni jenis spesies, fase pertumbuhan, budidaya
dan iklim.
ii
4
asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat),
50%)
Proses pembuatan silase secara garis besar terdiri atas empat fase : (1) fase
aerob; (2) fase fermentasi; (3) fase stabil dan (4) fase pengeluaran untuk diberikan
kepada ternak. Setiap fase mempunyai ciri-ciri khas yang sebaiknya diketahui agar
kualitas hijauan sejak dipanen, pengisian ke dalam silo, penyimpanan dan periode
pemberian pada ternak dapat dipelihara dengan baik agar tidak terjadi penurunan
Proses pembuatan silase (ensilage) akan berjalan optimal apabila pada saat
bakteri asam laktat ataupun karbohidrat mudah larut. Fungsi dari penambahan
akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering untuk mengurangi kadar air
ii
5
asam laktat dan untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase (Schroeder,
2004).
Selama proses fermentasi asam laktat yang dihasilkan akan berperan sebagai
pembusuk. Bakteri asam laktat dapat diharapkan secara otomatis tumbuh dan
berkembang pada saat dilakukan fermentasi secara alami, tetapi untuk menghindari
asam laktat. Inokulum BAL merupakan additive paling populer dibandingkan asam,
enzim atau lainnya. Peranan lain dari inokulum BAL diduga adalah sebagai
probiotik, karena inokulum BAL masih dapat bertahan hidup di dalam rumen ternak
dan silase pakan ternak dapat meningkatkan produksi susu dan pertambahan berat
pakan ternak pada saat musim kemarau datang akibat susahnya memperoleh
hijauan pakan ternak pada saat musim kemarau, meskipun hal ini sangat
namun dengan adanya silase kesulitan dalam memperoleh pakan ternak pada
musim kemaraupun dapat teratasi. Selain itu tujuan dibuatnya silase adalah untuk
bahan pakan ternak lainnya, agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama
ii
6
yaitu:
1. Fase aerobik, normalnya fase ini berlangsung sekitar beberapa jam yaitu
ketika oksigen yang berasal dari atmosfir dan berada diantara partikel
Kondisi ini merupakan sesuatu yang tidak diinginkan pada proses ensilase
sebetulnya diperlukan bagi bakteri asam laktat. Kondisi ini akan menghasilkan air
dan peningkatan suhu sehingga akan mengurangi daya cerna kandungan nutrisi.
bahan dalam silo. Selain itu juga harus diperhatikan kematangan bahan,
2011).
2. Fase fermentasi, fase ini merupakan fase awal dari reaksi anaerob. Fase ini
komposisi bahan dan kondisi silase. Jika proses ensilase berjalan sempurna
maka bakteri asam laktat sukses berkembang. Bakteri asam laktat pada fase
bakteri asam laktat akan menurun dan akhirnya berhenti. Dan itu merupakan
ii
7
3. Fase stabilisasi, fase ini merupakan kelanjutan dari fase kedua. Fase
4. Fase feed-out atau aerobic spoilage phase. Silo yang sudah terbuka dan
aerobik terjadi. Hal yang sama terjadi jika terjadi kebocoran pada silo maka
terjadi 3 proses perombakan yang penting yaitu proses yang terjadi pada tanaman,
Silase jika dinilai dari segi kualitatif dapat ditinjau dari beberapa
parameter seperti pH, suhu, tekstur, warna dan kandungan asam laktatnya
digigit terasa manis dan terasa asam seperti yogurt atau yakult, kemudian
kering, namun apabila dipegang terasa lembut dan empuk (Direktorat Pakan
Ternak, 2012).
ii
8
yang optimum yaitu antara 3,8-4,2. Kegagalan dalam pembuatan silase dapat
disebabkan, oleh beberapa faktor antara lain proses pembuatan yang salah, terjadi
kebocoran silo sehingga tidak tercapai suasana yang anaerob, tidak tersedianya
karbohidrat terlarut berupa gula, berat kering awal yang rendah sehingga silase
ii
9
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan silase dalam satu silo. Silase yang
mengalami kerusakan dapat terlihat dari tekstur silase yang rapuh, berwarna
coklat kehitaman, dan berbau busuk serta banyak ditumbuhi jamur. Pada
al., 2006).
dapat menarik air sehingga dapat meningkatkan kadar air pada pakan hijauan
rumput gajah menghasilkan kadar air yang lebih tinggi dengan kadar air 79,53%
sebanyak 40 ml hal ini dikarenakan bakteri asam laktat yang mampu mengubah
glukosa menjadi air. Mc Donald (1981) selama proses ensilase berlangsung maka
terjadi penurunan kandungan bahan kering (BK) dan peningkatan kadar air yang
disebabkan oleh tahap ensilase yang pertama yaitu dimana respirasi masih
berlangsung dimana glukosa diubah menjadi CO2, H2O, dan panas Kadar air
ideal dalam pembuatan silase yakni sekitar 60%-70% karena jika kadar air
melebihi 70% maka silase yang dihasilkan tidak begitu disukai ternak. Silase ini
kurang masam dan mempunyai konsentrasi asam butirat dan N-Amonia tinggi.
terbatas. Hal ini akan berdampak pada silase yang dihasilkan akan memiliki pH
ii
10
yang tinggi dan konsentrasi asam laktat rendah sehingga dapat memicu bakteri
sel yang rusak serta untuk produksi. Protein juga akan diubah menjadi energi saat
menghasilkan protein sendiri dari zat-zat anargonis. Oleh karena itu, hewan perlu
kondisi ternak (Sudarmono, 2008). Bahan pakan lengkap yang diberikan kepada
Serat kasar merupakan hidrat arang yang tidak larut sehingga bahan ini
akan tinggal dalam rumen lebih lama dan dapat menekan konsumsi. Bahan ini
agar berlangsung lebih baik. Kandungan serat kasar yang ideal diberikan pada
ternak sapi paling sedikit 13% dari bahan kering didalam ransum.
level dedak dengan penambahan Lactobacillus plantarum I BL-2 106 cfir/g hijauan
ii
11
kandungan total asam (DP 5o/o), % ADF dan % NDF (DP 3%) dibandingkan
yaitu bahan organik, abu, bahan kering, srn^.r panen, % rusah jumlah koloni
bakteri asam laktat akhir dan asam laktat. trvel dedak dalam aplikasi pernbuatan
silase dapat berpengaruh terhadap kualitas silase dan dapat digunakan sebagai
Yang dimaksud jerami adalah bagian batang tumbuhan yang setelah dipanen
bulir-bulir buahnya baik bersama tangkainya atau tidak dikurangi dengan akar dan
sisa batang yang disabit dan masih tegak dipermukaan tanah. Produksi jerami padi
bervariasi yaitu dapat mencapai l2- 15 ton per hektar satu kali panen, atau 4-5 ton
bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang
digunakan. Jerami padi dihasilkan 1-2 kali di daerah kering, dan sebagian petani
tanam kembali.
Jerami padi melimpah selama musim hujan, namun langka pada musim
sebagai salah satu sumber makanan ternak memang memiliki nulai nutrisi yang
relatif rendah.
Jika dibandingkan dengan rumput maka daya cerna jerami padi lebih
lambat. Yang dimaksud daya cerna adalah lamanya makanan berada dalam saluran
ii
12
pencernaan sejak mulai masuk dari mulut sampai keluar melalui anus. Untuk
jerami padi waktu cerna dapat mencapai 5-12 hari, sedangkan rumput hanya 2-3
hari saja. Semakin cepat waktu cernanya maka ternak makin mudah lapar lagi dan
pencernaan maka hewan juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk lapar
sedikit. Ditambah lagi nilai nutrisi jerami yang relatif rendah menyebabkan nutrisi
yang masuk ke tubuh ternak jga sedikit dan ternak menjadi kekurangan nutrisi.
Penghambat daya cerna pada jerami adalah kandungan lignin, silika dan
kutin yang relatif tinggi karena jerami adalah tanaman yang sudah tua dan telah
melewati fase generatif (sudah berbuah). Namun potensi jerami sebagai sumber
energi cukup baik. Pengolahan dan Pengawetan jerami merupakan upaya untuk
daya cerna jerami sesuai dengan kualitas rielnya. Efektifitas cerna mikroorganisme
ditingkatkan agar dapat menghancurkan lignin, silika dan kutin, di samping itu
ii
13
Jerami bisa disimpan dalam keadaan segar dan kering. Pada prinsipnya
penyimpanan, perlu diusahakan agar tidak terjadi perkembangan jamur dan bakteri
Peyimpanan segar :
Bahan-dan alat :
Urea 7,5 kg
Terpal 2 buah
Sabit/Parang
Tali plastik
Cara mengawetkan :
Jerami padi segar setelah dipanen, dikumpulkan kemudian dikat padat atau
dipres
Bagian ujung jerami yang tidak rata dipotong dan dirapikan pada saat jerami
dan diupayakan agar padat dan rapat agar udara tidak masuk.
Terpal diikat kencang agar udara tidak masuk kedalam bungkusan jerami.
ii
14
Jerami dapat disimpan selama 30-90 hari. Sebelum diberikan pada ternak,
baik dengan cara fisik, kimia maupun biologis. Tetapi cara-cara tersebut biasanya
disamping mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya,
mempunyai efek buruk sedangkan dengan cara biologis memerlukan peralatan yang
mahal dan hasilnya kurang disukai ternak (bau amonia yang menyengat). Cara yang
relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan
Bahan.
Jerami : 1 ton
Urea : 6 kg
Air secukupnya
Tempat pembuatannya harus ada naungan/atap terhindar dari hujan dan sinar
matahari langsung.
Cara Pembuatan :
ii
15
air mendekati 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, air tidak menetes
dikeringkan.
Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibuka
Catatan :
jerami fermentasi dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan
sehelai karung goni. Selain jerami, bahan lain yang bisa difermentasi untuk
makanan ternak antara lain : alang-alang, pucuk tebu dll. Alang-alang dibuat
Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH4 ini
digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam proses fermentasi. Jadi
disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai
ii
1
KESIMPULAN
1. Silase merupakan pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan
baku yang berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan
pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat
kedap udara, yang biasa disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.
3. Proses fermentasi terjadi dalam enam fase. Fase pertama terjadi respirasi
sel, fase kedua terjadi produksi asam asetat, asam laktat, dan etanol, fase
ketiga sampai keempat terjadi pembentukan asam laktat, fase kelima terjadi
penyimpanan material, dan fase keenam terjadi dekomposisi aerob saat silo
dibuka.
buahnya baik bersama tangkainya atau tidak dikurangi dengan akar dan sisa
batang yang disabit dan masih tegak dipermukaan tanah. Produksi jerami
padi bervariasi yaitu dapat mencapai l2- 15 ton per hektar satu kali panen,
atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman
yang digunakan.
ii
2
DAFTAR PUSTAKA
ii
3
ii