You are on page 1of 8

ANALISA SINTESA

PEMBERIAN NEBULIZER PADA Tn.S DI RUANG MELATI 3


RSUD dr MOEWARDI KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh :
Nama : Riski Ramadhani
Nim : P27220018206

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2018/2019
LAPORAN ANALISIS SINTESA TINDAKAN
Analisis sintesis tindakan pemberian nebulizer
Pada Tn.S Diruang Melati 3
RSUD dr.MOEWARDI KOTA SURAKARTA
Hari : Selasa
Tanggal : 23 November 2018
Jam : 11.00-11.15 WIB

A. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan sesak nafas dan badan lemas sejak 3 hari
yang lalu.
Pasien datang dari IGD pada hari sabtu tanggal 22 november 2018
pukul 09.00 dengan keluhan badan lemas, sesak nafas, batuk
darah, dan nyeri dada. Kemudian pasien dibawa ke ruang Melati 3
pada pukul 11.00 WIB.
B. Diagnosa medis
Ca Paru
C. Data pendukung
Ds :
 klien mengeluh sesak dan lemas
 batuk darah
 klien mengeluh nyeri pada dada skala 6, qualitas sedang
nyeri diarasakan terus menerus.
Do :
 RR : 32x/m
 Saturasi oksigen : 95%
 Klien tampak meringis
 Pasien tampak lemas
 Pasien bedrest
D. Dasar pemikiran
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas
ditandai dengan napas yang pendek dan penggunaan otot
bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit
kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau
alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006)
Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat
(silicate fibers) yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam
jaringan paru seiring dengan paparan pada asbes-asbes (Dodi,
2011). Kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari
pleura atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum)
dikaitkan dengan paparan pada asbes-asbes.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen sub
bronkus menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, bisa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang
bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti supurasi di bagian distal. Gejala –
gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada
auskultasi.
Gejala yang menjadi tanda-tanda adanya kanker paru terdiri
dari gejala awal yaitu stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin
disebabkan oleh obstruksi pada bronkus., Darah dalam dahak atau
haemoptisis (Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi) , Peningkatan jumlah/
viskositas sekret Menghilangkan spasme bronkus untuk
memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan
viskositas sekret.
Mutasi gen dan sel epitel paru tumbuh tak terkendali (tumor)
menyebabkan iritasi massa tumor , sehingga terjadi peningkatan
produksi sekresi trakheobronkhial (secret ) , pada asukultasi
terdengar bunyi Ronchi , sehingga timbul masalah keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Prinsip tindakan keperawatan


Tindakan Nebuliser merupakan tindakan keperawatan dengan
prinsip bersih karena bukanlah tindakan invasif. Prinsip-prinsip
pelaksanaan nebulizer, seperti menyiapkan alat-alat dan bahan
(mesin nebulizer dan masker, obat), klien diposisikan fowfler/duduk.
Suara napas, denyut nadi, status respirasi dan status saturasi
oksigen diukur sebelum dan sesudah tindakan. Ajarkan klien cara
menghirup yang benar.
Standar Operasional Prosedur
Pemberian Nebulizer

A. Definisi
Nebulasi adalah salah satu terapi inhalasi dengan
menggunakan alat bernama nebulizer. Alat ini mengubah
cairan menjadi droplet aerosol sehingga dapat dihirup oleh
pasien. Obat yang digunakan untuk nebulizer dapat berupa
solusio atau suspensi (Tanto, 2014)
B. Tujuan
Menurut Purnamadyawati (2000) tujuan dari pemberian
nebulizer antara lain:
1. relaksasi dari spasme bronchial
2. mengencerkan secret
3. melancarkan jalan nafas
4. melembabkan saluran pernapasan.
C. Indikasi pemberian nebulizer
untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan
gangguan saluran pernapasan.
D. Kontraindikasi Pemasangan Infus
Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung
E SOP PEMBERIAN THERAPI NEBULIZER
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan
khususnya pada klien yang menggunakan bronkodilator.
2. Jelaskan prosedur pada klien.
3. Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam
posisi semifowler, jaga privasi.
4. Petugas mencuci tangan.
5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan
cairan normal salin ± 4-6cc.
6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan
selangnya ke flow meter oksigen dan set aliran pada 4-5
liter/menit, atau ke kompresor udara.
7. Instruksikan klien untuk buang nafas.
8. Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth
piece, tahan nafas beberapa saat kemudian buang nafas
melalui hidung.
9. Observasi pengembangan paru / dada klien.
10. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam
setelah seluruh obat diuapkan.
11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik
nafas dalam beberapa kali (teknik batuk efektif).
12. . Klien dirapikan.
13. Alat dirapikan.
14. Petugas mencuci tangan.
15. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan.
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Perlakukan klien secara hati-hati. Saat awal tindakan klien perlu
didampingi sampai terlihat tenang.
F. Analisis tindakan
Tujuan dilakukan nebulizer adalah mengencerkan secret,
mengobati peradangan saluran napas atas, melegakan saluran
napas.
Pada saat pemberian therapi nebulizer, perawat sudah
memakai handskun terlebih dahulu, dan kemudian menyiapkan
alat-alat nebulizer, mengambil masker oksigen yang berada di
pasien (disimpan sendiri oleh pasien) dan kemudian disambungkan
dengan selang pada mesin nebuliser, obat yang dimasukkan (
ventolin 1 ampul). Sakelar dalam mesin dihubungkan dengan
sumber listrik. Tn.S di posisikan fowler, combivent kemudian
dimasukkan dalam tempat obat yang terhubung langsung dengan
masker nya kemudian memasangkan masker pada klien setelah itu
menekan tombol on. Hal itu akan membuat uap obat akan mengalir
dari mesin nebuliser ke masker oksigen dan akhirnya akan dihirup
oleh klien. Perawat mengajarkan cara menghirup yang benar. Dan
menginstruksikan apa bila kelelahan makan nebulizer akan
dihentikan sejenak, dan akan dilanjutkan lagi apabila pasien sudah
siap untuk di nebulizer kembali. Setelah obat habis maka mesin
nebulizer akan dimatikan.
Dari jurnal penelitian yang saya dapatkan dan melihat
kembali SOP Pemberian Nebulizer dan kenyataan di RS, pada saat
pemberian obat ventolin kesenjangan yang didapat ventolin tidak
diencerkan dengan NS.

Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan pemberian nebulizer di Ruang


Melati RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Propinsi Lampung didapatkan
perbedaan teknis pemberian obat bronkodilator sesuai dengan advis
dokter.
Perbedaan ini mengenai efektifitas pemberian bronkodilator dengan atau
tanpa pengenceran dengan cairan normal Saline Nacl 0,9%. Perbedaan
cara pemberian Bronkodilator ini sering menimbulkan perbedaan persepsi
diantara perawat pelaksana dengan dokter, masing-masing memiliki
argumentasi yang cukup kuat dalam efektifitas penangan asma Realitas di
lapangan menunjukkan bahwa dokter yang lebih berpengalaman
cenderung menggunakan tehnik pengenceran dengan Nacl 0,9% dalam
prosedur pemberian bronkodilator inhalasi pada pasien asma. Fungsi
NaCl 0,9% dalam hal ini adalah sebagai cairan pengencer atau campuran
untuk memberikan efek kelembaban pada saluran peranapasan saat
melakukan terapi inhalasi. Sedangkan dokter lulusan baru menggunakan
tehnik tanpa pegenceran dalam prosedur pemberian bronkodilator inhalasi
pada pasien asma. Hal ini tentunya akan membingungkan bagi perawat
pelaksana dalam pemberian bronkodilator inhalasi pada pasien asma.
Namun hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa Dari hasil
diatas menurut analisa penulis adanya perbedaan antara pemberian
inhalasi bronkodilator dengan pengenceran NaCl 0.9% dan tanpa
pengenceran NaCl 0.9% berhubungan dengan komposisi obat
bronkodilator yang dapat diserap oleh tubuh responden.
Pemberian inhalasi tanpa pengenceran NaCl 0.9% memungkinkan respon
tubuh
menjadi cepat, sehingga menimbulkan dampak yang sesuai dengan efek
farmakologis obat tersebut. Sedangkan pada pemberian inhalasi dengan
pengenceran NaCl 0.9% komposisi obat
telah terlarut dalam NaCl 0.9% sehingga memperlambat respon tubuh
terhadap efek farmalologis obat.
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014
J. Evaluasi hasil
S :
 Klien mengatakan sesak berkurang saat dilakukan
pemberian nebulizer
O :
 klien tampak terlihat tenang dan langsung tidur
 RR : 24x/m
K. Evaluasi diri (berisi tentang kesenjangan langkah prosedur yang telah
dilakukan dengan SOP nya)
1. Dari jurnal penelitian yang saya dapatkan dan melihat kembali SOP
Pemberian Nebulizer dan kenyataan di RS, pada saat pemberian
obat ventolin kesenjangan yang didapat ventolin tidak diencerkan
dengan NS.
Daftar pustaka/referensi
Layman, ME. Nebuliser Therapy, dalam buku Emergency Nursing
Procedures. Edisi ke-2 oleh Jean A Proehl. USA: W.B. Saunders
Company.4.

Kusyati, E. et al. Keterampilan dan prosedur Keperawatan Dasar.


Semarang: Kilat Press.2003.5.

Winariani. Perbedaan Fungsi Paru Pasien PPOK Yang Menggunakan


Terapi NebulizerDengan Terapi Intravena di Ruang Paviliun Cempaka
RSUDJombang. Update: Minggu,04 Desember 2011.http://kti-skripsi-
kedokteran.blogspot.com/2011/12/perbedaan-fungsi-paru-pasien-ppok-
yang.html. Diakses tanggal 22 November 2012.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Dodi. 2011. Penyebab Kanker Paru. Diakses tanggal 5 Desember 2018.
URL:http://rotinsuluhospital.org/index.php?option=oncontent&view=article
&id= 79:apa-itu-kanker-paru

You might also like