Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan
staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan
penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan standar di
Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha
bernapas melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau trakheostomi. Salah satu
indikasi klinik pemasangan alat ventilasi mekanik adalah gagal napas
(Musliha, 2010).
Gagal napas masih merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian
yang tinggi di instalasi perawatan intensif. Gagal napas terjadi bila pertukaran
oksigen terhadap karbondioksida dalam paru–paru tidak dapat memelihara
laju konsumsi oksigen (O2) dan pembentukan karbon dioksida (CO2) dalam
sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang dari 50
mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbon dioksida lebih besar
dari 45 mmHg (Hiperkapnia). Gagal napas masih menjadi penyebab angka
kesakitan dan kematian yang tinggi di ruang perawatan intensif (Brunner&
Suddarth, 2002).
Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas adalah obstruksi
jalan napas, termasuk obstruksi pada Endotrakeal Tube (ETT). Obstruksi
jalan napas merupakan kondisi yang tidak normal akibat ketidak mampuan
batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak
efektif (Hidayat, 2005).
Hasil studi di Jerman dan Swedia melaporkan bahwa insidensi gagal
napas akut pada dewasa 77,6-88,6 kasus/100.000 penduduk/tahun. The
American- European Consensus on ARDS menemukan insidensi Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) antara 12,6-28,0 kasus/100000
penduduk/tahun serta kematian akibat gagal napas dilaporkan sekitar 40%.
Berdasarkan data peringkat 10 Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terfatal
menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
2
inap rumah sakit pada tahun 2010, angka kejadian gagal napas menempati
peringkat kedua yaitu sebesar 20,98% (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Data yang diperoleh dari buku registrasi pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado mulai dari bulan Januari- Oktober 2013 total pasien yang
dirawat di ICU adalah sebanyak 411 pasien dan yang mengalami kejadian
gagal napas sebanyak 132 pasien (32,1 %). Rata-rata pasien yang dirawat di
ICU adalah 41-42 pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami kejadian gagal
napas adalah 13-14 pasien/bulan serta 10-11 pasien/bulan meninggal akibat
gagal napas (Berty, 2013).
Penanganan untuk obstruksi jalan napas akibat akumulasi sekresi pada
Endotrakeal Tube pada pasien kritis adalah dengan melakukan tindakan
penghisapan lendir (suction) dengan memasukkan selang kateter suction
melalui hidung/mulut/Endotrakeal Tube (ETT) yang bertujuan untuk
membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi
paru. Secara umum pasien yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang
kurang baik untuk mengeluarkan benda asing, sehingga sangat diperlukan
tindakan penghisapan lendir (suction) (Nurachmah & Sudarsono, 2000).
Menurut Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada
pasien dengan gangguan bersihan jalan napas maka pasien tersebut akan
mengalami kekurangan suplai O2 (hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak
terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak
yang permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui hipoksemia adalah
dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang dapat mengukur
seberapa banyak prosentase O2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin.
Pemantauan kadar saturasi oksigen adalah dengan menggunakan alat
oksimetri nadi (pulse oxymetri), dengan pemantauan kadar saturasi oksigen
yang benar dan tepat saat pelaksanaan tindakan penghisapan lendir, maka
kasus hipoksemia yang dapat menyebabkan gagal napas hingga mengancam
nyawa bahkan berujung pada kematian bisa dicegah lebih dini.
Penelitian yang dilakukan Berty, dkk di ICU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado tahun 2013 pada 16 pasien yang terpasang ETT dan terdapat
lendir. Sesudah dilakukan tindakan suction mengalami penurunan saturasi
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
3
oksigen. Tindakan suction ETT dapat memberikan efek samping antara lain
terjadi penurunan kadar saturasi oksigen >5%. Sebagian besar responden
yang mengalami penurunan kadar saturasi oksigen secara signifikan pada
saat dilakukan tindakan penghisapan lendir ETT yaitu terdiagnosis dengan
penyakit pada sistem pernapasan. Komplikasi yang mungkin muncul dari
tindakan penghisapan lendir salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia. Hal
ini diperkuat oleh penelitian Maggiore et al, (2013) tentang efek samping dari
penghisapan lendir ETT salah satunya adalah dapat terjadi penurunan kadar
saturasi oksigen lebih dari 5%. Sehingga pasien yang menderita penyakit
pada sistem pernapasan akan sangat rentan mengalami penurunan nilai kadar
saturasi oksigen yang signifikan pada saat dilakukan tindakan penghisapan
lendir, hal tersebut sangat berbahaya karena bisa menyebabkan gagal napas
(Berty, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ICU
RSUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone didapatkan data jumlah tempat
tidur di ICU sebanyak 10 tempat tidur, pasien yang dirawat di ICU 50%
terpasang ETT. Pada bulan November - Desember 2017 jumlah pasien yang
terpasang ETT sebanyak 10 pasien.
Mengingat pentingnya pelaksanaan tindakan penghisapan lendir (suction)
agar kasus gagal napas yang dapat menyebabkan kematian dapat dicegah
maka sangat diperlukan pemantauan kadar saturasi oksigen yang tepat. Hal
inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang sejauh
mana perubahan saturasi oksigen pada pasien kritis yang dilakukan tindakan
suction endotracheal tube di Ruang Intensive Care Unit RSUD Tenriawaru
Kelas B Kabupaten Bone.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas
maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, adakah
perubahan saturasi oksigen pada pasien kritis setelah dilakukan
tindakan suction endotracheal tube di ICU RSUD Tenriawaru Kelas B
Kabupaten Bone?
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana perubahan saturasi oksigen pada pasien
kritis yang dilakukan tindakan suction endotracheal tube di ICU RSUD
Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui saturasi oksigen pada pasien sebelum dilakukan
tindakan suction.
b. Mengetahui saturasi oksigen pada pasien sesudah dilakukan
tindakan suction.
c. Menganalisis perubahan saturasi oksigen pada pasien kritis sebelum
dan sesudah dilakukan tindakan suction.
d. Mengidentifikasi respon pasien pada saat mengalami perubahan
saturasi oksigen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Perawat ICU
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi perawat dalam
melakukan tindakan suction untuk mencegah terjadinya perubahan
saturasi oksigen pada pasien kritis yang terpasang endotracheal tube.
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
sebagai dasar pertimbangan dalam metode melakukan tindakan suction
endotracheal tube pada pasien kritis.
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman,
dan wawasan mengenai perubahan saturasi oksigen pada pasien kritis
yang dilakukan tindakan suction endotracheal tube.
4. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi atau acuhan
tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi pihak lain
yang ingin mempelajari mengenai perubahan saturasi oksigen pada
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
5
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Saturasi Oksigen
a. Oksigen
Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi,
merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau digunakan untuk
proses pembakaran dan oksidasi. Oksigen merupakan unsur
golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir
semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur
dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen,
yaitu senyawa gas diatomik. (Swidarmoko, 2010 ).
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali
bernapas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh
interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis
(Harahap, 2005).
Indikasi primer terapi oksigen adalah pada kasus hipoksemia
yang telah dibuktikan dengan pemeriksaan analisa gas darah.
Indikasi lain adalah trauma berat, infark miokard akut, syok, sesak
napas, keracunan CO, pasca anestesi dan keadaan-keadaan akut yang
diduga terjadi hipoksemia. Hipoksemia adalah penurunan tekanan
oksigen arteri dalam darah dapat memunculkan masalah perubahan
status mental (mulai dari gangguan penilaian, orientasi, kelam pikir,
letargi, dan koma), dyspnea, peningkatan tekanan darah, perubahan
frekuensi jantung, disritmia, sianosis, diaforesis dan ekstremitas
dingin. Kondisi hipoksemia ini biasanya mengarah kepada hipoksia
(Brunner & Suddarth, 2001).
b. Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan
dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
7
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
8
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
9
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
10
yang diperlukan
12) Baca dan catat hasil pengukuran
13) Bila dilakukan pemantauan yang terus menerus maka pindahkan
sensor probe tiap 2 jam
14) Bila dilakukan sesaat, lepaskan probe dan matikan
oksimetri nadi
15) Cuci tangan (Kozier & Erb, 2009).
h. Analisa Perubahan SaO2 Sebelum dan Sesudah Suction
Penelitian yang dilakukan Berty, dkk di ICU RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado tahun 2013 pada 16 pasien yang terpasang
ETT dan terdapat lendir. Sesudah dilakukan tindakan suction
mengalami penurunan saturasi oksigen. Tindakan suction tidak
hanya menghisap lendir, suplai oksigen yang masuk ke saluran napas
juga ikut terhisap, sehingga memungkinkan untuk terjadi hipoksemi
sesaat ditandai dengan penurunan saturasi oksigen (SpO2).
Tindakan suction ETT dapat memberikan efek samping antara
lain terjadi penurunan kadar saturasi oksigen >5%. Sebagian besar
responden yang mengalami penurunan kadar saturasi oksigen secara
signifikan pada saat dilakukan tindakan penghisapan lendir ETT
yaitu terdiagnosis dengan penyakit pada sistem pernapasan.
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan penghisapan lendir
salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia, hal ini diperkuat oleh
penelitian Maggiore et al, (2013) tentang efek samping dari
penghisapan lendir ETT salah satunya adalah dapat terjadi
penurunan kadar saturasi oksigen lebih dari 5%. Pasien yang
menderita penyakit pada sistem pernapasan akan sangat rentan
mengalami penurunan nilai kadar saturasi oksigen yang signifikan
pada saat dilakukan tindakan penghisapan lendir, hal tersebut sangat
berbahaya karena bisa menyebabkan gagal napas (Berty, 2013).
Hiperoksigenasi adalah teknik terbaik untuk menghindari
hipoksemi akibat penghisapan dan harus digunakan pada semua
prosedur penghisapan. Hiperoksigenasi dapat dilakukan dengan
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
11
2. Pasien ICU
a. Pengertian Pasien
Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan
medis. Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient
dari bahasa Inggris. Patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu
patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang
artinya "menderita”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang
melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada dokter (Menerez, 2012).
Pasien kritis adalah pasien yang secara fisiologis tidak stabil,
sehingga mengalami respon hipermetabolik kompleks terhadap
trauma, sakit yang dialami akan mengubah metabolisme tubuh,
hormonal, imunologis dan homeostasis nutrisi. Pasien dengan sakit
kritis yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) sebagian
besar menghadapi kematian, mengalami kegagalan multi organ,
gagal napas, menggunakan ventilator, dan memerlukan support
teknologi (Menerez, 2012).
b. Definisi ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
12
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
13
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
14
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
15
3. Suction
a. Pengertian Suction
Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas
dengan memakai kateter penghisap melalui nasotrakeal tube (NTT),
orotraceal tube (OTT), traceostomy tube (TT) pada saluran
pernafasa bagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas,
mengurangi retensi sputum, merangsang batuk, mencegah terjadinya
infeksi paru. Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang
mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring
terutama sebagai akibat penghisapan melalui trakea gangguan
perdarahan, edema laring, varises esophagus, perdarahan gaster,
infark miokard (Elly, 2000).
b. Jenis Suction
Suction trakhea seringkali dilakukan pada pasien yang
menggunakan ventilasi mekanik. Terdapat laporan yang
menunjukkan pasien yang terpasang ventilasi mekanik dilakukan
suction hingga 8-17 kali sehari. Sekret trakhea dibuang untuk
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
16
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
17
Tabel. 2.1
Tekanan Suction
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
18
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
19
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
20
e) Bronkospasme
f) Perdarahan pulmonal
g) Disritmia jantung
h) Hipertensi/hipotensi
i) Nyeri
j) Kecemasan
4. Endotracheal Tube
a. Pengertian Endotracheal Tube
Endotracheal Tube adalah alat yang digunakan untuk
mengamankan jalan napas atas. ETT digunakan atas indikasi
kepentingan anestesi umum dan pembedahan atau perawatan pasien
sakit kritis di unit rawat intensif untuk kepentingan pengelolaan jalan
napas (airway management) (Handayanto, 2013).
b. Indikasi Pemasangan Endotracheal Tube
1) Hilangnya refleks pernafasan
2) Obstruksi jalan nafas besar (epiglotitis, corpus alienum, paralisis
pita suara) baik secara anatomis maupun fungsional.
3) Perdarahan faring (luka tusuk, luka tembak pada leher)
4) Tindakan profilaksis (pasien yang tidak sadar untuk pemindahan
ke rumah sakit lain atau pada keadaan di mana potensial terjadi
kegawatan nafas dalam proses transportasi pasien) (dr.
Catharina, 2015).
c. Alat dan bahan
1) Laryngoscope lengkap dengan handle dan blade-nya
2) Pipa endotrakeal (orotracheal) dengan ukuran : perempuan no.
7; 7,5 ; 8 . Laki-laki : 8 ; 8,5. Keadaan emergency : 7,5
3) Forceps (cunam) magill (untuk mengambil benda asing di
mulut)
4) Benzokain atau tetrakain anestesi lokal semprot
5) Spuit 10 cc atau 20 cc
6) Stetoskop, ambubag, dan masker oksigen
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
21
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
22
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
23
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
24
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
25
kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi, dan dinyatakan hipotensi dimana
tekanan darah seseorang turun dibawah angka normal, yaitu
mencapai nilai rendah 90/60 mmHg.
c. Monitoring Respirasi
Monitoring respirasi di ICU untuk mengidentifikasi penyakit
dan menilai beratnya penyakit. Monitoring ini juga bersamaan
dengan riwayat penyakit, pemeriksaaan radiografi, analisa gas darah
dan spirometer. Beberapa parameter yang diperlukan kecepatan
pernafasan per menit, volume tidal, oksigenasi dan karbondioksida.
ICU biasanya digunakan impedance monitor yang dapat mengukur
kecepatan pernafasan, volume tidal dan alarm apnea. Pernapasan
normal dimana kecepatan 16 - 24 x/menit, klien tenang, diam dan
tidak butuh tenaga untuk melakukannya, tachipnea yaitu pernapasan
yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/menit, bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/menit, dan
apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
d. Monitoring SaO2
Pengukuran oksigen pada memberikan informasi yang penting
pada perawatan dan merupakan hal yang vital dalam pengukuran
kondisi fisiologis. Saturasi oksigen adalah rasio antara jumlah
oksigen aktual yang terikat oleh hemoglobin terhadap kemampuan
total Hb darah mengikat O2. Saturasi oksigen (SaO2) merupakan
persentase hemoglobin (Hb) yang mengalami saturasi oleh oksigen
yang mencerminkan tekanan oksigen arteri darah (PaO2) yang
digunakan untuk mengevaluasi status pernafasan. Dari beberapa
pengertian tadi, maka dapat disimpulkan bahwa saturasi oksigen
adalah perbandingan kemampuan oksigen untuk berikatan dengan
hemoglobin dan dibandingkan dengan jumlah total keseluruhan
jumlah darah. Pengukuran SaO2 dilakukan dengan mengunakan
Oksimeter denyut (pulse oximetry) yaitu alat dengan prosedur non
invasif yang dapat dipasang pada cuping telinga, jari tangan, ataupun
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
26
hidung. Pada alat ini akan terdeteksi secara kontinue status SaO2.
Alat ini sangat sederhana, akurat, tidak mempunyai efek samping
dan tidak membutuhkan kalibrasi. Pulse oximetry bekerja dengan
cara mengukur saturasi oksigen (SaO2) melalui transmisi cahaya
infrared melalui aliran darah arteri pada lokasi dimana alat ini
diletakkan. Oksimeter dapat mendeteksi hipoksemia sebelum tanda
dan gejala klinis muncul, seperti warna kehitaman pada kulit atau
dasar kuku. Kisaran SaO2 normal adalah 95-100% dan SaO2
dibawah 70% dapat mengancam kehidupan (Zakkiyah, 2014).
B. Kerangka Teori
Pasien Kritis
Dirawat diICU
Gagal Nafas
Pemasangan ET
Sekresi berlebihan
Tindakan Suction
Perubahan Saturasi O2
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber: (Musliha, 2010), (Hidayat, 2005),
(Menerez, 2012), (Maggiore, et al, 2013)
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
27
C. Fokus Penelitian
Tindakan Perubahan
Suction Saturasi O2
Gambar 2.2
Fokus Penelitian
Fokus pada penelitian ini untuk mengetahui perubahan saturasi oksigen
pada pasien kritis yang terpasang endotracheal tube saat dilakukan tindakan
suction.
D. Keaslian Penelitian
Tabel 2.2
Keaslian Penelitian
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
28
Suctioning penurunan
During saturasi
Mechanical oksigen dan
Ventilation by 6,5%
Changing disebabkan
Practice karena
tindakan
suction.
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
29
BAB III
METODE PENELITIAN
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
30
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
31
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
32
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
33
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
34
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
35
E. Analisa Data
Analisa Data merupakan proses pengumpulan data, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dari peneliti dan menulis catatan singkat sepanjang
penelitian. Teknik analisa yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode collaizi (Polit, 2006).
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
36
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
37
tube.
7. Mengembalikan semua hasil penelitian pada masing-masing informan
lalu diikutsertakan pada diskripsi hasil akhir penelitian.
F. Keabsahan Data
Dalam pengujian keabsahan data, metode yang digunakan pada
penelitiam ini meliputi :
1. Pengujian Kredibility
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check.
2. Pengujian Transferability
Transferability (validitas eksternal) menunjukkan derajat ketepatan atau
dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil. Nilai transfer berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi
peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada peneliti, hingga hasil
penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.
3. Pengujian Dependebility
Uji depenadability dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi
peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa
memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji depenability nya. Kalau
proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian
tersebut tidak reliabel atau dependable.
4. Pengujian Konfirmability
Penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability,
sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses
yang dilakukan. Hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018
38
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Peneliti menegaskan kembali mengenai maksud dan tujuan, setelah
partisipan mengerti, peneliti memberikan lembar informed consent
kepada partisipan.
2. Anonimity
Nama partisipan selama penelitian tidak digunakan melainkan diganti
dengan nomor dan inisial penulisan. Nomor dan inisial dari partisipan ini
digunakan dengan tujuan untuk menjaga kerahasiaan partisipan dan
mencegah kekeliruan peneliti dalam memasukkan data.
3. Confidentiality
Peneliti akan menjaga kerahasiaan dari informasi yang diberikan
partisipan, data ini hanya digunakan dalam kegiatan penelitian serta tidak
akan dipublikasikan tanpa izin dari partisipan.
(Sugiyono, 2012)
STIKES PUANGRIMAGGALATUNG
Perubahan Saturasi..., Fera Juniarti, PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN, 2018