Professional Documents
Culture Documents
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh Yupiter, M.Pd.I
Oleh :
Wahyudin (152110063)
FAKULTAS TEKHNIK
Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah
Agama Islam “Agama Islam dan Ekonomi”. penulis menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ........................................................................................... i
Daftar isi ..................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 1
BAB II : ISI
ii
PENDAHULUAN
Krisis moneter melanda dimana-mana, tak terkecuali di negeri tercinta kita ini.
Para ekonom dunia sibuk mencari sebab-sebabnya dan berusaha sekuat tenaga
untuk memulihkan perekonomian dinegaranya masing-masing. Krisis ekonomi
telah banyak menimbulkan kerugian, meningkatnya pengangguran, meningkatnya
tindak kejahatan dan sebagainya. Setelah banyak berbagai masalah timbul
akhirnya system ekonomi islam mulai dilirik sebagai suatu pilihan alternative, dan
diharapkan mampu menjawab tantangan dunia dimasa yang akan datang. Al-
qur`an telah memberikan berbagai macam contoh tegas mengenai masalah-
masalah ekonomi yang menekankan bahwa ekonomi adalah salah satu bidang
perhatian islam.
1.2 Tujuan
1
ISI
Perdagangan atau bisnis adalah suatu yang terhormat di dalam ajaran Islam,
karena itucukup banyak ayat Al-quran dan hadits Nabi yang menyebut dan
menjelaskan norma-norma perdagangan. C.C. Torrey dalam The Commercial
Theological Term in the Quranmenerangkan bahwa Alquran memakai 20
terminologi bisnis. Ungkapan tersebutmalahan diulang sebanyak 720 kali.
Penghargaan Nabi Muhammad terhadap perdagangan sangat tinggi, bahkan
beliausendiri adalah seorang aktivis perdagangan mancanegara yang sangat
handal dan pupolis.Sejak usia muda reputasinya dalam dunia bisnis demikian
bagus, sehingga beliau dikenalluas di Yaman, Syiria, Yordana, Iraq, Basrah dan
kota-kota perdagangan lainnya diJazirah Arab. Kiprah Nabi Muhammad dalam
perdagangan banyak dibahas oleh Afzalur Rahman dalam buku Muhammad A
Trader.
Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual
beli.Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara
Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur
bagaimana seharusnya seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar
mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.
2
Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan
oleh para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan
dengan menggunakan dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu
usaha perdagangan dan seorang Muslim akan maju dan berkembang pesat
lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia dan di akhirat. Etika
perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli, masing-masing
akan saling mendapat keuntungan.
Adapun etika perdagangan Islam tersebut antara lain:
1. Shidiq (jujur)
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur
dalam artiluas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mcngada-ngada fakta, tidak
bekhianat, sertatidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya.
2. amanah (tanggung jawab)
Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau
jabatan sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini
artinya, mau dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang
memang secara otomatis terbeban di pundaknya.
3. Tidak menipu
Dalam suatu hadits dinyatakan, seburuk-buruk tempat adalah pasar. Hal ii lantaran
pasar atau termpat di mana orang jual beli itu dianggap sebagal sebuah tempat
yang di dalamnya penuh dengan penipuan, sumpah palsu, janji palsu,
keserakahan, perselisihan dan keburukan tingkah polah manusia lainnya.
4. Menepati janji
Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para
pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat
menepati janjinya kepada Allah SWT.
5. Murah hati
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian; ramah
tamah, sopansantun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh
tanggungjawab.
6. Tidak melupakan akhirat
Jual beli adalah perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban Syariat
Islam adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama
ketimbang keuntungan dunia. Maka para pedagang Muslim sekali-kali tidak boleh
terlalu menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi
dengan meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat,
mereka wajib melaksanakannya sebelum habis waktunya.
3
SYIRKAH
PENGERTIAN SYIRKAH
Syirkah menurut bahasa adalah ikhthilath (berbaur). Adapun menurut istilah
syirkah (kongsi) ialah perserikatan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
didorong oleh kesadaran untuk meraih keuntungan. Terkadang syirkah ini
terbentuk tanpa disengaja, misalnya berkaitan dengan harta warisan. (Fathul Bari
V: 129).
PENSYARI’ATAN SYIRKAH
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS Shaad: 24).
“Jika seorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan
tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau
seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis
saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,
maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.” (QS An-Nisaa': 12)
Dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam Asy-Syaukani rahimahullah
menulis sebagai berikut, “(Syirkah syar’iyah) terwujud (terealisasi) atas dasar sama-sama
ridha di antara dua orang atau lebih, yang masing-masing dari mereka mengeluarkan
modal dalam ukuran yang tertentu. Kemudian modal bersama itu dikelola untuk
mendapatkan keuntungan, dengan syarat masing-masing di antara mereka mendapat
keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang diserahkan kepada syirkah tersebut.
Namun manakala mereka semua sepakat dan ridha, keuntungannya dibagi rata antara
mereka, meskipun besarnya modal tidak sama, maka hal itu boleh dan sah, walaupun
saham sebagian mereka lebih sedikit sedang yang lain lebih besar jumlahnya. Dalam
kacamata syari’at, hal seperti ini tidak mengapa, karena usaha bisnis itu yang terpenting
didasarkan atas ridha sama ridha, toleransi dan lapang dada.”
4
BANK
Bank adalah sebuah lembaga perantara keuangan yang memiliki wewenang dan fungsi
untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan.
2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi
sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung
nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.
Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka
yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari
eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap
5
kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan
usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan
prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank
memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.
Ahmad Ibrahim (1997), dalam Arifin (2003), menyatakan bahwa bank syari’ah
didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan
prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan
perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang diikuti bank Islam
adalah: pelarangan riba, melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan
keuntungan yang sah dan memberikan zakat.
Dari uaraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bank syari’ah adalah bank
yang dalam melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian jasa dan lainnya
berdasarkan prinsip Syari’ah Islam, seperti menghindari penggunaan instrumen
bunga (riba) dan beroperasi dengan prinsip bagi hasil (profit anf loss
sharing)
Dalam menjalankan fungsi dan perannya bank syari’ah secara garis besar, sistem
operasional bank syari’ah ditentukan aqad yang terdiri dari lima dasar aqad.
Bersumber dari lima dasar aqad inilah dapat ditemukan produk-produk lembaga
6
keuangan bank syari’ah . Kelima konsep tersebut adalah:
a. Prinsip pinjaman murni (al-wadiah)
b. Bagi hasil (syirkah)
c. Prinsip jual beli (at-tijarah)
d. Prinsip sewa (al-ijarah)
d. Prinsip jasa (al-ajr walumullah)
Secara garis besar, pengembangan produk bank syari’ah dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Produk penghimpunan dana
Penghimpunan dana bank syari’ah mempunyai dua prinsip yaitu:
1. Prinsip Simpanan atau tabungan Murni (wadiah)
2. Prinsip Bagi Hasil (syirkah)
Adalah sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana.
b. Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana bank syari’ah dapat dikembangkan dalam tiga model,
yaitu:
a. Prnsip Jual Beli (tijarah)
b. Prinsip Sewa (ijarah)
c. Prinsip Bagi Hasil (syirkah)
d. Prinsip Pelengkap
Koperasi
Koperasi adalah organisis bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-
seorang demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan
prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan petunjuk
untuk membangun koperasi yang efektif dan tahan lama. Prinsip koperasi terbaru
yang dikembangkan International Cooperative Alliance (Federasi koperasi non-
pemerintah internasional) adalah
7
Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Prinsip koperasi menurut UU no. 25 tahun 1992 adalah:
Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-
masing anggota
Kemandirian
Pendidikan perkoperasian
Bahkan, Nabi saw. tidak sekadar membolehkan, juga memberi motivasi dengan
sabdanya dalam hadits Qudsi, “Aku (Allah) merupakan pihak ketiga yang
menyertai (untuk menolong dan memberkati) kemitraan antara dua pihak, selama
salah satu pihak tidak mengkhianati pihak lainnya. Jika salah satu pihak telah
melakukan pengkhianatan terhadap mitranya, maka Aku keluar dari kemitraan
tersebut.” (Abu Daud dan Hakim). Beliau juga bersabda, “Allah akan
mengabulkan doa bagi dua orang yang bermitra selama di antara mereka tidak
saling mengkhianati.” (Al-Bukhari)
Maka tak heran jika jejak koperasi berdasarkan prinsip syariah telah ada
sejak abad III Hijriyah di Timur tengah dan Asia Tengah. Bahkan, secara teoritis
telah dikemukakan oleh filosuf Islam Al-Farabi. As-Syarakhsi dalam Al-Mabsuth,
sebagaimana dinukil oleh M. Nejatullah Siddiqi dalam Patnership and Profit
Sharing in Islamic Law, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ikut
dalam suatu kemitraan usaha semacam koperasi, di antaranya dengan Sai bin
Syarik di Madinah.
8
(kekuatan pengimbang) kapitalisme swasta di bidang ekonomi yang didominasi
oleh perusahaan berdasarkan modal persahaman (equity based association), yang
sering jadi sapi perah pemilik modal (share holders) dengan sistem dan
mekanisme targeting yang memeras pengelola.
Formula nilai yang dikemukkan Hatta ini parallel dengan apa yang
diungkapkan oleh Kagawa, bapak koperasi Jepang dalam buku Brotherhood
Economics, bahwa koperasi merupakan kemitraan ekonomi yang memacu
kesejahteraan sosial bersama dan penghindaran dari isapan kekuatan-kekeuatan
yang meraih kedudukan istimewa dalam ekonomi.
9
2.2 PENGERTIAN
1. Yusuf Qardhawi:
“Ekonomi Islam adalah ekonomi yang didasarkan pada ketuhanan. Sistem ini
bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana
yang tidak lepas dari syari’at Allah.”
2. M. Syauqi Al-Faujani:
3. S.M. Hasanuzzaman:
Adapun secara umum ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan
didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun
Islam. Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya,
sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105:
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
yang beriman akan melihat pekerjaan itu.”
”Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu
sore itu ia mendapat ampunan.”
10
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perekonomian sebagai salah satu sendi kehidupan yang penting bagi manusia,
oleh al-Qur`an telah diatur sedemikian rupa. Riba secara tegas telah dilarang
karena merupakan salah satu sumber labilitas perekonomian dunia. Hal terpenting
dari semua itu adalah bahwa kita harus dapat mengembalikan fungsi asli uang
yaitu sebagai alat tukar/jual beli bukan sebagai komoditi dengan cara memungut
bunga sebesar-besarnya karena hal seperti ini adalah dosa besar, dan orang-orang
yang tetap mengambil riba setelah tiba larangan Allah diancam akan dimasukkan
kedalam neraka (Qs. Al-Baqarah:275). Demikianlah kesimpulan dari makalah ini,
semoga bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari.
11