You are on page 1of 14

AGAMA ISLAM DAN EKONOMI

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh Yupiter, M.Pd.I

Oleh :

Wahyudin (152110063)

JURUSAN TEKHNIK MESIN

FAKULTAS TEKHNIK

Jl. Setia 1c rt 03 rw04 jatiwaringin-pondok gede-bekasi 17411


No hp : 089635520058
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah
Agama Islam “Agama Islam dan Ekonomi”. penulis menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Bekasi,14 april 2016

i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ........................................................................................... i
Daftar isi ..................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 1

BAB II : ISI

2.1 Agama islam dan ekonomi ........................................................ 2-9

2.2 Pengertian .................................................................................. 10

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 11

ii
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Krisis moneter melanda dimana-mana, tak terkecuali di negeri tercinta kita ini.
Para ekonom dunia sibuk mencari sebab-sebabnya dan berusaha sekuat tenaga
untuk memulihkan perekonomian dinegaranya masing-masing. Krisis ekonomi
telah banyak menimbulkan kerugian, meningkatnya pengangguran, meningkatnya
tindak kejahatan dan sebagainya. Setelah banyak berbagai masalah timbul
akhirnya system ekonomi islam mulai dilirik sebagai suatu pilihan alternative, dan
diharapkan mampu menjawab tantangan dunia dimasa yang akan datang. Al-
qur`an telah memberikan berbagai macam contoh tegas mengenai masalah-
masalah ekonomi yang menekankan bahwa ekonomi adalah salah satu bidang
perhatian islam.

Islam sekurang-kurangnya menurut keyakinan para pemeluknya, adalah agama


yang tidak hanya mengatur persoalan akidah dan ibadah; akan tetapi, juga
memberikan landasan utama tentang norma-norma dasar yang berkaitan erat
dengan persoalan-persoalan ekonomi dan keuangan seperti perdagangan/niaga,
sewa-menyewa, gadai, utang-piutang, dan lain-lain yang khususnya berhubungan
dengan norma-norma dasar bertransaksi ekonomi dan keuangan dalam bentuk dan
konteks islam yang manapun. Seperti dinyatakan dalam Al-qur`an, Islam adalah
agama lengkap sempurna yang tidak hanya bercorak global universal akan tetapi
juga bersifat luas, padu, dan utuh.disini kami akan mengulas tentang Agama Islam
dan Ekonomi.

1.2 Tujuan

Tujuan Manfaat yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah :


1. Kita dapat membandingkan konsep ekonomi Islam dan ekonomi lainnya.
2. Mahasiswa dapat Menyebutkan beberapa lembaga ekonomi Islam.
3. Kita dapat menjelaskan realitas ekonomi umat Islam di Indonesia dan
alternative beserta solusinya.

1
ISI

2.1 Agama Islam dan Ekonomi

Islam adalah sistem kehidupan (way of life). Islam menyediakan berbagai


perangkat aturan yang lengkap bagi kehidupan manusia, termasuk dalam bidang
ekonomi. Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, sehingga ekonomi
Islam bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari
agama Islam, ekonomi Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai
aspeknya. Ciri khas ekonomi Islam adalah tidak memisahkan antara norma dan
fakta, serta konsep yang rasional.

Bagaimana bisa agama disatukan dengan ilmu ekonomi


Secara umum, agama (religion) diartikan sebagai persepsi dan keyakinan manusia
terkait dengan eksistensinya, alam semesta, dan peran Tuhan terhadap alam
semesta dan kehidupan manusia sehingga membawa kepada pola bahwa agama
yang menentukan perilaku dan tujuan hidup manusia.
Islam mendefinisikan agama bukan hanya berkaitan dengan spiritualitas atau
ritualitas, namun agama merupakan serangkaian keyakinan, peraturan serta
tuntutan moral bagi setiap aspek kehidupan manusia., termasuk ketika manusia
berinteraksi dengan sesama manusia atau alam semesta.
Ekonomi, secara umum, didefinisikan sebagai hal yang mempelajari perilaku
manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi
barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Dengan demikian, ekonomi merupakan
suatu bagian dari agama.

Perdagangan menurut Ajaran Islam

Perdagangan atau bisnis adalah suatu yang terhormat di dalam ajaran Islam,
karena itucukup banyak ayat Al-quran dan hadits Nabi yang menyebut dan
menjelaskan norma-norma perdagangan. C.C. Torrey dalam The Commercial
Theological Term in the Quranmenerangkan bahwa Alquran memakai 20
terminologi bisnis. Ungkapan tersebutmalahan diulang sebanyak 720 kali.
Penghargaan Nabi Muhammad terhadap perdagangan sangat tinggi, bahkan
beliausendiri adalah seorang aktivis perdagangan mancanegara yang sangat
handal dan pupolis.Sejak usia muda reputasinya dalam dunia bisnis demikian
bagus, sehingga beliau dikenalluas di Yaman, Syiria, Yordana, Iraq, Basrah dan
kota-kota perdagangan lainnya diJazirah Arab. Kiprah Nabi Muhammad dalam
perdagangan banyak dibahas oleh Afzalur Rahman dalam buku Muhammad A
Trader.
Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual
beli.Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara
Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur
bagaimana seharusnya seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar
mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.

2
Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan
oleh para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan
dengan menggunakan dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu
usaha perdagangan dan seorang Muslim akan maju dan berkembang pesat
lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia dan di akhirat. Etika
perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli, masing-masing
akan saling mendapat keuntungan.
Adapun etika perdagangan Islam tersebut antara lain:
1. Shidiq (jujur)
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur
dalam artiluas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mcngada-ngada fakta, tidak
bekhianat, sertatidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya.
2. amanah (tanggung jawab)
Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau
jabatan sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini
artinya, mau dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang
memang secara otomatis terbeban di pundaknya.
3. Tidak menipu
Dalam suatu hadits dinyatakan, seburuk-buruk tempat adalah pasar. Hal ii lantaran
pasar atau termpat di mana orang jual beli itu dianggap sebagal sebuah tempat
yang di dalamnya penuh dengan penipuan, sumpah palsu, janji palsu,
keserakahan, perselisihan dan keburukan tingkah polah manusia lainnya.
4. Menepati janji
Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para
pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat
menepati janjinya kepada Allah SWT.
5. Murah hati
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian; ramah
tamah, sopansantun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh
tanggungjawab.
6. Tidak melupakan akhirat
Jual beli adalah perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban Syariat
Islam adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama
ketimbang keuntungan dunia. Maka para pedagang Muslim sekali-kali tidak boleh
terlalu menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi
dengan meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat,
mereka wajib melaksanakannya sebelum habis waktunya.

3
SYIRKAH

PENGERTIAN SYIRKAH
Syirkah menurut bahasa adalah ikhthilath (berbaur). Adapun menurut istilah
syirkah (kongsi) ialah perserikatan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
didorong oleh kesadaran untuk meraih keuntungan. Terkadang syirkah ini
terbentuk tanpa disengaja, misalnya berkaitan dengan harta warisan. (Fathul Bari
V: 129).

PENSYARI’ATAN SYIRKAH

Allah swt berfirman:

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS Shaad: 24).

“Jika seorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan
tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau
seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis
saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,
maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.” (QS An-Nisaa': 12)

SYIRKAH SYAR’IYAH (BENTUK KONGSI YANG DISYARATKAN)

Dalam kitabnya, as-Sailul Jarrar III: 246 dan 248, Imam Asy-Syaukani rahimahullah
menulis sebagai berikut, “(Syirkah syar’iyah) terwujud (terealisasi) atas dasar sama-sama
ridha di antara dua orang atau lebih, yang masing-masing dari mereka mengeluarkan
modal dalam ukuran yang tertentu. Kemudian modal bersama itu dikelola untuk
mendapatkan keuntungan, dengan syarat masing-masing di antara mereka mendapat
keuntungan sesuai dengan besarnya saham yang diserahkan kepada syirkah tersebut.
Namun manakala mereka semua sepakat dan ridha, keuntungannya dibagi rata antara
mereka, meskipun besarnya modal tidak sama, maka hal itu boleh dan sah, walaupun
saham sebagian mereka lebih sedikit sedang yang lain lebih besar jumlahnya. Dalam
kacamata syari’at, hal seperti ini tidak mengapa, karena usaha bisnis itu yang terpenting
didasarkan atas ridha sama ridha, toleransi dan lapang dada.”

4
BANK

Bank adalah sebuah lembaga perantara keuangan yang memiliki wewenang dan fungsi
untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan.

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat


disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun
dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank
lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya
sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan
bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada
masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung
kelancaran kegiatan utama tersebut. bank didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE. Inilah
beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan:

1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan


sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya
merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).

2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi
sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung
nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.

3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai


sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi
tertentu dikemudian hari (price discovery).

4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan


kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar
dari transaksi derivatif itu sendiri.

5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang


berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada
manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan
kebutuhan pasar pada masa mendatang.

Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka
yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari
eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap

5
kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan
usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan
prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank
memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

Prinsip dan Konsep Bank Islam

Bank Syari’ah dalam UU No 10 Tahun1998 tentang Perbankan Pasal 1 tidak


didefinisikan secara rinci. Namun dapat ditarik pengertian bahwa bank syari’ah
adalah bank umum atau bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Algaoud dan Lewis (2001) menyatakan: Perbankan
Islam memberikan layanan bebas bunga kepada nasabahnya. Pembayaran dan
penarikan bunga dilarang dalam semua transaksi. Islam melarang kaum muslimin
menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan inilah yang membedakan sistem
perbankan Islam dengan sistem perbankan konvensional.

Ahmad Ibrahim (1997), dalam Arifin (2003), menyatakan bahwa bank syari’ah
didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan
prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan
perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang diikuti bank Islam
adalah: pelarangan riba, melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan
keuntungan yang sah dan memberikan zakat.

Sementara itu, Antonio dan Perwataatmaja (1997:1), membedakan pengertian


bank syari’ah menjadi dua: Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
syari’ah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syari’ah Islam; bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist; Sementara bank yang beroperasi
sesuai dengan prinsip syari’ah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu
mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah Islam, khususnya yang menyangku tata
cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara
bermuamalah itu dijauhi praktek-praktek yang dikhwatirkan mengandung unsur-
unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan
pembiayaan perdagangan.

Dari uaraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bank syari’ah adalah bank
yang dalam melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian jasa dan lainnya
berdasarkan prinsip Syari’ah Islam, seperti menghindari penggunaan instrumen
bunga (riba) dan beroperasi dengan prinsip bagi hasil (profit anf loss
sharing)
Dalam menjalankan fungsi dan perannya bank syari’ah secara garis besar, sistem
operasional bank syari’ah ditentukan aqad yang terdiri dari lima dasar aqad.
Bersumber dari lima dasar aqad inilah dapat ditemukan produk-produk lembaga

6
keuangan bank syari’ah . Kelima konsep tersebut adalah:
a. Prinsip pinjaman murni (al-wadiah)
b. Bagi hasil (syirkah)
c. Prinsip jual beli (at-tijarah)
d. Prinsip sewa (al-ijarah)
d. Prinsip jasa (al-ajr walumullah)
Secara garis besar, pengembangan produk bank syari’ah dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Produk penghimpunan dana
Penghimpunan dana bank syari’ah mempunyai dua prinsip yaitu:
1. Prinsip Simpanan atau tabungan Murni (wadiah)
2. Prinsip Bagi Hasil (syirkah)
Adalah sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana.
b. Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana bank syari’ah dapat dikembangkan dalam tiga model,
yaitu:
a. Prnsip Jual Beli (tijarah)
b. Prinsip Sewa (ijarah)
c. Prinsip Bagi Hasil (syirkah)
d. Prinsip Pelengkap

Koperasi

Koperasi adalah organisis bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-
seorang demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan
prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan petunjuk
untuk membangun koperasi yang efektif dan tahan lama. Prinsip koperasi terbaru
yang dikembangkan International Cooperative Alliance (Federasi koperasi non-
pemerintah internasional) adalah

 Keanggotaan yang bersifat terbuka dan sukarela

 Pengelolaan yang demokratis,

 Partisipasi anggota dalam ekonomi,

 Kebebasan dan otonomi,

 Pengembangan pendidikan, pelatihan, dan informasi.

7
Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Prinsip koperasi menurut UU no. 25 tahun 1992 adalah:

 Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

 Pengelolaan dilakukan secara demokrasi

 Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-
masing anggota

 Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

 Kemandirian

 Pendidikan perkoperasian

 Kerjasama antar koperasi

Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini adalah


wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang sehat,
baik, dan halal. Dan, lembaga yang seperti itu sangat dipuji Islam seperti dalam
firman Allah, “Dan bekerjasamalah dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah
saling bekerjasama dalam dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2). Lihat juga surat
An-Nisa’: 12 dan Shaad: 24.

Bahkan, Nabi saw. tidak sekadar membolehkan, juga memberi motivasi dengan
sabdanya dalam hadits Qudsi, “Aku (Allah) merupakan pihak ketiga yang
menyertai (untuk menolong dan memberkati) kemitraan antara dua pihak, selama
salah satu pihak tidak mengkhianati pihak lainnya. Jika salah satu pihak telah
melakukan pengkhianatan terhadap mitranya, maka Aku keluar dari kemitraan
tersebut.” (Abu Daud dan Hakim). Beliau juga bersabda, “Allah akan
mengabulkan doa bagi dua orang yang bermitra selama di antara mereka tidak
saling mengkhianati.” (Al-Bukhari)

Maka tak heran jika jejak koperasi berdasarkan prinsip syariah telah ada
sejak abad III Hijriyah di Timur tengah dan Asia Tengah. Bahkan, secara teoritis
telah dikemukakan oleh filosuf Islam Al-Farabi. As-Syarakhsi dalam Al-Mabsuth,
sebagaimana dinukil oleh M. Nejatullah Siddiqi dalam Patnership and Profit
Sharing in Islamic Law, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ikut
dalam suatu kemitraan usaha semacam koperasi, di antaranya dengan Sai bin
Syarik di Madinah.

Kini, koperasi sebagai organisasi ekonomi berbasis orang atau


keanggotaan (membership based association), menjadi substantive power
perekonomian negara-negara maju. Misalnya Denmark, AS, Singapura, Korea,
Jepang, Taiwan, dan Swedia. Meskipun, awalnya hanya countervailing power

8
(kekuatan pengimbang) kapitalisme swasta di bidang ekonomi yang didominasi
oleh perusahaan berdasarkan modal persahaman (equity based association), yang
sering jadi sapi perah pemilik modal (share holders) dengan sistem dan
mekanisme targeting yang memeras pengelola.

Spirit membership based association teraktualisasikan dalam ‘tujuh


kebaikan’. Buku-buku modern menyebutnya sebagai social capital (modal sosial).
Di Indonesia semangat ekonomi kerakyatan berbasis modal sosial mulai
menggejala di era Hindia Belanda di abad ke-19, tepatnya sejak diberlakukan UU
Agraria 1870 yang menghapuskan sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel). UU itu
mendorong munculnya kepemilikan lokal (local ownership) dan inisiatif rakyat
setempat yang mendapatkan porsi ekonomi yang signifikan.

Bung Hatta dalam buku Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun


mengkategorikan social capital ke dalam 7 nilai sebagai spirit koperasi. Pertama,
kebenaran untuk menggerakkan kepercayaan (trust). Kedua, keadilan dalam usaha
bersama. Ketiga, kebaikan dan kejujuran mencapai perbaikan. Keempat, tanggung
jawab dalam individualitas dan solidaritas. Kelima, paham yang sehat, cerdas, dan
tegas. Keenam, kemauan menolong diri sendiri serta menggerakkan
keswasembadaan dan otoaktiva. Ketujuh, kesetiaan dalam kekeluargaan.

Formula nilai yang dikemukkan Hatta ini parallel dengan apa yang
diungkapkan oleh Kagawa, bapak koperasi Jepang dalam buku Brotherhood
Economics, bahwa koperasi merupakan kemitraan ekonomi yang memacu
kesejahteraan sosial bersama dan penghindaran dari isapan kekuatan-kekeuatan
yang meraih kedudukan istimewa dalam ekonomi.

Implementasi ketujuh nilai yang menjiwai kepribadian koperasi versi


Hatta, dituangkan dalam tujuh prinsip operasional koperasi secara internal dan
eksternal. Ketujuh prinsip operasional itu adalah; Pertama, keanggotaan sukarela
dan terbuka. Kedua, pengendalian oleh anggota secara demokratis. Ketiga,
partisipasi ekonomis anggota. Keempat, otonomi dan kebebasan. Kelima,
pendidikan, pelatihan dan informasi. Keenam, kerjasama antar koperasi. Ketujuh,
kepedulian terhadap komunitas.

9
2.2 PENGERTIAN

Berikut pengertian ekonomi Islam menurut beberapa ahli, untuk memperdalam


pemaknaan pembaca akan pengertian ekonomi Islam yang kami ambil dari
berbagai sumber:

1. Yusuf Qardhawi:

“Ekonomi Islam adalah ekonomi yang didasarkan pada ketuhanan. Sistem ini
bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana
yang tidak lepas dari syari’at Allah.”

2. M. Syauqi Al-Faujani:

“Ekonomi Islam merupakan segala aktivitas perekonomian beserta aturan-


aturannya yang didasarkan kepada pokok-pokok ajaran Islam tentang ekonomi.”

3. S.M. Hasanuzzaman:

“Ekonomi islam adalah pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran dan aturan-aturan


syariah yang mencegah ketidakadilan dalam pencarian dan pengeluaran sumber-
sumber daya, guna memberikan kepuasan bagi manusia dan memungkinkan
mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah dan
masyarakat.”

Adapun secara umum ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan
didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun
Islam. Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya,
sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105:

“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
yang beriman akan melihat pekerjaan itu.”

Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah


Muhammad saw:

”Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu
sore itu ia mendapat ampunan.”

(HR.Thabrani dan Baihaqi)

10
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perekonomian sebagai salah satu sendi kehidupan yang penting bagi manusia,
oleh al-Qur`an telah diatur sedemikian rupa. Riba secara tegas telah dilarang
karena merupakan salah satu sumber labilitas perekonomian dunia. Hal terpenting
dari semua itu adalah bahwa kita harus dapat mengembalikan fungsi asli uang
yaitu sebagai alat tukar/jual beli bukan sebagai komoditi dengan cara memungut
bunga sebesar-besarnya karena hal seperti ini adalah dosa besar, dan orang-orang
yang tetap mengambil riba setelah tiba larangan Allah diancam akan dimasukkan
kedalam neraka (Qs. Al-Baqarah:275). Demikianlah kesimpulan dari makalah ini,
semoga bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari.

11

You might also like