You are on page 1of 4

INTERVENSI GIZI PADA IBU HAMIL SEBAGAI PENENTU

KEBERHASILAN PERIODE 1000 HARI PERTAMA


KEHIDUPAN (HPK)

PENDAHULUAN
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di Indonesia merupakan
implementasi dari program Scaling Up Nutrition (SUN) movement yaitu gerakan
global untuk mengatasi masalah gizi yang kompleks serta kesehatan ibu dan anak
yang ada di negara-negara yang berkembang, sehingga tujuan dari gerakan 1000
HPK tersebut adalah guna percepatan perbaikan gizi.1
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) disebut sebagai golden age period
dimana periode ini dimulai sejak awal masa kehamilan, ASI eksklusif, hingga
anak berusia 2 tahun. Periode 1000 HPK tersebut merupakan masa ketika
terbentuknya organ-organ penting bayi. Khususnya pada masa di dalam
kandungan (prenatal).2
Masa kehamilan merupakan periode proses pertumbuhan dan perkembangan
janin di dalam uterus. Janin sangat bergantung pada asupan nutrisi yang
dikonsumsi oleh ibu. Sehingga peran gizi menjadi sangat penting dan memiliki
implikasi terhadap kesehatan ibu pada saat melahirkan dan pemulihan setelah
bersalin, serta berdampak pada kehidupan anak dikemudian hari saat anak tumbuh
dewasa. Intervensi gizi melalui banyak metode menggunakan berbagai media
dapat meningkatkan pengetahuan tentang asupan nutrisi yang baik berpotensi
untuk mengurangi komplikasi dan morbiditas jangka pendek maupun jangka
panjang. Tenaga kesehatan memiliki kontak rutin dengan ibu hamil selama
antenatal, sehingga masa ini merupakan kesempatan yang berharga untuk
membantu meningkatkan pengetahuan tentang gizi 1000 HPK yang berpotensi
bagi ibu agar dapat diterapkan dalam keluarganya, sehingga diharapkan dapat
membangun latar belakang yang bermanfaat bagi kesehatan yang optimal untuk
generasi mendatang 3
Oleh karena itu artikel ini memiliki tujuan khusus untuk memberikan
penjelasan tentang pentingnya pemberian intervensi gizi pada ibu hamil dalam
menunjang keberhasilan program atau gerakan 1000 HPK di Indonesia.

ISI
Berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul Gambaran Masalah Gizi pada
1000 HPK di Kota Malang dan Kabupaten Malang, Indonesia bahwa masalah
yang sering dihadapi oleh ibu hamil yaitu kondisi status gizi kurang pada awal
kehamilan dan risiko Kekurangan Energi Kalori (KEK), diikuti oleh penambahan
berat badan yang kurang selama kehamilan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
peningkatan risiko keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, serta bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Tingkat pengetahuan ibu terkait gizi untuk 1000 HPK masih kurang, padahal
pengetahuan merupakan kunci perubahan perilaku. Salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah kesempatan mendapatkan paparan
informasi kesehatan, sehingga diharapkan dengan adanya edukasi tentang
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan terjadi perubahan sikap serta
perilaku. Perkembangan teknologi informasi, internet, dan media sosial menjadi
alternatif inovasi intervensi media yang dapat digunakan untuk membantu
menyebarkan edukasi gizi.4
Berdasarkan jurnal penelitian oleh Julianne M. Power yang berjudul
Exploring the Potential for Technology-Based Nutrition Education Among WIC
Recipients in Remote Alaska Native Communities, menyatakan bahwa media
berbasis teknologi seperti internet dan ponsel pintar menawarkan beragam cara
baru untuk mempromosikan kesehatan dan berpotensi meningkatkan pengetahuan
yang diikuti perubahan perilaku. Dibandingkan dengan konseling melalui tatap
muka, pendidikan gizi berbasis teknologi merupakan salah satu cara yang baik
untuk memberikan pendidikan gizi pada masyarakat secara luas, sehingga dapat
mengurangi biaya layanan kesehatan.5
Intervensi gizi lain yang tidak kalah penting pada ibu hamil dengan
keterbatasan untuk mengakses teknologi informasi secara mandiri adalah dengan
penyuluhan menggunakan teknik penyuluhan audio visual. Hal ini dimaksudkan
agar informasi dapat diterima dengan baik oleh ibu hamil dibandingkan dengan
penyuluhan menggunakan media cetak. Dikutip dari penelitian Rinik Eko Kapti
yang berjudul Efektifitas Audiovisual sebagai Media Penyuluhan Kesehatan
terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Tatalaksana Balita
dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota Malang dengan hasil rata-rata
peningkatan nilai pengetahuan ibu pada kelompok kontrol adalah 12,94,
sedangkan pada kelompok perlakuan adalah 19,46. Hasil rata-rata peningkatan
nilai sikap kelompok kontrol adalah 6,07, sedangkan pada kelompok perlakuan
adalah 10,47. Hasil penelitian ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata
peningkatan nilai pengetahuan dan sikap pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.6
Penelitian yang dilakukan oleh Rinik Eko Kapti sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Susilo Wirawan tentang pengaruh penyuluhan dengan media
Audio Visual (AV) dan konvensional terhadap pengetahuan ibu anak balita. Pada
penyuluhan dengan media AV peran penyuluh sangat sedikit, yaitu hanya
memutar tayangan dan responden hanya menyimak dan mendengarkan saja. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai pre test pada kelompok
yang diberikan penyuluhan dengan media AV adalah 36,35, pada kelompok yang
diberikan penyuluhan dengan media konvensional adalah 36,35 dan kelompok
yang tidak diberikan penyuluhan adalah 33,05. Rata-rata nilai post test pada
kelompok yang diberikan penyuluhan dengan media AV adalah 54,85, pada
kelompok penyuluhan dengan media konvensional adalah 54,25 dan kelompok
yang tidak diberikan penyuluhan adalah 36,75. Pada kelompok penyuluhan
dengan media konvensional jika petugas yang menyampaikan kompeten maka
hasilnya dapat meningkatkan pengetahuan ibu. Sehingga, kedua metode tersebut
cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu, hanya saja untuk penyuluhan
konvensional hasilnya dipengaruhi oleh kualitas SDM petugas penyuluh.7
KESIMPULAN
Penguatan gizi pada ibu hamil perlu dipersiapkan sejak awal masa kehamilan.
Intervensi gizi yang dilakukan perlu memperhatikan latar belakang ibu hamil yang
beragam. Hal ini penting dilakukan sesuai dengan tujuan tercapainya keberhasilan
periode 1000 HPK. Langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan media dari
kemajuan teknologi informasi baik yang dapat diakses secara mandiri melalui
internet atau ponsel pintar maupun melalui penyuluhan dengan teknik yang
beragam, salah satunya yaitu inovasi dengan media audio visual.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sumarmi, Sri. Juni 2017. Tinjauan Kritis Intervensi Multi Mikronutrien Pada
1000 Hari Pertama Kehidupan. Departement Gizi Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Vol. 40 (1): 17-28.
2. Qulub, Siti Tatmainul. Desember 2016. Pembentukan Kualitas Anak Pada
1000 Hari Pertama Kehidupan Perspektif Hukum Islam. al-Jinâyah: Jurnal
Hukum Pidana Islam. Vol. 2, No. 2.
3. Ho, Alison, et al. 2016. Nutrition in Pregnancy. Obstetrics, Gynaecology and
Reproductive Medicine. Vol. 26, Pages 259–264.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ogrm.2016.06.005.
4. Rahmawati, Widya, dkk. Juni 2016. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK
di Kota dan Kabupaten Malang, Indonesia. Indonesian Journal of Human
Nutrition. Vol.3 No.1 Suplemen : 20 – 31.
5. Power, Julianne M, et al. 2017. Exploring the Potential for Technology-Based
Nutrition Education Among WIC Recipients in Remote Alaska Native
Communities. Journal of Nutrition Education and Behavior. Vol. 49, No. 7S2.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jneb.2016.11.003.
6. Kapti, Rinik Eko. Yeni Ristina. Widyatuti. Mei 2013. Efektifitas Audiovisual
sebagai Media Penyuluhan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap Ibu dalam Tatalaksana Balita dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota
Malang. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang. Vol. I No. 1.
7. Wirawan, S., Abdi, L. K., & Sulendri, N.K.S. 2014. Penyuluhan dengan
Media Audio Visual dan Konvensional terhadap Pengetahuan Ibu Anak
Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(1), 80-87.
LAMPIRAN JURNAL TERKAIT

You might also like