You are on page 1of 26

LAPORAN TUTORIAL

BLOK IMUNOLOGI SKENARIO I

NAMA TUTOR : dr. Afiono Agung Prasetyo Ph.d


OLEH : KELOMPOK 4
1. Akbar Deyaharsya G0013015
2. Alifis Sayandri G0013019
3. Anindya Tama Teja G0013031
4. Ayu Pravitaningrum G0013053
5. Cicilia Viany G0013065
6. Deonika Ariescieka G0013071
7. Gisela Omegadityarini G0013101
8. Indra Hakim Fadil G0013119
9. Livilia Miftachul G0013139
10. Nibras Noor Fitri G0013175
11. Revina Afifa Satria G0013197
12. Romzi Humam G0013205
13. Yosa Angga Oktama G0013239

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2014
BAB I

PENDAHULUAN

MENGAPA ANAKKU PANAS?

Ibu Ani membawa anaknya bernama Ali, berusia 4 bulan ke puskesmas untuk

mendapatkan imunisasi DPT. Sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, Ali rewel

dan menderita demam. Ibu Ani memiliki termometer suhu badan yang didapatkannya

ketika ia melahirkan di RS dulu. Ibu Ani memeriksa suhu badan Ali, didapatkan
suhunya

39°C. Dokter di puskesmas telah memberikan 6 bungkus puyer penurun panas untuk

Ali. Tiga hari kemudian pada kulit tempat bekas suntikan terlihat bengkak, bernanah,

kulit berwarna kemerahan dan bila ditekan Ali menangis


BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Jump 1
-

Jump 2
1. Histologi kulit yang berkaitan dengan system imun

2. Imunitas mukosa

3. Bagaimana tubuh bisa mengnali adanya benda asing yang masuk ?

4. Komplemen?

5. Inflamasi?

6. Sel-sel yang terlibat dalam sistme imun non spesifik?

7. Antigen?

8. Immunogen?

9. Hapten?

10. APC?

11. Limfosit T?

12. Histologi organ-organ limfatika

13. Maturasi limfosit T?

14. Limfosit B?

15. Bagaiamana limfosit B bisa menjadi sel plasma dan menghasilkan antibody?

16. Antibody?

17. Bagaimana bisa terbentuk sel memory?

18. Imunisasi?

19. Contoh imunisasi pasif buatan, pasif alami, aktif buatan, aktif alami?
20. Macam-macam vaksin?

21. Mengapa perlu diberikan vaksinasi?

Jump 3
1. LO
2. LO
3. LO
4. LO
5. LO
6. LO
7. LO
8. LO
9. LO
10. LO
11. LO
12. LO
13. LO
14. LO
15. LO
16. LO
17. LO
18. LO
19. LO
20. LO
21. LO
Jump 5
1. Bagaimana histologi kulit yang berkaitan dengan sistem imun ?
2. Bagaimana mekanisme imunitas mukosa ?
3. Bagaimana tubuh mengenali adanya benda asing yang masuk ?
4. Jelaskan tentang komplemen !
5. Bagaimana proses terjadinya inflamasi ?
6. Apa saja sel yang terlibat dalam sistem imun non-spesifik ?
7. Jelaskan tentang antigen !
8. Jelaskan tentang imunogen !
9. Jelaskan tentang hapten !
10. Apa saja sel-sel yang termasuk dalam APC ?
11. Bagaimana maturasi, aktivasi dan diferensiasi dari sel limfosit T ?
12. Bagaimana histologi organ-organ limfatika ?
13. Bagaimana maturasi, aktivasi dan diferensiasi dari sel limfosit B ?
14. Jelaskan tentang antibodi !
15. Bagaimana bisa terbentuk sel memory?
16. Apakah pengertian dari imunisasi dan apa fungsi dari imunisasi ?
17. Apa pengertian dan contoh dari imunisasi pasif buatan, pasif alami, aktif buatan
dan aktif alami ?
18. Macam-macam vaksin?
19. Mengapa perlu diberikan vaksina

Jump 6
Mengumpulkan informasi untuk menjawab LO

Jump 7
1. Histologi kulit

Innate : kulit, mukosa, zat kimia disekresikan epitel (HCL, makrofag)


Pada kulit : cutis dibentuk epiderm (sel kulit mati dan keratin) dan derma da
makrofag dan sel dendrit berjajar di jaringan.
Protein psoriasin dihasilkan kulit : membunuh e coli.
2. Saluran cerna dan usus : lactoferin (mengikat besi karena besi dibutuhkan oleh
bakteri), defensing dan katolisidin (merusak membrane bakteri)
Virus cenderung terdeteksi di dalam sel
Plaque Peyeri : MALT : mukosa associated lifoid tissue : pernapasan,
intestinum, kemih, apendiks
3. Cara mengenali antigen
Tubuh punya kemampuan fagosit, antigen dikenali APC (fagosit : dendritic,
makrofag, limfosit B). Sel fagosit harus punya kemampuan apakah itu self atau
nonself. Jika nonself bahaya, ada reseptor => PRR (polisakarida dan
polinukleotida) terdiri dari TLR, NLR, CLR, RLR. PRR mendeteksi PAMP
(molekul khas agen infeksius). PRR berikatan PAMP menyebabkan NFkB
dalam makrofag aktif dan mengeluarkan sinyal yang memulai sinyal
fagositosis.
Cara antigen dikenali dendritic
Antigen dikenali APC (sel yang menangkap antigen dan mentransport ke
jaringan limfoid perifer). MHC : protein membrane di APC yang menampilkan
antigen untuk dikenali limfosit T. Di APC ada MHC yang menandai antigen.
MHC ada 2 kelas.
Kelas I : direspon CD 8, diekspresikan semua sel nucleus.
Kelas II : direspon CD 4 + T limfosit jadi T helper, untuk eksogen.
Ketika tubuh kemasukan antigen, makrofag dan sel epitel memproduksi sitokin
>> TNF, IL-1 yang menyebabkan sel dendritic kehilangan dengan sel epitel.
Dendritic lepas di epitel sambil membawa antigen ke limfonodus via pembuluh
limfe. Dalam perjalanan, dendrtitik amtang dan mengundang sel T.
4. Komplemen
Sistem yang melengkapi kerja antibody. Mekanisme primer yang diaktifkan
antibody. Komplemen berikatan dengan sel fagosit secara spesifik dan berikatan
dengan bakteri secara tidak spesifik. Terdiri dari 20 protein aktif dibentuk dalam
sel hati dan sel system retikulo endotel, misalnya limfosit dan monosit.
Efek biologis system komplemen :
 Reaksi inflamasi
 Kemotaksis dan opsonisasi
 Aktivitas sitolitik
Mediator yang dilepas saat komplemen diaktifkan :
C1qrs : meningkatkan permeabilitas vascular
C2 : mengaktifkan kinin
C3a dan C5a : kemotaksis mengerahkan lekosit juga sebagai anafilatoksin 
mempengaruhi mastosit
C3b : opsonin dan adherens imun
C4b : opsonin
C5-6-7 : kemotaksis
C8-9 : melepas sitosilin  menghancurkan sel
5. Inflamasi
innate imnume system menyediakan garis pertahanan imunitas yang pertama
untuk melawan infeksi. Imunitas bawaan ini bersifat cepat respon dan berada
dekat dengan jaringan. Untuk dapat merespon dengan cepat, sistem imun
bawaan ini telah diprogram sedemikian rupa supaya dapat dengan cepat
mengenal patogen yang akan memasuki tubuh. Respon sistem imun non-
spesifik/bawaan terdiri dari penghancuran patogen/organisme patogen, aktivasi
sel -sel yang melakukan fagositosis, perlindungan lokal jaringan yang sering
dikenal dengan istilah inflamasi. Di dalam inflamasi, sel- sel pada sistem imun
bawaan (terkadang juga adaptif) distimulasi untuk menghancurkan agen
infeksius dan memicu perbaikan jaringan.

Komponen sistem imun bawaan maupun adaptif akan diinisiasi oleh respon
inflamasi. Tanda- tanda inflamasi antara lain nyeri (dolor ), panas (calor ),
kemerahan (rubor ), swelling (tumor ), and kehilangan fungsi (functio laesa)
Ketika barrier terluar dari sistem imun non spesifik (kuliat dan lapisan epitel)
telah dirusak patogen maka sebagai feedback sistem imun bawaan ini dapat
menginduksi kaskade kompleks yang dikenal sebagai respon inflamasi.
Inflamasi akut terjadi dalam waktu singkat dan diikuti proses penyembuhan
seperti contoh kerusakan jaringan lokal. Sedangkan inflamasi kronik terjadi
sebagai akibat dari inflamasi akut yang terjadi terlalu lama dan biasanya
membawa kontribusi besar (efek memperberat) pada penaykit arthritis, penyakit
kardiovaskuler, infeksi usus, dan diabetes tipe 2.
Efek pertama kali setelah terjadi inflamasi adalah terjadi vasodilatasi pembuluh
darah. Karena banyak darah yang mengalir di lokasi inilah yang menyebabkan
warna kemerahan (rubor). Permeabilitas kapiler darah juga terjadi peningkatan
dan menyebabkan cairan berkumpul di bawah kulit (edema/swell). Dalam
waktu beberapa jam, leukosit memasuki jaringan. Lalu terjadilah aktivasi sel-
sel inflamasi antara lain makrofag, sel mast dan sel dendritik oleh PAMP untuk
melepaskan sitokin (TNF-γ, IL-1, and IL-6) maupun kemokin dan mediator
inflamasi lain menuju lokasi infeksi/trauma supaya memulai fagositosis.

Mekanisme inflamasi dapat dirangkum seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 1: Mekanisme terjadinya inflamasi


Gambar 2: Penyebab-penyebab terjadinya kronik inflamasi
Ketika terjadi cedera/infeksi, kerusakan jaringan menyebabkan prostaglandin
(PG) dan leukotrien (LT) terlepas. PG dan LT merupakan komponen dari
sebagian besar membran sel. Kedua komponen ini bersama mencetuskan nyeri,
demam, permeabilitas vaskular dan kemotaksis (pergerakan menuju lokasi
inflamasi) sel polymorphonuclear (PMN), dan beberapa di antaranya juga
menghambat fungsi limfosit. Aspirin, parasetamol, dan obat anti-inflamasi
nonsteroid lain bekerja terutama dengan menghambat produksi PG.
Kemotaksis juga diperankan oleh C3a, C5a, dan ‘kemokin’. Selain itu, C3a dan
C5a menstimulasi sel mast mengeluarkan amin vasoaktif, misalnya histamin
dan 5-hidroksitriptamin yang akan menyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler. Selain itu komplemen juga teraktivasi baik secara langsung (alternatif)
ataupun melalui interaksi antigen-antibodi dan terjadi opsonisasi (perlekatan
C3b dengan suatu partikel, memacu perlekatan sel fagosit). Beberapa jam
setelah kerusakan/infeksi jaringan terbentuk protein reaktif C yang memacu
komplemen dan fagositosis. Kemudian PMN, Monosit, enzim lisosom, dan
limfosit T masing-masing bertugas. Dalam proses inflamasi terjadi adhesi,
perubahan ekspresi molekul permukaan endotel yang menyebabkan
perlambatan PMN, monosit, dan limfosit, dan akhirnya melekat pada dinding
pembuluh darah.
Selain reaksi pertahanan terhadap benda asing yang masuk, terjadi pula sistem
pembekuan darah. Dengan rapat terikat oleh komplemen dan kinin karena
persamaan beberapa tahapan aktivasi. Terbentuklah kemudian fibrin dan
migrasi sel fibroblast ke gumpalan fibrin serta mensekresi kolagen agar luka
menyembuh dengan kuat dan elastis. Selanjutnya kapiler darah baru terbentuk
kembali dan normal.

a. Perubahan vaskuler  dasar untuk infeksi akut


 Perubahan aliran darah : dilatasi arteri local menyebabkan bagian tubuh jadi
merah dan panas.
 Permeabilitas pembuluh darah.
b. Pembentukan cairan inflamasi
Eksudasi : meningkatnya permeabilitas pembuluh darah, keluarnya sel
darah putih dan protein plasma
Eksudat : cairannya dasar  terjadi pembengkakan (tegangan dan tekanan
pada sel saraf)
Histamin  vasodilatasi kapiler darah (jadi permeable) dan penyempitan
vena  daerah tersebt bengkak dan merah
Faktor kemotaktik mengaktifkan :
Eosinofil : menurunkan konsentrasi histamine agar tidak over
Neutrophil : jika ada bakteri, enzim akan mengaktifkan lisosom.
Enzim lisozim untuk mendegenerasi bakteri, sel, dan jaringan rusak di
sekitar luka
Monosit : fagosit dan makrofag  menaikkan suhu dengan
mengkode hipotalamus.
6. Sel dalam sistem imun nonspesifik

a. Reaksi inflamasi/peradangan
b. Protein antivirus (interferon)  dikeluarkan saat sel terinfeksi virus, dimana
dia berfungsi untuk mengganggu replikasi dari virus, meningkatkan
fagositosis makrofag dan merangsang produksi antibodi.
c. Sel natural killer (NK)  merusak sel yang terinfeksi virus dan sel kanker
dengan melisiskan memberan sel pada paparan I. Kerjanya sama seperti sel
T Sitotoksik tetapi lebih cepat, non spesifik dan bekerja sebelum sel T
sitotoksik menjadi lebih banyak dan berfungsi.
d. Sistem komplemen
Jadi sel dalam sistem imun nonspesifik adalah NK (Natural Killer)
Nah NK ini akan teraktivasi apabila pada sel berinti mempunyai MHC Class
I, dimana MHC Class I merupakan inhibisi dalam penghancuran sel tersebut
oleh NK. Apabila terdapat MHC maka NK tidak akan teraktivasi. Tetapi
apabila tidak ada MHC maka NK akan teraktivasi dan sel tersebut akan
dihancurkan oleh NK.

Sel yang berperan dalam sistem imun nonspesifik


a. Sel Fagosit
 Sel monosit dan sel makrofag
Persentase sel monosit dalam lekosit berkisar 5%. Monosit
bersirkulasi dalam darah hanya selama beberapa jam kemudian
bermigrasi ke dalam jaringan dan berkembang menjadi makrofag
besar. Beberapa makrofag bermigrasi ke seluruh tubuh, sementara
yang lain tetap tinggal secara permanen di jaringan tertentu, seperti
: pulmo, hepar, ginjal, otak
 Sel netrofil
merupakan sel fagosit yang pertama datang, lalu diikuti oleh sel
monosit yang lalu berubah menjadi makrofag besar. Dalam tubuh
netrofil ada enzim lisozim dan laktoferin yang berfungsi untuk
menghancurkan benda asing/bakteri setelah difagosit
 Sel eusinofil
berperan saat ada alergi
b. Sel NK (Natural Killer)
merupakan golongan limfosit tapi tidak mengandung pertanda seperti pada
permukaan sel B dan sel T, tetapi mempunyai penanda permukaan(surface
marker ) yang khas. Sel ini tidak mengekspresikan imunoglobulin atau
reseptor sel T. Sel ini memiliki kemampuan untuk mengenal dan
membunuh sel abnormal seperti sel tumor dan sel-sel yang terinfeksi virus.
Sel ini memiliki banyak reseptor pejamu (host cell) yaitu pengaktif dan
penghambat. Nah reseptor penghambat akan aktif apabila pada permukaan
sel terdapat MHC (Major Histocompatibility Complex).

Mekanisme kerja : (dibawah)

Virus menginfeksi / sel yang tidak memiliki


MHC di permukaannya

antigen virus dipamerkan oleh APC

antibodi spesifik + antigen

sel NK + antibodi spesifik dan antigen

Bahan larut termasuk perforin dan granzim


dibebaskan dari tubuh sel NK membentuk
polimer di permukaan sel target/sasaran

Polimer perforin akan membentuk saluran


pada sel sasaran tersebut (seperti
melubangi)

Tabel 1: Mekanisme Kerja


c. sel mediator

Yang termasuk ke dalam sel mediator adalah sel basofil, sel mast dan
trombosit. Sel mast dan sel basofil dapat membentuk dan menyimpan
heparin.

7. Antigen : substansi yang merangsang tubuh untuk melakuakn system imun


adaptif (bereaksi dengan antibody).
8. Imunogen : substasi atau antigen yang menginduksi spesifik atau respon imun
- Pada kekebalan bawaan = tidak terpengaruh kekuatannya dari berapa
banyak si Target(subyek) terpapar imunogen yang sama.
- Pada kekebalan adaptif = seringnya terpapar imunogen yang sama akan
berpengaruh terhadap konsentrasi/ kuatnya respon imun.
- Catatan : tidak semua antigen itu imunogen
9. Hapten : bagian antigen yang inkomplit. Untuk aktif berikatan dengan protein
karier yang dikenali system imun. Waktu hapten masuk tubuh akan dioksidasi
lalu diikat protein yang ditemuinya. Hapten dan protein berikatan, system imun
menghasilkan antibody spesifik. Sehingga waktu paparan kedua akan dapat
angsung bereaksi.
10. APC (antigen presenting cell)
Supaya antigen dapat dikenali dan dibunuh limfosit sebagai benda asing bagi
tubuh, maka perlu APC, dimana APC ini bertugas menandai antigen dengan
menyelimuti antigen. APC berikatan dengan molekul MHC yang dibagi jadi 2
kelas. Kelas I untuk respon dnegan CD8 dan kelas II untuk respon terhadap
CD4. APC dapat berupa makrofag, dendritic.
limfosit T adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang terlibat dalam
mengidentifikasi antigen. Namun, untuk antigen diakui oleh T-limfosit, itu
harus terlebih dahulu diproses dan 'disajikan' dalam bentuk antigen dapat
mengenali. Ini adalah fungsi APC, juga disebut sebagai sel-sel aksesori. Proses
dengan mana ini terjadi adalah sebagai berikut: APC (Lihat di bawah untuk jenis
utama) menyelimuti antigen. Enzim dalam APC memecah antigen menjadi
fragmen yang lebih kecil. These tunggal MP3 diangkut ke permukaan APC,
terikat dengan molekul kelas II MHC (kompleks histokompatibilitas utama).
Reseptor sel T sekarang dapat mengenali antigen yang dihubungkan dengan
MHC dan dengan demikian mengikat untuk itu.
Contoh APC :
MAKROFAG :
Makrofag ini adalah sel darah putih besar yang mencerna antigen dan lain zat-
zat asing.Makrofag masing-masing berisi bahan kimia dan enzim yang
mencerna antigen atau mikroba.
Dendritik sel ( dc ) follicular dendritik sel ( fdc ) :
dendritik sel yang prinsip utama apc yang terlibat dalam respon imun.Fungsi
utamanya adalah untuk memperoleh antigen dalam jaringan, bermigrasi ke
organ limfoid dan mengaktifkan t sel.
SEL LANGERHANS :
langerhans sel-sel yang spesifik dendritik cell untuk kulit
11. Limfosit T
T helper : mengaktifkan sel T sitotoksik dan proliferasi sel B
T sitotoksik : membunuh benda asing
Aktivasi sel T
Sinyal untuk aktivasi sel T adalah dengan pembentukan komplek Antara TCR,
antigen, dan MHC. Selain itu, pada APC (Pembawa MHC) terdapat B7 yang
akan berikatan ke CD28 (yang terletak di sel Thelper) pada reseptor yang
disebut CTLA-4 (Cytotoxic Tlymphocyt Antigen-4). Ikatan tesebut
mengakibatkan sel T helper menjadi anergik (tidak dapat menerima stimulus
dari antigen).
Maturasi Sel T
Sel T imatur bermigrasi ke timus. Di timus terjadi rearrangement gen TCR yang
akan menyebabkan munculnya TCR, CD4 dan CD8. Seleksi pertama dengan
memeriksa apakah “calon” sel T dapat berikatan dengan MHC. Jika tidak dapat
berikatan dengan MHC, maka sel T imatur akan mengalami apoptosis. Seleksi
selanjutnya adalah dengan menyeleksi sel T imatur yang memiliki afinitas
tinggi terhadap self MHC . jika memiliki afinitas tinggi, maka sel akan
diamtikan. Sel T yang lolos seleksi akan keluar ke peredaran darah sebagai sel
T matur.
12. Histologi Sistem Limfatika
a. Limfonodus
Dibungkus oleh kapsula yang disusun oleh jaringan pengikat fibrous
ireguler dengan banyak serabut kolagen dan elastis terutama pada hilus.
Sinus subkapsularis membatasi kapsula dengan korteks bagian luar.
Parenkim organ dibagi jadi 2 : korteks dan medula.
Korteks terdiri dari limfonodulus (nodulus limfatikus) yang selnya bulat,
tersusun padat, terlihat aktivitas pembelahan limfosit. Pada bagian tengah
ada centrum germinativum dengan pulasan lebih pucat. Terdiri atas limfosit
besar, dengan dikelilingi limfosit kecil yang gelap. Zona parakorteks
(Antara korteks dan medula) ditempati limfosit T.
Medula tersusun genjel-genjel (chorda) dengan limfosit dan sel plasma.
Pada zona medularis dijumpai sinus medularis, sinus trabekularis primer,
dan sinus trabekularis sekunder. Stroma tersusun atas jaringan ikat retikuler
dengan serabut-serabut bercabang, sel retikuler dan sel makrofag.
b. Lien
Kapsula lien dibentuk dari jaringan pengikat fibrous ireguler yang
diteruskan sebagai trabekula. Terdapat juga sel otot polos. Secara
mikroskopis dibagi jadi 2 daerah : pulpa putih dan pulpa merah.
Pulpa putih disebut juga korpuskulum malphigi lien ada nodulus
limfatikus dan kadang centrum germinativum yang mengandung sel B dan
ada atau ditembus arteri centralis lien. Fungsi pulpa putih mendeteksi virus
dan bakteri yang masuk dan melakukan respon imun.
Pulpa merah disebut juga Billroth cords. Berwarna kemerahan karena
mengandung banyak eritrosit. Terdapat sinus-sinus venosus dibatasi sel
endotel dan genjel yang dipenuhi sel plasma, sel limfosit, dan sel-sel darah.
Fungsi : membersihkan antigen, mikroorganisme, trombosit, eritrosit tua
dan abnormal.
Stroma lien tersusun atas jaringan pengikta retikuler.
c. Timus
Kapsula tersusun atas jaringan ikat longgar yang melanjutkan jadi trabekula
dan membagi timus dalam lobuli-lobuli. Terdiri dari 2 zona : korteks dan
medula. Korteks tersusun atas timosit-timosit kecil dan tampak gelap.
Medula di bagian tengah, tercat lebih muda dan susunan jarang. Di medula
terdapat bangunan bulat dengan sel besar dikelilingi sel epitelial tersusun
konsentris. Sel besar ini mengalami degenerasi hialin dan kalsifikasi.Sel ini
berasal dari sisa-sisa epitel retikuler yang mengalami degenerasi. Bangunan
ini disebut korpuskulum Hassal. Stroma tersusun dari jaringan ikat retikuler
yang selnya dihubungkan secara desmosome, jaringan ini sebagai sawar
darah timus.
13. Produksi sel plasma dan sel B memori :
1. Produksi di sumsum tulang
2. Maturasi
3. Aktivasi limfosit B ketika berinteraksi dengan antigen dan diferensiasi
menjadi plasma sel dan sel B memori.

Maturasi Sel B
Sel limfosit B pertama kali di produksi di dalam embrio. Sebelum lahir yolk
sac, hati dan sumsum tulang janin merupakan tempat pematangan utama sel
B dan setelah lahir pematangan sel B terjadi di sumsum tulang.
(Gambar)
Pro-sel B mengekspresikan transmembran tirosin fosfat (CD45R).
Proliferasi dan diferensiasi pro-B menjadi pre-B memerlukan lingkungan
mikro dari stroma sumsum tulang. Jika tidak pada lingkungan mikro maka
sel-B tidak akan tumbuh menjadi sel yang matang.
Stroma sel sumsum tulang mempunyai peranan penting :
1. Langsung berinteraksi dengan sel pro-B dan pre-B
2. Menghasilkan berbagai jenis sitokin (IL-7) yang mendukung proses
pematangan sel B.

Pro-B sel berinteraksi secara langsung dengan stroma sel yang di bantu oleh
beberapa molekul sel-adhesi, yaitu VLA-4 pada sel pro-B dan VCAM-1 pada
stroma sel.
Setelah adanya ikatan pro-B dan stroma sel, reseptor pada pro-B (c-Kit)
berinteraksi dengan molekul pada permukaam stroma sel (SCF).
Aktivasi c-Kit yang juga distimulasi ooleh CD45R. Pro-B mulai
mengekspresikan reseptor IL-7. IL-7 yang dilepaskan oleh stroma sel
berinteraksi dengan reseptor IL-7, yang menginduksi pro-B menjadi pre-B.
Proliferasi dan diferensiasi akan menghasilkan sel-B matur.
Pre-B sel tidak terlalu lama berinteraksi secara langsung dengan stroma sel,
karena IL-7 udah dihasilkan.
Pada sumsum tulang Pre-B sel berdiferensiasi menjadi immature sel B yang
pada permukaan mebran nya terdapat IgM. Kemudian di perifer immature B
sel berubah menjadi sel B naïf yang hanya masih terdapat IgM pada
permukaan membrane sel.
Sel B naïf berdiferensiasi menjadi sel B mature yang pada permukaan
membrane sudah terdapat IgM dan IgG.

Aktivasi dan Proliferasi sel B


Berdasarkan antigen alami, aktivasi sel-B ada 2 cara (komponen dinding sel
bakteri) :
1. TD antigen yang kontak secara langsung dengan sel TH
2. TI antigen, mengaktifkan sel-B dengan 2 mekanisme : LPS (TI-1) dan TI-2

TI-1 adalah activator poliklonal sel-B (mitogen), yang bisa mengaktifkan sel-
B yang spesifik terhadap antigennya. Kadar TI-1 yang tinggi, akan
menstimulasi proliferasi dan sekresi antibodi dari sel-B. Kadar yang rendah,
hanya sel-B yang mempunyai epitop spesifik terhadap antigen itu saja yang
aktif.
LPS merupakan komponen penting pada dinding sel bakteri gram-negatif .
Kadar LPS rendah akan menstimulasi antibody spesifik terhadap LPS. Kadar
yang tinggi sebagai activator poliklonal sel-B.

TI-2 mengaktifkan sel-B dengan ikatan silang terhadap mIg.


1. TI-2 bukanlah mitogen sehingga tidak bisa sebagai activator poliklonal sel-
B.
2. TI-2 akan mengaktifkan sel-B dan menginaktifkan sel-B yang immature.

Respon humoral terhadap TI berbeda dengan respon humoral terhadap TD.


Respon terhadap TI antigen lebih lemah, tidak membentuk sel memori, lebih
dominan mensekresikan antibody IgM, menunjukkan level yang rendah dari
class switching.
Sel TH berperan dalam respon Sel B
Aktivasi sel B dengan protein antigen membutuhkan keterlibatan sel TH.
Ikatan antara antigen dengan m-Ig sel B tidak dapat terinduksi tanpa adanya
tambahan interaksi dengan molekul pada membrane sel TH. Sitokin juga
diperlukan untuk proliferasi dari sel B.

1. Antigen berikatan dengan mIg sel B, kemudian menghasilkan sinyal


pertama, yang akan menyebabkan peningkatan ekspresi MHC kelas II dan
co-stimulator B7 pada permukaan sel B. Kompleks antigen-antibodi
terinternalisasi secara endositosis dan tergradasi menjadi peptide, yang
beberapa diantaranya berikatan dengan MHC kelas II pada membran sel
sebagai kompleks peptide-MHC.
2. TH sel mengenali peptide-MHC pada membrane sel B.
3. TH sel mulai mengekspresikan CD40L.
4. Interaksi antara CD40 pada sel B dan CD40L pada sel TH menghasilkan
sinyal.
5. Terjadi ikatan antara co-stimulator B7 dan CD28 pada sel TH.
6. Sel B mulai mengekspresikan resptor untuk berbagai sitokin.
7. Ikatan antara sitokin dan sel TH lepas kemudian terjadinya pengiriman sinyal
untuk mendukung proses terjadinya sintesis DNA dan proliferasi sel B.

Antigen menginduksi diferensiasi sel B


Antigen menstimulasi sel B migrasi ke germinal center, sel B disebut
centroblast, dimana sel B mengalami pengurangan ekspresi Ig pada
permukaan membran dan mengalami pembelahan sel dan mutasi ulang gen
Ig region V pada dark zone. Setelah pembelahan sel berhenti dan sel B
migrasi ke light zone, terjadi peningkatan ekspresi Ig pada permukaan
membrane. Pada keadaan ini sel B disebut sebagai centrocytes.
Pada light zone, centrocytes harus berinteraksi dengan sel dendritic dan sel
TH agar bisa survive. Sel dendritic mengikat kompleks antigen-antibodi
disepanjang lengannya dan centrocytes harus berkompetisi satu sama lain
untuk berikatan dengan antigen. Sel B yang mempunyai high-affinity
membrane Ig (antibody yang berwarna biru) lebih banyak berikatan dengan
antigen. Sementara sel B yang mempunyai low-affinity membrane Ig
(antibody yang berwarna hitam) mengalami apoptosis.
Sel B yang lolos seleksi antigen dan menerima sinyal kedua dari sel TH
berdiferensiasi menjadi sel B memori dan sel plasma-sekresi antibody.
14. Immunoglobulin protein yang terdiri dari dua heavy chain identik dan dua light
chain identik, yang mengenali epitop tertentu pada antigen dan memfasilitasi
pembersihan antigen itu. Membran-bound antibodi diekspresikan oleh sel B
yang belum menemukan antigen; antibodi yang disekresikan diproduksi oleh
sel plasma. Beberapa antibodi merupakan kelipatan dari dasar struktur empat
rantai.
Molekul bebas dari antibodi yang disekresikan oleh sel plasma yang timbul oleh
proliferasi dan diferensiasi terminal klon limfosit B yang dimana reseptor dapat
mengenali dan mengikat epitop tertentu . Antibodi disekresikan baik beredar
dalam plasma dan dapat meninggalkan pembuluh darah mencapai jaringan atau
hadir dalam sekresi beberapa epitel ( misalnya , dari susu kelenjar dan kelenjar
ludah ) . Antibodi lain tidak molekul bebas , tetapi memiliki protein membran
integral dari permukaan limfosit . Dalam kasus apapun , masing-masing
antibodi berikatan dengan epitop yang secara khusus dikenali .Ada beberapa
kelas molekul antibodi tetapi semua memiliki desain yang sama: mereka terdiri
dari dua rantai ringan yang identik dan dua rantai berat identik terikat oleh
ikatan disulfida dan pasukan noncovalent.
15. Memori pasif : berasal dari ibu. Berjangka pendek, hanya beberapa bulan. Asal
: tipe antibody IgG yang didapat dari ibu, disalurkan melalui plasenta selama
masa kehamilan.
Memori aktif : karena terpapar antigen (imunitas spesifik/adaptif). Berupa
limfosit
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan dalam sumsum tulang (bone marrow).
Dalam sumsum tulang, limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
berfungsi bertugas menyekresikan antibodi kedalam cairan tubuh dan sel
limfosit B-memori yang berfungsi menyimpan informasi antigen. Informasi ini
disimpan dalam bentuk DNA yang dapat memproduksi antibodi yang cocok
dengan antigen. Sel limfosit B hidup dalam jangka waktu yang lama.
Limfosit T dimatangkan di kelenjar timus. Di kelenjar timus, limfosit T juga
berdiferensiasi menjadi sel T sitotoksik (CTC), sel T penolong (helper T cell),
sel T supressor (supressor T cell), dan sel T memori (memory T cell). Masing-
masing memiliki fungsi berbeda :
1) Sel T sitotoksik berfungsi dalam membunuh sel yang terinfeksi.
2) Sel T penolong berfungsi mengaktifkan limfosit B dan limfosit T yang lain.
3) Sel supressor berfungsi dalam mengurangi produksi antibodi oleh sel-sel
plasma dengan cara menghambat aktivitas sel T penolong dan sel T sitotoksik.
4) Sel T memori diproduksi untuk “mengingat” antigen yang telah masuk ke
dalam tubuh. Jika kelak antigen yang sama menyerang tubuh kembali, maka
dengan adanya sel T memori akan terjadi respons sekunder yang lebih cepat dan
kuat. Akibatnya, sering antigen telah dihancurkan sebelum terjadi demam atau
radang.
Baik limfosit B dan limfosit T akan masuk ke dalam sistem peredaran limfatik
atau getah bening. Sel limfosit banyak terdapat pada sistem peredaran darah
limfatik, sumsum tulang, kelenjar timus, kelenjar limfa, amandel (tonsil), darah,
dan dalam sistem pencernaan. Pada proses transplantasi jaringan, penolakan
tubuh donor yang menyebabkan kerusakan jaringan yang akan
ditransplantasikan, dapat disebabkan oleh sel limfosit T. Hal ini terjadi karena
limfosit T menganggap jaringan tersebut bukan bagian dari tubuh.
Limfosit B membentuk sistem kekebalan di dalam cairan tubuh (humor),
sehingga efektif dalam mengatasi infeksi oleh bakteri dan virus yang bersifat
ekstraseluler. Sel Limfosit B dapat membentuk struktur protein khusus, yaitu
Immunoglobulin atau disebut juga antibodi. Protein khusus ini dimigrasikan ke
bagian membran sel, kemudian berfungsi mengenali dan mengikat sel asing
atau organisme asing yang ditemui, dan melumpuhkannya. Antibodi pada
dasarnya adalah protein yang sangat spesifik yang terbentuk sebagai respons
dari kehadiran antigen.
16. Imunisasi adalah cara/upaya untuk meningkatkan derajat kekebalan seseorang.
17. Imunisasi ada 2 macam, pasif dan aktif. Intinya adalah pada imunisasi pasif
tubuh menerima antibodi, sehingga tubuh sudah tak perlu memprosesnya. Pada
imunisasi aktif, tubuh hanya menerima antigen sehingga tubuh harus
memprosesnya agar terbentuk antibodi. Selain itu imunisasi dibagi lagi menjadi
imunisasi alami dan buatan.
• Aktif alami : antibodi ibu kepada janinnya lewat plasenta dan ASI
• Aktif buatan : vaksinasi
• Pasif alami : infeksi kuman
• Pasif buatan : antibodi,antitoksin

Ada dua jenis kekebalan yang bekerja pada tubuh bayi atau anak (imunisasi) :
a. Imunisasi aktif (active immunization)
Imunisasi aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap suatu penyakit tertentu.
1. Imunisasi aktif alamiah: adalah dimana kekebalan akan dibuat
sendiri oleh tubuh setelah mengalami atau sembuh dari suatu
penyakit, misalnya campak, jika pernah sakit campak, maka tidak
akan terserang kembali.
2. Imunisasi aktif buatan: adalah dimana kekebalan dibuat oleh tubuh
setelah mendapat vaksin yaitu hepatitis B, BCG, DPT/Hep B
kombo, dan polio.
b. Imunisasi pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif adalah tubuh anak tidak membuat zat antibody sendiri
tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat
penolakan, sehingga prosesnya cepat tetapi tidak bertahan lama karena
akan di metabolisme oleh tubuh
Imunisasi pasif dibagi menjadi dua macam:
1. Imunisasi pasif alamiah atau bawaan, yaitu terdapat pada bayi baru
lahir sampai berumur 5 bulan. Bayi mendapatkan zat antibody dari ibu
sewaktu didalam kandungan, yaitu melalui jalan darah menembus
plasenta, yaitu campak
2. Imunisasi pasif buatan, yaitu dimana kekebalan ini diperoleh setelah
mendapatkan suntikan zat penolakan, misalnya ATS.
18. Jenis-jenis vaksin
a. Vaksin live attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan)
Vaksin live attenuated diproduksi dengan cara melakukan modifikasi
virus atau bakteri penyebab penyakit di laboratorium. Mikroorganisme
vaksin yang dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh
(replikasi) dan menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan
penyakit. Vaksin live attenuated bersifat labil dan dapat mengalami
kerusakan bila kena panas dan sinar, maka harus dilakukan pegelolaan
dan penyimpanan dengan baik dan hati-hati.
Vaksin live attenuated yang tersedia saat ini adalah :
1. Vaksin yang berasal dari virus hidup. Contoh : vaksin campak,
gondong, rubella, polio OPV (Oral Pholio Vaksin), demam
kuning.
2. Vaksin yang berasal dari bakteri. Contoh : BCG dan demam tifoid
oral.
b. Vaksin inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau
virus dalam media pembiakan, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated)
dengan pemanasan atau bahan kimia (biasanya formalin).
Karena vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat reflikasi maka
seluruh dosis antigen yang dibutuhkan dimasukkan dalam suntikan.
Vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit (walaupun pada orang
dengan defisiensi imun) dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi
bentuk patogenik.
Vaksin inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :
1. Seluruh sel virus inactivated, contoh : influenza, polio IPV
(Injectable/inactivated Polio Vaksin), rabies, hepatitis A.
2. Seluruh bakteri inactivated, contoh : pertusis, tifoid, kolera.
3. Vaksin fraksional yang masuk sub unit, contoh : hepatitis B,
influenza, pertusis aceluler, tifoid vi.
4. Toksoid, contoh : difteri, tetanus
5. Polisakarida murni, contoh: pnemokokus, meningokokus,
haemophilus influenza tipe B.
6. Gabungan polisakarida (haemophilus influenza tipe B dan
pnemokokus).
c. Rekombinan (rekayasa genetika) : hepatitis B.
Vaksin hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus recombinant yang
telah diinaktivasikan dan bersifat non-infeksius, berasal dari HbsAg
yang dihasilkan dalam sel ragi (hansenula olymorpha) menggunakan
teknologi DNA recombinan.
19. Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu memberikan paparan
antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi system imun dan
menimbulkan kekebalan sehingga nantinya orang yang sudah divaksinasi, tidak
akan sakit bila terkena antigen serupa.
BAB III

KESIMPULAN

Tubuh memiliki sistem pertahanan terh adap cedera atau infeksi. Pertahanan tersebut
dimulai dari kulit/mukosa sampai ke sel-sel memberikan respon imun terhadap benda
asing yang masuk. Respon imun terbagi 2, yaitu nonspesifik/innate dan
spesifik/adaptive. Ketika terjadi kerusakan jaringan akan ada stimulasi/pengaktifan sel
dan zat yang bertugas dalam proses inflamasi, selanjutnya jika infeksi maka akan terjadi
opsonisasi, fagositosis, penghancuran/penetralisasian dari benda asing yang masuk.
Secara garis besar, innate imunity diperankan oleh sel fagosit, APC, dan sebagainya,
sedangkan adaptive immunity diperankan oleh limfosit B (humoral) dan limfosit T
(seluler). Adaptive immunity akan memberikan memori terhadap kekebalan sehingga
menjadi dasar dari imunisasi. Imunisasi ada yang aktif (memacu tubuh memproduksi
antibodi dan memori kekebalan) dan pasif (tubuh menerima antibodi secara langsung
dari luar). Vaksinasi merupakan salah satu metode imunisasi aktif yang buatan. Dalam
prosesnya vaksinasi harus memperhatikan jenis vaksin, cara pemberian, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, dan penatalaksanaan jika terjadi kejadian ikutan pasca
imunisasi (KIPI).
BAB IV

SARAN

Saran untuk diskusi adalah diharapkan diskusi berjalan lebih baik dengan partisipasi
aktif semua anggota diskusi dan dapat menentukan prioritas permasalahan yang harus
dibahas lebih detail.

Saran untuk kelompok adalah agar lebih banyak membaca dasar imunologi dari
referensi yang berbeda-beda sehingga menambah luas wawasan dan tidak hanya
terpaku pada satu fokus. Selain itu, diharapkan dapat mempelajari suatu ilmu dengan
detail, tidak hanya secara superfisial.

Saran untuk tutor, tutor telah bertindak sebagai fasilitator yang baik dan sangat
memahami dasar imunologi serta memahami hal-hal mana saja yang perlu dibahas
dalam tutorial sehingga LO tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Doan, Thao. (2007). Illustrated Review Immunology. Lippincots, pp : 77-80

Owen, Judith A. (2013). Kuby Immunology 7th Edition. W.H Freeman and
Company (E-book version)

Rabson Arthur, Roitt Ivan M, Delves Peter J (2005). Really Essential Immunology.
Blacwell Publishing (E-book version)

Eroschenko Victor P (2007). Di Fiore’s Atlas of Histology With Functional Corelation.


Lippincott Williams & Wilkins (E-book version)

You might also like