You are on page 1of 13

Manajemen Bencana Gempa Bumi

A. Pengertian

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi bencana adalah

peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian

kehidupan manusia, serta memberuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang

bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.

Menurut Bayong (2008: 12) gempa bumi adalah gerakan atau getaran pada kulit bumi

yang disebabkan oleh tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam

bumi yang disebabkan oleh perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen memiliki sifat yang

membentuk permukaan bumi menajdi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya

permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit

atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya suatu lembaga

ataupun jurang. Secara umum tenaga endogen tersebut dibagi kedalam tiga jenis yakni

vulkanisme, tektonisme, dan seisme atau gempa. Vulkanisme dibagi lagi menjadi plutonisme

dan vulkan.

B. Sifat-Sifat Gempa Bumi

Selain itu, gempa bumi juga memiliki sifat-sifat. Sifat-sifat gempa bumi adalah sebagai berikut

1. Global. Secara geografis, distribusinya terstruktur terdapat daerh gempa bumi atau

dengan gempa bumi yang besar.

2. Melepaskan energi yang juga sangat besar. Pelepasan energi dapat terjadi di dataran

maupun juga di lautan, pelepasan energi yang terjadi di lautan dapat menyebabkan

tsunami.
3. Datang secara berkelompok baik terhadap waktu maupun juga dengan ruang.

4. Kedalaman focus gempa beragam hingga 700 km.

5. Distribusi frekuensi gempa merupakan fungsi dari kedalam focus namun tidak seragam

terhadap kedalaman maupun juga geologis.

C. Katergori Bencana Dan Korbannya

Keadaan bencana dapat digolongkan berdasarkan jumlah korban yang mencakup:

1. Mass patient incident (jumlah korban yang datang ke UGD kurang dari 10 orang).

2. Multiple cassuality incident (jumlah korban yang datang ke UGD antara 10 dan 100

orang).

3. Mass cassuality incident (jumlah korban yang datang ke UGD lebih dari 100 orang)

D. Fase-fase dari bencana

1. Pra-dampak: dimulai sejak awitan bencana, jika kejadian ini sudah diketahui terlebih

dahulu. Fase pra-dampak didefinisikan sebagai periode yang pada saat itu kita

mengantisipasi dan diperingatkan

2. Dampak: periode selam bencana terjadi, berlanjut hingga dimulainya fase paska

dampak. Fase ini juga dikenal sebagai penyelamatan. Pada saat ini pengkajian penting

harus dilakukan yaitu mengevaluasi besarnya kerugian, identifikasi sumber daya yang

ada, dan merencanakan penyelamatan korban. Fase ini bisa berlangsung singkat.

3. Paska-dampak: disebut fase pemulihan. Selama fase ini, besarnya kerugian sudah

dievaluasi dan penyelamatan korban telah selesai dilaksanakan, kerusakn lebih lanjut

sudah diminimalka. Fase ini dapat menjadi fase yang paling lama.

E. Dampak Bencana Alam

Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, social

dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas social, dampak dalam

bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan
komunikasi, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang

melindungi daratan.

F. Prinsip-Prinsip Dalam Penatalaksanaan Bencana

Ada 8 prinsip penatalaksanaan bencana, yaitu:

1. Mencegah berulangnya kejadian.

2. Meminimalkan jumlah korban

3. Mencegah korban selanjutnya.

4. Menyelamatkan korban yang cedera

5. Memberikan pertolongan pertama.

6. Mengevakuasi korban yang cidera.

7. Memberikan perawatan definitive.

8. Memperlancar rekonstruksi atau pemulihan.

G. Pencegahan

Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap

anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.Upaya pelayanan kesehatan

pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus

dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang

mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:

1. Penanggulangan penderita ditempat kejadian

2. Transpotasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana kesehatan yang lebih

memadai

3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan

penderita gawat darurat


4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli

5. Upaya penanggulangan pendereita gawat darurat ditempat rujukan (Unit Gawat Darurat

dan ICU)

6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat

H. Komponen Yang Disiapkan Dalam Menghadapi Bencana

Persiapan masyarakat, triase lapangan, persiapan Rumah Sakit, dan persiapan UGD.

1. Perencanaan menghadapi bencana akan mencakup banyak sumber daya:

a. Pejabat polisi, pemadam kebakaran, pertahanan sipil, pamong praja terutama

yang terlibat dalam penanganan bencana dan bahan berbahaya.

b. Harus sering dilatih dan di evaluasi.

c. Memperhitungkan gangguan komunikasi, misalnya karena jaringan telepon rusak

atau sibuk.

d. Mempunyai pusat penyimpanan perbekalan, tergantung dari jenis bencana yang

di duga dapat terjadi.

e. Mencakup semua aspek pelayanan kesehatan dari pertolongan pertama sampai

terapi definitip.

f. Mempersiapkan transportasi penderita apabila kemampuan local terbatas.

g. Memperhitungkan penderita yang sudah di rawat untuk kemudian di rujuk karena

masalah lain.

2. Perencanaan Pada Tingkat Rumah Sakit

Perencanaan bencana rumah sakit harus mulai dilaksanakan meliputi:

a. Pemberitahuan kepada semua petugas.

b. Kesiapan daerah triase dan terapi.

c. Klasifikasi penderita yang sudah di rawat, untuk penentuan sumber daya.


d. Pemeriksaan perbekalan(darah, cairan IV, medikasi) dan bahan lain(makanan,

air, listrik, komunikasi) yang mutlak di perlukan rumah sakit.

e. Persiapan dekontaminasi(bila diperlukan).

f. Persiapan masalah keamanan.

g. Persiapan pembentukan pusat hubungan masyarakat.

I. Pembagian Daerah Kejadian

Di tempat kejadian atau musibah masal, selalu terbagi atas:

1. Area 1 : Daerah kejadian (Hot zone)

Daerah terlarang kecuali untuk tugas penyelamat(rescue) yang sudah memakai alat

proteksi yang sudah benar dan sudah mendapat ijin masuk dari komandan di area ini.

2. Area 2 :Daerah terbatas (Warm zone)

Di luar area 1, hanya boleh di masuki petugas khusus, seperti tim kesehatan,

dekotanminasi, petugas atau pun pasien. Pos komando utama dan sektor kesehatan

harus ada pada area ini.

3. Area 3 : Daerah bebas (Cold zone)

Di luar area 2, tamu, wartawan, masyarakat umum dapat berada di zone ini karena

jaraknya sudah aman. Pengambilan keputusan untuk pembagian area itu adakah

komando utama.

J. Sistem Komando Pada Musibah Masal

Pada setiap bencana atau musibah masal harus ada komandan. Pada umumnya

komandan ini berasal dari kepolisian, di daerah militer (komandan adalah militer
setempat) atau pelabuhan (komandan adalah syahbandar yang dilakukan di pos

komando) . Unsur yang mungkin terllibat:

1. Keamanan : kepolisian dan TNI

2. Rescue : pemadam kebakaran, Basarnas

3. Kesehatan

4. Sukarelawan (hampir selalu PMI terlibat)

5. Masyarakat umum

Bila bencana pada tingkat kabupaten, dan masih dapat menanggulangi sendiri, maka

pimpinan akan diambil ahli oleh bupati melalui satlak PBP (Satuan Pelaksana

Penanggulangan Bencana Dan Pengungsi). Bila pada tingkat provinsi dan skalanya

bencana lebih besar, maka pimpinan akan diambiil ahli oleh gubernur malalui satkorlak

PBP (Satuan Koordinasi Palaksana Penanggulangan Bencana Dan Pengungsi). Bila

bencana sangat besar dan mencapai tingkatan nasional, maka pimpinan diambil oleh

pimpinan negagra dan dilaksanakan oleh Bakornas PBP (Badan Koordinasi Nasional

Penanggulangan Bencana Dan Pengungsi). Di pos kemando utama akan diatur:

1. Sturktur komando

2. Operasional

3. Logistic

4. Perancanaan

5. Keuangan

6. Atau kepala pelabuhan udara, kesehatan diharapkanmempunyai sector sendiri untuk

kegiatan penanganan penderita gawat darurat, yang terdiri dari komponen: triase

(pemilahan Penderita)

7. Terapi (pengobatan sementara)


8. Transportasi (rujukan), juga dipelukan dukungan logistic dan pelatihan terhadap

masalah keamanan (safety)

K. Triase Lapangan

Triase lapangan merupakan proses memilih atau mengkaji korban bencana berdasarkan

beratnya cidera dan besarnya kemungkinankorban untuk diselamatkan dengan tindakan medis.

L. Dua Macam Kategori Triase Lapangan

Klasifikasi Triase Nato Konvensional Klasifikasi Triase dengan Kode Warna

T1. Pembedahan segera: untuk Merah/darurat: prioritas 1: pasien kritis yang

menyelamatkan jiwa atau anggota dapat hidup dengan intervensi, tidak

tubuh. Waktu operasi minimal. memerlukan personil dan sumber daya dalam

Kualitas keberhasilan hidup jumlah yang berarti.

diharapkan baik

T2. Ditunda: pembedahan memakan Kuning/urgen: prioritas 2: korban

banyak waktu. Jiwa korban tidak mempunnyai kemungkinan tetap hidup dan

terancam olen penundaan operasi kondisinya tetap stabil selama beberapa jam

stabilisasi keadaan korban, dengan dilakukannya tindakan stabilisasi.

meminimalkan efek penundaan.

T3. Minimal: cidera ringan ditangani oleh Hijau/non urgensi: prioritas 3: cidera ringan

staf dengan pekatihan minimal. yang dapat diatasi oleh petugas dengan

pelatihan minimal dan dapat menunggu

sampai korban cidera lainnya selesai ditangani.


T4. Ekspektan: cidera serius dan multiple. Biru/urgensi bervariasi: prioritas 2/3: korban

Penanganan kompleks dan memakan dengan cidera berat yang diperkirakan tidak

waktu. Penangan memerlukan banyak akan bertahan hidup kecuali bila dilakukan

personildan sumber daya. tindakan dengan segera.

Korban ini akan menuntut sumber daya terlalu

banyak yang seharusnya dapat menyelamatkan

pasien lain yang dapat bertahan hidup dan

mungkin menempati prioritas terendah bila

sumber daya yang ada terbatas. Warna biru

kadang-kadang digunakan untuk

menggantikan warna hitam karena banyak

petugas mengalami kesulitan dalam

menempati korban kedalam kategori pasien

yang memerlukan terapi paliatif saja.

Hitam/ekspektan: tidak terdapat prioritas yang

nyata. Korban menderita cidera hebat dengan

kecil kemungkianan untuk hidup atau koraban

sudah meninggal. Prioritas yang harus

dilkaukan hanyalah tindakan untuk

memberikan kenyamanan kepada orang yang

sedang berada dalam proses kematian.


1. Penderita gawat darurat dapat terbagi atas:

Prioritas utama atau prioritas tertinggi (warnah merah) ada gangguan A-B-C. Contoh:

Penderita sesak (gangguan airway), cervical-spine injury, pneumothorax, perdarahan hebat,

shock, hypotermi.

Tindakan gawat darurat :

a. Airway : Periksa apakah masih bernapas dengan membuka jalan napas head tilt, chin lift

dan jawtrust.

b. Breathing : Periksa frekuensi pernapasan , bila lebih dari 30 Kali permenit: Merah.

c. Circulation : Periksa dengan cepat adanya pengisihan kembali kapiler (capiilary refill) Bila

lebih dari 2 detik : Merah.

2. Prioritas tidak gawat, darurat warna kuning

Contoh cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor

tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).

Tindakan kegawat daruratan pada klien ini dengan menilai kesadaran klien (GCS) jika klien

dapat mengikuti perintah maka termasuk tidak gawat tapi darurat.

3. Prioritas rendah (warna hijau Contoh: Patah tulang paha, luka bakar tanpa gangguan

airway. Klien di tempatkan pada tempat yang aman dan menangani cidera klien.

4. Bukan prioritas (warna hitam).

Contoh: Sudah meninggal. Pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin

diresusitasi.

M. Cara Melakukan Triase:


Pelaksanaan triase dengan cara menurut START (Simple Triage And Rapid Treatment). Cara

ini memilih penderita tetap menurut prinsip A-B-C. Pada tahap ini jangan melakukan terapi,

hanya memberikan tanda prioritas.

1. Awal

a. Panggil semua penderita yang dapat berjalan, dan perintahkan untuk pergi kedaerah

tertentu atau daerah yang sudah aman

b. Semua penderita ditempat ini mendapatkan kartu hijau

2. Airway

a. Pergi ke penderita yang dekat, dan periksalah apakah masih bernafas

b. Bila sudah tidak bernapas, buka airway, dan lihatlah apakah tetap tidak bernapas

i. Bila tetap tidak bernapas : Hitam

ii. Bila bernapas kembali : Merah

iii. Bila bernapas spontan pergi ketahap berikutnya (breathing)

3. Breathing

a. Bila penderita dapat bernapas spontan, hitung kecepatan pernapasan.

b. Bila lebih dari 30 Kali permenit: Merah.

c. Bila kurang dari 30 kali permenit, pergi ke tahap berikutnya.

4. Circulation

1. Periksa dengan cepat adanya pengisihan kembali kapiler (capiilary refill).

a. Bila lebih dari 2 detik : Merah.

b. Bila kurang dari 2 detik : pergi ketahap berikutnya.

5. Kesadaran penderita harus mengikuti perintah kita

a. Tidak dapat mengikuti perintah : Merah.

b. Dapat mengikuti perintah : Kuning.


N. Langkah-langkah dalam penanggulangan bencana

1. Pengkajian awal terhadap korban bencana,yang mencakup :

a. Keadaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan napas. Sifat pernapasan dengan

cepat, lambat, tidak teratur.

b. Sistem Kardiovaskular, meliputi tekanan darah tinggi atau rendah,nadi cepat atau

lemah.

c. Sistem muskuloskletal, seperti luka, trauma, fraktur.

d. Tingkat kesedaran, composmentis - coma.

2. Pertolongan darurat

Evaluasi melalui sistem triaget sesuai dengan urutan Prioritas.

a. Atasi masalah jalan napas, atur posisi (semi fowler, fowler tinggi),bebaskan jalan

nafas dari sumbatan, berikan oksigen sesuai kebutuhan, awasi pernapasan.

b. Atasi perdarahan,bersihkan luka dari kotoran dan benda asing,desinfektan

luka,biarkan darah yang membeku, balut luka.

c. Fraktur atau trauma, imobilisasi dengan memakai spalak,balut.

d. Kesadaran terganggu, bebaskan jalan napas, awasi tingkat kesadaran dan tanda

vital

3. Rujukan segera ke puskesmas/rumah sakit

Dengan menyiapkan ambulans dan melakukan komunikasi sentral ke pusat rujukan.

O. Persiapan perlengkapan

1. Perlengkapan jalan napas.

a. Resusitasi (manual, otomatik, laringoskop, nasotrakeal, gudel )

b. Oksigen set lengkap

c. Suction

2. Alat-alat perlengkapan intravena


a. Infus set

b. Blood set

c. Cairan infuse (NaCl, glukosa, ringer laktat, plasma fusin)

d. Spuit 5-10 cc

e. Standar infuse

f. Gunting, plester, manset, venaseksi set

3. Bahan-bahan untuk keperluan trauma

a. Bidai dengan segala ukuran untuk kaki, tangan, leher, tulang,punggung

b. Verban dengan segala ukuran

c. Kain kasa

d. Gips

e. Benang,catgut dan jarum berbagai ukuran

f. Larutan desinfektan (alcohol, betadin, obat merah)

4. Perlengkapan lain

a. Selimut

b. Pembalut

c. Kain segitiga

d. Tensimeter

e. Usungan

5. Obat-obatan

a. Analgesic

b. Antikoagulan

c. Antiinflamasi

d. Vitamin

P. Peranan perawat
1. Melakukan asuhan keperawatan penderita gawat darurat.

2. Kolaborasi dalam pertolongan gawat darurat.

3. Pengelolaan pelayanan perawatan didaerah bencana dan ruang gawat darurat.

4.

Q. Kemampuan yang diharapkan

1. Melakukan resusitasi dan dukungan hidup dasar

2. Pertolongan pada syok

3. Menghentikan perdarahan

4. Perawatan luka dan patah tulang

5. Memasang bidai dan balutan

6. Rujukan

a. Ambulan

b. Komunikasi dan penyampaian informasi ke sentral

c. Pertolongan pertama.

You might also like