Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
I. Judul : Percobaan dengan Reagen Benedict
Tujuan : Menguji adanya karbohidrat (monosakarida dan disakarida)
yang mampu mereduksi Cu++ dengan membentuk endapan merah bata.
1
BAB II
METODE
Pipet Tetes
2
I. Percobaan I: Percobaan dengan Reagen Benedict
Diambil 4 buah tabung reaksi dan diberi nomor pada setiap tabung.
1. Uji Benedict
3
Dipanaskan tabung selama 5 menit, kemudian didinginkan.
2. Uji Lugol
3. Uji Biuret
4. Uji Xanthoprotein
4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Untuk hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
KARBOHIDRAT PROTEIN
BAHAN
NO UJI UJI UJI UJI
MAKANAN
BENEDICT LUGOL BIURET XANTHOPROTEIN
1 Tahu ++
- - ++
2 Tempe ++
- - +++
Pisang
3 -
masak +++ +++ -
Pisang
4 -
mentah ++ ++ -
5
5 Mie -
- + +
6. Roti +++ +++ + -
Keterangan :
+ + + : tanda ini artinya larutan mengalami perubahan warna yang sangat
mencolok. Ini menandakan bahwa ekstrak makanan ini sangat banyak
mengandung zat karbohidrat/protein
+ + : tanda ini artinya larutan mengalami perubahan warna sedikit
mencolok. Ini menandakan bahwa ekstrak makanan ini banyak
mengandung zat karbohidrat/protein
+ : tanda ini artinya larutan mengalami perubahan, tetapi tidak mencolok.
Ini menandakan bahwa ekstrak makanan ini mengandung sedikit
karbohidrat/protein.
- : tanda ini artinya larutan tidak mengalami perubahan. Ini menandakan
bahwa ekstrak makanan ini tidak mengandung karbohidrat/protein.
B. Pembahasan
I. Percobaan I: Percobaan dengan Reagen Benedict
Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan glukosa 5%, fruktosa
5%, laktosa 5%, dan maltosa 5% dengan ditetesi reagen dan
dipanaskan, dapat diketahui bahwa keempat larutan tersebut
mengandung gula. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan
warna pada larutan setelah dipanaskan dan terjadinya endapan.
Pada larutan glukosa yang ditetesi dengan reagen yang kemudian
dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum
dipanaskan adalah biru bening, dan setelah ditetesi dengan reagen yang
kemudian dipanaskan menjadi berwarna merah bata dan ada endapan.
Begitu juga pada larutan fruktosa 5% yang ditetesi dengan reagen
yang kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal
sebelum dipanaskan adalah kuning, dengan endapan di bawahnya, dan
setelah ditetesi dengan reagen yang kemudian dipanaskan menjadi
berwarna merah bata dengan ada endapan.
Pada larutan laktosa 5% yang ditetesi dengan reagen yang
kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal
sebelum dipanaskan adalah biru kuat, dan setelah ditetesi dengan
reagen yang kemudian dipanaskan menjadi berwarna merah bata
dengan ada endapan.
Sama halnya pada larutan maltosa 5% yang ditetesi dengan reagen
yang kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal
sebelum dipanaskan adalah bening keruh, dengan endapan di
bawahnya, dan setelah ditetesi dengan reagen yang kemudian
dipanaskan menjadi berwarna merah bata dengan ada endapan.
6
Hal ini dapat terjadi karena glukosa, fruktosa, laktosa, dan maltosa
memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat mereduksi ion-ion
tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan fehling menjadi Cu2O yang
berwarna merah bata atau orange.
Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada
sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH-
membentuk asam karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang
terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi pembentukan asam
karboksilat.
7
berbentuk padat. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencampuran
antara bahan makanan dan reagen.
Pada pengujian dengan benedict, larutan bahan makanan akan
dinyatakan positif mengandung gula jika terjadi perubahan warna yaitu
kuning kehijauan atau merah bata dengan terbentuknya endapan.
Semakin merah bata suatu larutan bahan makanan, maka semakin
banyak kandungan gula yang terdapat dalam bahan makanan tersebut.
Pada praktikum kali ini, bahan makanan yang perubahan warnanya
menjadi merah bata dan adanya endapan adalah mie dan roti. Ini
menunjukkan bahwa kedua bahan makanan ini mengandung kadar gula
yang tinggi. Sedangkan pada pisang masak, perubahan warnanya belum
maksimum mencapai merah bata, ini berarti pisang tersebut belum
cukup matang, sehingga kadar gulanya belum begitu banyak. Sedikit
berbeda dengan pisang mentah, perubahan warna yang terjadi adalah
kuning kehijauan. Ini menunjukkan bahwa kadar gula yang terdapat
pada pisang mentah tersebut sangat sedikit. Namun, berbeda halnya
dengan tahu, tempe, dan putih telur. Ketiga bahan makanan ini tidak
mengandung gula. Ini dapat dibuktikan dengan perubahan warnanya
yaitu ungu sampai ungu kehitaman.
Pada pengujian dengan lugol, larutan bahan makanan akan
dinyatakan positif mengandung amilum jika terjadi perubahan warna
menjadi biru kehitaman. Pada pengamatan kali ini, dapat diketahui
bahwa mie, telur, pisang masak, dan pisang mentah mengandung
amilum. Namun, kadar amilum yang terkandung dalam bahan makanan
tersebut berbeda-beda. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan
warna yang terjadi. Semakin pekat perubahan warna (semakin
menghitam) pada bahan makanan yang ditetesi lugol, berarti makanan
tersebut banyak kandungan karbohidrat(amilum)nya. Pada tahu, tempe,
dan putih telur, juga tidak mengandung amilum. Hal ini dibuktikan
dengan perubahan warnanya yaitu putih kekuningan.
Pada pengujian dengan biuret, larutan bahan makanan akan
dinyatakan positif mengandung protein dengan adanya molekul-
molekul peptida jika terjadi perubahan berwarna ungu/violet. Pada tahu
dan tempe mengandung kadar protein yang sangat banyak. Hal ini dapat
dibuktikan pada perubahan warnanya menjadi ungu pekat. Pada mie,
roti, dan putih telur juga mengandung protein. Namun, kadar protein
yang dimiliki tidak setinggi kadar protein pada tahu dan tempe. Hal ini
dapat dilihat pada perubahan warna pada larutan bahan makanan mie,
roti, dan putih telur tidak berwarna ungu pekat.
Untuk pengujian dengan xanthoprotein, larutan bahan makanan
akan dinyatakan positif mengandung protein jika terjadi peubahan
warna menjadi jingga dan terdapat cincin benzena yang berwarna
8
merah muda. Ini dapat dilihat pada putih telur. Pada putih telur yang di
tetesi dengan larutan HNO3 pekat akan terbentuk endapan berwarna
putih, namun setelah dipanaskan akan berubah menjadi berwarna
kuning, dan setelah didinginkan yang kemudian ditetesi dengan larutan
NaOH 30% berubah warna menjadi merah kehitaman/jingga. Hal ini
terjadi karena senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa
terionisasi sehingga warna berubah menjadi jingga. Pada tahu dan
tempe juga mengandung protein, namun tidak terdapat cincin benzena.
Sedangkan pada pisang masak, pisang mentah, mie, dan roti tidak
terjadi perubahan warna menjadi jingga dan juga tidak terbentuk cincin
benzena. Hal ini membuktikan bahwa mie, roti, pisang masak, dan
pisang mentah tidak mengandung asam amino.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan untuk menguji kandungan
beberapa bahan makanan dengan beberapa reagen, dapat disimpulkan bahwa:
10
Daftar Pustaka
Yazid, E., Nursanti, L., 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa
Analisis. Penerbit ANDI. Yogyakarta
LAMPIRAN
11
Gerusan pisang Gerusan mie instan
12
ak pisang masak yang ekstrak tahu yang ditambahkan
mbahkan larutan larutan benedict setelah dipanaskan
dict setelah dipanaskan tidak mengalami perubahan warna
13