Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
KETENTUAN UMUM
10.STR yaitu Surat Tanda Registrasi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11.Surat Izin Praktik Perawat yaitu SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
13.Pengertian Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus
Warga Negara Indonesia.
BAB II
JENIS PERAWAT
Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
klien. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling sering berada di dekat klien.
Karena peran perawat yang begitu penting, maka dibutuhkan tenaga-tenaga
Perawat yang memang memiliki kompetensi yang memadai. Perawat yang
memiliki kompetensi salah satunya ditentukan dengan ilmu dan pembelajaran yang
diterimanya. Oleh sebab itu, dalam UUK pasal 4 poin 1-2 membagi perawat dalam
beberapa jenis, yaitu
2)Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
ners;
dan ners spesialis.
Dengan telah adanya pertaruan yang menyebutkan tentang jenis-jenis perawat yang
telah diakui oleh negara, maka perawat-perawat yang masih berada dibawah
tingkat tersebut seperti SMA Keperawatan, tidak diperbolehkan untuk menjalankan
profesi sebagai Perawat. Semua ini demi peningkatan mutu keperawatan dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
BAB III
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dijalani. Pendidikan bagi
semua bidang profesi khususnya keperawatan menjadi hal yang benar-benar harus
menjadi fokus, karena dengan pendidikanlah para calon perawat akan dididik
dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bidangnya demi memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik untuk masyarakat dan tentunya tidak justru membahayakan
nyawa masyarakat atau pasien. Dalam UUK, tedapat standar-standar tentang
pendidikan tinggi keperawatan. Seperti yang disebutkan pada pasal 5:
1. Pendidikan Vokasi
2. Pendidikan akadememik
3.Pendidikan professi
” Dalam pasal 5 sudah jelas tertulis standar pendidikan tinggi keperawatan atau
dengan kata lain dalam pasal 5 tersebut disebutkan standar tingkat pendidikan agar
dapat menjadi perawat. Pendidikan minimal yaitu pendidikan vokasi, yang berada
pada diploma tiga keperawatan. Dengan begitu, pendidikan dibawah diploma tiga
keperawatan tidak di izinkan untuk bekerja pada bidang keperawatan. Sebelum
disahkannya UUK ini, masih banyak pendidikan keperawatan yang berada di
bawah batas minimum, misalnya seperti sekolah keperawatan sederajat dengan
SMA. Sudah ada peraturan yang mengatur agar tenaga-tenaga keperawatan yang
masih kurang pengetahuannya tidak diturunkan ke lapangan.
Pendidikan tinggi yang dimaksud pada pasal 5 tersebut dapat diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan serta fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia pada perguruan tinggi tersebut sesuai standar seperti yang
tertulis pada bab III pasal 9
Perawat yang telah luluspun diwajibkan untuk mengikuti ujian pula. Ujian ini
adalah ujian uji kompetensi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
bekerja sama dengan organisasi profesi perawat. Setiap calon perawat harus lulus
ujian ini terlebih dahullu agar dapat bekerja sebagai perawat. Dengan mengikuti
ujian ini, dapat diperkirakan apakah kemamapuan dan pemahaman para calon
perawat telah mencapai standar kompetensi atau belum. Seperti yang diatur pada
pasal 16 poin 1-4, yaitu:
1)“Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus
mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.
3)Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja.
4)Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh
Organisasi Profesi Perawat dan Konsil Keperawatan dan ditetapkan oleh
Menteri.”
BAB IV
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, tentu perawat memiliki tanggung jawab dalam
keselamatan dan keamanan klien. Seperti yang tertulis dalam pasal 17 dalam
Undang-Undang Keperawatan, Untuk melindungi seluruh masyarakat dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, Manteri dan Konsil Keperawatan
memiliki tugas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan mutu Perawat sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
Perawat yang hendak menjalankan profesinya sebagai perawat atau dengan kata
lain akan menjalankan Praktik Keperawatan, diwajibkan untuk memilki STR
(Surat Tanda Registrasi). STR tersebut diberikan oleh Konsil Keperawatan. Pun
begitu, untuk mendapatkan STR, Perawat harus memenuhi beberapa persyaratan.
Persyaratan-persyaratan tersebut tertulis dalam pasal 18 poin 3, yaitu
Bagi Perawat yang hendak membuka Praktik Keperawatan Mandiri, wajib bagi
mereka untuk meiliki izin berupa SIPP (Surat Izin Praktik Perawat). SIPP
diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota, sesuai dengan pasal 19 poin 3
dan 4, yaitu
3)SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan praktiknya.
4)Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), Perawat
harus melampirkan:
salinan STR yang masih berlaku;
rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat;
dan surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
SIPP tersebut hanya berlaku untuk satu tempat praktik. Jika perawat ingin
membuka tempat praktik lainnya maka wajib memiliki SIPP lainnya. Namun, SIPP
yang diberikan hanya diperuntukkan maksimal dua tempat praktik. Dengan adanya
UUK yang mengatur tentang kewajiban memiliki SIPP ini, maka perawat-perawat
yang sesuka hati membuka praktik tanpa izin resmi dapat diberhentikan atau
ditutup tempat praktiknya.
Perawat dari Negara luar atau yang sering disebut Perawat Negara Asing dan
Perawat Indonesia lulusan Luar Negeri, jika ingin melakukan praktik keperawatan
di Indonesia, wajib pula baginya untuk memiliki STR. Namun, sebelum
mendapatkan STR, mereka wajib untuk mengikuti evaluasi kompetensi, sesuai
dengan pasal 24 poin 1-3, yaitu
1)Perawat Warga Negara Asing yang akan menjalankan praktik di Indonesia harus
mengikuti evaluasi kompetensi.
Hal ini menunjukkan bahwa Perawat yang berasal dari Negara lain tidak begitu
saja dengan mudah untuk melakukan praktik keperawatan di Indonesia, mereka
harus melakukan beberapa tahap evaluasi terlebih dahulu dan harus memiliki STR.
Semua hal yang di atur dalam UUK memiliki tujuan untuk mensejahterakan para
Perawat dan tentu untuk meningkatkan pelayana yang baik kepada masyarakat.
BAB V
PRAKTIK KEPERAWATAN
3.Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada
kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional.
Untuk menyelenggarakan praktik keperawatan dengan baik dan benar, ada
beberapa tugas dan wewenang menjadi seorang perawat. Tugas perawat selain
memberikan asuhan keperawatan, juga sebagai penyuluh dan konselor bagi klien,
sebagai pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, juga sebagai
pelimpah kewenangan dan keadaan keterbatasan tertentu. Perawat harus kritis
dalam menentukan asuhan keperawatan, dalam melakukan pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi, serta dokumentasi keperawatan dengan
benar dan tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien. Hal yang terpenting
menjadi seorang perawat harus memberikan advokasi dalam perawatan kesehatan
masyarakat. Sebagai peneliti keperawatan ini untuk merumuskan permasalahan-
permasalahan yang baru serta mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.
Hal yang perlu menjadi perhatian didalam UU Keperawatan ini salah satunya
adalah perawat sebagai pelimpahan wewenang. Pelimpahan wewenang yang
dimaksud dilakukan secara delegatif disertai dengan pelimpahan tanggung jawab.
Pelimpahan wewenang yang diberikan hanya dapat diberikan kepada perawat
profesi dan/atau perawat vokasi yang sudah terlatih dan telah terlatih untuk
melakukan tindakan medis dibawah pengawasan, sehingga tak sembarang perawat
dapat diberikan pelimpaham wewenang demi menjamin keselamatan klien. Hal ini
sesuai dengan pasal 32 ayat 3-6, yaitu
1.
Salah satu hal yang saat ini banyak diperbicarakan yaitu tentang pelaksanaan tugas
dalam keterbatasan tertentu khususnya dalam keadaan tidak ada tenaga medis
dan/atau tenaga kefarmasian. Hal ini telah diatur pada UU keperawatan pasal 33.
Dengan adanya aturan tentang hal ini, maka perawat mendapat perlindungan
khusunya dalam pemberian tindakan disaat tidak ada tenaga medis dan/atau tenaga
kefarmasian ditempat sedangkan klien membutuhkan suatu tindakan yang cepat.
Jika keadaan tersebut terjadi, perawat dapat memberikan tindakan kepada klien,
pun begitu tetap harus memperhatikan kompetensi perawat untuk menjaga
keselamatan klien. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat 2-4, yaitu
1.
a.melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga
medis;
c.melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga
kefarmasian.
A. ZAMAN MASEHI
Keperawatan di mulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di mana pada saat
itu banyak membentuk diakones ( deaconesses ), suatu organisasi wanita yang bertujuan
untuk mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki diberikan tugas dalam memberikan
keperawatan untuk mengubur bagi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah
rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan
sebagai tempat merawat orang sakit, orang cacat, miskin dan yatim piatu. Pada saat itu
pula di daratan Asia, khususnya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan semakin
maju seiring dengan perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW
dalam meyebarkan agama Islam diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana dalam Al
Quran dituliskan pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan, lingkungan dan lain-lain.
Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yang dikenal dengan
nama Rufaidah .
Lidya E. hall dilahirkan pada 21 september 1906 di kota Newyork. Lidya E. Hall
memperkenalkan 3 teori lingkaran keperawatan yaitu:
1. Manusia atau seseorang yang berusia 16 tahun atau lebih yang mengalami suatu penyakit
membutuhkan bantuan/proses keperawatan yang lebih, individu inimembutuhkan motifasi
dari semua keluarganya agar cepat sembuh.
2. Kesehatan yang optimal dapat dilihat dari perilaku manusia itu sendiri.
1. Penilaian
. Tahap pertama yaitu penilaian, meliputi tentang status kesehatan individu atau
pasien. Menurut teori Lidya E. Hall proses pengumpulan data ditujukan demi kepentingan
kesehatan pasien dibandingkan demi kepentingan perawat. Pengumpulan data ini harus
mengarah pada peningkatan kesehatan individu.
2. Diagnosis / diagnosa
Tahap yang kedua adalah diagnosa keperawatan, dimana perawat mengamati penyakit
pasien sehingga dapat mengetahui penyakit yang dideritanya. Sehingga proses
penyembuhannya akan lebih mudah dan lebih cepat.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap yang ketiga, melibatkan prioritas utama pada pasien. Peran
perawat adalah membantu pasien menjadi sadar dan mengerti akan pentingnya kesehatan
bagi kehidupannya. Inti dari perencanaan ini untuk membantu pasien menjadi lebih mengerti
dengan kebutuhan, perasaan dan motivasi. Perawat bekerja sama dengan pasien untuk
mencapai kesembuhan dengan pengobatan medis.
4. Implementasi
Tahap keempat Implementasi, melibatkan institusi rencana kerja yang nyata. Pada tahap
ini merupakan tahap pemberian pelayanan yang nyata antara perawat dengan pasien yang
meliputi memandikan pasien, membalut luka, makan, memberikan kebutuhan kenyamanan
dan lain-lain. Perawat juga membantu pasien dan keluarga untuk memahami dan menerapkan
rencana medis untuk kesembuhannya.
5.Evaluasi.
Tahap terakhir, Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat kemajuan kondisi kesehatan
pada pasien. Tahap proses evaluasi diarahkan untuk melihat hasil dari perawatan, condong
kepada berhasil atau tidaknya pasien dalam mencapai suatu kesehatan atau kesembuhan.
D. Aplikasi dan Pembatasan Teori
Pada teori keperawatan Lidya E. Hall ada beberapa wilayah yang membatasi aplikasi dan
cara perawat kepada teori kepedulian pasien.
Akhirnya, Theori Hall hanya untuk individu atau seseorang yang sedang sakit. Ini tidak akan
menandakan bahwa keperawatan berhubungan langsung dengan kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat dan meniadakan konsep tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk
mencegah suatu penyakit. Seorang kllien dibentuk oleh bagian-bagian berikut yang saling
tumpang-tindih, yaitu: manusia (inti), status patologis dan pengobatan (penyembuhan) dan
tubuh perawatan. Perawat sebagai pemberi perawatan.