You are on page 1of 15

MAKALAH

MENGGALI BIOGRAFI DAN KONSEP


TOKOH TOKOH KEPERAWATAN
MEMBAHAS TENTANG
1. REGULASI KEPERAWATAN UNDANG-UNDANG TERBARU
2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA
3.
1. REGULASI KEPERAWATAN UNDANG UNDANG TERBARU

Regulasi keperawatan adalah kebijakan atau ketentuan yang mengatur


profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan
kewajiban dan hak yang sah secara hokum dan tertulis dalam UUK (Undang-
undang keperawatan). Isi UUK harus diketahui oleh profesi dan calon profesi
perawat (mahasiswa). Hal ini dikarenakan, tidak hanya profesi perawat yang
membutuhkan UU ini tetapi calon profesi perawat juga harus mengetahui isi dari
UUK agar dimasa mendatang bisa menjadi perawat yang taat akan aturan serta
menjalankan hak dan kewajibannya sebagai seorang perawat.

Undang-undang Keperawatan diatur oleh UU nomor 38 tahun 2014. UUK


ini disahkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 oleh presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono. Dalam UUK terdiri dari 13 bab dan 66 pasal. Dibawah ini
akan dijelaskan isi dari Bab 1-6 Undang-undang keperawatan, sebagai berikut :

BAB 1

KETENTUAN UMUM

1.Berdasarkan UUK No 38 2014 Pengertian keperawatan adalah kegiatan


pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik
dalam keadaan sakit maupun sehat.

2.Pengertian perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi


Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

3.Pengertian Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional


yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit.

4.Pengertian Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh


Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.

5.Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan


lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
Klien dalam merawat dirinya.

6.Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan


perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
studi Keperawatan.

7.Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi


Perawat yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik Keperawatan.
8.Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
Keperawatan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.

9.Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki


Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi
tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik
Keperawatan.

10.STR yaitu Surat Tanda Registrasi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.

11.Surat Izin Praktik Perawat yaitu SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.

12.Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan


untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.

13.Pengertian Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus
Warga Negara Indonesia.

14.Pengertian Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat


yang menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.

15.Pengertian Organisasi Profesi Perawat adalah wadah yang menghimpun


Perawat secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

16.Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi


Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu
dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.

17.Konsil Lembaga adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen

18.Institusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan


pendidikan Keperawatan.

19.wahana pendidikan keperawatan adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang


digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.

20.Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang


kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
21.Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

22.Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


kesehatan. Didalam pasal 2 berisi tentang asas praktik keperawatan yang menjadi
landasan para perawat dalam melakukan praktik keperawatan. Asas yang harus
diterapkan dalam praktik keperawatan yaitu, perikemanusiaan; nilai ilmiah; etika
dan profesionalitas; manfaat; keadilan; pelindungan; dan kesehatan dan
keselamatan Klien. Selain itu, didalam pasal 3 dijelaskan tujuan perawat yaitu
meningkatkan mutu Perawat;meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan Klien; dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB II

JENIS PERAWAT

Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
klien. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling sering berada di dekat klien.
Karena peran perawat yang begitu penting, maka dibutuhkan tenaga-tenaga
Perawat yang memang memiliki kompetensi yang memadai. Perawat yang
memiliki kompetensi salah satunya ditentukan dengan ilmu dan pembelajaran yang
diterimanya. Oleh sebab itu, dalam UUK pasal 4 poin 1-2 membagi perawat dalam
beberapa jenis, yaitu

1)Jenis Perawat terdiri atas:


 Perawat profesi;
 dan Perawat vokasi.

2)Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
 ners;
 dan ners spesialis.

Dengan telah adanya pertaruan yang menyebutkan tentang jenis-jenis perawat yang
telah diakui oleh negara, maka perawat-perawat yang masih berada dibawah
tingkat tersebut seperti SMA Keperawatan, tidak diperbolehkan untuk menjalankan
profesi sebagai Perawat. Semua ini demi peningkatan mutu keperawatan dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

BAB III

PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dijalani. Pendidikan bagi
semua bidang profesi khususnya keperawatan menjadi hal yang benar-benar harus
menjadi fokus, karena dengan pendidikanlah para calon perawat akan dididik
dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bidangnya demi memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik untuk masyarakat dan tentunya tidak justru membahayakan
nyawa masyarakat atau pasien. Dalam UUK, tedapat standar-standar tentang
pendidikan tinggi keperawatan. Seperti yang disebutkan pada pasal 5:

Pendidikan tinggi Keperawatan terdiri atas:

1. Pendidikan Vokasi
2. Pendidikan akadememik
3.Pendidikan professi

” Dalam pasal 5 sudah jelas tertulis standar pendidikan tinggi keperawatan atau
dengan kata lain dalam pasal 5 tersebut disebutkan standar tingkat pendidikan agar
dapat menjadi perawat. Pendidikan minimal yaitu pendidikan vokasi, yang berada
pada diploma tiga keperawatan. Dengan begitu, pendidikan dibawah diploma tiga
keperawatan tidak di izinkan untuk bekerja pada bidang keperawatan. Sebelum
disahkannya UUK ini, masih banyak pendidikan keperawatan yang berada di
bawah batas minimum, misalnya seperti sekolah keperawatan sederajat dengan
SMA. Sudah ada peraturan yang mengatur agar tenaga-tenaga keperawatan yang
masih kurang pengetahuannya tidak diturunkan ke lapangan.

Pendidikan tinggi yang dimaksud pada pasal 5 tersebut dapat diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan serta fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia pada perguruan tinggi tersebut sesuai standar seperti yang
tertulis pada bab III pasal 9

1)“Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2)Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk


universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi.

3)Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Keperawatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyediakan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan serta berkoordinasi dengan Organisasi
Profesi Perawat.”

Perawat yang telah luluspun diwajibkan untuk mengikuti ujian pula. Ujian ini
adalah ujian uji kompetensi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
bekerja sama dengan organisasi profesi perawat. Setiap calon perawat harus lulus
ujian ini terlebih dahullu agar dapat bekerja sebagai perawat. Dengan mengikuti
ujian ini, dapat diperkirakan apakah kemamapuan dan pemahaman para calon
perawat telah mencapai standar kompetensi atau belum. Seperti yang diatur pada
pasal 16 poin 1-4, yaitu:
1)“Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus
mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.

2)Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh


perguruan tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi Perawat, lembaga
pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi.

3)Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja.

4)Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh
Organisasi Profesi Perawat dan Konsil Keperawatan dan ditetapkan oleh
Menteri.”

BAB IV

REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN REGISTRASI ULANG

Sebagai salah satu tenaga kesehatan, tentu perawat memiliki tanggung jawab dalam
keselamatan dan keamanan klien. Seperti yang tertulis dalam pasal 17 dalam
Undang-Undang Keperawatan, Untuk melindungi seluruh masyarakat dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, Manteri dan Konsil Keperawatan
memiliki tugas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan mutu Perawat sesuai
dengan kewenangan masing-masing.

Perawat yang hendak menjalankan profesinya sebagai perawat atau dengan kata
lain akan menjalankan Praktik Keperawatan, diwajibkan untuk memilki STR
(Surat Tanda Registrasi). STR tersebut diberikan oleh Konsil Keperawatan. Pun
begitu, untuk mendapatkan STR, Perawat harus memenuhi beberapa persyaratan.
Persyaratan-persyaratan tersebut tertulis dalam pasal 18 poin 3, yaitu

Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:


1. memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;
2. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
3. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
4. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi;
5. dan membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.

Dengan sudah adanya landasan hukum berupa Undang-Undang Keperawatan


seperti ini, maka perawat-perawat yang terjun ke dalam masyarakat harus benar-
benar perawat yang berkompetensi dan diakui oleh Negara karena telah
mendapatkan izin dalam bentuk STR. Perawat yang tidak memiliki STR tidak
boleh menjalankan praktik keperawatan. Tidak ada lagi perawat yang memiliki izin
yang turun ke masyarakat seperti yang terjadi pada beberapa daerah beberapa saat
yang lalu. Dengan sudah tertulisnya dalam UUK, maka perawat yang tidak
memiliki STR namun tetap menjalankan Pratik Keperawatan maka akan diatur
dalam hukum. STR yang diterima oleh Perawat berlaku selama 5 tahun dan dapat
diregistrasi kembali setiap 5 tahun.

Bagi Perawat yang hendak membuka Praktik Keperawatan Mandiri, wajib bagi
mereka untuk meiliki izin berupa SIPP (Surat Izin Praktik Perawat). SIPP
diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota, sesuai dengan pasal 19 poin 3
dan 4, yaitu

3)SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan praktiknya.

4)Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), Perawat
harus melampirkan:
 salinan STR yang masih berlaku;
 rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat;
 dan surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

SIPP tersebut hanya berlaku untuk satu tempat praktik. Jika perawat ingin
membuka tempat praktik lainnya maka wajib memiliki SIPP lainnya. Namun, SIPP
yang diberikan hanya diperuntukkan maksimal dua tempat praktik. Dengan adanya
UUK yang mengatur tentang kewajiban memiliki SIPP ini, maka perawat-perawat
yang sesuka hati membuka praktik tanpa izin resmi dapat diberhentikan atau
ditutup tempat praktiknya.

Perawat dari Negara luar atau yang sering disebut Perawat Negara Asing dan
Perawat Indonesia lulusan Luar Negeri, jika ingin melakukan praktik keperawatan
di Indonesia, wajib pula baginya untuk memiliki STR. Namun, sebelum
mendapatkan STR, mereka wajib untuk mengikuti evaluasi kompetensi, sesuai
dengan pasal 24 poin 1-3, yaitu

1)Perawat Warga Negara Asing yang akan menjalankan praktik di Indonesia harus
mengikuti evaluasi kompetensi.

2)Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:


 penilaian kelengkapan administratif; dan
 penilaian kemampuan untuk melakukan praktik.

3)Kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling


sedikit terdiri atas:
 penilaian keabsahan ijasah oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan;
 surat keterangan sehat fisik dan mental; dan
 surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.

Hal ini menunjukkan bahwa Perawat yang berasal dari Negara lain tidak begitu
saja dengan mudah untuk melakukan praktik keperawatan di Indonesia, mereka
harus melakukan beberapa tahap evaluasi terlebih dahulu dan harus memiliki STR.
Semua hal yang di atur dalam UUK memiliki tujuan untuk mensejahterakan para
Perawat dan tentu untuk meningkatkan pelayana yang baik kepada masyarakat.

BAB V

PRAKTIK KEPERAWATAN

Dalam Undang-Undang Keperawatan, menjadi seorang perawat tentunya harus


memahami dan melakukan praktik keperawatan dengan baik dan benar. Hal
tersebut untuk menjadikan praktik profesionalisme perawat. Praktik keperawatan
ini dapat dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat lainnya
sesuai dengan kondisi kliennya. Pada akhirnya praktik keperawatan harus fleksibel,
karena dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal. Praktik
keperawatan ini terdiri dari praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan
di fasilitas pelayanan kesahatan. Praktik keperawatan ini harus menjunjung tinggi
kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional,
serta harus berdasarkan prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan oleh masyarakat,
sesuai dengan pasal 28 ayat 1-3 UU Keperawatan, yaitu

1.Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat


lainnya sesuai dengan Klien sasarannya.

2.Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:


a.Praktik Keperawatan mandiri; dan
b.Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3.Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada
kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional.
Untuk menyelenggarakan praktik keperawatan dengan baik dan benar, ada
beberapa tugas dan wewenang menjadi seorang perawat. Tugas perawat selain
memberikan asuhan keperawatan, juga sebagai penyuluh dan konselor bagi klien,
sebagai pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, juga sebagai
pelimpah kewenangan dan keadaan keterbatasan tertentu. Perawat harus kritis
dalam menentukan asuhan keperawatan, dalam melakukan pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi, serta dokumentasi keperawatan dengan
benar dan tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien. Hal yang terpenting
menjadi seorang perawat harus memberikan advokasi dalam perawatan kesehatan
masyarakat. Sebagai peneliti keperawatan ini untuk merumuskan permasalahan-
permasalahan yang baru serta mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.
Hal yang perlu menjadi perhatian didalam UU Keperawatan ini salah satunya
adalah perawat sebagai pelimpahan wewenang. Pelimpahan wewenang yang
dimaksud dilakukan secara delegatif disertai dengan pelimpahan tanggung jawab.
Pelimpahan wewenang yang diberikan hanya dapat diberikan kepada perawat
profesi dan/atau perawat vokasi yang sudah terlatih dan telah terlatih untuk
melakukan tindakan medis dibawah pengawasan, sehingga tak sembarang perawat
dapat diberikan pelimpaham wewenang demi menjamin keselamatan klien. Hal ini
sesuai dengan pasal 32 ayat 3-6, yaitu

1.

2. Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medis


diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat dengan disertai pelimpahan tanggung
jawab.

3. Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


hanya dapat diberikan kepada Perawat profesi atau Perawat vokasi terlatih yang
memiliki kompetensi yang diperlukan.

4. Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada


Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.

5. Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandat


sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada pada pemberi pelimpahan wewenang.

Salah satu hal yang saat ini banyak diperbicarakan yaitu tentang pelaksanaan tugas
dalam keterbatasan tertentu khususnya dalam keadaan tidak ada tenaga medis
dan/atau tenaga kefarmasian. Hal ini telah diatur pada UU keperawatan pasal 33.
Dengan adanya aturan tentang hal ini, maka perawat mendapat perlindungan
khusunya dalam pemberian tindakan disaat tidak ada tenaga medis dan/atau tenaga
kefarmasian ditempat sedangkan klien membutuhkan suatu tindakan yang cepat.
Jika keadaan tersebut terjadi, perawat dapat memberikan tindakan kepada klien,
pun begitu tetap harus memperhatikan kompetensi perawat untuk menjaga
keselamatan klien. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat 2-4, yaitu

1.

2. Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu


wilayah tempat Perawat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan setempat.

3. Pelaksanaan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan kompetensi Perawat.

4. Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana


dimaksud pada ayat (1),
Perawat berwenang:

a.melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga
medis;

b.merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan

c.melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga
kefarmasian.

Dengan adanya peraturan-peraturan yang tentunya mengatur tindakan perawat dan


sekaligus dapat menjadi payung hukum untuk para perawat, diharapkan para
perawat terus meningkatkan kompetensi diri mereka dan menjadi perawat yang
semakin baik hari demi hari untuk masyarakat.
2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA

A. ZAMAN MASEHI
Keperawatan di mulai pada saat perkembangan agama Nasrani, di mana pada saat
itu banyak membentuk diakones ( deaconesses ), suatu organisasi wanita yang bertujuan
untuk mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki diberikan tugas dalam memberikan
keperawatan untuk mengubur bagi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah
rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan
sebagai tempat merawat orang sakit, orang cacat, miskin dan yatim piatu. Pada saat itu
pula di daratan Asia, khususnya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan semakin
maju seiring dengan perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW
dalam meyebarkan agama Islam diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana dalam Al
Quran dituliskan pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan, lingkungan dan lain-lain.
Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yang dikenal dengan
nama Rufaidah .

B. ZAMAN PERMULAAN ABAD 21


Pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi dikaitkan
dengan factor keagamaan akan tetapi berubah kepada factor kekuasaan, mengingat pada
masa itu adlah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan
pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu digunakan untuk merawat sakit
tidak lagi digunakan.

C. ZAMAN SEBELUM PERANG DUNIA KE-2


Pada masa perang dunia kedua ini timbul prinsip rasa cinta sesame manusia di
mana saling membantu di antara manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum perang
dunia kedua ini tokoh Florence Nightingale (1820-1910) menyadari adanya pentingnya
suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence Nightingale mempunyai pandangan
bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu disiapkan pendidikan bagi perawat,
ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence
adalah dengan menetapka struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya mendirikan
sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan
yang harus dimiliki para calon perawat. Florence dalam merintis profesi keperawatan
diawali dengan membantu para korban akibat perang krim (1854-1856) antara Roma dan
Turki yang dirawat di sebuah barak rumah sakit (scutori) yang akhirnya mendirikan
sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan
sekolah perawat dengan nama Nightingale Nursing School.

D. MASA PERANG DUNIA KE-2


Selama masa perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan
teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam
tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
3. TOKOH PERAWAT

TEORI KEPERAWATAN LIDYA E. HALL


A. Model Teori Lidya E. Hall

Lidya E. hall dilahirkan pada 21 september 1906 di kota Newyork. Lidya E. Hall
memperkenalkan 3 teori lingkaran keperawatan yaitu:

1. Lingkaran Kepedulian (care),


Pada lingkaran kepedulian ini perawat yang professional akan menyediakan kebutuhan
pasien. Ketika kepedulian (care) berfungsi, perawat menerapkan pengetahuan yang alami dan
ilmu pengetahuan biologi yang menjadi dasar ilmu keperawatan yang kuat. Perawat harus
menciptakan suasana yang nyaman pada diri pasien, sehingga pasien itu menganggap perawat
mampu menghibur dan mampu memberi kenyamanan.

2. Lingkaran Inti (core),


Pada lingkaran inti ini perawat yang profesional dalam hubungannya dengan pasien bisa
membantu pasien untuk menyatakan perasaan / penyakit yang dideritanya. Intinya perawat
harus memperdulikan pasien untuk kesembuhan pasien.Perawat yang professional dengan
menggunakan tehnik berhubungan / berhadapan langsung dengan pasien guna untuk melihat
status kesehatan sekarang dan yang akan datang.

3. Lingkaran Keperawatan (cure).


Kepedulian perawat terhadap pasien yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, dan
cara pengobatan suatu penyakit, sehingga tidak hanya perduli, berhadapan langsung dengan
pasien tapi juga cara merawatnya. Perawat yang professional adalah perawat yang bisa
membantu si pasien agar cepat sembuh sehingga dapat meringankan beban keluarga.

B. Konsep Utama sesuai dengan Teori Lidya E. Hall

Proses keperawatan yang dikenalkan meliputi hubungan antaramanusia, kesehatan,


bersosialisasi dengan lingkungan dan keperawatan. Untuk lebih jelasnya seperti dibawah ini:

1. Manusia atau seseorang yang berusia 16 tahun atau lebih yang mengalami suatu penyakit
membutuhkan bantuan/proses keperawatan yang lebih, individu inimembutuhkan motifasi
dari semua keluarganya agar cepat sembuh.

2. Kesehatan yang optimal dapat dilihat dari perilaku manusia itu sendiri.

3. Konsep lingkungan masyarakat yang dihadapkan dengan hubungan individu, akan


menciptakan kesehatan yang merata dan menyeluruh.
4. Proses keperawatan berhubungan dengan (kepedulian , inti , dan keperawatan).Tujuan
utama adalah untuk mencapai suatu hubungan antara individu dengan individu lain / antara
perawat dengan pasien.

C. Proses Keperawatan Menurut Lidya E. hall


Lidya E. Hall memberikan motivasi pada pasien demi proses penyembuhan. Aspek ini
meliputi 5 proses keperawatan yaitu:

1. Penilaian
. Tahap pertama yaitu penilaian, meliputi tentang status kesehatan individu atau
pasien. Menurut teori Lidya E. Hall proses pengumpulan data ditujukan demi kepentingan
kesehatan pasien dibandingkan demi kepentingan perawat. Pengumpulan data ini harus
mengarah pada peningkatan kesehatan individu.

2. Diagnosis / diagnosa
Tahap yang kedua adalah diagnosa keperawatan, dimana perawat mengamati penyakit
pasien sehingga dapat mengetahui penyakit yang dideritanya. Sehingga proses
penyembuhannya akan lebih mudah dan lebih cepat.

3. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap yang ketiga, melibatkan prioritas utama pada pasien. Peran
perawat adalah membantu pasien menjadi sadar dan mengerti akan pentingnya kesehatan
bagi kehidupannya. Inti dari perencanaan ini untuk membantu pasien menjadi lebih mengerti
dengan kebutuhan, perasaan dan motivasi. Perawat bekerja sama dengan pasien untuk
mencapai kesembuhan dengan pengobatan medis.

4. Implementasi
Tahap keempat Implementasi, melibatkan institusi rencana kerja yang nyata. Pada tahap
ini merupakan tahap pemberian pelayanan yang nyata antara perawat dengan pasien yang
meliputi memandikan pasien, membalut luka, makan, memberikan kebutuhan kenyamanan
dan lain-lain. Perawat juga membantu pasien dan keluarga untuk memahami dan menerapkan
rencana medis untuk kesembuhannya.

5.Evaluasi.
Tahap terakhir, Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat kemajuan kondisi kesehatan
pada pasien. Tahap proses evaluasi diarahkan untuk melihat hasil dari perawatan, condong
kepada berhasil atau tidaknya pasien dalam mencapai suatu kesehatan atau kesembuhan.
D. Aplikasi dan Pembatasan Teori

Pada teori keperawatan Lidya E. Hall ada beberapa wilayah yang membatasi aplikasi dan
cara perawat kepada teori kepedulian pasien.

1. Langkah suatu penyakit.


2. Pasien membutuhkan perhatian yang lebih dari seorang perawat untuk proses
penyembuhannya.
3. Masalah umur.
4. Faktor pembatasan adalah uraian bagaimana cara membantu seseorang kearah yang lebih
mengerti tentang kesehatan. Keluarga hanya berada didalam perawatan melingkar (care,
core, cure).

Akhirnya, Theori Hall hanya untuk individu atau seseorang yang sedang sakit. Ini tidak akan
menandakan bahwa keperawatan berhubungan langsung dengan kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat dan meniadakan konsep tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk
mencegah suatu penyakit. Seorang kllien dibentuk oleh bagian-bagian berikut yang saling
tumpang-tindih, yaitu: manusia (inti), status patologis dan pengobatan (penyembuhan) dan
tubuh perawatan. Perawat sebagai pemberi perawatan.

You might also like