Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
DWI AYUDHA KURNIA W
J230145088
A. PENGERTIAN
1. Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas,
2. listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah.
(Mansjoer, Arif. 2000 : 365).
3. Luka bakar dapat timbul karena kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik atau bahan
kimia (Corwin, Elisabeth, J. 2000 : 5 ).
4. Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh berpindahnya energi dari sumber
panas ke tubuh (Efendy, Cristantik , 2000 : 5 ).
5. Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh transfer energi dan sumber panas ke
tubuh. (Bruner and Sudart, 2003 : 73 ).
6. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
( Moenajat, 2001).
Dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan
suhu tingi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi yang menimbulkan
kerusakan kulit.
B. ETIOLOGI
Penyebab luka bakar menurut www.info-sehat.com yaitu:
1. Suhu tinggi
2. Api
3. Air panas
4. Listrik
5. Petir
6. Asam dan basa kuat
Penyebab luka bakar secara umum yaitu:
1. Kontak dengan nyala api;
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
Ketebalan Semua yang Nyala api Kulit terkelupas Sedikit Tidak dapat
penuh di atas dan berkepanjangan, vascular, pucat nyeri beregenerasi
(derajat III) bagian lemak listrik, kimia, kuning sampai sendiri :
subkutan dan uap panas coklat membutuhkan
dapat tandur kulit
mengenai
jaringan ikat,
otot, tulang
2. Klasifikasi keparahan luka bakar menurut America Bun Associaton (Effendi, Cristanty
2000 : 18 )
1) Luka bakar dengan LPTT < 5 % pada orang dewasa, umur < 40 tahun.
2) Luka bakar dengan LPTT < 10 % pada orang dewasa, umur > 40 tahun.
3) Luka bakar dengan LPTT < 10 % pada orang anak-ansk, umur < 10 tahun.
Dengan luka bakar ketebalan penuh LPTT < 2% dan tidak ada resiko kosmetik atau fungsi
pada wajah, mata, telinga, tangan, kaki, atau perineum.
Kepala 19 17 13 10
Leher 2 2 2 2
Punggung 13 13 13 13
Kelamin 1 1 1 1
2) Luka bakar dengan LPTT 10 - 20 % pada orang dewasa, umur > 40 tahun.
3) Luka bakar dengan LPTT 10 - 20 % pada orang anak-ansk, umur < 10 tahun.
Dengan luka bakar ketebalan penuh dengan LPTT < 10% dan tidak ada resiko kosmetik atau
fungsi pada wajah, mata, telinga, tangan, kaki atau perineum.
c. Cidera luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan LPTT 25 % pada orang dewasa, umur < 40 tahun.
2) Luka bakar dengan LPTT 20 % pada orang dewasa, umur > 40 tahun.
3) Luka bakar dengan LPTT 20 % pada orang anak-anak, umur < 10 tahun.
Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan salah satu dari 2 metode, yaitu:
a) Rule of nine
Rule of nine digunakan sebagai alat untuk mempekirakan ukuran luka bakar yang tepat.
Dasar dari perhitungan ini adalah dengan membagi - bagi anatomi tubuh dengan kelipatan
9% dari luas permukaan tubuh.
Luka disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
mungkin di pindah melalui kondisi atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar
diklasifikasikan sebagai luka bakar thermal, radiasi atau luka bakar kimiawi kulit dengan
luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan SC
tergantung factor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas /
penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan gangguan intergritas
kulit dan kematian sel – sel.
Kehilangan cairan tubuh pasien luka bakar dapat disebabkan beberapa factor:
1. Peningkatan mineralokortikoid
b.Ekskresi kalium
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit
tubuh yang selanjutnya akan terlihat pada hasil pemeriksaan laboratorium. Luka bakar
akan mengakibatkan tidak hanya kerusaka kulit, tetapi juga mempengarihi seluruh system
tubuh sehingga menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi
terhadap luka bakar. Pada pasien luka bakar yang luas (mayor), tubuh tak mampu lagi
untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi.
Berbagai factor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga di
pengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya) suhu benda
yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas api, air panas, minyak panas,
listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran, ruangan yang tertutup.
3. Umur
4. Agen penyebab
F. PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat dilihat berdasarkan derajat luka bakar (Mansjoer : 2000)
1. Grade I
c. Adanya hiperalgisia
2. Grade II
a. Grade II a
b. Grade II b
2) Jaringan rusak sampai dermis dimana hanya kelenjar keringat saja yang masih utuh.
3. Grade III
Komplikasi yang sering dialami oleh klien luka bakar yang luas antara lain:
Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka bakar luas
karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.
2. Sepsis
Kehilangan kulit sebagai pelindung menyebabkan kulit sangat mudah terinfeksi. Jika
infeksi ini telah menyebar ke pembuluh darah, dapat mengakibatkan sepsis.
3. Pneumonia
Dapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi sehingga rongga
paru terisi oleh gas (zat-zat inhalasi).
Kondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal.
Merupakan komplikasi kuloit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit
dicegah, akan tetapi bias diatasi dengan tindakan tertentu.
6. Kontraktur
7. Dekubitus
Terjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang cenderung
bedrest terus.
2. Septikemia
3. Pneumonia
5. Deformitas
6. Kontraktur
8. Dekubitus
9. Syok sirkulasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon
inflamasi terhadap cidera.
2. GDA
3. CO Hbg
4. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan / kerusakan SDm
dan penurunan fungsi ginjal.
Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10
MEq / L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.
6. Glukosa serum
Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada
edema cairan.
7. Albumin serum
8. BUN kreatinin
9. Urine
Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun dengan cidera inhalasi,
namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada.
Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema, perdarahan
dan / tukak pada saluran pernafasan atas
14. EKG
Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik
PENATALAKSANAAN
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
2) Sirkulasi:
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Hari kedua:
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
- Tulle.
F. Obat – obatan:
o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
1. Clothing adalah singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase
cleaning
2. Cooling adalah dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar. Selanjutnya kompres dengan air dingin ( air sring diganti agar
efektif tetap memberian rasa dingin) sebagai analgesia ( penghilang rasa nyeri)
memperberat derajat luka dan resiko hipotermia. Luka bakar yang diakibatkan olah
zat kimia dan luka bakar didaerah mata, panatalaksanaanya disiram dengan air
mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih,. Bila penyebab luka bakar berupa
bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir
3. Cleaning adalah pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Jaringan yang sudah mati dibuang sehingga proses penyembuhan akan lebih
cepat dan resiko infeksi berkurang
4. Chemoprophylaksis adalah pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang
lebih dalam dari superficial partial thickness. Pemberian cream silver sulfadiazil
untuk penanganan infeksi, dapat deberikan kecuali pada luka bakar superficial.
Pemberian tersebut tidak boleh pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil,
bayui baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.
5. Covering adalah penutupan luka bakar dengan kasa, dilakukan sesuai dengan derajat
luka bakar. Luka bakar superficial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainya.
Pembalutan luka ( yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengirangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit. Pasien luka bakar
jangan berikan mentega , minyak, oli atau larutan lainya, sehingga akan menghambat
penyembuhan dan meningkatkan resiko infeksi.
PENGKAJIAN
1. Wawancara
Tanyakan tentang :
b. Waktu luka bakar (penting karena kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari
waktu cidera luka bakar, bahkan dari waktu tibanya luka bakar, area
terbuka tertutup).
sulfa.
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/ Istirahat
Tanda :
b. Sirkulasi
1. Hipotensi ( shock )
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin ( Shock listrik)
c. Integritas ego
diri,\ marah.
d. Eliminasi
Tanda :
1. Haluaran urune menurun/ tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam
3. Penurunan bising usus/ tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
f. Neurosensori
Tanda :
listrik)
g. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara ekstreme
sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar
ketebalan sedang derajat dua sangat nyeri, sementara respon pada luka bakar
derajat ke dua tergantung pada keutuhan ujung syaraf, luka bakar derajat tiga
tidak nyeri
h. Pernafasan. Tanda :
1. Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan
cidera inhalasi
i. Keamanan. Tanda :
2. Area kulit tak terbakar mingkin dingin atau lembab, pucat dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan adanya kehilangan cairan atau status shock
3. Pemeriksaan laboratorium/diagnostic
a. IDL : Mengkaji hemokonstriksi.
e. Urinalisis
bakar.
f. Bronkoskopi
g. Koagulasi
Memeriksa faktor- faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
darah.
3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan keracunan CO dan cidera inhalasi.
INTERVENSI
Kriteria Hasil :
Indicator Skala :
1 : Tidak melakukan
2 : Jarang melakukan
3 : Kadang melakukan
4 : Sering melakukan
5 : Selalu melakukan
Kriteria Hasil :
b. Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan ).
Indicator Skala :
1 : Tidak melakukan
2 : Jarang melakukan
3 : Kadang melakukan
4 : Sering melakukan
5 : Selalu melakukan
Kriteria Hasil :
Indicator Skala :
1 : Tidak melakukan
2 : Jarang melakukan
3 : Kadang melakukan
4 : Sering melakukan
5 : Selalu melakukan
Intervensi :
Intervensi :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya nyeri, dan factor- factor predisposisi.
Intervensi :
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal, HT
normal.
c. Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab,
Indicator skala :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
Intervensi :
b. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik).
c. Monitor TTV.
cidera inhalasi.
Kriteria Hasil :
a. Kulit utuh.
b. Warna normal.
Indicator Skala :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
Intervensi :
sensasi.
e. Pantau posisi bagian tubuh saat mandi, duduk, berbaring atau mengubah posisi.
Kriteria Hasil :
informasi.
Indicator Skala :
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
Indicator Skala :
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
Intervensi :
tinggi infeksi.
Intervensi :
Kriteria Hasil :
cedera berulang.
alami.
Indicator skala :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
Kriteria Hasil :
a. Penyatuan kulit.
Indicator skala :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
Intervensi :
d. Ajarkan anggota keluarga atau pemberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit jika
diperlukan.
Intervensi :
neuromuskuler.
Kriteria Hasil :
b. Melakukan perpindahan.
c. Ambulasi berjalan.
Indicator Skala :
2 : Jarang dilakukan.
3 : Kadang dilakukan.
4 : Sering dilakukan.
5 : Selalu dilakukan.
Kriteria Hasil :
Indicator Skala :
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
Intervensi :
a. Identifikasi status kognitif dan fisik pasien yang mungkin meningkatkan resiko jatuh.
g. Ajarkan kepada pasien bagaimana kalau jatuh dan cara meminimalkan trauma.
i. Ajarkan kepada anggota keluarga tentang faktor resiko yang dapat meningkatkan
jatuh.
j. Instruksikan pada apasien untuk memanggil keluarga jika ingin beraktivitas, jika
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3.Jakarta:EGC
Jhonson,Marion,dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC) Edisi 2. St.
Louis ,Missouri ; Mosby
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner andSudath, Edisi 8,
Volume 3. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikial Bedah Brunner and
Sudath, Edisi 8. Jakarta : EGC