Professional Documents
Culture Documents
1
Leasing berasal dari bahasa inggris, yaitu lease yang dalam pengertian umum mengandung
arti menyewakan. Pada hakikatnya leasing bukanlah seperti apa yang dimaksud dengan ren/
rental. Leasing bukanlah merupakan perjajian sewa menyewa biasa. Antara leasing dan sewa
menyewa memiliki kontruksi yang sama. Pihak yang satu yaitu lessee menggunakan barang
kepunyaan lessor yang disertai pembayaran berkala. Leasing menyangkut subjek dan objek dari
perjanjian adalah tertentu. Sedangkan dalam perjanjian sewa menyewa tidak demikian, subjek
dan objeknya tidak ditentukan, sabjek dapat perorangan atau perusahaan. Subjek dalam
perjanjian leasing syarat- syaratnya ditentukan dalam suatu peraturan dan mengenai objeknya
adalah suatu barang modal bagi perusahaan.
Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk
keperluan barang- barang modal yang diinginkan oleh nasabah, yang dimaksud pembiayaan
disini adalah seorang nasabah membutuhkan barang- barang modal dengan cara disewa atau
dibeli secara kredit dapat diperoleh di perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai
keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.
Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh badan usaha yang berdiri sendiri.
Keterbatasan usaha leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh bank
seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk utang.
Usaha leasing dapat dilakukan oleh :
1. Lembaga keuangan bank.
2. Lembaga keuangan non bank.
3. Perusahaan nasional.
4. Perusahaan campuran.
2
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
selanjutnya disewa guna usahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance
lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak
mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut
dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena perusahaan sewa guna usaha
mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewa guna usahakan,
atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Dalam sewa-guna-usaha jenis ini
dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa-guna-usaha untuk memelihara dan
memasarkan kembali barang modal yang disewa-guna-usahakan, berbeda dengan finance
lease, perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas
biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan
barang modal yang bersangkutan.
3. Sales-type lease (sewa-guna-usaha penjualan)
Sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara langsung
(direct finance lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh
pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna usaha
jenis ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu.
4. Leverage lease
Transakasi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yakni penyewa guna
usaha dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa-guna-
usaha. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 mengenai
sewa-guna-usaha, transaksi sewa-guna-usaha dibedakan menjadi dua :
3
Karena sudah mengkapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat penyusutan. Lessor dan
lessee akan memperlakukan pembayaran lease sebagai pembayaran pokok dan bunga. Jika
kontrak lease tidak dikapitalisasi, tidak ada yang dicatat oleh lessee dan tidak ada aktiva
yang dikeluarkan dari pembukuan tersebut. Pada saat pembayaran lease dilakukan,
lessee mencatat beban sewa dan lessor mengakui pendapatan sewa.
Untuk lease yang dicatat sebagai Lease Modal (capital lease), lease harus dianggap
tidak dapat dibatalkan, dan memenuhi satu dari lebih empat kriteria berikut ini:
1. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee.
2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase
option).
3. Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi umur ekonomis
aktiva yang di-lease.
4. Nilai sekarang (present value) dan pembayaran lease minimum (tidak termasuk
biaya executory) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di-
lease.
Lease yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas diklasifikasikan sebagai Lease
Operasi (operating lease).
Kriteria kapitalisasi
Keempat kriteria kapitalisasi yang berlaku untuk lease bersifat kontroversial dan sulit
diterapkan dalam praktik. Kriteria-kriteria tersebut akan dibahas berikut ini.
1. Pengujian Pengalihan Kepemilikan
Jika lease tersebut mengalihkan kepemilikan aktiva kepada lessee maka lease itu
dianggap sebagai lease modal. Kriteria ini tidak bersifat kontroversial dan mudah
untuk diterapkan.
2. Pengujian Opsi untuk Pembelian dengan Harga Khusus (Bargain Purchase Option)
Opsi pembelian khusus adalah sebuah provisi yang memungkinkan lessee untuk
membeli properti yang di-lease dengan harga yang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan nilai wajar properti yang diharapkan pada tanggal opsi itu dapat
digunakan. Pada awal lease, perbedaan antara harga opsi dengan nilai pasar wajar
yang diharapkan harus cukup besar sehingga realisasi dari opsi bisa dipastikan secara
layak.
3. Pengujian Umur Ekonomis (Pengujian 75%)
Jika periode lease sama dengan atau melebihi 75% dari umur ekonomis aktiva, di mana
sebagian besar risiko dan imbalan atas pemilikan barang dialihkan ke lessee maka
perlu dilakukan kapitalisasi. Akan tetapi, penentuan jangka waktu atau masa lease dan
umur ekonomis aktiva dapat menimbulkan masalah.
4. Pengujian Pemulihan Investasi (Pengujian 90%)
Jika nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (minimum lease
payments) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai pasar wajar aktiva maka aktiva
4
yang di-lease harus dikapitalisasi. Dasar pemikiran untuk pengujian ini bahwa jika
nilai sekarang pembayaran lease minimum tidak berbeda banyak dengan harga
pasar aktiva maka secara efektif aktiva tersebut dapat dibeli.
Contoh : PT. SAMUDRA menyewa peralatan pabrik dari PT. SAKURA untuk masa sewa 5
tahun dengan syarat sebagai berikut :
1. Sewa dibayar dimuka tiap tgl 2 Januari. Untuk tahun pertama jatuh pada tanggal 2
Januari 2001.
2. Jumlah sewa tahun pertama dan kedua masing-masing sebesar Rp. 30.000.000,00.
Sementara untuk tahun ketiga , keempat dan kelima masing-masing Rp.
20.000.000,00.
Dari data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah 2 X Rp. 30.000.000,00 +
3 X Rp.20.000.000,00. Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah sewa tiap tahun
adalah Rp.120.000.000,00.: 5 = Rp 24.000.000,00
Pembayaran sewa untuk tahun 2001 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.
Pembayaran sewa untuk tahun 2002 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.
5
Kas Rp. 30.000.000,00
Pembayaran sewa untuk tahun 2003 (tahun ketiga) sebesar Rp. 20.000.000,00. dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:
Demikian pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat dengan jurnal seperti
ada pembayaran sewa tahun ketiga diatas, sehingga akun Sewa Dibayar Dimuka selama masa
sewa guna usaha(secara keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini
Pada akhir masa guna, akun Sewa Diby\ayar Dimuka tidak mempunyai saldo. Ada kalanya sewa
pada tahun-tahun pertama lebih kecil daripada sewa tahun-tahun terahir. Misalnya : dari data
contoh dimuka, sewa pada tahun pertama, kedua dan ketiga masing-masing sebesar
Rp.20.000.000,00. Sementara sewa untuk tahun keempat dan kalimat masing-masing
Rp.30.000.000,00. Dalam hak demikian, pembayaran sewa untuk pertama, kedua dan ketiga,
masing-masing dicatat dalam jurnal berikut :
Pembayaran sewa untuk tahun keempat dan kelima, masing-masing dicatat dengan jurnal sebagai
berikut :
6
Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -
Dalam hal jatuh tempo pembayaran sewa pada saat periode akuntansi sedang berjalan, misalnya
dari data pada contoh dimuka, pembayaran sewa untuk tahun 2001 jatuh pada tgl 1 April 2001.
Dalam hal demikian pada ahir periode harus dibuat penyesuaian. Jurnal penyesiaian yang dibuat
31 Desember 2001, sebagai berikut :
(mencatat sewa bulan Januari, Februari dan Maret 2002 yang telah dibayar tahun 2001)
Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal periode tahun 2002, dibuat jurnal
pembalik sebagai berikut :
1. Masa sewa guna usaha selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
2. Sewa tiap tahun Rp. 20.000.000,00. dibayar dimuka tiap tgl 1 Januari. Sewa tahun
pertama jatuh pada tgl 1 januari 2000.
3. Biaya pelaksanaan selam masa sewa (executory Cost) dibayar oleh penyewa.
4. Tidak mada ketentuan yang menyebutkan adanya pengalihan hak milik dan hak bagi
penyewa untuk membeli pada ahir masa sewa.
Data lain sehubungan dengan transaksi leasing di atas adalah sebagai berikut :
7
1. Harga pasar wajar peralatan yang disewa sebesar Rp. 82.000.000,00
2. Usia ekonomis peralatan yang bersangkutan selama 5 tahun.
3. PT. JAYA SARANA memperhitungkan bunga 122% setahun.
4. PT. GIONI menyusutkan aktiva tetap dengan metode Garis Lurus.
Untuk menentukan nilai sewa guna uasah harus dihitung dulu nilai tunai untuk tingkat bunga
12%, masa sewa 5 tahun dengan pembayaran dimuka yaitu 4,03733. Dengan deimkian nilai tunai
sewa terendah dari data contoh diatas adalah 4,03733 X Rp. 20.000.000,00 = Rp.80.746.600,00.
Jumlah tersebut lebih besar dbanding 90% X Rp. 82.000.000,00 (harga pasar wajar aktiva yang
bersangkutan)
Hasil perhitungan diatas dijadikan dasar untuk memberlakukan sewa guna usaha pada contoh
diatas sebagai capital lease. Dengan nilai Rp. 80.746.600,00. Jumlah ini dicatat debet pada akun
Peralatan Sewa dari Lease Modal. Selanjutnya setiap ahir periode disusutkamn (didepresiasi)
dengan metode garis lurus.
1. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada lessee
untuk jangka waktu tertentu. Dalam prakteknya, lessee membayar rental yang besarnya
8
secara keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh
lessor.Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak memperhitungkan
biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir diharapkan harga barang tersebut
masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
Operating lease dapat juga disebut dengan leasing biasa yaitu suatu perjanjian kontrak antara
lessor dengan lessee, dengan catatan bahwa:
1. Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya kepada pihak lessee untuk
digunakan dengan jangka waktu relative lebih pendek dari umur ekonomis
barang modal tersebut
2. Lessee atas penggunaan modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara kepada lessor
yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang tersebut
beserta bunganya.Hal ini disebut nonfull pay out lease.
3. Lessor menanggung segal risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut pada akhir kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor
4. Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
(cancelable).
2. Capital Lease
Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu Lembaga Keuangan. Lessee yang
akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari
barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier
mengenai harga, syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang
tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai
imbalan atas jasa penggunaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada
lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati
bersama.
Sementara untuk kriteria lease menurut Kieso, Weygandt dan Warfield, leasing
dikelompokkan sebagai lease modal, lease harus dianggap tidak dapat dibatalkan, dan
memenuhi satu atau lebih dari empat kriteria berikut ini :
9
Pencatatan Akuntansi untuk operating lease
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui
dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun
pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.
Sebagai contoh misalkan sewa guna usaha untuk peralatan adalah $40.000 setahun dengan
dasar tahunan. Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran sewa tersebut adalah sebagai berikut:
Kas $40.000
1. Masa lease adalah lima tahun dan perjanjian tidak dapat dibatalkan dengan
mengharuskan pembayaran sewa sebesar Rp 25.981
2. Peralatan tersebut mempunyai nilai wajar sebesar Rp. 100.000 estimasi umur ekonomis
lima tahun dan tidak ada nilai residu
3. Lessee Company membayar semua biaya pelaksanaan langsung kepada pihak ketiga
kecuali pajak harta sebesar Rp 2000 per tahun yang termasuk dalam pembayaran
tahunan kepada lessor Lease tersebut tidak memuat hak opsi pembaharuan dan
peralatan akan kembali pada lessor company pada saat selesainya lease.
4. Tingkat bunga pinjaman tambahan (incremental borrowing rate) Lessee Company
adalah sebesar 11% tahun. Apabila tingkat bunga tidak diketahui maka tingkat bunga
yang digunakan harus ditentukan oleh lessee.
5. Lessee Company menyusutkan peralatan yang disewa dengan menggunakan metode
garis lurus.
6. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat hasil
pengembalian atas investasinya sebesar 10% per tahun, fakta ini diketahui oleh Lessee
Company.
7. Dalam hal adanya ketentuan lain yang dipersyaratkan oleh
Lessor Company maka lessee harus menerapkannya.
10
Masa lease lima tahun, sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan yang lamanya lima
tahun, memenuhi pengujian 75%. Nilai sekarang pembayaran lease minimum Rp 100.000
melebihi 90% dari nilai wajar harta (Rp 100.000)
Nilai yang dikapitalisasi : (25.981 – 2.000) x Nilai pembayaran sekarang anuitas selama 5
periode pada tingkat diskonto 10% :
Bila terdapat hak opsi dalam bentuk simpanan jaminan atau kas untuk membeli peralatan
yang disewa pada akhir masalease adalah
Simpanan jaminan xx
Kas xx
11
Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama tanggal 1 Januari
2000 adalah
Beban pajak Rp 2.000
Kas Rp 25.981
Tanggal 31 Desember 2000 jurnal untuk mencatat beban bunga adalah Beban Bunga
Rp 7.602
Berikut disajikan skedul pembayaran sewa guna usaha Leesee Company selama lima
tahun dengan tingkat bunga 10%
Pembayaran Penurunan
Biaya Kewajiban
Tanggal lease Biaya Bunga kewajiban
pajak lease
tahunan lease
1/1/2000 - - - - 100,000
1/1/2000 25,981 2,000 23,981 76,019
1/1/2001 25,981 2,000 7,602 16,379 59,640
1/1/2002 25,981 2,000 5,964 18,017 41,623
1/1/2003 25,981 2,000 4,162 19,819 21,801
1/1/2004 25,981 2,000 2,180 2,180 -
Jumlah 129,905 10,000 19,908 100,000 -
Kas Rp 25.981
12
Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan peralatan sewa guna usaha
selama lima tahun dengan metode garis lurus tanggal 31 Desember 2000
adalah
Beban penyusutan aktiva SGU Rp 20.000
Ayat jurnal untuk mencatat berakhirnya masa lease apabila terdapat hak
opsi adalah:
Peralatan xx
Akm.Penyusutan Peralatan xx
(Peralatan sewa guna usaha yang dibeli pada akhir masa sewa guna usaha harus dicatat oleh
perusahaan sebesar nilai buku)
13
REFERENSI
Negara, Aditya. “Penyajian dan Analisis Leasing”. Diakses Pada 28 November 2017.
https://www.academia.edu/23716645/AKUNTANSI_LEASING_OLEH_LESSOR_DAN_PENY
AJIAN_SERTA_ANALISIS_TRANSAKSI_LEASING
14