You are on page 1of 29

PROPOSAL RENCANA STUDI

BEASISWA UNGGULAN MASYARAKAT BERPRESTASI


“Nurul Jannatul Wahidah”

1. Alasan mengambil prodi yang dipilih


Jika mendidik seorang pria, maka seorang pria akan terdidik. Tapi jika mendidik seorang
wanita, sebuah generasi akan terdidik” Brigham Young.
Kata bijak itulah yang selalu terpatri dalam benak saya, seorang gadis yang terlahir dari
keluarga sederhana 24 tahun silam di Probolinggo. Saya yakin keinginan untuk mendidik
generasi ke generasi adalah sebuah cita-cita yang harus saya wujudkan. Dan keinginan ini
sudah tertanam sejak saya baru lulus DIII kebidanan di Universitas Pesantren Tinggi
Darul Ulum Jombang 2015, dan kemudian saya mampu menyelesaikan pendidikan DIV
bidan pendidik saya di Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2017.
Setelah menyelesaikan pendidikan DIV, saya masih merasa belum puas dan harus
menjadi garda terdepan bagi kesejahteraan perempuan, terutamanya tentang kesehatan
dan pendidikannya. Saya ingin menjadi bagian dari stakeholder yang mampu
memprioritaskan kesehatan dan pendidikan perempuan nantinya, terutamanya terkait
hak-hak reproduksi perempuan, karena saya melihat bahwa masih banyak perempuan
yang merasa “terdiskriminasi” terkait kesehatan reproduksi. Selain itu saya ingin menjadi
bagian dari stakeholder yang mampu empowering woman dari berbagai aspek, dan saya
pikir dengan mengambil S2 Kesehatan Reproduksi ini, selain serumpun dengan
pendidikan saya sebelumnya, saya juga berharap mampu mewujudkan cita-cita saya
untuk empowering woman.
Institusi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Prodi lmu Kesehatan Reproduksi
Akreditasi SK BAN-PT No. 014/SK/BAN-PT/Akred/M/I/2015 nilai A
ISO 9001:2015
International Workshop Agreement (IWA) 2:2007
Education Criteria for Performance Excellent Based on MBNQA
2011
Lokasi Kampus A Jl.Mayjen Prof Dr.Moestopo Surabaya
Kredit 48 SKS dalam waktu 4 semester (2 tahun)
Gelar M.Kes (Magister Kesehatan)

Dan berikut kurikulum dan silabus yang akan ditempuh slama pendidikan.
2. Rencana Tesis
(TERLAMPIR)
3. Rencana Anggaran Biaya
(TERLAMPIR)
PRA-PROPOSAL TESIS

EFEKTIFITAS MASASE COUNTEPRESSURE TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT NYERI DISMENORE PRIMER PADA REMAJA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Seleksi Masuk Magister UNAIR

Nurul Jannatul Wahidah

MAGISTER KESEHATAN REPRODUKSI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
PROPOSAL PENELITIAN

I. Nama Peneliti : Nurul Jannatul Wahidah


II. Judul Penelitian : Efektifitas Masase Counterpressure terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Dismenorea Primer pada Remaja.
III. Bidang Ilmu : Kesehatan Reproduksi Remaja
IV. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang
kompleks. Pada saat pubertas sistem reproduksi mengalami kematangan seksual
yang salah satunya ditandai dengan terjadinya menstruasi pada remaja
perempuan (Mary, 1995). Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berusia
antara 10-19 tahun dimana mereka pada saat usia ini mengalami perubahan
fisik, emosi dan psikis (World Health Organization [WHO] dalam Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2014 jumlah penduduk usia 10-19 tahun mencakup 22,9 % dari jumlah
penduduk Indonesia (Dinkes, 2014) dan permasalahan yang sering dihadapi
remaja saat menstruasi adalah Dismenorea, yakni nyeri kram haid akibat dari
kontraksi uterus yang terlalu kuat dan produksi prostaglandin yang berlebihan
Lacovides et al (2015).
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Lebih dari 50%
perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka
persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%, sementara di Indonesia
angka kejadian Dismenorea pada tahun 2010 mencapai 64,25% terdiri dari
54,89% mengalami Dismenorea primer dan 9,36% mengalami Dismenorea
sekunder (Noviandari, 2015). Masalah Dismenorea ini setidaknya mengganggu
50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang
mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor (Rahayu et al.,
2014).
Mengetahui banyaknya kejadian dimenorea yang berkaitan dengan rasa
sakit yang mengganggu aktifitas para wanita perlu ditegakkan suatu upaya
penanganan Dismenorea yang tepat dan cepat. Menurut Maryuani (2010) salah
satu metode non farmakologi yang dapat diterapkan dalam mengurangi nyeri
adalah masase. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh bazarqanipour, et al
(2017) menunjukkan bahwa tindakan acupressure pada titik LIV3 dan LI4
dapat menurunkan tingkat nyeri Dismenorea primer pada remaja. Sehingga,
berdasarkan fenomena diatas, penulis ingin melakukan penelitian “Efektifitas
Masase Counterpressure terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dismenorea
a Primer pada Remaja”.
V. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya
yaitu, “Apakah masase counterpressure efektif terhadap penurunan tingkat
nyeri dismenorea primer pada remaja?”
VI. Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas masase counterpressure terhadap penurunan tingkat
nyeri dismenorea primer pada remaja.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat nyeri dismenorea primer pada remaja yang tidak
mendapatkan masase counterpressure.
2. Mengetahui tingkat nyeri dismenorea primer pada remaja yang
mendapatkan masase counterpressure.
3. Menganalisis efektifitas masase counterpressure terhadap penurunan
tingkat nyeri dismenorea primer pada remaja.
VII. Manfaat Penelitian
Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai tambahan
pengetahuan serta informasi dalam penerapan proses manajemen nyeri pada
remaja dengan dismenorea primer.

VIII. Tinjauan Pustaka


A. Tinjauan Teori Medis
1. Masase Counterpressure
Menurut Padila (2014) masase adalah melakukan tekanan tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan
nyeri, menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi. Umumnya,
ada dua teknik pemijatan yang dapat mengurangi nyeri menurut
Danutamaja (2008) yaitu, effleurage dan counterpressure. Effluerage
adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, sedangkan teknik
counterpressure adalah teknik pijatan kuat.
Teknik pijatan kuat atau counterpressure dilakukan dengan cara
meletakkan tumit tangan atau juga menggunakan bola tenis, tekanan
dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Langkah
melakukan masase counterpressure menurut Liberman (2012) adalah
melakukan penekanan di daerah sakrum secara mantap dengan pangkal
atau kepalan salah satu telapak tangan saat ada kontraksi selama 30
menit. Adapun prosedur pelaksanaan pijat counterpressure adalah
sebagai berikut.
1) Tahap persiapan
Menyiapkan alat dan bahan berupa seorang therapist yang akan
melakukan masase counterpressure.
2) Tahap orientasi
Memberikan salam, menjaga privacy pasien dengan menutup pintu
dan jendela, menjelaskan tentang prosedur masase counterpressure
dan kegunaannya, serta melakukan inform consent.
3) Tahap pelaksanaan
Therapist mencuci tangan, mengatur posisi klien senyaman mungkin,
dan mulai melakukan masase counterpressure. Masase
counterpressure dilakukan di daerah sakrum secara mantap dengan
menggunakan pangkal salah satu telapak tangan therapist selama 30
menit. Gerakan masase counterpressure dapat dilakukan dengan
gerakan melingkar yang dapat dilihat di gambar 8.1.

Gambar 8.1 Area Masase Counterpressure


Secara teoritik, menurut Fritzz (2015) pijat dapat mempengaruhi
sistem saraf dalam beberapa cara. Pijat menyebabkan tubuh untuk
merespon masukan sensorik, menciptakan kebutuhan homeostasis yang
dapat merangsang reseptor saraf di jaringan untuk dipulihkan. Pada
tingkat sensorik, mechanoresepstor yang merespon sentuhan, tekanan,
kehangatan, dan sebagainya dirangsang, sehingga memberikan efek
relaksasi jaringan dan pengurangan rasa sakit. Pijat juga dapat berfokus
pada pengurangan rasa sakit, seperti tekanan pada titik-titik
accupressure yang dapat melepaskan rasa sakit dan menghambat zat
kimia. Ketegangan di jaringan lunak atau respon stres dapat
menyebabkan aktivitas yang berlebihan dalam sistem saraf simpatik.
Selaras dengan teori Fritzz, Diego dan Field dalam Adams et al
(2015) juga berhasil menemukan bahwa prosedur pemijatan yang
dilakukan di daerah sakrum dapat menstimulasi respon dari sistem saraf
parasimpatik. Sistem saraf parasimpatik yang termasuk sistem saraf
autonom dapat ditemukan di badan sel preganglionik batang otak dan
segmen – segmen di daerah sakrum dengan cara kerja yang berlawanan
dengan cara kerja saraf simpatis, yaitu terbatas pada bagian – bagian
viseral.
Menurut Lestari (2012) penekanan dapat dilakukan dengan tangan
yang dikepalkan seperti bola tenis pada sakrum 2,3,4 dapat menghambat
impuls nyeri tidak sampai ke thalamus. Berdasarkan penelitian Ozgoli et
al (2016) pemijatan di daerah sakrum atau juga disebut titik BL32 dalam
akupresur dapat lebih efektif menurunkan nyeri daripada dilakukan di
daerah tangan atau yang disebut titik LI4.
2. Dismenorea Primer
a. Pengertian
Lacovides et al (2015) mendefinisikan bahwa Dismenorea primer
merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hubungan dengan kelainan
ginekologi seperti endometriosis, adenomiosis, kelainan fibroid, dan
penyakit radang panggul. Kejadian Dismenorea primer biasanya
terjadi pada saat remaja, sekitar 6-12 bulan setelah menarche
(Wallace et al., 2010).
Dismenorea primer disebabkan karena hormon prostaglandin yang
berlebih dalam rahim. Peningkatan pelepasan prostaglandin diduga
dari disintegrasi sel selama peluruhan endometrium yang dapat
menyebabkan hiperkontrasi miometrium, mengakibatkan iskemia
dan hipoksia otot rahim yang akan menimbulkan nyeri.
Prostaglandin didistribusikan secara intrasel yang berasal dari lemak
asam arachidonat yang merupakan suatu komponen dari sel
membran fosfolipid. Prostaglandin meningkat pada fase luteal
menstruasi. Hormon prostaglandin yang memegang peran yaitu
PGF2α dan PGE2. PGF2α menyebabkan kontraksi miometrium dan
PGE2 menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah rahim. Apabila
hormon prostaglandin meningkat, maka miometrium akan
berkontraksi, vasokontriksi pembuluh darah yang selanjutnya
menimbulkan iskemia dan nyeri (Lacovides et al., 2015).
Wallace et al (2010) dan Lacovides et al (2015) menyatakan bahwa
Dismenorea disebabkan oleh beberapa faktor pencetus seperti
kebiasaan merokok, usia menarche, siklus menstruasi, status gizi
yang tidak normal, konsumsi alkohol, riwayat keluarga yang
mengalami Dismenorea , usia, dan nulliparitas. Selain itu, stres juga
memengaruhi kejadian Dismenorea (Bavil et al., 2016).
b. Nyeri Dismenorea Primer
Menurut Asosiasi Internasional Studi Nyeri (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan terkait dengan gangguan jaringan aktual atau
potensial atau yang biasanya dirasakan sebagai sinyal peringatan
kerusakan jaringan aktual atau potensial (Griensven et al, 2013).
Nyeri Dismenorea a primer ini biasanya dirasakan sebagai kram
yang hilang timbul. Nyeri menstruasi ini terjadi 8-72 jam, paling
sering terjadi selama satu atau dua hari saat menstruasi. (Lacovides
et al., 2015). Sifat rasa nyeri bisa kejang berjangkit, nyeri perut
bagian bawah, namun dapat menyebar ke arah pinggang dan paha.
Gejala lainnya yaitu bisa disertai dengan mual, muntah, diare, lesu
dan insomnia (Varney, 2007).
Secara fisiologis nyeri ditimbulkan oleh stimulus yang
dihantarkan melalui saraf pada leher rahin (serviks) dan rahim atau
uterus bagian bawah. Nyeri ini merupakan nyeri viseral yang berasal
dari kontraksi uterus dan adneksa. Intensitas nyeri berhubungan
dengan kekuatan kontraksi. Nyeri akan bertambah dengan adanya
kontraksi isometrik pada uterus (Varney, 2007).
Tidak ada cara yang tepat untuk menjelaskan seberapa berat
nyeri yang dapat dirasakan, namun tingkat keparahan nyeri
merupakan hal yang paling subjektif yang dirasakan oleh penderita
dan dapat digambarkan menggunakan skala nyeri yang sifatnya
kuantitas. Skala nyeri yang paling sering digunakan dalam menilai
derajat nyeri seseorang menurut Judha (2012) adalah skala nyeri
Bourbonnais berdasarkan penilaian objektif, yaitu :

Gambar 8.2 Skala Nyeri

Keterangan :
Semakin besar nilai, maka semakin berat intensitas nyerinya :
a. Skala 0 = tidak nyeri
b. Skala 1 – 3 = nyeri ringan
Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, tindakan
manual dirasakan sangat membantu.
c. Skala 4 – 6 = nyeri sedang
Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri dan dapat mendeskripsikan nyeri, klien dapat mengikuti
perintah dengan baik dan responsive terhadap tindakan manual.
d. Skala 7 – 9 = nyeri berat
Secara objektif klien dapat mengikuti perintah, dapat menunjukkan
lokasi nyeri tapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan relaksasi.
e. Skala 10 = nyeri sangat berat (panik , tidak terkontrol)
Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi, berteriak, tidak
dapat menunjukkan lokasi nyeri, klien tidak dapat mengikuti
perintah, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan.
3. Remaja
WHO dalam Kementerian Kesehatan RI (2014) mendefinisikan bahwa
remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa yang
mempunyai rentang usia antara 10-19 tahun dimana mereka pada saat
usia ini mengalami perubahan fisik, emosi dan psikis.
Masa remaja terbagi menjadi tiga batasan usia, yaitu remaja awal
(early adolescence) berusia 10-13 tahun, remaja tengah (middle
adolescence) berusia 14-16 tahun, dan masa remaja akhir (late
adolescence) berusia 17-19 tahun (Dieny, 2014).
Ada tiga perubahan yang dialami remaja menurut Hurlock (1993),
yaitu perubahan fisik, perubahan emosi, dan perubahan sosial.
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri salah satunya yaitu
mulainya siklus menstruasi (Jahja, 2013). Perubahan emosi yang
dialami remaja seperti mudah dirangsang, mudah marah dan emosi yang
cederung meledak (Hurlock, 1993). Selain itu, remaja sering menjadi
terlalu percaya diri dan sukar menerima nasihat orang tua (Jahja, 2013).
Perubahan sosial pada remaja lebih besar dipengaruhi oleh teman sebaya
daripada keluarga. Kelompok teman sebaya merupakan sumber
referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan
dengan gaya hidup (Jahja, 2013). Salah satu gaya hidup remaja yaitu
kebiasaan makan yang tidak baik seperti melakukan diet demi menjadi
citra diri (body image), makan-makan fastfood (siap saji), melupakan
sarapan dan kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda dan minum
alkohol (Sulistyoningsih, 2011).
4. Efektifitas Masase Counterpressure terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Dismenorea Primer pada Remaja
Menurut Keiger dalam Pilliteri (2003) terapi sentuhan atau pijat adalah
penggunaan sentuhan untuk menghibur dan menghilangkan rasa sakit
didasarkan pada konsep bahwa tubuh berisi medan energi yang ketika
berlimpah dapat mempertahankan kesehatan dan medan energi
berkurang dapat mengakibatkan sakit. Sebuah penelitian Lothian (2000)
dalam Pilliteri (2003), mengungkapkan bahwa sentuhan dan pijatan
dapat meringankan rasa sakit dengan meningkatkan pelepasan endorfin.
Sedangkan menurut Forrell-Torry (1993) dalam Andarmoyo ( 2013)
dianggap “menutup gerbang” untuk menghambat perjalanan rangsang
nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat. Selanjutnya,
rangsangan taktil dan perasaan positif, yang berkembang ketika
dilakukan bentuk sentuhan yang penuh perhatian dan empatik, bertindak
memperkuat efek masase untuk mengendalikan nyeri.
Teori yang mendasari penurunan nyeri dismenore dengan masase
counterpressure adalah teori gate control dari Melzack dan Wall (1965)
dalam Padila (2014) dan Andarmoyo-Suharti ( 2013) adalah :
a. Teori gate control
Teori ini mendasari banyak teknik untuk managemen nyeri.
Berdasarkan teori ini serabut syaraf mentransmisikan rasa nyeri ke
spinal cord yang hasilnya dapat dimodifikasi di tingkat spinal cord
sebelum ditransmisikan ke otak. Sinap – sinap pada dorsal horn
berlaku sebagai gate yang tertutup untuk menjaga impuls sebelum
mencapai otak atau membuka untuk mengizinkan impuls naik ke
otak (Judha, 2012).
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) dalam Padila
(2014) menjelaskan bahwa selama uterus berkontraksi, perjalanan
impuls nyeri dari uterus sepanjang serabut neural kecil (serabut C)
pada bagian ascending ke substansia gelatinosa pada bagian
columna spinal. Sel kemudian menghantarkan rangsangan nyeri ke
otak. Stimulasi taktil seperti masase dapat menghasilkan pesan yang
berlawanan yang menghantarkan sepanjang serabut neural terbesar
dan tercepat (serabut delta A). Pesan yang berlawanan ini menutup
gerbang masuk “gate” di substansia gelatinosa sehingga memblok
pesan nyeri. Adapun mekanisme teori gate control adalah sebagai
berikut:
1) Ketika tidak ada rangsangan nyeri, inhibitory neuron mencegah
projection neuron (Projection cell) untuk mengirim sinyal ke
otak sehingga kita dapat katakan gerbang tertutup atau tidak ada
persepsi nyeri.
2) Ketika rangsangan normal somatosensori (sentuhan, perubahan
suhu, dll) terjadi. Rangsangan akan di hantarkan melalui serabut
saraf besar (hanya serabut saraf besar). Meyebabkan inhibitory
neuron dan projection neuron aktif. Tetapi inhibitory neuron
mencegah projection neuron untuk mengirim sinyal terkirim ke
otak. Sehingga, gerbang masih tertutup dan tidak ada persepsi
nyeri.
3) Ketika nociception (rangsangan nyeri) muncul. Rangsangan akan
dihantarkan melaui serabut saraf kecil. Dan ini menyebabkan
inhibitory neuron menjadi tidak aktif, dan projection neuron
mengirimkan sinyal ke otak. Sehingga, gerbang terbuka dan
persepsi nyeri muncul.
b. Teori endogen opiat
Pada awal 1970, Goldstein mengidentifikasi reseptor opiate pada
otak spinalcord. Mereka menemukan bahwa system saraf pusat
melepas substansi seperti morphin yang dinamakan endorphin dan
enkapalin ketika terjadi nyeri. Opiate endorphin ini mengikat
bagian reseptor yang peka dan mengubah persepsi nyeri dengan
cara yang tidak pernah dimengerti. Dan salah satu cara yang
dilakukan untuk memicu timbulnya endorfin ini adalah dengan
teknik akupuntur dan akupresur (Padila,2014).
Andarmoyo dan Suharti (2012) juga mengungkapkan bahwa
endorphin memengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan
sebagai nyeri. Endorfin kemungkinan bertindak sebagai
neurotransmitter maupun neuromodulator yang dapat menghambat
transmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphin pada sinaps sel-
sel saraf dapat menyebabkan status penurunan dalam sensasi nyeri.
Kegagalan melepaskan endorphin memungkinkan terjadinya nyeri.
Opiate, sama seperti morfin atau endorphin (kadang-kadang disebut
encephalin), kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri
dengan mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak dan
tulang belakang.
C. Kerangka Pemikiran

Masase counterpressure

Rangsangan melalui serabut saraf


besar

Aktivasi Projection Neuron Aktivasi Inhibitor

Blocking Gate
( menutup gerbang nyeri di
substansi glatinosa)

Nyeri tidak dapat


diteruskan ke otak

Persepsi nyeri menurun


1. Kebiasaan merokok
2. Usia menarche
3. Siklus Menstruasi
4. Konsumsi alkohol
5. Riwayat keluarga
6. Usia
7. Stres
8. Nulliparitas
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti

D. Hipotesis
Masase counterpressure efektif terhadap penurunan tingkat nyeri dismenorea
primer pada remaja.
IX. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen atau percobaan,
peneliti melakukan percobaan atau perlakuan berupa masase
counterpressure terhadap variabel independennya, kemudian mengukur
akibat atau pengaruh masase counterpressure tersebut pada dependen
variabel. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menguji hipotesis sebab
akibat dengan melakukan intervensi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Paiton.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa perempuan SMPN I
Paiton sejumlah 400 siswi.
2. Kriteria Retriksi
a. Kriteria Inklusi
1) Remaja perempuan usia 11 – 19 tahun
2) Mengalami Dismenorea primer saat menstruasi
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Mengalami Dismenorea sekunder
2) Memiliki tumor di daerah sakrum.
3) Menjalani terapi analgesik selama Dismenorea
3. Sampel
a. Teknik sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi SMPN I
Paiton yang mengalami dismenorea. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik matching, yakni
menyetarakan atau mencocokkan ciri-ciri individu pada kedua
kelompok terkait tingkat nyeri.
b. Estimasi besar sampel
Estimasi besar sampel dilakukan menggunakan rumus Slovin seperti
berikut ini.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )
400
=
1 + 400 (0.05)2
= 200
Keterangan:
n : besar semple
N : besar populasi
d : tingkat kepercayaan (0.05)
Besar sampel penelitian yaitu sebanyak 200 responden.
c. Pengalokasian Subjek
Dilakukan dengan membagi sampel responden menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi yang mendapat masase counterpressure
sebanyak 100 responden (terdiri 50 responden nyeri ringan dan 50
responden nyeri sedang) dan kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan intervensi sebanyak 100 responden (terdiri dari 50
responden nyeri ringan dan 50 responden nyeri sedang).
D. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan studi sebelum dan sesudah dengan
kontrol (before and after with control) dengan tujuan mengetahui efektifitas
dari masase counterpressure, untuk itu dibandingkan hasil Outcome
disingkat “O” dari intervensi di antara 2 kelompok.

Intervensi (x)
O1 O2

O3 O4

Gambar 9.1 Jenis desain studi sebelum dan sesudah dengan kontrol
Keterangan :
O1 : tingkat nyeri sebelum counterpressure pada kelompok intervensi
O2 : tingkat nyeri sesudah counterpressure pada kelompok intervensi
X : intervensi counterpressure
O3 : intensitas nyeri sebelum pada kelompok kontrol
O4 : intensitas nyeri sesudah pada kelompok kontrol
E. Definisi Operasional Variabel
Table 9.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Alat Ukur Skala
Bebas : Melakukan tekanan - Nominal
masase dengan pangkal telapak
counterpressu tangan di sakrum secara
re melingkar dan mantap
saat responden
mengalami nyeri haid
selama 30 menit.

Terikat : nyeri yang dimulai sejak Skala nyeri, meliputi : Ordinal


Nyeri hari pertama haid yang 0 : tidak nyeri
Dismenorea berlangsung dalam waktu 1-3 : nyeri ringan
primer 8-72 jam dan bukan 4-6 : nyeri sedang
karena kelainan 7-9 : nyeri berat
ginekologi. 10 : nyeri sangat

F. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah,
1. Minyak Telon
2. Tisu
3. Skala nyeri Bourbonnais
Interpretasi penilaian tingkat nyeri diperoleh dengan menunjukkan kartu
skala nyeri Bourbonnais seperti yang terlihat di lampiran 4.

4. Lembar observasi nyeri


Interpretasi hasil penilaian tingkat nyeri dicatat pada lembar observasi
nyeri pada lampiran 3.
G. Cara Kerja
1. Peneliti membagi responden menjadi 2 kelompok.
Tabel 9.4 langkah kerja
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
a. Melakukan KIE tentang a. Melakukan KIE tentang
Dismenorea primer pada dismenorea primer pada
responden. responden.
b. Mengajarkan cara menilai tingkat b. Mengajarkan cara menilai tingkat
nyeri yang dialami siswi dengan nyeri yang dialami siswi dengan
kartu skala nyeri Bourbonnais. kartu skala nyeri Bourbonnais
c. Mengjarkan cara mengisi kuesioner c. Mengjarkan cara mengisi kuesioner
ketika responden mengalami ketika responden mengalami
menstruasi. menstruasi.
d. Mengajarkan cara melakukan d. Mengajarkan relaksasi
counterpressure dan relaksasi.
e. Meminta responden untuk menilai e. Meminta responden untuk menilai
tingkat nyeri, mengisi kuesioner tingkat nyeri, mengisi kuesioner
dan melakukan masase selama nyeri Dismenorea
counterpressure setiap merasakan berlangsung (Pretest).
nyeri sesuai SOP (Pretest).
f. Menilai kembali tingkat nyeri f. Menilai kembali tingkat nyeri
Dismenorea setelah intervensi Dismenorea setelah intervensi
(Postest.) (Postest.)

H. Teknik Analisis Data


Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan proses
komputerisasi yang meliputi beberapa langkah berikut ini :
1. Pengolahan data
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data yang
dikumpulkan, memeriksa kelengkapan data dan kemungkinan
terjadi kesalahan. Data diperoleh dari pretest dan posttest yang
dilakukan terhadap kedua kelompok, baik kelompok intervensi
maupun kelompok kontrol.
b. Coding
Kegiatan ini dilakukan dengan memberi kode pada data yang telah
diperoleh untuk mempermudah dalam pengelompokan klasifikasi
data. Coding untuk penelitian ini adalah :
Kategori nyeri dismenorea primer dapat dilihat pada tabel 9.4
dibawah ini.
Tabel 9.4 Keterangan Skala Nyeri
Keterangan
Keterangan Skala
Nomor
1 Tidak nyeri
2 Nyeri ringan
3 Nyeri sedang
4 Nyeri berat
5 Nyeri sangat berat

2. Analisis Univariat
Dilakukan analisis univariat untuk mengetahui proporsi dari kategori
yang beresiko dari masing-masing variable independen, sehingga
diketahui apakah terdapat homogenitas pada variable independen
tertentu yang merupakan salah satu sebab tidak terlihat hubungan
statistik antara variable independen dan variable dependen yang
bersangkutan walaupun hubungan itu sebetulnya ada.
Adapun faktor – faktor yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
Kebiasaan merokok, Usia menarche, Siklus Menstruasi, Konsumsi
alkohol, Riwayat keluarga, Usia, Stres, dan Nulliparita.
3. Analisis Bivariat
Analsisi bivariat dilakukan untuk mengetahui efektifitas masase
counterpressure dalam menurunkan tingkat nyeri dismenorea primer
pada remaja di SMPN I Paiton. Adapun analisis bivariat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Chi Square, karena jenis hipotesis pada
penelitian ini adalah katagorik komparatif.
X. Daftar Pustaka
Adams J, Frawley J, Steel A, Broom A, Sibbritt D ( 2015). Use of
pharmacological and non pharmacological labour pain management
techniques and their relationship to maternal and infant birth outcomes.
Elsevier, 31:458-463.

Bavil, D. A., Maahrokh D., Zohreh M., Alireza A.B. (2016). Comparison of
lifestyle of young women with and without primary dysmenorrhea.
Electronic Physician, 8: 2107-2114.
Bazarqanipour, Taqhavi, Allan, Hossein. (2017). A randomized controlled
clinical trial evaluating quality of life when using a simple acupressure
protocol in woman with primary dysmenorrhea, 10(34): 10-15

Danuatmaja B, Meiliasari M (2008). Persalinan normal tanpa rasa sakit.


Jakarta: Puspa Swara, p.56

Dieny, F.F. (2014). Permasalahan Gizi pada Remaja Putri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Dinkes RI (2014). Survey Demogravi dan Kesehatan Indonesia.

Fritz S (2015). Mosby’s massage therapy review 4th edition. China: Elsevier
mosby, pp : 221, 227.

Griensven HV, Strong J, Unruh AM (2013). Pain : Textbook for health


proffessionals. Canada: Churchill livingstone, p:2.

Hurlock, E. B. (1993). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.


Jahja, Y. (2013). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana, pp: 225-226.
Judha M, Sudarti, Fauziyah A (2012). Teori pengukuran nyeri dan nyeri
persalinan. Yogyakaarta: Nuha medika, pp: 35-38, 76-81.

Lacoivides, S., Ingrid, A., Fiona, C. B. (2015). What we know about primary
dysmenorrhea today: A critical review. Human reproduction update, 21(6):
762-778.
Lapau B (2015). Metodologi penelitian kebidanan. Jakarta: Yayasan pustaka
obor Indonesia, pp: 67-68, 285.

Lestari I, Abadi A, Purnomo W (2012). Pengaruh deep back massage terhadap


penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif dan kecepatan pembukaan pada
ibu bersalin primigravida. The Indonesian Journal of Public Health, 9
(1):37-50

Lieberman A (2012). Easing labor pain: The complete guide to a more


comfortable and rewarding birth. New York: Doubleday and company,
p.71
Mary P (1995). Dasar keperawatan materniats edisi 6. Jakarta: EGC, p.4
Noviandari, I dan Winarni. (2015). Tingkat stres dan dismenorea pada remaja
kelas XI program akselerasi dan reguler di SMA negeri 3 Surakarta.
Gaster, 12(2): 58-70.
Ozgoli G, Mobarokabadi SS, Heshmat R, Majd HA, Sheikan Z (2016). Effect
of LI4 and BL32 acupressure on labor pain and delivery outcome in the
first stage of labor in primiparous woman : A randomized controlled trial.
Elsevier, 29:175-180.
Padila (2014). Buku ajar keperawatan maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika,
pp: 163-167.

Pillitteri A (2003). Maternal and child health nursing: Care of the childbearing
and childrearing famil, 4th edition. New York: Lippincott, p:524-526
Rahayu, M. A., Lilis, S., Marlina, R. Efektivitas senam dismenore dalam
mengurangi dismenore pada mahasiswa program studi DIII kebidanan
Karawang tahun 2013. Jurnal ilmiah Solusi, 1(2): 56-61
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Wallace, S., Amy K, Clive G. (2010). Review dysmenorrhea. The obstetricians
and gynecologist, 12: 149-54.
XI. Anggaran dan Sumber Biaya Penelitian

Sumber biaya penelitian akan ditanggung sendiri oleh peneliti dengan


rincian sebagai berikut.

Kuantitas Harga
No Rincian Jumlah
Satuan

1 Kebutuhan penyuluhan tentang


dismenorea primer kepada responden,
meliputi :
Seminar kit 200 buah
Rp. 10.000 Rp. 2.000.000
Konsumsi responden 200 buah
Rp. 10.000 Rp. 2.000.000
Sewa Ruang 2 kali Rp. 300.000 Rp. 600.000
2. Kebutuhan pengambilan data, meliputi

FC Kuesioner 200 eks


Rp. 1000 Rp. 200.000
FC lembar skala nyeri 200 eks
Rp. 200 Rp. 40.000
3. Uang Transport Responden 200 orang
Rp.25.000 Rp. 5.000.000
4. Pembuatan Laporan 1 paket
Rp. 100.000 Rp. 100.000
5. Dokumentasi 1 paket
Rp.100.000 Rp.100.000

TOTAL Rp. 10.040.000,-


Lampiran 1. Standar Operasional Prosedur Masase counterpressure

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


MASASE COUNTERPRESSURE
A. Alat dan Bahan
1. therapist
B. Langkah Kerja

Tahap Persiapan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Cuci tangan
Tahap Orientasi
3. Beri salam dan panggil responden dengan namanya
4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada responden /
keluarga
5. Berikan kesempatan responden bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6. Jaga privasi klien
7. Lakukan inform consent
Tahap Kerja
8. Atur posisi responden senyaman mungkin
9 Masase daerah sakrum ibu secara mantap dengan salah satu pangkal
telapak tangan therapist
10. Lakukan masase dengan gerakan melingkar searah jarum jam saat
responden mengalami kontraksi.
11. Ulangi masase setiap 30 menit.
Tahap Terminasi
13. Rapikan lingkungan responden
14. Evaluasi hasil masase
15. Catat pada lembar observasi
Lampiran 2. Lembar Observasi
Lembar Observasi Nyeri
Efektifitas Masase Counterpressure terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Dismenore pada Remaja

Nama :
Tanggal penelitian : Pukul : WIB
Kode Responden :
Counterpressure : Ya Tidak

Petunjuk pengisian !
Berilah tanda centang ( √ ) pada kotak yang tersedia.
A. Karakteristik responden
Usia : tahun
Kelas : I II III
Menarrche : tahun
Riwayat Keluarga :
Konsumsi alcohol :

B. Tabel Observasi tingkat Nyeri

30 Menit
Test Jam Skala Nyeri
Ke-
Pre Test

I
Post Test

Pre Test

II
Post Test
Lampiran 3. Lembar Penentuan Tingkat Nyeri

You might also like