Professional Documents
Culture Documents
Dan berikut kurikulum dan silabus yang akan ditempuh slama pendidikan.
2. Rencana Tesis
(TERLAMPIR)
3. Rencana Anggaran Biaya
(TERLAMPIR)
PRA-PROPOSAL TESIS
Keterangan :
Semakin besar nilai, maka semakin berat intensitas nyerinya :
a. Skala 0 = tidak nyeri
b. Skala 1 – 3 = nyeri ringan
Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, tindakan
manual dirasakan sangat membantu.
c. Skala 4 – 6 = nyeri sedang
Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri dan dapat mendeskripsikan nyeri, klien dapat mengikuti
perintah dengan baik dan responsive terhadap tindakan manual.
d. Skala 7 – 9 = nyeri berat
Secara objektif klien dapat mengikuti perintah, dapat menunjukkan
lokasi nyeri tapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan relaksasi.
e. Skala 10 = nyeri sangat berat (panik , tidak terkontrol)
Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi, berteriak, tidak
dapat menunjukkan lokasi nyeri, klien tidak dapat mengikuti
perintah, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan.
3. Remaja
WHO dalam Kementerian Kesehatan RI (2014) mendefinisikan bahwa
remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa yang
mempunyai rentang usia antara 10-19 tahun dimana mereka pada saat
usia ini mengalami perubahan fisik, emosi dan psikis.
Masa remaja terbagi menjadi tiga batasan usia, yaitu remaja awal
(early adolescence) berusia 10-13 tahun, remaja tengah (middle
adolescence) berusia 14-16 tahun, dan masa remaja akhir (late
adolescence) berusia 17-19 tahun (Dieny, 2014).
Ada tiga perubahan yang dialami remaja menurut Hurlock (1993),
yaitu perubahan fisik, perubahan emosi, dan perubahan sosial.
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri salah satunya yaitu
mulainya siklus menstruasi (Jahja, 2013). Perubahan emosi yang
dialami remaja seperti mudah dirangsang, mudah marah dan emosi yang
cederung meledak (Hurlock, 1993). Selain itu, remaja sering menjadi
terlalu percaya diri dan sukar menerima nasihat orang tua (Jahja, 2013).
Perubahan sosial pada remaja lebih besar dipengaruhi oleh teman sebaya
daripada keluarga. Kelompok teman sebaya merupakan sumber
referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan
dengan gaya hidup (Jahja, 2013). Salah satu gaya hidup remaja yaitu
kebiasaan makan yang tidak baik seperti melakukan diet demi menjadi
citra diri (body image), makan-makan fastfood (siap saji), melupakan
sarapan dan kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda dan minum
alkohol (Sulistyoningsih, 2011).
4. Efektifitas Masase Counterpressure terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Dismenorea Primer pada Remaja
Menurut Keiger dalam Pilliteri (2003) terapi sentuhan atau pijat adalah
penggunaan sentuhan untuk menghibur dan menghilangkan rasa sakit
didasarkan pada konsep bahwa tubuh berisi medan energi yang ketika
berlimpah dapat mempertahankan kesehatan dan medan energi
berkurang dapat mengakibatkan sakit. Sebuah penelitian Lothian (2000)
dalam Pilliteri (2003), mengungkapkan bahwa sentuhan dan pijatan
dapat meringankan rasa sakit dengan meningkatkan pelepasan endorfin.
Sedangkan menurut Forrell-Torry (1993) dalam Andarmoyo ( 2013)
dianggap “menutup gerbang” untuk menghambat perjalanan rangsang
nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat. Selanjutnya,
rangsangan taktil dan perasaan positif, yang berkembang ketika
dilakukan bentuk sentuhan yang penuh perhatian dan empatik, bertindak
memperkuat efek masase untuk mengendalikan nyeri.
Teori yang mendasari penurunan nyeri dismenore dengan masase
counterpressure adalah teori gate control dari Melzack dan Wall (1965)
dalam Padila (2014) dan Andarmoyo-Suharti ( 2013) adalah :
a. Teori gate control
Teori ini mendasari banyak teknik untuk managemen nyeri.
Berdasarkan teori ini serabut syaraf mentransmisikan rasa nyeri ke
spinal cord yang hasilnya dapat dimodifikasi di tingkat spinal cord
sebelum ditransmisikan ke otak. Sinap – sinap pada dorsal horn
berlaku sebagai gate yang tertutup untuk menjaga impuls sebelum
mencapai otak atau membuka untuk mengizinkan impuls naik ke
otak (Judha, 2012).
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) dalam Padila
(2014) menjelaskan bahwa selama uterus berkontraksi, perjalanan
impuls nyeri dari uterus sepanjang serabut neural kecil (serabut C)
pada bagian ascending ke substansia gelatinosa pada bagian
columna spinal. Sel kemudian menghantarkan rangsangan nyeri ke
otak. Stimulasi taktil seperti masase dapat menghasilkan pesan yang
berlawanan yang menghantarkan sepanjang serabut neural terbesar
dan tercepat (serabut delta A). Pesan yang berlawanan ini menutup
gerbang masuk “gate” di substansia gelatinosa sehingga memblok
pesan nyeri. Adapun mekanisme teori gate control adalah sebagai
berikut:
1) Ketika tidak ada rangsangan nyeri, inhibitory neuron mencegah
projection neuron (Projection cell) untuk mengirim sinyal ke
otak sehingga kita dapat katakan gerbang tertutup atau tidak ada
persepsi nyeri.
2) Ketika rangsangan normal somatosensori (sentuhan, perubahan
suhu, dll) terjadi. Rangsangan akan di hantarkan melalui serabut
saraf besar (hanya serabut saraf besar). Meyebabkan inhibitory
neuron dan projection neuron aktif. Tetapi inhibitory neuron
mencegah projection neuron untuk mengirim sinyal terkirim ke
otak. Sehingga, gerbang masih tertutup dan tidak ada persepsi
nyeri.
3) Ketika nociception (rangsangan nyeri) muncul. Rangsangan akan
dihantarkan melaui serabut saraf kecil. Dan ini menyebabkan
inhibitory neuron menjadi tidak aktif, dan projection neuron
mengirimkan sinyal ke otak. Sehingga, gerbang terbuka dan
persepsi nyeri muncul.
b. Teori endogen opiat
Pada awal 1970, Goldstein mengidentifikasi reseptor opiate pada
otak spinalcord. Mereka menemukan bahwa system saraf pusat
melepas substansi seperti morphin yang dinamakan endorphin dan
enkapalin ketika terjadi nyeri. Opiate endorphin ini mengikat
bagian reseptor yang peka dan mengubah persepsi nyeri dengan
cara yang tidak pernah dimengerti. Dan salah satu cara yang
dilakukan untuk memicu timbulnya endorfin ini adalah dengan
teknik akupuntur dan akupresur (Padila,2014).
Andarmoyo dan Suharti (2012) juga mengungkapkan bahwa
endorphin memengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan
sebagai nyeri. Endorfin kemungkinan bertindak sebagai
neurotransmitter maupun neuromodulator yang dapat menghambat
transmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphin pada sinaps sel-
sel saraf dapat menyebabkan status penurunan dalam sensasi nyeri.
Kegagalan melepaskan endorphin memungkinkan terjadinya nyeri.
Opiate, sama seperti morfin atau endorphin (kadang-kadang disebut
encephalin), kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri
dengan mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak dan
tulang belakang.
C. Kerangka Pemikiran
Masase counterpressure
Blocking Gate
( menutup gerbang nyeri di
substansi glatinosa)
D. Hipotesis
Masase counterpressure efektif terhadap penurunan tingkat nyeri dismenorea
primer pada remaja.
IX. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen atau percobaan,
peneliti melakukan percobaan atau perlakuan berupa masase
counterpressure terhadap variabel independennya, kemudian mengukur
akibat atau pengaruh masase counterpressure tersebut pada dependen
variabel. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menguji hipotesis sebab
akibat dengan melakukan intervensi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Paiton.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa perempuan SMPN I
Paiton sejumlah 400 siswi.
2. Kriteria Retriksi
a. Kriteria Inklusi
1) Remaja perempuan usia 11 – 19 tahun
2) Mengalami Dismenorea primer saat menstruasi
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1) Mengalami Dismenorea sekunder
2) Memiliki tumor di daerah sakrum.
3) Menjalani terapi analgesik selama Dismenorea
3. Sampel
a. Teknik sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi SMPN I
Paiton yang mengalami dismenorea. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik matching, yakni
menyetarakan atau mencocokkan ciri-ciri individu pada kedua
kelompok terkait tingkat nyeri.
b. Estimasi besar sampel
Estimasi besar sampel dilakukan menggunakan rumus Slovin seperti
berikut ini.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )
400
=
1 + 400 (0.05)2
= 200
Keterangan:
n : besar semple
N : besar populasi
d : tingkat kepercayaan (0.05)
Besar sampel penelitian yaitu sebanyak 200 responden.
c. Pengalokasian Subjek
Dilakukan dengan membagi sampel responden menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi yang mendapat masase counterpressure
sebanyak 100 responden (terdiri 50 responden nyeri ringan dan 50
responden nyeri sedang) dan kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan intervensi sebanyak 100 responden (terdiri dari 50
responden nyeri ringan dan 50 responden nyeri sedang).
D. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan studi sebelum dan sesudah dengan
kontrol (before and after with control) dengan tujuan mengetahui efektifitas
dari masase counterpressure, untuk itu dibandingkan hasil Outcome
disingkat “O” dari intervensi di antara 2 kelompok.
Intervensi (x)
O1 O2
O3 O4
Gambar 9.1 Jenis desain studi sebelum dan sesudah dengan kontrol
Keterangan :
O1 : tingkat nyeri sebelum counterpressure pada kelompok intervensi
O2 : tingkat nyeri sesudah counterpressure pada kelompok intervensi
X : intervensi counterpressure
O3 : intensitas nyeri sebelum pada kelompok kontrol
O4 : intensitas nyeri sesudah pada kelompok kontrol
E. Definisi Operasional Variabel
Table 9.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Alat Ukur Skala
Bebas : Melakukan tekanan - Nominal
masase dengan pangkal telapak
counterpressu tangan di sakrum secara
re melingkar dan mantap
saat responden
mengalami nyeri haid
selama 30 menit.
2. Analisis Univariat
Dilakukan analisis univariat untuk mengetahui proporsi dari kategori
yang beresiko dari masing-masing variable independen, sehingga
diketahui apakah terdapat homogenitas pada variable independen
tertentu yang merupakan salah satu sebab tidak terlihat hubungan
statistik antara variable independen dan variable dependen yang
bersangkutan walaupun hubungan itu sebetulnya ada.
Adapun faktor – faktor yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
Kebiasaan merokok, Usia menarche, Siklus Menstruasi, Konsumsi
alkohol, Riwayat keluarga, Usia, Stres, dan Nulliparita.
3. Analisis Bivariat
Analsisi bivariat dilakukan untuk mengetahui efektifitas masase
counterpressure dalam menurunkan tingkat nyeri dismenorea primer
pada remaja di SMPN I Paiton. Adapun analisis bivariat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Chi Square, karena jenis hipotesis pada
penelitian ini adalah katagorik komparatif.
X. Daftar Pustaka
Adams J, Frawley J, Steel A, Broom A, Sibbritt D ( 2015). Use of
pharmacological and non pharmacological labour pain management
techniques and their relationship to maternal and infant birth outcomes.
Elsevier, 31:458-463.
Bavil, D. A., Maahrokh D., Zohreh M., Alireza A.B. (2016). Comparison of
lifestyle of young women with and without primary dysmenorrhea.
Electronic Physician, 8: 2107-2114.
Bazarqanipour, Taqhavi, Allan, Hossein. (2017). A randomized controlled
clinical trial evaluating quality of life when using a simple acupressure
protocol in woman with primary dysmenorrhea, 10(34): 10-15
Dieny, F.F. (2014). Permasalahan Gizi pada Remaja Putri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Dinkes RI (2014). Survey Demogravi dan Kesehatan Indonesia.
Fritz S (2015). Mosby’s massage therapy review 4th edition. China: Elsevier
mosby, pp : 221, 227.
Lacoivides, S., Ingrid, A., Fiona, C. B. (2015). What we know about primary
dysmenorrhea today: A critical review. Human reproduction update, 21(6):
762-778.
Lapau B (2015). Metodologi penelitian kebidanan. Jakarta: Yayasan pustaka
obor Indonesia, pp: 67-68, 285.
Pillitteri A (2003). Maternal and child health nursing: Care of the childbearing
and childrearing famil, 4th edition. New York: Lippincott, p:524-526
Rahayu, M. A., Lilis, S., Marlina, R. Efektivitas senam dismenore dalam
mengurangi dismenore pada mahasiswa program studi DIII kebidanan
Karawang tahun 2013. Jurnal ilmiah Solusi, 1(2): 56-61
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Wallace, S., Amy K, Clive G. (2010). Review dysmenorrhea. The obstetricians
and gynecologist, 12: 149-54.
XI. Anggaran dan Sumber Biaya Penelitian
Kuantitas Harga
No Rincian Jumlah
Satuan
Tahap Persiapan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Cuci tangan
Tahap Orientasi
3. Beri salam dan panggil responden dengan namanya
4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada responden /
keluarga
5. Berikan kesempatan responden bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6. Jaga privasi klien
7. Lakukan inform consent
Tahap Kerja
8. Atur posisi responden senyaman mungkin
9 Masase daerah sakrum ibu secara mantap dengan salah satu pangkal
telapak tangan therapist
10. Lakukan masase dengan gerakan melingkar searah jarum jam saat
responden mengalami kontraksi.
11. Ulangi masase setiap 30 menit.
Tahap Terminasi
13. Rapikan lingkungan responden
14. Evaluasi hasil masase
15. Catat pada lembar observasi
Lampiran 2. Lembar Observasi
Lembar Observasi Nyeri
Efektifitas Masase Counterpressure terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Dismenore pada Remaja
Nama :
Tanggal penelitian : Pukul : WIB
Kode Responden :
Counterpressure : Ya Tidak
Petunjuk pengisian !
Berilah tanda centang ( √ ) pada kotak yang tersedia.
A. Karakteristik responden
Usia : tahun
Kelas : I II III
Menarrche : tahun
Riwayat Keluarga :
Konsumsi alcohol :
30 Menit
Test Jam Skala Nyeri
Ke-
Pre Test
I
Post Test
Pre Test
II
Post Test
Lampiran 3. Lembar Penentuan Tingkat Nyeri