Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1
Pengelolaan sumber daya air yang buruk mengakibatkan tidak meratanya penyebaran
air. Hal ini tentu saja berdampak pada kemampuan masyarakat miskin untuk menikmati
pelayanan air bersih. Pada kenyataannya sekarang masyarakat miskin tidak mempunyai akses
terhadap air bersih. Bahkan, masyarakat miskin harus membayar jauh lebih mahal guna
mendapatkan air bersih tersebut sehingga banyak dari mereka yang tidak sanggup membayar,
harus menggunakan air yang tidak bersih. Berbagai masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan sumber daya air yang buruk ini menempatkan Indonesia pada peringkat terendah
bersama Banglades, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Niugini, dan Filipina dalam
Laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tentang MDGs Asia
Pasifik tahun 2006. Karena itu, mengingat pentingnya masalah krisis air bersih ini maka
harus segera dicari pemecahannya.8
Di Indonesia penyediaan air minum yang diusahakan pemerintah melalui perusahaan
daerah air minum sebagian besar diperuntukkan masyarakat perkotaan meliputi ibukota
propinsi, ibukota kabupaten, dan ibukota kecamatan. Untuk daerah lainnya sebagian besar
penduduk mengupayakan air bersih untuk keperluan sehari-hari melalui berbagi cara dengan
memanfaatkan potensi sumber air yang ada berupa air tanah, air permukaan, dan air hujan.
Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan, mengindikasikan masih rendahnya
cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan, dimana salah satunya adalah
kebutuhan akan air bersih. Angka kejadian penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan
dengan air (Depkes 2010) antara lain diare sebesar 9,0 %, Typhoid sebesar 1,6%, dan
gangguan kulit sebesar 5,3%.4 Penyakit diare ini pun masih menduduki urutan atas sebagai
penyebab kematian di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Setiap tahunnya di
Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian penderita diare, 70-80% dari penderita ini
adalah anak di bawah lima tahun. (±40 juta kejadian).
Pada tahun 2018, didapatkan hasil pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
puskesmas Loji sebesar 42.51 %. Di wilayah kerja Puskesmas Loji, kunjungan sepuluh
penyakit terbesar pada tahun 2017 adalah ISPA yaitu 12,05%, mialgia yaitu 10,85%, gastritis
yaitu 9,64%, hipertensi yaitu 6,63%, tifoid yaitu 6,03%, Influenza yaitu 5,42%, dermatitis
yaitu 4,21%, diare 3,01%, rheumatoid artritis yaitu 1,81%, dan DM yaitu 0,60%.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan,
menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan mengidentifikasi faktor risiko
lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
- Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan di Indonesia,
Typhoid sebesar 1,6 % dan Diare sebesar 9,0 %
- Masih rendahnya penggunaan sarana air bersih untuk kebutuhan sehari-hari oleh
masyarakat, terutama di pedesaan sebesar 67,6 %.
- Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti gangguan
tifoid 6,03%, penyakit kulit 4,21% dan diare sebesar 3,01% di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Loji tahun 2017.
- Masih rendahnya sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji yang
memiliki tingkat pencemaran rendah, yaitu 63,55% selama tahun 2018.
- Masih rendahnya pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Loji, 42,51 % selama tahun 2018.
- Belum tercapainya target penggunaan sarana air bersih (80%) dan pengawasan
sarana air bersih (80%) di UPTD Puskesmas Loji, kecamatan Tegalwaru,
kabupaten karawang periode Januari sampai dengan September 2018
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum :
Diketahuinya masalah – masalah yang ada dalam program pengawasan sarana
air bersih (SAB) di Puskesmas Loji periode Januari 2017 sampai dengan September
2018 melalui pendekatan sistem dengan harapan dapat menurunkan angka kematian
dan angka kesakitan akibat faktor risiko kesehatan lingkungan.
3
d. Diketahuinya jumlah sarana air bersih yang diambil sampelnya di wilayah kerja
Puskesmas Loji periode Januari 2018 sampai dengan September 2018.
e. Diketahuinya jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang memenuhi
syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari 2018 sampai
dengan September 2018.
f. Diketahuinya jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang rendah di
wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari 2018 sampai dengan September 2018.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi program
dengan pendekatan sistem.
b. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi program, khususnya
program kesehatan.
c. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
4
Dengan tercapainya program diharapkan angka kejadian penyakit berbasis
lingkungan menurun, sehingga diharapkan terjadi peningkatan taraf kesehatan
masyarakat.
1.5 Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat pada periode Januari 2018 sampai dengan September 2018.
5
Bab II
2.1 Materi
Evaluasi materi ini terdiri dari hasil laporan kegiatan bulanan Puskesmas mengenai
program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan September 2018 yang terdiri dari :
1. Laporan bulanan program sarana air bersih di Puskesmas Loji, Januari - September
2018
2. Data tentang sarana air bersih yang digunakan.
3. Jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih.
4. Hasil inspeksi sarana air bersih keluarga di wilayah kerja Puskesmas Loji.
5. Cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air
bersih.
6. Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan.
7. Jumlah sarana air bersih yang mempunyai tingkat risiko pencemaran yang rendah.
8. Pencatatan dan Pelaporan
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara mengadakan pengumpulan data ,
pengolahan data, dianalisis dengan pendekatan sistem dan diinterpretasikan sehingga
ditemukan permasalahannya. Dari permasalahan yang ditemukan tersebut kemudian
dilihat apakah terdapat perbedaan antara pencapaian tiap variable dan diberi masukan
dan saran agar permasalahan pada program pengawasan sarana air bersih di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Lojiya, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan
September 2018 dapat terselesaikan, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan program
pengawasan sarana air bersih kelak dapat dicapai hasil sesuai target yang diharapkan.
6
Bab III
Kerangka Teoritis
Lingkungan
Umpan Balik
Bagan di atas menerangkan sistem menurut Ryans, adalah gabungan dari elemen-
elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai
salah satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi.Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.Untuk terbentuknya sistem
tersebut perlu dirangkai beberapa unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai
kesatuan.
Ada 6 unsur yang saling berhubungan dan mempengaruhi pada sistem, yaitu :
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Menurut
Geore Robert Terry terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).
7
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.
8
Bab IV
Penyajian Data
9
ii. Desa Kutalanggeng : 4 posyandu
iii. Desa Cintalanggeng : 4 posyandu
iv. Desa Cintawargi : 5 posyandu
v. Desa Cintalaksana : 4 posyandu
vi. Desa Mekarbuana : 4 posyandu
vii. Desa Wargasetra : 5 posyandu
viii. Desa Cigunungsari : 4 posyandu
ix. Desa Cipurwasari : 3 posyandu
10
4.3.1 Masukan
A. Tenaga (Man)
C. Sarana (Material)
Data tentang sarana air bersih yang digunakan
Jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih
Hasil inspeksi sarana air bersih keluarga
Cakupan pengambilan sampel air
Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang memenuhi syarat
kesehatan
Jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang rendah
D. Metode (Method)
Pendataan jumlah dan sarana air bersih
Data diambil dari laporan pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Loji tahun 2018, diperoleh :
- Jumlah sarana air = 9.386 buah yang terdiri dari SGL, pompa listrik dan PMA.
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2 x setahun, untuk pemeriksaan kualitas air
bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh, tidak
berasa, dan sejuk.
Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya, untuk sumur pompa sampel diambil
setelah 5 menit air keluar, untuk sumur gali sampel diambil dengan kedalaman 20 cm
di bawah permukaan air (sebaiknya pagi hari), dan untuk PAM sampel diambil setelah
11
2 menit air keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter,
untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk
pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dan bisa disterilkan
dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim
ke laboratorium.
Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan
Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kemudian ditetapkan standar
kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416
tahun 1990.
Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang rendah.
Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi AT(amat tinggi), T(tinggi), S(sedang),
R(rendah).
Pencatatan dan Pelaporan
- Pencatatan
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format
pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang diperlukan)
seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta, grafik atau tabel
yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).
- Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan secara
periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).
4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan, ada perencanaan tertulis mengenai:
12
rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja Puskesmas Loji dan
memberikan formulir inspeksi sanitasi untuk diiisi oleh kepala keluarga.
3. Pengambilan sampel air
Terdapat pengambilan sampel air sesuai dengan jenis sarana air bersih, hal pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril,
tempat penyimpanan botol/kotak/termos, alat tulis dan formulir pengiriman sampel.
Kemudian, menentukan titik pengambilan sampel.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Terdapat pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel air yang dilakukan di
laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis
sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990. Sedangkan persyaratan kualitas air minum
sesuai dengan Permenkes no 492 tahun 2010.
5. Pemeriksaan risiko pencemaran
Terdapat pemeriksaan sarana air bersih terhadap kemungkinan adanya pencemaran.
Tatacara pemeriksaan lengkap terlampir.
6. Pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada
pukul 08.00-10.00 WIB).
Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggungjawab program,
melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian
programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program.
13
Bagan Struktur Organisasi
Kepala Puskesmas
Hj. Ujang Suryana, S.KM
Bp Didi Suryadi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Program Kesehatan Lingkungan (Pengawasan Air Bersih) UPTD
Puskesmas Loji, Kabupaten Karawang.
4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Pendataan jumlah sarana air bersih
Dilakukan pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
2. Pemeriksaan sarana air bersih
Pemeriksaan 1 kali /bulan terhadap sarana air bersih yang ada dilakukan oleh petugas
kesehatan lingkungan dibantu RT dan kadesekitar dengan mendatangi rumah
penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja Puskesmas Loji dan memberikan
formulir inspeksi sanitasi untuk diiisi oleh kepala keluarga.
3. Pengambilan sampel air
Telah dilakukan pengambilan sampel air sebanyak 15 sampel dari SAB di wilayah
kerja Puskesmas Loji
4. Pemeriksaan bakteriologis
Belum dilakukan pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel
5. Pemeriksaan risiko pencemaran
14
Dilakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya risiko pencemaran sesuai dengan
formulir inspeksi sanitasi.
6. Pencatatan dan pelaporan :
- Pencatatan: Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul
08.00-10.00 WIB).
4.3.2.4 Pengawasan
Adanya pencatatan yang sistemik secara berkala tentang kegiatan pengawasan
kualitas sarana dan air bersih setiap satu bulan dan satu tahun. Kemudian dilaporkan ke
tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan jika terjadi kejadian luar biasa yang timbul
akibat penurunan kualitas air minum.
4.3.3 Keluaran
Tabel 4.1 Jumlah SAB yang diperiksa dan Jumlah Pemakai SAB di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Loji Periode Januari 2018 – September 2018
1.
NO Jenis SAB Yang Memenuhi Jumlah
Diperiksa Syarat Pemakai
1 SGL 2654 1685 9596
2 Pompa Listrik 617 537 2184
3 PMA 570 314 2198
Total 3841 2536 13978
34.539
Cakupan : ---------------------- X 100 % = 96,05 %
35.959
15
Target : 80 %
3990
Cakupan : ------------------ X 100 % = 42,51 %
9386
Target : 80 %
15
Cakupan : ------------------ X 100 % = 0,16 %
9386
Target : 80 %
16
2536
Cakupan : --------------------------- X 100 % = 63,55 %
3990
Target perlindungan SAB terhadap risiko pencemaran : 95 %
4.3.4 Lingkungan
1. Fisik
Lokasi :
Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor pribadi) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor.
Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Rata-rata jalan sudah diaspal,
sehingga jika musim hujan tidak becek/licin.
Kondisi Geografis :
sebagian besar Kecamatan Loji daratannya diliputi sawah, tanah, gunung dan
sungai. sehingga masyarakat di kecamatan ini menggunakan air tanah
yang kebanyakan didapat dari sarana sumur gali, pompa listrik, dan
perlindungan mata air. Beberapa juga menggunakan air sungai dan irigasi untuk
keperluan sehari-hari.
2. Non fisik
Keadaan sosial ekonomi masyarakat. Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian petani dan 1/3 dari total jumlah penduduk merupakan masyarakat
miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air
bersih yang memadai.
17
Tingkat pengetahuan. Masih rendahnya tingkat pengetahuan tentang kualitas
air dan sarana air bersih masih kurang.
Perilaku masyarakat. Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai
untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan tempat
pembungan limbah keluarga. Tidak terdapat data penggunaan air sungai
sebagai sumber air minum.
4.3.6 Dampak
1. Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan,
seperti, Diare, Typhoid, belum dapat dinilai.
2. Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air bersih
tidak lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat
belum dapat dinilai.
18
Bab V
Pembahasan
2 Masukan :
- Tenaga (Man) Tersedianya minimal 2 orang 1 orang tenaga yang (+)
sebagai koordinator dan merangkap sebagai
pelaksana program coordinator dan pelaksana
pengawasan sarana air bersih pengawasan sarana air
yang terampil di bidangnya. bersih yang terampil di
bidangnya.
19
sebesar 50.000 untuk 5 rumah penggunaan, kurangnya
setiap pemeriksaan setiap dana operasional kegiatan.
bulan
20
dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk menilai
kandungan bakteriologi/kimia
dan serta dilakukan
pemeriksaan risiko
pencemaran air.
- Pengawasan (+)
Adanya pencatatan tial Pencatatan tiap bulan dan
bulan/tahunan dan pelaporan tiap tahun dan laporan hasil
secara berkala tentang kegiatan pemeriksaan ke dinas
pengawasan kualitas air ke kesehatan tiap 1 bulan
tingkat Kabupaten minimal 3 sekali sudah dilakukan.
bulan sekali dan apabila terjadi namun data yang disajikan
kejadian luar biasa karena berbeda-beda dengan hasil
penurunan kualitas air. laporan bulanan, 3 bulanan
dan tahunan
4. Lingkungan
- Fisik 1. Kondisi geografis dapat Masyarakat Loji (+)
mempengaruhi kualitas menggunakan air tanah
air yang didapat dari sarana
sumur gali, sumur
pompa, juga
perlindungan mata air.
Berdasarkan keterangan
petugas, air yang
dihasilkan berwarna
kehijauan disebabkan
karena lokasinya
yang dekat dengan
persawahan
21
miskin, hal tersebut
dapat mempengaruhi
akses untuk
mendapatkan sarana air
bersih yang memadai
b. Tingkat pendidikan dapat b. Masih kurangnya
mempengaruhi pengetahuan masyarakat
keberhasilan program. tentang kualitas air dan
sarana air bersih. (+)
c. Sebagian masyarakat
c. Perilaku masyarakat masih menggunakan air
dalam menggunakan air sungai untuk keperluan
bersih dapat mandi, mencuci, tempat
mempengaruhi buang air besar, dan
keberhasilan program. tempat pembungan (+)
limbah keluarga. Tidak
ada data penggunaan air
sungai sebagai sumber
air minum.
22
Bab VI
Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Pengawasan Air bersih di UPTD
Puskesmas Loji Periode Januari sampai dengan September 2018, adalah :
- Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 42.51 % dari target 80 %.
Besar masalah (80% - 42.51%) : 80% x 100% = 46.86%
- Cakupan pengambilan sampel air sebesar 0,16% dari target 80%, Besar masalah
(80% - 0,16%) : 80% x 100% = 99,8%
- Cakupan SAB dengan kualitasbakteriologis yang memenuhi syarat belum
dilakukan
- Jumlah SAB dengan perlindungan dari risiko pencemaran air rendah, yaitu
63,55% dari target 95%. Besar masalah (95% - 63,55%) : 95% x 100% = 33,10%
- Tenaga ( Man )
Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan dalam
pemeriksaan terhadap 9386 Sarana Air Bersih yang tersebar di area kerja seluas
1.713.000m2.
- Dana ( Money )
Tidak laporan penggunaan dana yang diterima, dana operasionalnya masih
kurang, yakni Rp 50.000,00 untuk 5 rumah setiap pengawasan sarana air bersih
yang dilakukan tiap bulan.
- Metode
Belum dilakukan pemeriksaan bakteriologis pada sampel SAB.
6.3Masalah pada proses
- Pengorganisasian
Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program
(programmer) sudah ada, namun kurang koordinasi. Kurangnya koordinasi lintas
23
program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes,
pusling dan bidan desa.
- Pelaksanaan
Sudah dilakukan pengumpulan data 1 x setahun dan pengawasan kualitas air 5x
setiap bulan. Sudah dilakukan pengambilan sample SAB Namun belum dilakukan
pemeriksaan bakteriologi pada sampel.
- Pengawasan dan pelaporan
Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas
kesehatan tiap 1 bulan sekali sudah dilakukan., namun data yang disajikan
berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan, 3 bulanan dan tahunan
- Non-Fisik
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan 1/3 dari total jumlah
penduduk merupakan masyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi
akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang memadai
Pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih kurang.
Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi,
mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan limbah keluarga.
Tidak terdapat data penggunaan air sungai sebagai sumber air minum.
24
Bab VII
Prioritas Masalah
25
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Cakupan inspeksi sarana air bersih 42,51% dari target 80 %. Besar masalah 46,86%
Penyebab masalah ini adalah :
Tenaga
- Petugas juga menjalankan multiprogram serta kurangnya kerjasama lintas
sektoral dan lintas program.
- Kader terlatih untuk melakukan pengawan dan penyuluhan masih kurang ini
membuat pekerjaan inspeksi sarana air bersih kadang kurang optimal
Dana
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima, tidak ada dana yang
mencukupi untuk menginspeksi seluruh sarana air bersih yang ada.dana
operasionalnya masih kurang, yakni Rp. 50.000,00 untuk 5 rumah setiap
pemeriksaan.
Pengawasan dan pelaporan
Data yang dilaporkan dari hasil pencatatan berbeda-beda dengan hasil laporan
bulanan, 3 bulanan dan tahunan tentang pengawasan air bersih di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Loji.
Penyelesaian Masalah
Tenaga
- Menambah jumlah serta memotivasi dan melatih kader terkait tentang
pengawasan sarana air bersih.
- Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektoral. selain itu,
dengan menggunakan asas keterpaduan, bekerjasama dengan program yang
juga melakukan pendataan ke setiap rumah seperti program PHBS oleh kader,
untuk sekaligus melakukan pengawasan sarana air bersih
Dana
menambahan biaya yang tidak hanya dari BOK saja melainkan bersumber dari
masyarakat, misalnya iuran warga. di samping itu, perlu juga mengusulkan
26
kepada pemerintah daerah untuk menambah lagi dana supaya inspeksi sarana air
bersih bisa dilakukan menyeluruh.
Pengawasan dan pelaporan
Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.
Cakupan SAB dengan perlindungan dari risiko pencemaran air masih rendah, yakni
63,55% dari target 95 %, besar masalah 33,10%.
penyelesaian Masalah
tenaga
Mengumpulkan orang-orang di lingkungan tersebut yang bersedia menjadi kader dan
dilatih dalam bidang pengawasan sarana air bersih.
Sarana
Menyediakan alat-alat untuk penyuluhan seperti layar, leaflet , lembar balik, dan
poster melalui koordinasi dengan dinas Kesehatan
Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi lintas program dan sektoral dengan meminta bantuan
Kepala puskesmas untuk mendorong kerjasama dengan program lain seperti program
promosi Kesehatan atau program lainnya. untuk lintas sektoral meminta kerja sama
dengan pemerintah daerah, Badan Lingkungan Hidup, Lembaga swadaya Masyarakat
yang bergerak di bidang lingkungan, dll.
27
Bab IX
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Loji belum mencapai target, Kabupaten Karawang pada periode Januari
sampai dengan September 2018. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi masalah,
yaitu:
a. Hasil inspeksi sarana air bersih adalah 42.51%. Besar masalah 46,86%
b. cakupan pengambilan sampel air sebesar 0,16% dari target 80%, Besar masalah
99,8%
c. cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan tidak
dilakukan
d. Jumlah sarana air bersih dengan perlindungan dari risiko pencemaran masih rendah
63,55%. Besar masalah 33.10%
9.2 Saran
28
Saran bagi pemegang program pengawasan sarana air bersih
Meningkatkan koordinasi dengan bagian lain seperti promkes dan bidan desa
Melakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan yang lain dalam inspeksi sarana
air bersih dan kualitas air bersih.
Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan
untuk pengawasan sarana air bersih. Peningkatan koordinasi dengan staf kesehatan
lain dalam pelaksanaan program pengawasan air bersih.
Peningkatan dalam ketelitian penulisan dan penyajian data hasil kegiatan.
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai
tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
29
Daftar Pustaka
1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta:
Rineka Cipta. 2011.
4. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 22 Desember 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf
5. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 22 Desember 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf
6. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman
Teknis Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004.
30