You are on page 1of 7

ANALISIS DATA

1. Mehitung Sel Darah Merah


Praktikum perhitungan sel darah merah, dilakukan dengan cara
mengambil darah dari pelaku sebanyak 0,5 ml. Pengambilan darah
dilakukan dengan cara membersihkan salah satu jari dengan
mengggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol, sampel darah diambil
menggunakan blood lanset yang jarumnya sudah dibersihkan
menggunakan alkohol, tetesan darah yang keluar pertama dibersihkan
menggunakan kapas bersih, lalu dibiarkan tetes darah selanjutnya keluar
dari luka, darah diambil 0,5 ml menggunakan pipet throma eritrosit lalu
diencerkan dengan larutan hayem hingga batas 11.0, pipet dikocok dengan
posisi horizontal selama 2-3 menit. Perhitungan sel darah merah dilakukan
dengan cara meletakkan tetesan darah yang sudah diencerkan pada
hemositometer dan diamati menggunakan mikroskop perbesaran 10 x 10,
perhitungan sel darah merah dilakukan pada 5 daerah bidang pandang dan
didapatkan hasil jumlah sel darah merah sebesar 2224, lalu dilakukan
perhitungan jumlah sel darah merah menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ x jumlah pengenceran x ketebalan kaca
= 2224 x 200 x 0,01
= 4448 jumlah sel darah merah/mm3
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan hasil jumlah sel darah merah
pelaku yaitu 4448 jumlah sel darah merah/mm3.
2. Menghitung Sel Darah Putih
Praktikum perhitungan sel darah putih, dilakukan dengan cara
mengambil darah dari pelaku sebanyak 0,5 ml. Pengambilan darah
dilakukan dengan cara membersihkan salah satu jari dengan
mengggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol, sampel darah diambil
menggunakan blood lanset yang jarumnya sudah dibersihkan
menggunakan alkohol, tetesan darah yang keluar pertama dibersihkan
menggunakan kapas bersih, lalu dibiarkan tetes darah selanjutnya keluar
dari luka, darah diambil 0,5 ml menggunakan pipet throma leukosit lalu
diencerkan dengan larutan asam asetat 1% hingga batas 11.0, pipet
dikocok dengan posisi horizontal selama 2-3 menit. Perhitungan sel darah
putih dilakukan dengan cara meletakkan tetesan darah yang sudah
diencerkan pada hemositometer dan diamati menggunakan mikroskop
perbesaran 10 x 10, perhitungan sel darah putih dilakukan pada 4 daerah
bidang pandang dan didapatkan hasil jumlah sel darah putih sebesar 318,
lalu dilakukan perhitungan jumlah sel darah putih menggunakan rumus
sebagai berikut :
∑ x jumlah pengenceran x ketebalan kaca
= 318 x 20 x 0,01
= 63,3 jumlah sel darah putih/mm3
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan hasil jumlah sel darah putih
pelaku yaitu 63,3 jumlah sel darah putih/mm3.
3. Menguji Kecepatan Pembekuan Darah
Pengujian kecepatan pembekuan darah dilakukan dengan cara
membersihkan salah satu jari dengan mengggunakan kapas yang telah
dibasahi alkohol, sampel darah diambil menggunakan blood lanset yang
jarumnya sudah dibersihkan menggunakan alkohol, tetesan darah yang
keluar pertama dibersihkan menggunakan kapas bersih, lalu dibiarkan tetes
darah selanjutnya keluar dari luka, darah diteteskan ke kaca benda, kaca
benda 1 tanpa diberi natrium oksalat, kaca benda 2 diberi natrium oksalat,
bersamaan dengan keluarnya darah dari ujung jari, stopwatch dipencet
untuk mulai menghitung waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku,
stopwatch dihentikan ketika darah mulai muncul benang-benang fibril
dengan menusuk-nusukkan jarum pentul pada darah. Dari percobaan
tersebut didapatkan hasil waktu pembekuan darah yang diberi perlakuan
tanpa pemberian natrium oksalat adalah 2,7 menit, sedangkan darah yang
diberi perlakuan dengan natrium oksalat membutuhkan waktu 45 detik
untuk membeku. Dari hasil tersebut terlihat waktu pembekuan darah lebih
cepat tanpa diberi dengan natrium oksalat dari pada dengan perlakuan
pemberian natrium oksalat pada darah..
4. Memperkirakan Kadar Hemoglobin
Memperkirakan kadar hemoglobin dilakukan dengan cara
membersihkan salah satu jari dengan mengggunakan kapas yang telah
dibasahi alkohol, sampel darah diambil menggunakan blood lanset yang
jarumnya sudah dibersihkan menggunakan alkohol, tetesan darah yang
keluar pertama dibersihkan menggunakan kapas bersih, lalu dibiarkan tetes
darah selanjutnya keluar dari luka, selembar kertas filter ditempelkan pada
darah, warna darah dibandingkan dengan hemoglobin skala tallquist,
didapatkan hasil perkiraan kadar hemoglobin pada pelaku yaitu 70g/dl
dengan keterangan suggestive anemia.
5. Mendengarkan Suara Jantung
Suara jantung didengarkan dengan cara menempelkan stetoskop
pada subjek pada ruang iga ke 5 disebelah kiri sternum atau puting susu
untuk mendengarkan katup mitral, pengamatan katup semilunar dilakukan
dengan cara menempelkan stetoskop pada ruang sela iga ke 2 di kanan
sternum, katup pulmonari diamati dengan memindahkan stetoskop secara
horizontal ke kiri sternum sambil subyek diminta menarik napas dalam-
dalam. Dari percobaan tersebut didapatkan hasil suara jantung lup-lup
dalam waktu (0,6) ½ s, dup-dup dalam waktu (0,7) ½ s, lup-lup 1s, dan
dup-dup 1 s.
6. Palpasi Denyut Nadi Radialis
Pengamatan palpasi denyut nadi radialis dilakukan dengan cara
subyek diminta duduk tenang, arteri radial dicari pada permukaan
pergelangan tangan persis pada pangkal ibu jari, ditekan arteri radial
dengan ujung jari kedua dan ketiga, kendorkan tekanan dengan pelan-
pelan hingga dirasakan denyut nadi, dilakukan perhitungan denyut nadi
permenit, dengan pengulangan 2 kali, didapatkan hasil ulangan 1
berjumlah 85 denyut nadi/menit, sedangkan ulangan 2 didapatkan hasil 83
denyut nadi/menit, dari kedua hasil pengamatan tersebut dapat dirata-rata
palpasi denyut nadi radialis berjumlah 84 denyut nadi/menit.
7. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi
Perbandingan kecepatan denyut jantung dan denyut nadi dilakukan
secara silmutan, dimana pada pengamatan ini dilakukan 2 pengulangan
dan didapatkan hasil pada ulangan 1 denyut jantung (apeks) berjumlah 85
denyut jantung/menit dan 80 denyut nadi radial/menit. Ulangan 2
didapatkan hasil denyut jantung (apeks) berjumlah 87 denyut
jantung/menit dan 80 denyut nadi radial/menit. Dari kedua hasil tersebut
dapat dirata-rata bahwa jumlah denyut jantung (apeks) berjumlah 86
denyut jantung/menit, sedangkan jumlah denyut nadi radial sebesar 80
denyut nadi radial/menit.
8. Tekanan Arteri
Pengukuran tekanan arteri dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur tekanan darah yaitu tensimeter, pengukuran dilakukan dengan
cara menempelkan bel stetoskop pada.lipatan siku lengan sicari denyut
nadinya, lalu menempatkan selubung tensimeter di lengan atas, lalu
tensimeter dipompa hingga tekanan yang cukup lalu dikempiskan
perlahan, didengarkan denyut yang pertama yang merupakan tekanan
sistolik dan didengarkan sdenyutan tidak terdengar pada nilai berapa yang
merupakan nilai dari tekanan diastolik Dari hasil pengamatan didapatkan
hasil tekanan sistolik sebesar 150 mmHg dan diastolik sebesar 110 mmHg
maka dapat disimpulkan tekanan arteri pelaku (subjek) sebesar 150/110
mmHg.
9. Tekanan Vena
Pengukuran tekanan vena dilakukan dengan cara subjek berdiri di
dekat papan tulis atau tembok, diberi tanda posisi atrium pelaku (subjek)
pada papan tulis, pelaku disuruh meluruskan tangan dan diangkat secara
perlahan, diperhatikan pembuluh vena yang menonjol hingga pada titik
mana pembuluh vena sudah terlihat tidak menonjol lagi lalu di ukur jarak
antara posisi atrium dengan posisi tangan tersebut, dari hasil tersebut
didapatkan hasil jarak antara posisi atrium dengan posisi tangan adalah 40
mm. Tekanan arteri dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pv = (1,56 x jarak vena tak terlihat) / 13,6
= (1,56 x 40 mm) / 13,6
= 4,588 mmHg
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan hasil tekanan vena pelaku
(subjek) sebesar 4,588 mmHg.
10. Golongan Darah
Pengujian golongan darah dilakukan dengan mengambil sampel
darah, pengambilan sampel darah dilakukan dengan cara membersihkan
salah satu jari dengan mengggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol,
sampel darah diambil menggunakan blood lanset yang jarumnya sudah
dibersihkan menggunakan alkohol, tetesan darah yang keluar diteteskan
pada kaca benda yang terdapat serum anti A dan anti B masing-masing 1
tetes, lalu diaduk menggunakan tusuk gigi, diamati penggupalan terjadi
pada serum apa saja, jika terjadi penggumpalan pada serum anti A, maka
golongan darah pelaku adalah A, jika terjadi penggumpalan pada serum
anti B, maka darah bergolongan B, jika terjadi penggumpalan pada serum
A dan B maka golongan darah pelaku adalah AB, dan jika tidak terjadi
penggumpalan pada kedua serum maka golongan darah pelaku adalah
golongan darah O. Data hasil pengamatan golongan darah ini diperoleh
dari data golongan darah seluruh mahasiswa dalam 1 kelas yaitu kelas
Pendidikan Biologi offering A 2017.
Dari data hasil pengamatan dapat dibuat persentase golongan darah
dari kelompok mahasiswa laki-laki dan perempuan sebagai berikut :
 Kelompok mahasiswa laki-laki:
Jumlah mahasiswa golongan darah A
 Golongan darah A = x 100%
jumlah mahasiswa laki−laki
2
= 12 x 100%

= 16,67 % ≈ 17%
Jumlah mahasiswa golongan darah B
 Golongan darah B = x 100%
jumlah mahasiswa laki−laki
2
= 12 x 100%

= 16,67 % ≈ 17%
Jumlah mahasiswa golongan darah AB
 Golongan darah AB = x 100%
jumlah mahasiswa laki−laki
2
= 12 x 100%

= 16,67 % ≈ 17%
Jumlah mahasiswa golongan darah O
 Golongan darah O = x 100%
jumlah mahasiswa laki−laki
6
= 12 x 100%

= 50 %
 Kelompok mahasiswa perempuan:
Jumlah mahasiswa golongan darah A
 Golongan darah A = x 100%
jumlah mahasiswa perempuan
5
= 22 x 100%

= 22,73 % ≈ 23%
Jumlah mahasiswa golongan darah B
 Golongan darah B = x 100%
jumlah mahasiswa perempuan
8
= 22 x 100%

= 36,36 % ≈ 36%
Jumlah mahasiswa golongan darah AB
 Golongan darah AB = x 100%
jumlah mahasiswa perempuan
2
= 22 x 100%

= 9,09 % ≈ 9%
Jumlah mahasiswa golongan darah O
 Golongan darah O = x 100%
jumlah mahasiswa perempuan
7
= 22 x 100%

= 31,81 % ≈ 32%
Dari kedua kelompok laki-laki dan perempuan dapat disimpulkan
bahwa golongan darah yang paling banyak dimiliki mahasiswa laki-laki
adalah golongan darah O sebesar 50%, sedangkan golongan darah yang
paling banyak dimiliki mahasiswa perempuan adalah golongan darah B
dengan presentase sebesar 36%.
Presentase setiap golongan darah dari seluruh mahasiswa dapat
dihitung seperti sebagai berikut :
Jumlah mahasiswa golongan darah A
 Golongan darah A = x 100%
jumlah seluruh mahasiswa
7
= 34 x 100%

= 20,58% ≈ 21%
Jumlah mahasiswa golongan darah B
 Golongan darah B = x 100%
jumlah seluruh mahasiswa
10
= 34 x 100%

= 29,41 % ≈ 29%
Jumlah mahasiswa golongan darah AB
 Golongan darah AB = x 100%
jumlah seluruh mahasiswa
4
= 34 x 100%

= 11,76 % ≈ 12%
Jumlah mahasiswa golongan darah O
 Golongan darah O = x 100%
jumlah seluruh mahasiswa
13
= 34 x 100%

= 38,23 % ≈ 38%
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa
golongan darah yang paling banyak dimiliki oleh mahasiswa kelas
Pendidikan Biologi Offering A 2017 adalah golongan darah O dengan
presentase sebesar 38%.

You might also like