Professional Documents
Culture Documents
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh:
Adrian Marchel 1504120004 2015
Muhammad Isnan Alindra 1504114675 2015
Nian Sari 1604123932 2016
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
2
3
DAFTAR ISI
BAB 1.
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan ................................................................................ 2
1.3Luaran Penelitian ............................................................................................ 2
1.4Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................18
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing........................18
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Dana ............................................................ 23
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas............25
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ................................................ 27
4
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1.PENDAHULUAN
alginolyticus) pada konsentrasi 100%, 50%, 25% dan 12,5%. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai bakau minyak dan
memberikan informasi mengenai potensinya sebagai sumber senyawa antibakteri
sehingga dapat digunakan dalam bidang bioteknologi kelautan.
1.4 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai
antibakteri dari spesies mangrove bakau minyak untuk pencegahan bakteri
patogen yang merugikan manusia atau organisme lainnya dalam bidang
Bioteknologi Kelautan.
4
Senyawa utama yang terkandung dalam bakau minyak adalah saponin dan
tanin yang paling toksik terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus dengan
nilai LC50 sebesar 25,7 mg/L (Usman, 2017). Ekstrak kasar metanol dari kulit
kayu R. apiculata memiliki senyawa aktif sebagai inhibitor tirosinase dan
antioksidan yang diketahui merupakan senyawa isoflavon (Abdullah, 2011).
2.4. Kegunaan (Khasiat) Bakau Minyak
Bakau minyak banyak digunakan oleh masyarakat untuk Beri-beri,
febrifuge, haematoma (kulit batang); hepatitis (kulit batang, bunga, daun, akar;
borok (kulit batang) (Gunawan, 2012). Peneliti lain mengemukakan ekstrak
kloroform kulit batang tumbuhan R. apiculata memiliki aktivitas biolarvasida
terhadap larva Aedesaegypti. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh nilai
LC50 ekstrak untukwaktu 24; 48; dan 72 jam yaitu sebesar 906,345 mg/L;
441,022 mg/L; dan 338,364 mg/L (Ariyanti, 2012). Ekstrak kasar metanol dari
tanaman bakau, khususnya dari spesies Rhizopora sp. memiliki aktivitas anti
bakteri patogen, Escherichia coli, P. aeruginosa, K.pneumonia, Enterobacter sp
dan Streptococcus aureus dengan menggunakanmetode disk diffusion (Ravikumar
et al., 2010).
Potensi mangrove khususnya R. apiculata sebagai tanaman obat sebagian
besar bagian dari tumbuhan mangrove bermanfaat sebagai bahan obat . Ekstrak
dan bahan mentah dari mangrove telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
pesisir untuk keperluan obat-obatan alamiah. Campuran senyawa kimia bahan
alam oleh para ahli kimia dikenal sebagai pharmacopoeia. R. apiculata dan
mangrove lainnya digunakan pula sebagai bahan tradisional insektisida dan
pestisida (Purnobasuki, 2004). R. apiculata kaya akan senyawa steroid, saponin,
flavonoid dan tannin. Penggunaan saponin sebagai deterjen alam dan racun ikan
telah dikenal oleh masyarakat tradisional (Purwaningsih, et al. 2013).
2.5. Daya Hambat Antibakteri
Antibakteri merupakan zat yang dapat membasmi bakteri, khususnya yang
bersifat patogen pada manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selaktif, senyawa
natibakteri terbagi atas bakteriostatik dan bakterisida. Bakteriostatik yaitu zat
yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Bakterisida yaitu
zat yang memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri (Ganiswarna, 2003).
Golongan bakteriostatik bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
pada ribosom bakteri melalui proses difusi pasif melalui kanal hidrofilik dan
sistem transport aktif. Setelah antibakteri masuk ke dalam ribosom, maka akan
berikatan dengan ribosom dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam
amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak
(Kimball dalam Roihanah et al., 2011).
Menurut Brooks et al (2004), aktivitas antibakteri diukur untuk
menentukan efek zat antibakteri dalam larutan, konsentrasinya dalam cairan tubuh
dan jaringan serta kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi
tertentu. Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antibakteri dapat dilakukan
7
dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu dilusi atau difusi (Jawetz et al.,
2001).
a. Metode Dilusi
Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara
bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri
uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang
menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan
penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja.
b. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram
kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium
padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah
inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur
kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya
sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat).
Standarisasi faktor-faktor tersebut memungkinkan melakukan uji kepekaan
dengan baik.Penggunaan cakram tunggal untuk tiap bakteri memungkinkan
penilaian kepekaan atau resistensi organisme dengan membandingkan ukuran
daerah hambatan terhadap suatu obat antimikroba (metode Kirby-Bauer) (Amin,
2015).
Metode cakram Kirby Bauer adalah cara yang paling mudah untuk
menetapkan antibiotik dengan cara menginokulasikan plat agar dengan biakan dan
membiarkan antibiotik berdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandung
antibiotik diletakkan ke permukaan plat agar yang mengandung organisme yang
diuji. Konsentrasi dengan luas difusi (Harmita, 2004).
Metode cakram kerta memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya
adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif murah.
Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung
oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan
medium. Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode
cakram kertas relatif sulit untuk diinterpretasikan. Selain itu, metode cakram
kertas ini tidak dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya
lambat dan mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat (Murray et al., 2007).
Pemakaian antibakteri yang berlebihan menyebabkan bakteri yang semula
sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Oleh karena itu, senyawa antibakteri
baru diperlukan untuk mengatasi bakteri resisten tersebut. Di samping itu juga
pengembangan antiseptik dan desinfektan yang lebih aman bagi kulit dan jaringan
tubuh manusia. Umumnya antibiotik yang ada sekarang adalah metabolit sekunder
yang dihasilkan oleh mikroorganisme, sedangkan antibiotik dari tumbuhan tingkat
tinggi masih dalam pencarian (Ardiansyah, 2007).
8
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Pengendalian E. coli dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis
antibiotika seperti Oralit, amoksilin, Chloramfenikol, eritromisina dan
oksitetrasiklin. Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang
berkaitan dengan mekanisme infeksi bakteri (Marianti, 2016).
2.7.2. Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Sistematika Pseudomonas aeruginosa menurut Holt (1998) adalah sebagai
berikut :
Divisio : Bakteri
Classis : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonales
Familia : Pseudomonaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa
P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatifyang dapat menyebabkan
penyakit pada mamalia. P. aeruginosa dapat bergerak karena mempunyai flagel
monotrika (flagel tunggal yang terletak pada kutub), berbentuk batang dengan
ukuran 0,6 x 2 µm dan bersifat aerobik obligat yang dapat tumbuh dengan cepat
pada berbagai tipe media. P.aeruginosa dapat tumbuh baik pada suhu 37-42°C
(Wahyuni, 2014).
Penanganan P. aeruginosa dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai
jenis antibiotika amfenikol, sepalosporin, dan Penisilin antipseudomonas
(antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk karbenisilin, tikarsilin,
meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk bakteri P. aeruginosa.
(Somelus, 2009).
2.7.3. Bakteri Vibrio Alginolyticus
Menurut Bergey’s Manual of Bacteriology (Buchanan and Gibbons dalam
Meritasari et al., (2010) bakteri V. Alginolyticus mempunyai ciri-ciri berbentuk
batang pendek, bersifat Gram negatif, bergerak dengan flagellum polar, tidak
berspora, tidak berkapsul, bersifat fakultatif anaerob dan berkembang biak dengan
pembelahan biner. Klasifikasi V. Alginolyticus adalah :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaprotobacteria
Ordo : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Species : Vibrio alginolyticus
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tujuh strain bakteri Vibrio sp., lima
diantaranya sudah ada secara internasional pada Gen Bank Dunia, yaitu V.
alginolyticus, V. parahaemolyticus, V. harveyi, V.shilonii dan V. vulnificus dengan
11
tingkat homolog diatas 97%, sedangkan dua strain diantaranya merupakan strain
yang belum terdaftar secara Internasional dalam Gen Bank Dunia, dan ini diyakini
merupakan Vibrio sp. asli Indonesia (Feliatra et al., 2011).
Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen dibandingkan
jenis bakteri lainnya, dengan nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah sebesar
106,6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram (Fahri, 2009).
2.8. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut atau dapat pula dikatakan ekstraksi merupakan
proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
menggunakan pelarut cair sebagai separating gen. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari
suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ekstraksi cair-cair tidak
dapat digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena
kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-
cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna (Khopkar,
2010).
Proses ekstraksi secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu ekstraksi
padat-cair (solid-liquid extraction) dan ekstraksi cair-cair (liquid-liquid
extraction). Ekstraksi padat-cair umumnya digunakan untuk mengektraksi
senyawa atau molekul-molekul dari bahan alam. Sedangkan ekstraksi cair-cair
pada umumnya digunakan dalam proses separasi atau pemurnian senyawa dari
alam maupun senyawa produk dari suatu reaksi kimia (Pavia et al., 1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam
golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Setelah diketahui
senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia, akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan
daun mudah ditembus oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu
diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar
sulit untuk ditembus oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (Depkes,
2000).
12
4.1 AnggaranBiaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Bahan Habis Pakai Rp 3.980.000,-
2 Peralatan Penunjang Pengolahan Rp 5.629.000,-
3 Transportasi Rp 500.000,-
4 Lain-Lain Rp 2.100.000,-
Jumlah Rp 12.209.000,-
1 2 3 4
1 Mengumpulkan serta mempelajari berbagai
jurnal yang berkiatan dengan topik
penelitian
2 Pencarian atau pemesanan bahan baku serta
mengurus meminjaman alat atau izin
penggunaan laboratorium
3 Persiapan penelitian di laboratorium
4 Pelaksanaan penelitian:
-Pembuatan hidrolisat protein udang rebon
-Pembuatan tepung premix pempek yang
difortifikasi hidrolisat protein udang rebon
dan dilanjutkan analisis proksimat dari
tepung tersebut
-Pembuatan pempek menggunakan tepung
premix dan dilakukan uji organoleptik
5 Analisa Hasil Penelitian
6 Penyusunan laporan dan jurnal untuk
publikasi
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2011. Potensi bakau Rhizophora apiculata sebagai Inhibitor Tirosinase
dan Antioksidan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Hlm 38. Bogor : Jawa
Barat.
Ajizah, A., Thirtana, dan Mirhanudin. 2007. Potensi Ekstrak Kayu Ulin (Eusi
deroxylon zwagery T ET B). Bioascentie. 1 : 37-42.
Amin, F. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Teripang Holothuria sp. Terhadap
Bakteri Salmonella Typhi secara In vitro. Universitas Riau. Pekanbaru.
Ardiansyah. 2007. Antimikroba dari Tumbuhan (Bagian Kedua).
http://health.detik.com/read/2010/11/24/124425/1501213/763/dampak
serius-bakteri-eoli-lebih-dari-sekedar-diare. Tanggal akses : 30 September
2018.
Ariyanti. 2012. Biolarvasida dari tumbuhan bakau minyak (Rhizophora apiculata)
(Rhizophoraceae). UNESA Journal ofChemistry.1(1). Hlm 10-13.
Balcazar, J. L., L. Sara, J. D. S. Yolanda., P. Jose, and P. Miquel. 2010.
Identification and Characterization of Bacteria with Antibacterial
Activities Isolated from Seahorses (Hippocampus guttulatus). The Journal
of Antibiotics. Diakses 30 September 2018. 63 (5) : 271 hal.
Brooks, G. T., J. S.Butel, S.A. Morse, E. Jawetz, J. L. Melnick and E. A.
Adelberg. 2004. Medical microbiology 23rd edition. Mc Graw Hill
Companies Inc. P. 223-253.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Ditjen POM. Halaman 17, 31-32.
Dewi, R.E.O. dan Usman. 2016. Uji fitokimia dan uji antibakteri dari akar
mangrove rhizopora apiculata terhadap bakteri escherichia coli dan
staphylococcus aureus dalam Prosiding : Seminar Nasional Tumbuhan
Obat Indonesia Ke-50. Program Studi Pendidikan Kimia. Unmul
Samarinda. Kalimantan Timur.
Dwinovantyo, A. 2014. Uji Bahan Aktif dan Bahan Antibakteri Rhizopora
mucronata dalam Upaya Penanggulangan Penyakit Diare pada Saluran
Pencernaan Manusia. PKM-Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor :
Jawa barat.
Fahri, M., 2009. Bakteri Patogen pada Budidaya Perikanan. Program Pasca
Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Feliatra. 2000. Studi awal tumbuhan Mangrove sebagai antimikroba. Lembaga
Penelitian Universitas Riau. Riau.
Feliatra, F., T.T. Nugroho, S. Silalahi dan Y. Octavia. 2011. skrining bakteri
Vibrio sp. asli indonesia sebagai penyebab penyakit udang berbasis teknik
16s ribosomal DNA. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
3(2):85-99.
15
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Institut Universitas Riau Universitas Universitas
Indonesia Kebangsaan
Malaysia
Jurusan
Tahun Masuk-
Lulus
2
3
4
5
22
23
3. Transportasi
Transportasi
Transportasi pengiriman bakau minyak Rp 150.000,-
Transportasi pengiriman isolat bakteri patogen Rp 100.000,-
Transportasi lainnya Rp 250.000,-
SUB TOTAL Rp 500.000,-
24
4. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain
Sewa alat dan administrasi laboratorium Rp 1.000.000,-
Dokumentasi Rp 400.000,-
Laporan dan Penggandaan Rp 300.000,-
Publikasi Rp 400.000,-
SUB TOTAL Rp 2.100.000,-
Total Keseluruhan Dana Rp 12.209.000,-
25
Dosen Pendamping
Ketua Tim
Dr. DessyYoswaty,
Adrian Marchel S.Pi, M.Si