You are on page 1of 85

1

PROPOSAL
PENGUMPULAN DATA DASAR PERENCANAAN PROGRAM
GIZI

DISUSUN OLEH:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai permasalahan gizi di Indonesia sangat beragam. Dari masalah
gizi pada ibu hamil, balita, sampai dengan permasalahan gizi pada lansia.
Masalah gizi secara garis besar di Indonesia diantaranya adalah KEP (kurang
energy kronis), KVA (kurang vitamin A), GAKI, Anemia.
Masalah kurang gizi lain yang dihadapi anak usia balita adalah
kekurangan zat gizi mikro seperti vitainin A, zat besi, iodium dan sebagainya.
Lebih dan 50% anak balita mengalami defisiensi vitamin A subklinis yang
ditandai dengan serum retinol <20 mcg/dL dan satu diantara dua (48.1%) dari
mereka menderita anemia kurang zat besi . Seperti telah diketahui bahwa
anak-anak yang kurang vitainin A meskipun pada derajat sedang mempunyai
risiko tinggi untuk mengalami gangguan pertumbuhan, menderita beberapa
penyakit infeksi seperti campak, dan diare (Hadi et. al., 2000).
Defisiensi iodium dinyatakan sebagai gangguan akibat kekurangan
iodium (GAKI) yang menunjukan luasnya pengaruh defisiensi iodium
tersebut. Menurut laporang WHO tahun 1990, di negara yang sedang
berkembang hampir 1 miliar penduduk mempunyai resiko mengalami GAKI,
diantaranya dua ratus juta mengalami gondok, lima ratus juta mengalami
kretin dengan keterlambatan mental dan lima belas juta mengalami gangguan
mental yang lebih besar (Almatsier, 2001). Masalah GAKI di Indonesia
menurun dari 27.7% pada tahun 1990 menjadi 9.8% pada tahun 1998
(Aritonang, 2004).
Anemia merupakan masalah kesehatan lain yang paling banyak
ditemukan pada Ibu hamil. Kurang lebih 50% atau 1 diantara 2 ibu hamil di
Indonesia menderita anemia yang sebagian besar karena kekurangan zat besi.
Kontribusi anemia terhadap kematian Ibu di Indonesia diperkirakan lebih
tinggi lagi yaitu mencapai 50% hingga 70%. Dengan kata lain bahwa 50%
hingga 70% kematian ibu di Indonesia sesungguhnya dapat dicegah apabila
3

prevalensi anemia pada ibu hamil dapat ditekan sampai serendah-rendahnya.


Selain anemia, permasalahan gizi pada ibu hamil adalah kekurangan energy
kronik. Prevalensi ibu hamil KEK mengalami kenaikan selama krisis ekonomi
yaitu mencapai 24,9%. Meski mengalami penurunan yang cukup signifikan
dengan adanya perbaikan ekonoini Indonesia pasca krisis, sampai dengan saat
ini prevalensi BUMIL KEK masih cukup tinggi yaitu 16,7% (Hadi, 2002).
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi merupakan akhir dari berbagai
masalah yang kompleks. Masalah gizi merupakan dampak langsung dari
konsumsi zat gizi yang salah serta adanya kejadian infeksi penyakit.
Konsumsi zat gizi yang salah serta adanya kejadian infeksi penyakit erat
kaitannya dengan rendahnya perekonomian di tingkat rumah tangga yang
merupakan imbas dari krisis ekonomi dan politik serta SDM yang rendah.
Akibat masalah gizi yang dihadapi bangsa Indonesia telah mengancam
kualitas generasi muda bangsa Indonesia yang merupakan generasi penerus
bangsa, sehingga perlu upaya penanggulangan yang serius. Anak yang
menderita gizi buruk akan mempengaruhi sumber daya manusia, karena gizi
merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Akibat
kekurangan gizi pada anak akan menyebabkan beberapa efek serius seperti
kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan
kecerdasan. Akibat lainnya adalah terjadinya penurunan produktivitas,
menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian (Soekirman, 2000).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi di
masyarakat adalah intervensi gizi. Intervensi yang baik dan tepat harus
didasarkan pada perencanaan yang tepat. Proses perencanaan memerlukan
data yang ada di masyarakat, sehingga perlu dilakukan kegiatan pengumpulan
data dasar. Dalam hal ini, kami akan melakukan pengambilan data di
kecamatan Y.
4

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui jenis dan besar masalah gizi serta faktor-faktor terkait
terlaksananya kegiatan penanggulangan masalah gizi dan kesehatan di
Desa ..............., Kecamatan ......................

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui masalah KEP balita.
b. Mengetahui masalah gizi buruk balita.
c. Mengetahui masalah stunted pada balita.
d. Mengetahui status KEK WUS (wanita usia subur)
e. Mengetahui status gizi KEK ibu hamil
f. Mengetahui status gizi lansia berdasarkan antropometri.
g. Mengetahui tingkat kecukupan energi pada balita di desa ....
h. Mengetahui tingkat kecukupan protein pada balita di desa X
i. Mengetahui tingkat kecukupan lemak pada balita di desa X
j. Mengetahui tingkat kecukupan energi ibu hamil di desa X
k. Mengetahui tingkat kecukupan protein ibu hamil di desa X
l. Mengetahui tingkat kecukupan lemak ibu hamil di desa X
m. Mengetahui tingkat kecukupan karbohidrat ibu hamil di desa X
n. Mengetahui tingkat kecukupan Fe ibu hamil di desa X
o. Mengetahui tingkat kecukupan energi lansia di desa X
p. Mengetahui tingkat kecukupan protein lansia di desa X
q. Mengetahui tingkat kecukupan lemak lansia di desa X
r. Mengetahui tingkat kecukupan karbohidrat lansia di desa X
s. Mengetahui tingkat kecukupan energi WUS (wanita usia subur) di
desa X
t. Mengetahui tingkat kecukupan protein WUS (wanita usia subur) di
desa X
u. Mengetahui tingkat kecukupan lemak WUS (wanita usia subur) di
desa X
5

v. Mengetahui tingkat kecukupan karbohidrat WUS (wanita usia


subur) di desa X
w. Mengetahui tingkat pencapaian keluarga Sadar Gizi (Pemberian
ASI Eksklusif dan ASI sampai 2 tahun yang diikuti makanan
pendamping ASI, penggunaan garam beryodium, menggunakan
suplemen sesuai dengan kondisi, dan sarapan pagi) di desa X

C. Manfaat
Pengambilan data di Desa X, Kecamatan Y, Kabupaten Sleman ini
dikumpulkan sebagai bahan untuk menyusun rencana intervensi gizi
6

BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA

A. Lokasi Pengumpulan Data


Pengumpulan data dasar ini dilaksanakan di Desa X, Kecamatan Y,
Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta.

B. Waktu Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2016 sampai
dengan 4 November 2016.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam pengumpulan data dasar ini adalah semua balita,
WUS, ibu hamil dan lansia yang berada di Desa X, Kecamatan Y,
Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta.
2. Sampel
Sampel dalam pengumpulan data dasar ini adalah sebagian dari
warga masyarakat yang bertempat tinggal di Desa X, Kecamatan Y,
Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta.
Rincian Subyek dalam sampel pengumpulan data dasar:
a. Balita
Sampel WUS adalah sebagian WUS di desa X, kecamatan Y
sebanyak 10 orang
b. WUS
Sampel WUS adalah sebagian WUS di desa X kecamatan Y,
sebanyak 5 orang.
c. Ibu hamil
Subyek ibu hamil adalah sebagian ibu hamil di desa X
Kecamatan Y sebanyak 2 orang

d. Lansia
7

Subyek ibu hamil adalah semua lansia di desa X Kecamatan Y


sebanyak 2 orang
3. Responden
Responden pengumpulan data dasar adalah adalah ibu balita, WUS, ibu
hamil dan lansia, atau orang yang mendampingi sasaran utama.

D. Definisi Operasional Variabel


(terlampir)

E. Jenis Data yang Dikumpulkan


1. Data Sekunder:
a. Jumlah penduduk berdasarkan agama

b. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan

c. Jumlah sarana kesehatan

d. Jenis atau sarana kesehatan masyarakat

1) Jumlah posyandu

2) Jumlah pos lansia

3) Jumlah PAUD

4) dll

2. Data Primer:
a. Jenis data untuk menjaring masalah gizi pada batita, data yang
dikumpulkan meliputi data :
1) Status gizi balita.
2) Data konsumsi makanan balita.
3) Data kesehatan balita.
4) ASI dan pola makan balita.
5) Data demografi balita.
8

b. Jenis data untuk mengukur masalah gizi


WUS
1) Status gizi WUS.
2) Data kesehatan WUS.
3) Data konsumsi makanan WUS.
4) Data demografi WUS.
c. Jenis data untuk mengukur masalah gizi Ibu Hamil
1) Status gizi ibu hamil.
2) Data kesehatan ibu hamil.
3) Data konsumsi makanan ibu hamil.
4) Data demografi ibu hamil.
d. Jenis data untuk mengukur masalah gizi lansia
1) Status gizi ibu lansia.
2) Data kesehatan ibu lansia.
3) Data konsumsi makanan ibu lansia.
4) Data demografi ibu lansia.

H. Instrumen Pengumpulan Data


1. Kuesioner demografi subyek penelitian
2. Kuesioner subyek penelitian
3. Form identitas subyek penelitian
4. Form status gizi (IMT)
5. Form food record 3x24 jam
6. Form Recall 24 jam yang lalu
7. Dacin dengan kapasitas maksimum 25 kg dengan ketelitian 0,25 kg.
8. Timbangan berat badan dengan kapasitas 200 kg,dengan ketelitian 0,1
kg
9. Microtoise dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm
10. Menggunakan metlin dengan kapasitas 150 cm dengan ketelitian 1 mm
11. Tabel standar antropometri WHO 2005 menurut Permenkes RI 2010
12. Tabel Komposisi Bahan Makanan (TKPI)
13. Faktor Konversi Bahan Mentah Masak dan Konversi Minyak Terserap
14. Alat ukuran rumah tangga (sendok makan, sendok teh, sendok sayur,
mangkuk, piring, dan gelas belimbing).

I. KUESIONER
9

(terlampir)

J. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Tabel 3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Cara
Jenis data Sumber pengumpulan Instrumen
data
Data primer
1. Tinggi badan atau Microtoise,
Responden Pengukuran
panjang badan balita infantometer
Microtoise dan
2. Tinggi badan usila Responden Pengukuran
metlin
Timbangan injak
3. Berat badan Responden Pengukuran
digital
4. LILA Responden Pengukuran Pita ukur
5. Umur Responden Wawancara Kuesioner
6. Jenis kelamin Responden Wawancara Kuesioner
7. Data Demografi Responden Wawancara Kuesioner
8. Asupan makanan Form food recall
Responden Wawancara
balita dan ibu hamil 2 x 24 jam
9. Data Kesehatan Responden Wawancara Kuesioner
Data sekunder
Gambaran umum lokasi
Kelurahan X Pengamatan -
pengambilan data

K. Pengolahan Data
Tahap tahap pengolahan data meliputi editing, koding, pemasukan data
dan tabulasi data. Pengolahan dan analisi data dilakukan dengan bantuan
komputer.
1. Editing
Dilakukan untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan
pengisian atau jawaban yang tidak jelas yang dilakukan ditempat
pengumpulan data sehingga dapat dilakukan perbaikan
2. Coding
Merupakan usaha mengklasifikasikan jawaban atau hasil yang ada
menurut macamnya dengan menandai masing-masing jawaban dengan code
10

berupa angka kemudian dalam lembar kerja untuk mempermudahkan


pembacaan. Masing-masing variabel diberi kode sesuai dengan urutan
pertanyaan dalam kuesioner. Kuesioner terlampir
3. Entry
Memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan.

L. Analisa Data
Analisa dilakukan dengan mengkaji data menggunakan distribusi frekuensi
dan tabel silang.

BAB III
HASIL dan PEMBASAN
A. Gambaran umum Lokasi

B. Hasil Pengumpulan Data


1. Gambaran Demografi Keluarga Kelompok Sasaran
a. Jenis Kelamin

b. Agama

c. Pendidikan Kepala Keluarga


d. Pekerjaan kepala keluarga

e. Jumlah anggota keluarga


f. Status tempat tinggal
11

g. Kondisi Rumah
h. Hiegene sanitasi lingkungan rumah
i. Sumber Air Bersih
m. Fasilitas BAB
n. Pemanfaatan pekarangan
o. Macam pemanfaatan pekarangan
p. Kepemilikan sawah dan Kebun
q. Kadarzi
r. Status ekonomi
s. Sumber penerangan
t. Bahan Bakar

u. Pengeluaran
2. Keadaan Status Gizi Balita di Desa....

1. Karakteristik Balita
Descriptive Statistics
N Range Minimu Maximu Mean Std.
m m Deviation
Usia Balita (bln) 80 59 1 60 26.76 16.381
Anggota keluarga 62 1 1 2 1.58 .497
lain
Terakhir ASI 49 31 0 31 16.90 9.408
Usia balita diberi 72 9 3 12 6.39 1.379
makanan
Usia balita diberi 60 24 0 24 6.20 4.815
minum selain ASI
Kehadiran di 80 1 1 2 1.24 .428
Posyandu
BB lahir 79 2.6 1.6 4.2 3.105 .4909
12

PB lahir 74 53.0 4.0 57.0 48.095 5.7181


BB skrg 79 62.0 4.0 66.0 12.776 8.8355
Valid N (listwise) 28
Tabel 1. Karakteristik balita desa Y binangun
Dari data karakteristik balita di desa X diketahui bahwa dari 80 balita yang
diambil dengan usia minimum 1 bulan dan maximum 5 tahun. Dari 80 balita
yang diambil tersebut terdapat 62 balita yang tinggal bersama keluarga lain seperti
kakek, nenek, ataupun anggota keluarga lainnya.
Dari tabel 1 diketahui bahwa terdapat 49 balita yang sudah berhenti ASI.
Usia balita diberikan makanan sekitar 6 bulan, tetapi terdapat balita yang
diberikan makanan pada usia 3 bulan. Dari semua balita yang menjadi sampel
pengambilan data tersebut selalu aktif dalam kegiatan posyandu.

2. Jenis Kelamin

Gambar 2. Jenis kelamin balita


Dari tabel 2 diketahui bahwa jenis kelamin balitaperempuan di desa X
sebanyak 51,2% dan laki-laki sebanyak 48,8%.

3. IMD
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Vali Ya 57 71.2 71.2 71.2
tidak 23 28.8 28.8 100.0
d
Total 80 100.0 100.0
Tabel 3. IMD ibu balita
13

Dari tabel 3.0 Inisiasi menyusui dini (IMD) dapat diketahui bahwa ibu
yang melakukan IMD untuk balitanya sebanyak 57 orang atau 71,2% sedangkan
ibu yang tidak melakukan IMD balita sebanyak 23 orang atau 28,8%.

4. Pemberian ASI

Frequenc Percent Valid Cumulative


y Percent Percent
Vali Ya 35 43.8 43.8 43.8
tidak 45 56.2 56.2 100.0
d
Total 80 100.0 100.0
Tabel 4. Pemberian ASI Eksklusif
Dari tabel 4.0 pemberian ASI, balita yang masih diberi ASI sebanyak 35
balita atau 43,8%, sedangkan balita yang sudah tidak diberi ASI sebanyak 45
balita atau 55,2%.

5. ASI Eksklusif

Gambar 5. ASI Eksklusif


Dari gambar 5 pemberian ASI, balita yang diberikan ASI Eksklusif
sebanyak 51 balita atau sebanyak 63,8%.
14

6. Konsumsi makanan padat


Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Vali Ya 71 88.8 88.8 88.8
Tida 9 11.2 11.2 100.0
d
k
Total 80 100.0 100.0
Tabel 6. Konsumsi makanan padat
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa sebanyak 71 balita atau 88,8% balita
sudah diberikan makanan padat atau makanan biasa, dan sisanya belum diberikan
makanan padat. kemungkinan juga balita yang belum diberikan makanan tersebut
juga masih diberikan ASI Eksklusif.

7. Usia Pemeberian Makan

Frequenc Percent Valid Cumulative


y Percent Percent
Vali 3 1 1.2 1.2 1.2
5 7 8.8 8.8 10.0
d
6 54 67.5 67.5 77.5
7 11 13.8 13.8 91.2
8 1 1.2 1.2 92.5
9 3 3.8 3.8 96.2
10 1 1.2 1.2 97.5
12 2 2.5 2.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
Tabel 7. Usia balita diberikan makanan
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah balita yang diberikan makanan
pada usia dibawah 6 bulan sebanyak 62 balita dengan rincian 54 balita (67.5%)
pada usia 6 bulan, 7 balita (8.8%) pada usia 5 bulan dan 1 balita (1.2%) pada usia
3 bulan. Sedangkan jumlah balita yang diberikan makanan di atas usia 6 bulan
sebanyak 18 balita atau 22,5%.
15

8. Bentuk makanan pertama yang diberikan balita

Gambar 8. Bentuk makanan yang pertama kali diberikan balita

Dari gambar 8 Diketahui bahwa sebanyak 25 balita atau 31,2% pertama kali
diberikan makanan bentuk cair, dan 17 balita atau 21,2% diberikan makanan
bentuk saring, sedangkan 38 balita atau 47,5% diberikan makanan bentuk lunak.

9. Pemberian minuman selain ASI

Frequenc Percent Valid Cumulative


y Percent Percent
Ya 52 65.0 65.0 65.0
16

Vali tidak 28 35.0 35.0 100.0


Total 80 100.0 100.0
d
Tabel 9. Pemberian minuman selai ASI
Dari tabel 9 diketahui bahwa sebanyak 52 balita atau 65% balita sudah diberikan
minuman selain ASI sedangkan 28 balita atau 35% balita dari jumlah sampel yang
diambil belum diberikan minuman kecuali ASI.

10. Nafsu Makan

Gambar 10. Nafsu makan balita


Sebanyak 63 balita dari responden atau 78,8% balita memiliki nafsu makan yang
baik, seangkan 17 balita atau 21,1% tidak baik. Hal ini dikarenakan beberapa hal,
diantaranya adalah balita tidak suka dengan makanan yang diberikan saat itu.

13. Kehadiran Posyandu


Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Vali Rutin 61 76.2 76.2 76.2
tidak 19 23.8 23.8 100.0
d
rutin
Total 80 100.0 100.0
Tabel 13. Kehadiran di posyandu
17

Sebanyak 51 balita atau 75,2% dari responden yang diambil tersebut rutin untuk
memantau kesehatannya di posyandu, sedangkan 19 balita atau 23,8% tidak rutin
ke posyandu. Hal ini dikarenakan adanya kesibukan dari kelaurga atau pengasuh
balita.

14. Pemberian Vitamin A


a. bulan februari
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Valid Ya 63 78.8 79.7 79.7
Tidak 17 20.0 20.3 100.0
Total 80 100 100.0
Total 80 100.0
Tabel 14.1. Pemberian kaspsul vitamin A bulan februari

b. bulan agustus
Kapsul vit A bln Agustus 2016
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Vali ya 68 85.0 85.0 85.0
tidak 12 15.0 15.0 100.0
d
Total 80 100.0 100.0
Tabel 14.2. Pemberian kaspsul vitamin A bulan agustus
Dari table 13.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 78,8% atau 63 balita responden
balita diberikan kapsul vitamin A, sedangkan sisanya sebanyak 20% atau 16 balita
tidak diberikan kapsul vitamin A pada bulan februari. Tidak diberikannya kapsul
vitamin A pada bulan februari ini dikarenakan bahwa pada bulan tersebut balita
belum berusia 6 bulan atau lebih, sehingga belum bisa diberikan kapsul vitamin
Aatau pihak keluarga atau pengasuh lalai untuk memantau kesehatan balita dan
memberikannya kapsul vitamin A di usianya yang seharusnya diberikan kapsul
vitamin A.
18

Sedangkan pada table 14.2 diketahui bahwa balita yang diberikan vitamin A
mengalami peningkatan sebanyak 6,2% dari bulan februari.

15. Status gizi


a. Status gizi menurut BB/U

Gambar 15.1. Status gizi balita menurut BB/U


Berdasarkan Gambar 15.1. diketahui bahwa sebanyak 1 balita atau 1,2% dari
responden yang diambil mengalami gizi lebih, 72 balita atau 90% mengalami gizi
baik, sedangkan 7 balita atau 8,8% mengalami gizi kurang. Status gizi kurang
ataupun lebih ini dikarenakan oleh beberapa factor seperti factor ekonomi
keluarga, factor perhatian keluarga terhadap balita, dan factor lainnya.

b. Status gizi menurut TB/U


19

Gambar 15.2. Status gizi balita menurut TB/U


Berdasarkan gambar 15.2. diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 66 balita atau
82,5% balita memiliki status gizi normal sedangkan 3 balita atau 3,8% balita
tinggi dan sisanya memiliki status gizi pendek dan sangat pendek. Terdapatnya 11
balita atau 13,7 balita dengan status gizi pendek dan sangat pendek ini sebenarnya
sangat dipengaruhi oleh kemungkinan kurang diperhatikannya 1000 HPK oleh
sang ibu dan keluarga balita.

16.Asupan Zat Gizi


a. Energi

Gambar 16.1 Asupan Energi


20

Berdasarkan gambar 16.1. diatas dapat diketahui bahwa asupan


energi sebanyak 53 balita atau 66,3% balita tidak mencukupi sedangkan 17
balita atau 21,3% sudah mencukupi .

b. Protein

Gambar 16.2 Asupan Protein


Berdasarkan gambar 16.2. diatas dapat diketahui bahwa asupan
protein sebanyak 15 balita atau 18,8% balita tidak mencukupi sedangkan
55 balita atau 68,8% sudah mencukupi .
c. Asupan Lemak
21

Gambar 16.3 Asupan Lemak


Berdasarkan gambar 16.3. diatas dapat diketahui bahwa asupan
lemak sebanyak 49 balita atau 61,8% balita tidak mencukupi sedangkan 21
balita atau 26,3% sudah mencukupi .

d. Asupan Karbohidrat

Gambar 16.4 Asupan Karbohidrat


Berdasarkan gambar 16.4. diatas dapat diketahui bahwa asupan
karbohidat sebanyak 58 balita atau 72,5% balita tidak mencukupi
sedangkan 12 balita atau 15% sudah mencukupi .
22

e. Asupan Vitamin A

Gambar 16.5 Asupan Vitamin A


a. Berdasarkan gambar 16.5. diatas dapat diketahui bahwa asupan
vitamin A sebanyak 22 balita atau 27,5% balita tidak mencukupi
sedangkan 48 balita atau 60% sudah mencukupi .

3. Ibu Hamil di Ybinagun

a. Usia ibu hamil di Desa Ybianagun


23

Dari hasil analisis data mengenai usia ibu saat hamil dapat diketahui
bahwa sebagian besar ibu yang sedang hamil berusia 21-35 tahun. Hal
tersebut dibuktikan dari 10 sampel ibu hamil yang diambil di desa Y
binangun terdapat 9 ibu hamil yang berusia 21-35 tahun sedangkan 1
orang berusia 38 tahun.

b. Pendidikan ibu balita didesa Y binangun

Berdasarkan hasil analisis data pendidikan terahir ibu hamil dapat


diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil di desa Y binangun memiliki
pendidikan terahir ditingkat SMA/SMK, 4 orang memiliki pendidikan
tingat perguruan tinggi dan 1 orang memiliki pendidikan terahir SMP.
Untuk pendidikan SD tidak ada. Sehingga untuk pendidikan ibu hamil
sudah cukup baik.
c. Pekerjaan Ibu Hamil
24

Pada hasil analisis pekerjaan ibu hamil terdapat 10 sampel yang diambil di
desa pakaem binangun, dari ke10 sampel tersebut dapat diketahui ibu
hamil yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki persentase terbesar
yaitu 50%, sedangkan ibu hamil yang bekerja sebagi karyawan suasta 30%
dan ibu hamil yang berwirausaha 20%.
d. Trimester

Berdasarkan data Gambar 4.3 ibu hamil berdasrkan trimester sebagian


besar sudah memasuki trimester 2, sedangkan pada trimester 1 terdapat 3
orang (30%) dan trimester 3 ada 2 orang.
e. Keluhan Ibu Hamil

No Keluhan Ya percent Tidak percent Valid %


1 Mual 5 50% 5 50% 100%
2 pusing 3 30% 7 70% 100%
25

3 Muntah 2 20% 8 80% 100%


Tabel 4.4 keluhan Pada Ibu Hamil di Desa X
Berdasarkan data tabel 4.4 keluhan pada ibu hamil, sampel yang
digunakan adalah 10 ibu hamil yang tersebar di dusun Y binangung,
keluhan yang biasanya di rasakan oleh ibu hamil adalah mual, muntah dan
pusing. dari sampel tersebut hanya 5 ibu hamil yang mengalami keluhan.
Terdapat 1 orang ibu balita yang mengalami ke 3 keluhan tersebut, 2 orang
ibu hamil memiliki 2 keluhan yang sama yaitu mual dan pusing sedngkan
1 orang memiliki keluhan mual, muntah dan yang 1 hanya mual. Keluhan
mual, muntah dan pusing memang sering terjadi pada saat ibu
mengandung, namun masalah tersebut jika tidak segera ditangani dapat
berdampak buruk pada ibu maupun janinnya.
f. Masalah penyakit pada ibu hamil

No Indicator penyakit ya percent tidak percent Vaild


%
1 Tekanan darah 0 0% 10 100% 100%
2 Gula darah 1 10% 9 90% 100%
3 Asam urat 0 0% 10 100% 100%
Tabel 4.5 ppenyebab penyakit pada Ibu Hamil

Dari hasil pengolahan Tabel 4.5 mengenai masalah penyakit yang dialami
oleh ibu hamil, terdapat 3 indikator untuk mengetahui kondisi ibu hamil
yaitu hipertensi, gula darah dan tekanan darah. Dari ketiga indicator
tersebut terlihat bahwa dari 10 sampel yang diambil hanya 1 ibu balita
yang memiliki tekanan darah yang tinggi, sedangkan 9 sampel memiliki
gula darah normal, tekanan darah normal serta asam urat normal.

g. Kadar Hb Ibu Hamil


26

Berdasarkan Gambar 4.6 mengenai kadar Hb ibu hamil di desa Y binangun


sebagian besar ibu hamil sudah memiliki kadar Hb normal yaitu sebesar
80%, sedangkan 20% tidak mengetahui kadar Hb nya hal tersebut
dikarenakan ibu hamil belum memeriksakan dan mengecek kandungan
nya.

h. Konsumsi Tablet Fe
1) Konsumsi tablet Fe

Berdasrkan Gambar 4.7.1 konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil
dapat diketahui sebagian ibu hamil sudah mengonsumsi tablet tambah
darah dan mengerti arti pentingnya mengkonsumi tablet tambah darah,
hal tersebut dapat dilihat dari 10 sampel ibu hamil 6 diataranya sudah
mengkonsumsi tablet tambah darah, dan 4 laianya belum
mengkonsumsi tablet tambah darah. Hal tersebut dikarenakan ibu hamil
27

mengalami mual dan muntah ketika mengkonsumsi tablet tersebut, dan


terdapat ibu hamil yg tidak mengkonsumsi tablet tersebut karena bau
tablet yang amis, kondisi tersebut dapat menjadi masalah dan resiko
anemia jika tidak ditangani dengan benar.

2) Cara konsumsi dengan minum air putih

Gambar 4.7.2 Cara Konsumsi Tablet Fe dengan Air Putih

Berdasarkan Gambar 4.7.2 menunjukkan bahwa cara konsumsi


tablet Fe dengan air putih dari 10 ibu hamil terdapat 5 ibu hamil (50%)
konsumsi tablet Fe dengan minum air putih dan 5 ibu hamil (50%)
konsumsi tablet Fe tidak menggunakan air putih.

3) Cara konsumsi dengan minum teh

Gambar 4.7.3 Cara Konsumsi Tablet Fe dengan Teh


28

Berdasarkan Gambar 4.7.3 menunjukkan bahwa cara konsumsi


tablet Fe dengan teh dari 10 ibu hamil terdapat 10 ibu hamil (100%)
konsumsi tablet Fe tidak menggunakan teh.
4) Cara konsumsi dengan minum jamu

Berdasarkan Gambar 4.7.4 menunjukkan bahwa cara konsumsi


tablet Fe dengan jamu dari 10 ibu hamil terdapat 10 ibu hamil (100%)
konsumsi tablet Fe tidak menggunakan jamu.

5) Frekuensi konsumsi dalam seminggu

Berdasarkan Gambar 4.7.5 menunjukkan bahwa frekuensi


konsumsi tablet Fe dalam seminggu dari 10 ibu hamil terdapat 6 ibu
hamil (60%) dengan
Gambar 4.7.4 frekuensi konsumsi
Cara Konsumsi Tablet 7Fekali dan Jamu
dengan 4 ibu hamil (40%)
dengan frekuensi konsumsi 0 kali.
i. Ngidam Makanan

Gambar 4.7.5 Frekuensi Konsumsi Tablet Fe dalam Seminggu


29

Gambar 4.8.1 Ngidam Makanan


Berdasarkan Gambar 4.8.1 menunjukkan bahwa dari 10 ibu hamil
terdapat 8 ibu hamil (80%) tidak sedang mengalami nyidam makanan dan
2 ibu hamil (20%) sedang mengalami nyidam makanan.

j. Pantangan Makan

Gambar 4.9.1 Pantangan Makan


Berdasarkan Gambar 4.9.1 menunjukkan bahwa dari 10 ibu hamil
terdapat 7 ibu hamil (70%) tidak memiliki pantangan makan dan 3 ibu
hamil (30%) memiliki pantangan makan.
k. Konsumsi Minuman
1) Teh
30

Gambar 4.10.1 Konsumsi Teh

Berdasarkan Gambar 4.10.1 menunjukkan bahwa dari 10 ibu


hamil terdapat 8 ibu hamil (80%) tidak mengkonsumsi teh dan 2 ibu
hamil (20%) mengkonsumsi teh.
2) Jamu

Gambar 4.10.2 Konsumsi Jamu

Berdasarkan Gambar 4.10.2 menunjukkan bahwa dari 10 ibu


hamil terdapat 9 ibu hamil (90%) tidak mengkonsumsi jamu dan 1 ibu
hamil (10%) mengkonsumsi jamu.

3) Jamu beras kencur


31

Gambar 4.10.3 Konsumsi Jamu Beras Kencur


Berdasarkan Gambar 4.10.3 menunjukkan bahwa konsumsi jamu
beras kencur dari 10 ibu hamil terdapat 10 ibu hamil (100%) tidak
mengkonsumsi jamu beras kencur.

4) Jamu kunir asam

Gambar 4.10.4 Konsumsi Jamu Kunir Asam


Berdasarkan Gambar 4.10.4 menunjukkan bahwa konsumsi jamu
kunir asam dari 10 ibu hamil terdapat 10 ibu hamil (100%) tidak
mengkonsumsi jamu kunir asam.

5) Jamu pahitan
32

Gambar 4.10.5 Konsumsi Jamu Pahitan


Berdasarkan Gambar 4.10.5 menunjukkan bahwa konsumsi jamu
pahitan dari 10 ibu hamil terdapat 10 ibu hamil (100%) tidak
mengkonsumsi jamu pahitan.
e. LILA
1) Ukuran LILA

\
Gambar 4.11.1 Lingkar Lengan Atas (LILA)
Berdasarkan Gambar 4.11.1 menunjukkan bahwa ukuran LILA
dari 10 ibu hamil terdapat 9 ibu hamil (90%) dengan LILA ≥ 23,5 cm
dan 1 ibu hamil (10%) dengan LILA < 23,5 cm.

2) Risiko KEK
33

Gambar 4.11.2 Risiko KEK

Berdasarkan Gambar 4.11.2 menunjukkan bahwa risiko KEK dari


10 ibu hamil terdapat 9 ibu hamil (90%) tidak berisiko KEK dan 1 ibu
hamil (10%) memiliki risiko KEK.

f. Asupan Zat Gizi


1) Tingkat kecukupan asupan energi

Gambar 4.12.1 Tingkat Kecukupan Asupan Energi


Berdasarkan gambar 4.12.1 tingkat kecukupan Asupan Energi pada ibu
Hamil 90% tidak cukup dan 10% asupan energy cukup. Hal tersebut
didasari pada kebiasan dan porsi ibu ketika makan hanya sedikit. Serta
pengetahuan yang kurang mengenai kebutuhan makan yang baik
khususnya energy.
2) Tingkat kecukupan asupan protein
34

Gambar 4.12.2 Tingkat Kecukupan Asupan Protein

Dari gambar 4.12.2 tingkat asupan protein ibu hamil di desa Y


binangun 70% ibu hamil memiliki asupan protein yang kurang dan 30%ibu
hamil mengkonsumsi protein cukup. Protein merupanan salah satu sumber
makanan yang sangat diperlukan untuk perkembang anak dan ibu.
Sehingga pemenuhan asupan protein harus ditingkatkan agar resiko yang
disebabkan oleh kurangnya asupan protein dapat diatasi.
3) Tingkat kecukupan asupan lemak

Gambar 4.12.3 Tingkat Kecukupan Asupan Lemak


Dari gambar 4.12.2 tingkat asupan protein ibu hamil di desa X sama
halnya dengan protein terdapat 60% ibu hamil memiliki asupan lemak yang
kurang dan 40% ibu hamil mengkonsumsi lemak cukup. Kebutuhan lemak ketika
hamil akan meningkat, namun asupan lemak yang yang berlebihan juga tidak baik
Sehingga pola makan yang teratur dan pemilihan makanan yang tepat sangat
berperan penting dalam proses perkembangan janin.

4) Tingkat kecukupan asupan karbohidrat


35

Gambar 4.12.4 Tingkat Kecukupan Asupan Karbohidrat


Berdasarkan gambar 4.12.4 Tingat kecukupan asupan karbohidrat pada ibu
hamil didesa Pakaembinangun yang memiliki asupan cukup hanya 10% dan 90%
asupan karbohidrat ibu hamil didesa X kurang.

a. Tingkat kecukupan asupan zat besi (Fe)

Gambar 4.12.5 Tingkat Kecukupan Asupan Zat Besi (Fe)

Berdasarkan Gambar 4.12.4 menunjukkan bahwa Tingkat Kecukupan


Asupan Zat Besi dari 10 ibu hamil terdapat 8 ibu hamil yang asupan Fe nya
kuarang (80%) dan 2 ibu hamil (20%) memiliki asupan Fe cukup

b. Tingkat kecukupan asupan vitamin C


36

Gambar 4.6.5 Tingkat Kecukupan Asupan Vitamin C

Berdasarkan Gambar 4.12.5 menunjukkan bahwa tingkat kecukupan


vitamin C pada ibu hamil di desa X 10% asupan vitamin C tidak mencukupi dan
(90%) memiliki asupan vitamin C cukup.

4. Wanita Usia Subur (WUS) di X

Data Karakteristik WUS

a. Distribusi umur WUS


37

Gambar 5.1 Distribusi Umur WUS

Berdasarkan gambar distribusi umur WUS, dapat diketahui bahwa


dari 40 WUS yang dijadikan sampel, sebanyak 5% (2 WUS) berumur 16 –
18 tahun, 20% (8 WUS) beumur 19 – 29 tahun dan 75% (30) WUS
berumur 30 – 49 tahun. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
distribusi umur paling banyak adalah pada umur 30 – 49 tahun.

b. Distribusi Status Pernikahan WUS

Gambar 5.2 Distribusi Status Pernikahan WUS

Dari 40 WUS yang dijadikan sampel, 39 diantaranya (97,50%)


sudah menikah, sedangkan 1 WUS lainnya (2,50%) belum menikah.

c. Distribusi Jenjang Pendidikan Terakhir WUS


38

Gambar 5.3 Distribusi Jenjang Penidikan Terakhir

Berdasarkan gambar distribusi jenjang pendidikan terkahir, dapat


diketahui bahwa sebanyak 27,50% WUS (11 orang) berpendidikan
terakhir di jenjang SMP, 42,5% WUS (17 orang) berpendidikan terakhir di
jenjang SMA, dan 30% WUS (12 orang) berpendidikan terakhir di jenjang
Perguruan Tinggi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jenjang
pendidikan terkahir WUS yang paling banyak adalah ditingkat SMA.

d. Distribusi Agama WUS

Gambar 5.4 Distribusi Agama WUS

Berdasarkan gambar distribusi agama WUS, dapat diketahui


bahwaa Dari 40 WUS yang dijadikan sampel sebanyak 95% (38 orang)
beragama Islam sedangkan sisanya dengan persentase masing-masing
2,50% beragama Kristen dan Khatolik.
39

e. Distribusi Pekerjaan WUS

Gambar 5.5.Distribusi Pekerjaan WUS

Menunjukkan bahwa dari 40 WUS yang dijadikan sampel,


sebanyak 22 WUS berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga,
sedangkan sisanya bekerja sebagai PNS, karyawan swasta,
wiraswasta, dan juga pelajar.

f. Distribusi Konsumsi Vitamin atau Suplemen WUS


Frekuensi Konsumsi Vitamin Atau Jumlah Persentase
WUS (%)
Vitamin/ Suplemen Suplemen Sebulan Terakhir

B kompleks IPI 30 kali 1 2.5


C, E, B kompleks 30 kali 1 2.5
Enervon C 7 kali 1 2.5

Enervon C 1 kali 1 2.5

Hemafiton 4 kali 1 2.5

Neurobion, Inboost 30 kali 1 2.5


Redoxon 4 kali 2 5
40

Vitamin C 0 kali 1 2.5


Vitamin penyubur 0 kali 1 2.5

- Tidak konsumsi 30 75

Total 40 100

Tabel 5.6. Distribusi Konsumsi Vitamin atau Suplemen WUS

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 40 WUS yang dijadikan sampel,


sebanyak 30 WUS atau dengan persentase 75% tidak mengkonsumsi
vitamin ataupun suplemen. Sedangkan sebanyak 25% atau 10 WUS
mengkonsumsi vitamin atau suplemen yang berupa vitamin B kompleks
IPI, vitamin C, vitamin E, enervon C, hemafiton, neurobion, inboost,
redoxon, serta vitamin penyubur. dalam 1 bulan terakhir, frekunsi
konsumsi tiap tablet tersebut berbeda, ada yang dalam 1 bulan terakhir
tidak mengkonsumsi dan ada yang dalam 1 bulan terakhir sudah
mengkonsumsi 30 kal tablet.

g. Distribusi Konsumsi Jamu WUS


Frekuensi Konsumsi Vitamin Atau Jumlah Persentase
WUS (%)
Vitamin/ Suplemen Suplemen Sebulan Terakhir

Beras kencur 4 kali 1 2.5

Beras kencur, kunir asem 5 kali 2 5

Kunir asem 1 kali 2 5

Kunir asem 2 kali 1 2.5

Kunir asem 3 kali 1 2.5

Kunir asem 4 kali 4 10


41

Kunir asem 7 kali 3 7.5

Kunir asem, daun si 8 kali 1 2.5

Galian singset 16 kali 1 2.5

Pegel linu 2 kali 1 2.5

Uyup-uyup 6 kali 1 2.5


Uyup – uyup 30 kali 2 5
- Tidak konsumsi 20 50

Total 40 100

Tabel 5.7.Distribusi Konsumsi Jamu WUS

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 40 WUS yang dijadikan sampel,


sebanyak 20 WUS atau dengan presentase 50% tidak mengkonsumsi jamu.
Sedangkan 20 WUS lainnya atau dengan persentase 50% mengkonsumsi
jamu yang berupa kunir asem, beras kencur, galian singset, pegel linu,
uyup-uyup dan vitamin penyubur. Frekunsi konsumsi dalm 1 bu;an
terakhir berariaasi, mulai dari 1 kali dalam 1 bulan terakhir hingga 30 kali.

h. Distribusi Makanan Pantangan Pada WUS

Jenis Makanan Pantangan Jumlah Persentase Alasan


WUS (%) Berpantangan
Tidak memiliki pantangan makanan 36 90 -
Makanan pedas 1 2.5 maag
Makanan yang asin dan asam 1 2.5 Hipertensi, maag
sakit
Jeroan 1 2.5
Makanan yang pedas dan asam 1 2.5 maag
Total 40 100%

Tabel 5.8. Distribusi Makanan Pantangan WUS


42

Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebanyak 36 WUS atau 90%
tidak mempunyai makanan pantangan. Sedangkan 4 WUS lainnya (10%)
mempunyai makanan pantangaan yang berupa makanan pedas, asam, asin
dan jeroan. Alasan pantangan makan tersebut dikarenakan adanya penyakit
yang diderita seperti maag, dan hipertensi.

i. Distibusi Status Gizi WUS


a. Distribusi Status gizi WUS Menurut LILA

Gambar 5.9 Distribusi Status Gizi Menurut LILA


Dari gambar 5.9.1 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 3 WUS
atau 7,5% dari WUS yang dijadikan sampel berstatus gizi KEK.
Sedangkan 92,5% atau sejumlah 37 WUS berstatus gizi Non KEK.

b. Status gizi menurut IMT


43

Gambar 5.9.2 Distribusi Status Gizi Menurut IMT


Berdasarkan gambar 5.9.2, dapat diketahui bahwa dari 40 WUS
yang dijadikan sampel terdapat 2,5% (1 orang) mempunyai status gizi
kurus, 37,5 % (15 orang) mempunyai status gizi normal, 7,5% (3
orang) mempunyai status gizi gemuk, 7,5% (3 orang) mempunyai
status gizi Pre Obesitas, 7,5% (3 orang) mempunyai status gizi
Obesitas tingkat 1 dan 37,5 % (15 orang) mempunyai status gizi
obesitas tingkat 2.

j. Distribusi Asupan Makan WUS


1) Distribusi Asupan Energi

Gambar 5.10.1 Distribusi Asupan Energi

Berdasarkan gambar distribusi asupan energi WUS, dapat


diketahui bahwa dari 40 WUS yang dijadikan sampel terdapat
95% WUS (38 orang) yang asupan energinya tidak mencukupi.
44

Sedangkan sisanya sebanyak 5% (2 orang), asupan energinya


sudah mencukupi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa asupan
energi WUS kurang baik.

2) Distribusi Asupan Protein

Gambar 5.10.2 Distribusi Asupan Protein

Berdasarkan gambar distribusi asupan protein WUS, dapat


diketahui bahwa dari 40 WUS yang dijadikan sampel terdapat
87,5% WUS (35 orang) yang asupan proteinnya tidak mencukupi.
Sedangkan sisanya sebanyak 12,5% (5 orang), asupan protennya
sudah mencukupi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa asupan
protein WUS kurang baik.

3) Distribusi Asupan Lemak


45

Gambar 5.10.3 Distribusi Asupan Lemak


Berdasarkan gambar distribusi asupan lemak WUS, dapat
diketahui bahwa dari 40 WUS yang dijadikan sampel terdapat
82,5% WUS (33 orang) yang asupan lemaknya tidak mencukupi.
Sedangkan sisanya sebanyak 17,5% (7 orang), asupan lemaknya
sudah mencukupi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa asupan
lemak WUS masih kurang baik.

4) Distribusi Asupan Karbohidrat

Gambar 5.10.4 Distribusi Asupan Karbohidrat

Berdasarkan gambar distribusi asupan karbohidrat WUS,


dapat diketahui bahwa dari 40 WUS yang dijadikan sampel
terdapat 97,5% WUS (39 orang) yang asupan karbohidratnya tidak
mencukupi. Sedangkan sisanya sebanyak 2,5% (1 orang), asupan
46

lemaknya sudah mencukupi. Dari data tersebut dapat diketahui


bahwa asupan lemak WUS kurang baik.

5. Lansia di X
1. Karakteristik Lansia
Tabel 6.1 Karakteristik Lansia
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
a. Laki-laki 2 12,5
b. Perempuan 14 87,5
Total 16 100
2. Berdasarkan Kelompok Usia
a. Lansia Awal (46-55 tahun) 2 12,5
b. Lansia Akhir (56-65 tahun) 6 37,5
c. Manula (> 65 tahun) 8 50
Total 16 100
3. Berdasarkan Agama
a. Islam 15 93.75
b. Kristen 1 6,25
c. Katolik 0 0
d. Hindu 0 0
e. Budha 0 0
f. Konghuchu 0 0
Total 16 100
4. Berdasarkan Pendidikan
a. Tidak sekolah 2 12,5
b. SD 5 31,25
c. SLTP 3 18,75
d. SLTA 4 25
47

e. PT 2 12,5
Total 16 100
5. Berdasarkan Pekerjaan Terakhir
a. Wiraswasta 2 12,5
b. Swasta 1 6,25
c. Petani 2 12,5
d. Pensiun 4 25
e. Tidak bekerja 0 0
f. Lain-lain 7 43,75
Total 16 100
6. Berdasarkan Pekerjaan Lain
a. Biarawati 1 6,25
b. IRT 6 37,5
Total 7 43,75

Berdasarkan Tabel 6.1 Karakteristik Lansia, sebanyak 2 lansia (12,5%)


berjenis kelamin laki-laki dan 14 lainnya (87,5%) berjenis kelamin
perempuan. Sebanyak 2 lansia (12,5%) termasuk pada golongan lansia
awal yang berumur 46-55 tahun, sebanyak 6 lansia (37,5%) termasuk
golongan lansia akhir yang berumur 56-65 tahun dan mayoritas sebanyak
8 lansia (50%) adalah manula yang berumur > 65 tahun. Mayoritas lansia
berjumlah 15 orang (93,75%) menganut agama islam, 1 lansia (6,25%)
beragama kristen. Sebanyak 2 lansia (12,5%) tidak menempuh pendidikan,
lainnya adalah lansia yang tamat SD sebanyak 5 orang (31,25%), 3 lansia
(18,75%) tamat SLTP, 4 lansia (25%) tamat SLTA, dan 2 lansia (12,5%)
tamat perguruan tinggi. Menurut pekerjaan terakhir yang digeluti,
sebanyak 2 lansia (12,5%) bekerja sebagai wiraswasta, 1 lansia (6,25%)
bekerja sebagai karyawan swasta, 2 lansia (12,5%) sebagai petani, 4 lansia
(25%) sebagai pensiunan, dan mayoritas sebanyak 7 lansia (43,75%)
menggeluti pekerjaan lain seperti biarawati ada 1 lansia (6,25%) dan 6
lainnya (37,5%) sebagai ibu rumah tangga.
2. Riwayat Penyakit Lansia
a. Riwayat Penyakit 1 Bulan Terakhir
48

Diagram 6.1 Riwayat Penyakit 1 Bulan Terakhir


Berdasarkan diagram 6.1 Riwayat Penyakit 1 Bulan Terakhir,
sebanyak 10 lansia (62,5%) mempunyai riwayat penyakit dalam satu
bulan terakhir sedangkan 6 lansia lainnya (37,5%) tidak mempunyai
riwayat penyakit.

b. Distribusi Riwayat Penyakit yang Diderita Lansia 1 Bulan Terakhir

Diagram 6.2 Distribusi Riwayat Penyakit yang Diderita 1 Bulan


Terakhir
49

Berdasarkan diagram 6.2 Distribusi Riwayat Penyakit yang Diderita


1 Bulan Terakhir, sebanyak 2 lansia (12,5%) mempunyai riwayat
penyakit asam lambung, 1 lansia (6,25%) mempunyai riwayat batuk
pilek, 1 lansia (6.25%) mempunyai riwayat diabetes mellitus,
sebanyak 4 lansia (25%) mempunyai riwayat hipertensi, sebanyak 1
lansia (6,25%) mempunyai riwayat penyakit kolesterol tinggi dan
hipertensi, serta sebanyak 1 lansia (6,25%) mempunyai riwayat
penyakit sesak nafas.

3. Kondisi Pendengaran Lansia

Diagram 6.3 Kondisi Pendengaran Lansia

Berdasarkan diagram 6.3 Kondisi Pendengaran, mayoritas ke 15 lansia


(93,75%) masih dapat mendengar suara dengan jelas, sedangkan 1 lansia
(6,25%) sudah memiliki pendengaran yang kurang jelas.

4. Kondisi Penglihatan Lansia


50

Diagram 6.4 Kondisi Penglihatan Lansia


Berdasarkan diagram 6.4 Kondisi Penglihatan, mayoritas ke 11 lansia
(68,75%) masih dapat melihat dengan jelas, sedangkan 5 lansia lainnya
(31,25%) sudah memiliki penglihatan yang kabur.

5. Kondisi Indera Pengecap

Diagram 6.5 Kondisi Indera Pengecap


51

Berdasarkan diagram 6.5 Kondisi Indera Pengecap, seluruh lansia (100%)


masih dapat mengunyah makanan dalam bentuk biasa.

6. Aktivitas Lansia
a. Aktivitas Rumah Tangga

Diagram 6.6 Aktivitas Rumah Tangga

Berdasarkan diagram 6.6 Aktivitas Rumah Tangga, seluruh lansia


(100%) masih mempunyai aktivitas di rumah tangga.

b. Distribusi Aktivitas Rumah Tangga Lainnya


52

Diagram 6.7 Distribusi Aktivitas Rumah Tangga


Berdasarkan diagram 6.7 Distribusi Aktivitas Rumah Tangga, sebanyak
1 lansia (6.25%) aktivitasnya bertani, 1 lansia (6.25%) memasak, 7
lansia (43.75%) membersihkan rumah, 3 lansia (18.75%)
membersihkan rumah dan mencuci, 3 lansia (18.75%) mengasuh cucu
dan memasak, dan 1 lansia (6.25%) menyapu dan memperbaiki atap
rumah.
c. Aktivitas Sosial

Diagram 6.8 Aktivitas Sosial


53

Berdasarkan diagram 6.8 Aktivitas Sosial, sebanyak 14 lansia (87.5%)


memiliki aktivitas sosial sedangkan 2 lansia lainnya (12.5%) tidak
memiliki aktivitas sosial.

d. Distribusi Aktivitas Sosial yang Diikuti

Diagram 6.9 Distribusi Aktivitas Sosial yang Diikuti

Berdasarkan diagram 6.9 Distribusi Aktivitas Sosial yang Diikuti,


sebanyak 4 lansia (25%) mengikuti arisan, 1 lansia (6.25%) mengikuti
arisan dan dasawisma, 1 lansia (6.25%) mengikuti arisan dan LPMD,
mayoritas lansia sebanyak 5 orang (31.25%) mengikuti arisan dan
PKK, 1 lansia (6.25%) sebagai kader dan anggota PKK, 1 lansia
(6.25%) mengikuti kerja bakti dan PKK, serta 1 lansia (6.25%)
mengikuti perkumpulan masyarakat, yasinan dan PKK.
54

e. Aktivitas Keagamaan

Diagram 6.10 Aktivitas Keagamaan

Berdasarkan diagram 6.10 Aktivitas Keagamaan, dari 16 lansia


diketahui mayoritas 14 lansia (87.5%) mengikuti aktivitas keagamaan
sedangkan 2 lansia (12.5%) tidak mengikuti aktivitas keagamaan.

f. Distribusi Aktivitas Keagamaan yang Diikuti

Diagram 6.11 Distribusi Aktivitas Keagamaan yang Diikuti

Berdasarkan diagram 6.11 Distribusi Aktivitas Keagamaan, mayoritas


13 lansia (81.25%) mengikuti pengajian dan 1 lansia (6.25%)
mengikuti ibadah di Gereja.
55

g. Aktivitas Olahraga

Diagram 6.12 Aktivitas Olahraga

Berdasarkan diagram 6.12 Aktivitas Olahraga, diketahui sebanyak 7


lansia (43.75%) melakukan aktivitas olahraga sedangkan 9 lansia
lainnya (56.25%) tidak melakukan aktivitas olahraga.

h. Distribusi Aktivitas Olahraga yang Dilakukan

Diagram 6.13 Distribusi Aktivitas Olahraga yang Dilakukan

Berdasarkan diagram 6.13 Distribusi Aktivitas Olahraga, diketahui


mayoritas sebanyak 4 lansia (25%) melakukan aktivitas olahraga
dengan berjalan-jalan, 1 lansia (6.25%) berolahraga, 1 lansia (6.25%)
56

mengikuti senam lansia, serta 1 lansia lagi (6.25%) mengikuti senam


lansia dan berjalan-jalan.

i. Aktivitas Wiraswasta

Diagram 6.14 Aktivitas Wiraswasta


Berdasarkan diagram 6.14 Aktivitas Wiraswasta, diketahui hanya 2
lansia (12.5%) yang mempunyai aktivitas wiraswasta sedangkan 14
lansia lainnya (87.5%) tidak mempunyai aktivitas wiraswasta.

j. Distribusi Aktivitas Wiraswasta

Diagram 6.15 Distribusi Aktivitas Wiraswasta


57

Berdasarkan diagram 6.15 Distribusi Aktivitas Wiraswasta, diketahui


aktivitas wiraswasta yang dilakukan oleh 2 lansia (12.5%) adalah
berdagang.

7. Nafsu Makan Lansia

Diagram 6.16 Nafsu Makan Lansia

Berdasarkan diagram 6.16 Nafsu Makan Lansia, mayoritas sebanyak 15


lansia (93.75%) mempunyai nafsu makan yang baik, sedangkan 1 lansia
(6.25%) mempunyai nafsu makan yang tidak baik.

8. Pantangan Makan Lansia


a. Pantangan pada Bahan Makanan Tertentu
58

Diagram 6.17 Pantangan pada Makanan Tertentu

Berdasarkan diagram 6.17 Pantangan Makan Lansia pada Makanan


Tertentu, mayoritas sebanyak 11 lansia (68.75%) memiliki pantangan
makan, sedangkan 5 lansia lainnya (31.25%) memiliki pantangan
makan.

b. Distribusi Bahan Makanan Pantangan

Diagram 6.18 Distribusi Bahan Makanan Pantangan


59

Berdasarkan diagram 6.18 Distribusi Bahan Makanan Pantangan,


sebanyak 1 lansia (6.25%) memiliki pantangan makan terhadap ayam
dan lele, 1 lansia (6.25%) memiliki pantangan makan terhadap bayam,
ketan, makanan pedas dan asam, 1 lansia (6.25%) memiliki pantangan
makan terhadap buah yang asam, mayoritas sebanyak 4 lansia (25%)
memiliki pantangan makan terhadap garam, 1 lansia (6.25%) memiliki
pantangan makan terhadap jeroan, 1 lansia (6.25%) memiliki
pantangan makan terhadap jeroan dan makanan berlemak, 1 lansia
(6.25%) memiliki pantangan makan terhadap daging kambing, serta 1
lansia (6.25%) memiliki pantangan makan terhadap makanan berlemak
dan kolesterol.

9. Konsumsi Suplemen
a. Konsumsi Suplemen dalam Sebulan Terakhir

Diagram 6.19 Konsumsi Suplemen Sebulan Terakhir

Berdasarkan diagram 6.19 Konsumsi Suplemen Sebulan Terakhir,


diketahui sebanyak 7 lansia (43.75%) mengonsumsi suplemen dalam
sebulan terakhir sedangkan 9 lansia lainnya (56.25%) tidak
mengonsumsi suplemen dalam sebulan terakhir.
60

b. Distribusi Konsumsi Suplemen Sebulan Terakhir

Diagram 6.20 Distribusi Konsumsi Suplemen Sebulan Terakhir


Berdasarkan diagram 6.20 Distribusi Konsumsi Suplemen Sebulan
Terakhir, dari 7 lansia (43.75%) yang mengonsumsi suplemen
diketahui sebanyak 2 lansia (12.5%) mengonsumsi suplemen fiostin, 1
lansia (6.25%) mengonsumsi jinten hitam, 1 lansia lagi (6.25%)
mengonsumsi vitamin C dan B kompleks, serta mayoritas lansia
sebanyak 3 orang (18.75%) mengonsumsi vitamin C.

c. Frekuensi Konsumsi Suplemen dalam Sebulan

Diagram 6.21 Frekuensi Konsumsi Suplemen Sebulan Terakhir


61

Berdasarkan diagram 6.21 Frekuensi Konsumsi Suplemen Sebulan


Terakhir, dari 7 lansia (43.75%) yang mengonsumsi suplemen
diketahui bahwa mayoritas lansia berjumlah 5 orang (31.25%)
mengonsumsi suplemen sebanyak 30 kali dalam sebulan, 1 lansia
(6.25%) sebanyak 56 kali dalam sebulan dan 1 lansia lagi (6.25%)
sebanyak 7 kali dalam sebulan.

10. Konsumsi Jamu


a. Konsumsi Jamu Sebulan Terakhir

Diagram 6.22 Konsumsi Jamu Sebulan Terakhir

Berdasarkan diagram 6.22 Konsumsi Jamu Sebulan Terakhir,


sebanyak 6 lansia (37.5%) mengonsumsi jamu dalam sebulan terakhir
sedangkan 10 lansia (62.5%) tidak mengonsumsi jamu dalam sebulan
terakhir.
62

b. Distribusi Konsumsi Jamu Sebulan Terakhir

Diagram 6.23 Distribusi Konsumsi Jamu Sebulan Terakhir

Berdasarkan diagram 6.23 Distribusi Konsumsi Jamu Sebulan


Terakhir, dari 6 lansia (37.5%) yang mengonsumsi jamu, sebanyak 1
lansia (6.25%) mengonsumsi kunir asem, 1 lansia (6.25%)
mengonsumsi jamu pegel linu, 1 lansia (6.25%) mengonsumsi beras
kencur dan kunir asem, 1 lansia (6.25%) mengonsumsi jamu cabe
puyang, 1 lansia (6.25%) mengonsumsi jamu pahitan, dan 1 lansia
lagi (6.25%) mengonsumsi jamu dari rebusan daun sirsak.

c. Frekuensi Konsumsi Jamu Sebulan Terakhir

Diagram 6.24 Frekuensi Konsumsi Jamu Sebulan Terakhir


63

Berdasarkan diagram 6.24 Frekuensi Konsumsi Jamu Sebulan


Terakhir, lansia yang berjumlah 6 orang (37.5%) mengonsumsi jamu
sebanyak 1 kali dalam sebulan.

11. Asupan Lansia


a. Asupan Energi

Diagram 6.25 Asupan Energi


Berdasarkan diagram 6.25 Asupan Energi, dari 16 orang lansia
sebanyak 7 orang (43.75%) memiliki asupan energi cukup, sedangkan
9 orang (56.25%) memiliki asupan energi kurang. Mayoritas lansia
memiliki asupan energi kurang.

b. Asupan Protein
64

Diagram 6.26 Asupan Protein

Berdasarkan diagram 6.26 Asupan Protein, semua lansia tidak


memiliki asupan protein yang cukup, 16 lansia (100%) memiliki
asupan protein kurang.

c. Asupan Lemak

Diagram 6.27 Asupan Lemak


Berdasarkan diagram 6.27 Asupan Lemak, sebanyak 9 orang lansia
(56.25%) memiliki asupan lemak cukup. Sedangkan 7 orang (43.75%)
asupan lemak kurang. Sebagian besar lansia memiliki asupan lemak
cukup.
d. Asupan KH

Diagram 6.28 Asupan Karbohidrat


65

Berdasarkan Diagram 6.28 Asupan Karbohidrat, sebanyak 3 orang


lansia (18.75%) memiliki asupan karbohidrat cukup. Sedangkan 13
orang (81.25%) asupan karbohidrat kurang. Sebagian besar lansia
memiliki asupan karbohidrat kurang.

12. Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT

Diagram 6.29 Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT


Berdasarkan Diagram 6.29 Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT, sebanyak
2 orang lansia (12.5%) memiliki status gizi kurus, 8 orang lansia (50%)
memiliki status gizi normal, 2 orang lansia (12.5%) memiliki status gizi
gemuk, dan 4 orang lansia (25%) memiliki status gizi obesitas. Sebagian
besar lansia memiliki status gizi normal.
66

C. Masalah Gizi Pada Balita


1.1 Masalah Gizi Kurang
Berdasarkan data balita di Ybinagun sebanyak 8,8% memiliki
status gizi kurang. Persentase gizi kurang ini sudah berhasil mencapai
target capaian yang ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 yakni di
bawah 17%.
1.2 Masalah Gizi Lebih
Berdasarkan data balita di X sebanyak 1,2% memiliki status
gizi lebih.
1.3 Masalah Balita Stunting
Berdasarkan data balita di Ybinagun terdapat 11,2 % balita
pendek dan 2,5% balita sangat pendek. Persentase balita pendek sudah
berhasil mencapai target target capaian yang ditetapkan RPJMN 2015-
2019 yakni dibawah 28%.

2. Faktor terkait
2.1 Asupan energi dan protein
Asupan energi
Tabel 1.1 Tabel silang asupan energi dengan status gizi BB/U
Stagiz BB/U

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Total

ASUPAN ERG 0 10 0 10

Mencukupi 1 14 2 17

Tidak Mencukupi 0 48 5 53

Total 1 72 7 80

Berdasarkan tabel 1.1, dari 7 balita gizi kurang (8,8%) terdapat 5 balita yang
asupan energinya tidak mencukupi (kurang)
67

Tabel 1.2 Tabel silang asupan energi dengan status gizi TB/U

Stagiz TB/U

Tinggi Normal Pendek Sangat pendek Total

ASUPAN ERG 1 9 0 0 10

Mencukupi 0 12 4 1 17

Tidak Mencukupi 2 45 5 1 53

Total 3 66 9 2 80

Berdasarkan tabel 1.2, dari 9 balita pendek 5 balita memiliki asupan energi
kurang. Sebanyak dua balita sangat pendek terdapat 1 balita yang asupan
energinya kurang.

Asupan protein

Tabel 1.3 tabel silang asupan protein dengan status gizi BB/U

Stagiz BB/U

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Total

0 10 0 10

Mencukupi 1 50 4 55

Tidak Mencukupi 0 12 3 15

Total 1 72 7 80

Berdasarkan tabel 1.3, dari 7 balita gizi kurang (8,8%) terdapat 3 balita yang
asupan proteinnya tidak mencukupi (kurang).
68

Tabel 1.4 tabel silang asupan protein dengan status gizi TB/U
Stagiz TB/U

Tinggi Normal Pendek Sangat pendek Total

ASUPAN PRO 1 9 0 0 10

Mencukupi 2 45 7 1 55

Tidak Mencukupi 0 12 2 1 15

Total 3 66 9 2 80

Berdasarkan tabel 1.4, dari 9 balita pendek 2 balita memiliki asupan protein
kurang. Sebanyak dua balita sangat pendek terdapat 1 balita yang asupan
proteinnya kurang.

2.2 Asupan Vitamin A

Tabel 1.5 tabel silang pemberian MP ASI dengan status gizi BB/U

Stagiz BB/U

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Total

ASUPAN VIT A 0 10 0 10

Mencukupi 1 41 6 48

Tidak Mencukupi 0 21 1 22

Total 1 72 7 80

Berdasarkan tabel 1.5, dari 7 balita gizi kurang (8,8%) terdapat 1 balita yang
asupan vitamin A nya tidak mencukupi (kurang).
69

Tabel 1.6 tabel silang pemberian MP ASI dengan status gizi TB/U
Stagiz TB/U

Tinggi Normal Pendek Sangat pendek Total

ASUPAN VIT A 1 9 0 0 10

Mencukupi 1 36 9 2 48

Tidak Mencukupi 1 21 0 0 22

Total 3 66 9 2 80

Berdasarkan tabel 1.6, semua balita pendek dan sangat pendek memiliki asupan
vitamin A yang cukup.

2.2 Pemberian MP-ASI tidak sesuai usia

Tabel 1.7 tabel silang pemberian MP ASI dengan status gizi BB/U

Stagiz BB/U

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Total

Usia balita diberi makanan 3 0 0 1 1

5 0 7 0 7

6 0 51 3 54

7 1 9 1 11

8 0 1 0 1

9 0 1 2 3

10 0 1 0 1

12 0 2 0 2

Total 1 72 7 80
70

Berdasarkan tabel 1.7, dari 7 balita gizi kurang (8,8%) terdapat 1 balita yang
diberikan MP- ASI dibawah 6 bulan, 3 balita di usia 6 bulan, 1 balita di usia 7
bulan, dan 2 balita baru diberikan MP ASI di usia 9 bulan

Tabel 1.8 tabel silang pemberian MP ASI dengan status gizi TB/U
Stagiz TB/U

Sangat
Tinggi Normal Pendek pendek Total

Usia balita diberi makanan 3 0 0 0 1 1

5 0 6 1 0 7

6 1 46 7 0 54

7 2 8 0 1 11

8 0 1 0 0 1

9 0 2 1 0 3

10 0 1 0 0 1

12 0 2 0 0 2

Total 3 66 9 2 80

Berdasarkan tabel 1.8, dari 9 balita pendek 1 balita diberikan MP ASI di bawah 6
bulan, 7 balita saat 6 bulan, dan 1 balita baru diberikan MP ASI saat usia 9 bulan.
Sebanyak 2 balita sangat pendek 1 balita diberi MP ASI di bawah 6 bulan, dan 1
balita di usia 7 bulan.
71

2.5 Partisipasi ke posyandu tidak rutin


Tabel 1.9 tabel silang kehadiran di Posyandu dengan status gizi BB/U
Stagiz BB/U

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Total

Kehadiran di Posyandu Rutin 0 56 5 61

tidak rutin 1 16 2 19

Total 1 72 7 80

Berdasarkan tabel 1.9 terdapat 1 balita gizi lebih tidak rutin ke posyandu, dari 7
balita gizi kurang 2 balita tidak rutin ke posyandu.

Tabel 1.10 tabel silang kehadiran di Posyandu dengan status gizi TB/U

Stagiz TB/U

Tinggi Normal Pendek Sangat pendek Total

Kehadiran di Posyandu rutin 2 51 7 1 61

tidak rutin 1 15 2 1 19

Total 3 66 9 2 80

Berdasarkan tabel 1.10 dari 9 baliat pendek terdapat 2 balita tidak rutin ke
Posyandu dan dari 2 balita sangat pendek 1 balita tidak rutin ke posyandu.

2.6 Balita tidak ASI eksklusif


72

Tabel 1. 11 tabel silang ASI eksklusif dengan status gizi BB/U


Stagiz BB/U

Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Total

ASI Eksklusif Ya 1 46 4 51

Tidak 0 26 3 29

Total 1 72 7 80

Berdasarkan tabel 1.11 dari 7 balita gizi kurang terdapat 3 balita tidak ASI
eksklusif.

Tabel 1.12 tabel silang ASI eksklusif dengan status gizi TB/U
Stagiz TB/U

Tinggi Normal Pendek Sangat pendek Total

ASI Eksklusif Ya 2 42 5 2 51

tidak 1 24 4 0 29

Total 3 66 9 2 80

Beradasarkan tabel 1.12 dari 9 balita pendek terdapat 4 balita pendek tidak ASI
eksklusif.

D. Masalah Gizi Pada Ibu Hamil


1. Masalah
1.1 Ibu Hamil KEK
Ibu hamil yang KEK berjumlah 1 orang (10%) dari 10 orang ibu
hamil. Menurut RPJMN 2015-2019 target capaian KEK ibu hamil adalah
dibawah 18,2%.

2. Faktor terkait
2.1 Asupan energi dan protein
73

Tabel 1.13 Tabel silang asupan energi dengan status LILA

Resiko LILA

Resiko KEK tidak resiko Total

Tingkat Kecukupan Energi Cukup 0 1 1

Tidak cukup 1 8 9

Total 1 9 10
Berdasarkan tabel 1.13 ibu hamil yang KEK 1 orang memiliki asupan energi tidak
cukup (kurang).

Tabel 1.14 tabel silang asupan protein dengan status LILA

Resiko LILA

Resiko KEK tidak resiko Total

Tingkat Kecukupan Protein Cukup 0 3 3

Tidak cukup 1 6 7

Total 1 9 10

Berdasarkan tabel 1.14 ibu hamil yang KEK 1 orang memiliki asupan protein
tidak cukup (kurang).

2.2 Pantangan makan

Tabel 1.15 tabel silang pantangan makan dengan status LILA

Resiko LILA

Resiko KEK tidak resiko Total

Pantangan makan Ya 1 2 3

Yidak 0 7 7

Total 1 9 10

Berdasarkan tabel 1.15 ibu hamil yang KEK 1 orang memiliki pantangan makan.

E. Masalah Gizi Pada WUS


1. Masalah
1.1 WUS dengan KEK
74

Wanita usia subur di X yang KEK sebanyak 7,5%


1.2 Masalah WUS kurus
Wanita usia subur di X yang memilki status gizi kurus
sebanyak 2,5%
1.3 Masalah WUS obesitas tingkat II
Wanita usia subur di X yang memilki status gizi obesitas
tingkat II sebanyak 37,5%
2. Faktor Terkait
2.1 Asupan Energi dan Protein

Tabel 1.16 tabel silang asupan energi dengan status LILA

Status Gizi

KEK Non KEK Total

Kecukupan_E Mencukupi 0 2 2

Tidak Mencukupi 3 35 38

Total 3 37 40

Berdasarkan tabel 1.16 Sebanyak 3 orang WUS yang KEK (7,5%) memiliki
asupan energi tidak mencukupi (kurang).

Tabel 1.17 tabel silang asupan protein dengan status LILA

Status Gizi

KEK Non KEK Total

Kecukupan_P Mencukupi 1 4 5

Tidak Mencukupi 2 33 35

Total 3 37 40

Berdasarkan tabel 1.17 dari 3 WUS yang KEK, 2 orang memiliki asupan protein
kurang

F. Masalah Gizi Pada Lansia


1. Masalah
1.1 Lansia Kurus
Lansia di X yang memiliki status gizi kurus sebanyak 12,5%
75

1.2 Lansia Gemuk


Lansia di X yang memiliki status gizi gemuk sebanyak 12,5%
1.3 Lansia Obesitas
Lansia di X yang memiliki status gizi obesitas sebanyak 25 %

2. Faktor terkait
2.1 Asupan Energi dan Protein

Tabel 1.18 tabel silang asupan energi dengan Status IMT

Status gizi (IMT)

Kurus (IMT < Normal (IMT Gemuk (IMT Obesitas (IMT


18,5) 18,5-22,9) 23-26,9) >27) Total

kecukupan energi cukup 0 5 1 1 7

kurang 2 3 1 3 9

Total 2 8 2 4 16

Berdasarkan tabel 1.18 Lansia yang memiliki status gizi kurus memiliki asupan
energi kurang.

Tabel 1.19 tabel silang asupan protein dengan Status IMT

Status gizi (IMT)

Kurus (IMT < Normal (IMT Gemuk (IMT Obesitas (IMT


18,5) 18,5-22,9) 23-26,9) >27) Total

kecukupan kurang
2 8 2 4 16
protein

Total 2 8 2 4 16

Berdasarkan tabel 1.19 Lansia yang memiliki status gizi kurus memiliki asupan
protein kurang.

2.2 Aktivitas olahraga


76

Tabel 1.20 tabel aktivitas olahraga dengan Status IMT

Status gizi (IMT)

Kurus (IMT < Normal (IMT Gemuk (IMT Obesitas (IMT


18,5) 18,5-22,9) 23-26,9) >27) Total

Aktivitas olahraga Ya 1 3 1 2 7

Tidak 1 5 1 2 9

Total 2 8 2 4 16
Berdasarkan tabel 1.20, terdapat 1 dari 2 orang Lansia yang memiliki status gizi
gemuk tidak melakukan aktivitas olahraga. Terdapat 2 dari 4 orang lansia yang
memiliki sttaus gizi obesitas tidak melakukan aktivitas olahraga.

BAB IV
RENCANA INTERVENSI

A. Masalah
77

1. Masalah Utama
a. Gizi kurang pada balita = 8,8%
b. Gizi lebih pada balita = 1,2%
c. Balita pendek = 13,7%
d. Resiko kekurangan Energi kronis (KEK) ibu hamil = 10%
e. Pantangan makan = 30%
f. Resiko kekurangan Energi kronis (KEK) WUS = 7,5%
g. Gizi kurus pada WUS = 2,5%
h. Gizi obesitas II pada WUS= 37,5%
i. Gizi kurus pada lansia = 12,5%
j. Gizi gemuk pada lansia = 12,5%
k. Gizi obesitas pada lansia =25%
2. Faktor Yang Terkait Dengan Masalah
a. Asupan balita kurang
1) Asupan energy = 66%
2) Asupan protein = 19%
b. Pemberian MP-ASI dibawah 6 bulan = 10%
c. Partisipasi ke Posyandu tidak rutin = 23,8%
d. Tidak ASI eksklusif = 36,3%
e. Balita tidak diberikan vitamin A
1) Bulan Februari = 20%
2) Bulan Agustus = 15%
f. Asupan bumil kurang
1) Asupan energy = 90%
2) Asupan protein = 70%
g. Pantangan makan bumil= 30%

h. Asupan WUS kurang


1) Asupan energy = 95%
2) Asupan protein = 87,5%
i. Asupan lansia kurang
1) Asupan energy = (56,25%)
2) Asupan protein = (100%)
j. Lansia tidak melakukan aktivitas olahraga= 56.25%
k. Kadarzi keluarga balita
Kadarzi = 85%
Tidak kadarzi = 15%
Dari indicator kadarzi yang menjadi masalah:
1) Penggunaan Garam Beryodium:
Menggunakan garam beryodium= 98,17%
Tidak menggunakan garam beryodium= 1,83%
78

B. Prioritas Masalah
Tabel Rekapitulasi
No MASALAH U S G TOTA PRIORIT
L AS
1. Gizi kurang pada 8 7 7 22 3
balita
2. Gizi lebih pada balita 5 7 4 16 9
3. Balita pendek 8 8 8 24 1
4. KEK ibu hamil 9 8 6 23 2
5. KEK WUS 7 7 7 21 4
6. Gizi kurus pada 7 6 6 19 6
WUS
7. Gizi obesitas II pada 6 4 5 15 10
WUS
8. Gizi gemuk pada 6 6 6 18 7
lansia
9. Gizi kurus pada 6 6 5 17 8
lansia
10. Gizi obesitas pada 7 7 6 20 5
lansia
Dari 10 permasalahan gizi tersebut dilakukan intervensi gizi terhadap lima
permasalahan gizi terbesar menurut analisis USG dengan urutan sebagai berikut:
1. Balita pendek
2. KEK ibu hamil
79

3. Gizi kurang pada balita


4. KEK WUS
5. Gizi obesitas pada lansia

C. Alternatif Pemecahan Masalah dan rencana Intervensi gizi


1. Balita pendek
a. Pemantauan status gizi TB/U
b. Penyuluhan MP-ASI dan ASI eksklusif
c. Cerdas cermat ibu balita
d. Pemanfaatan pekarangan dan Pemberian bibit tanaman pangan
2. KEK ibu hamil
a. Penyuluhan makanan gizi seimbang ibu hamil dan demonstrasi
mengenai penyusunan menu seimbang ibu hanil
3. Gizi kurang pada balita
a. Home visit dan pemberian PMT
b. Pemanfaatan pekarangan dan Pemberian bibit tanaman pangan
4. KEK WUS
a. Penyuluhan gizi seimbang untuk WUS
5. Gizi obesitas lansia
a. Penyuluhan gizi seimbang lansia
b. Senam untuk lansia
80

Tabel Rencana Kegiatan (Planning Of Action):

No. Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana Biaya Tempat Metode Tolak ukur
1. Musyawarah Memusyawahkan Ibu PKK 17 April Mahasiswa Rumah kepala Ceramah dan Ibu PKK
Masyarakat kegiatan yang akan 2017 dusun tanya jawab mengetahui
Desa dilakukan oleh duwetsari kegiatan-kegiatan
mahasiswa yang akan
dilakukan oleh
mahasiswa
2. Pemantauan 1. Monitoring status Balita Waktu Mahasiswa 1. Duwetsari Pengukuran Ibu balita
2. Sukunan
status gizi gizi pendek dan yang Posyandu antropometri mengetahui
3. Purwodadi
TB/U sangat pendek datang ke (menyesua 4. Y Gede makanan sehat
5. Kertodadi
posyandu ikan untuk balita dan ibu
6. Y tegal
dusun) 7. Sempu menyusui
8. Paraksari
19, 20, 21
April 2017
3. Penyuluhan 1. Menambah Ibu balita Menyesuaii Mahasiswa 1. Duwetsari Ceramah dan Ibu balita
2. Sukunan
MP ASI dan pengetahuan kan tanya jawab mengetahui
3. Purwodad
ASI eksklusif mengenai MP ASI posyandu 4. Y Gede pemberian MP ASI
2. Menambah 5. Kertodadi
19, 20, 21 meliputi : usia saat
6. Y tegal
pengetahuan

80
81

tentang ASI April 2017 7. Sempu diberikan, bentuk


Paraksari
eksklusif makanan,
konsistensi, dan hal
yang salah
mengenai
pemberian MP ASI.
Ibu balita
mengetahui tentang
pengertian dan
manfaat ASI
eksklusif.
4. Cerdas 1. Untuk mengukur Ibu balita Menyesuaii Mahasiswa Perlombaan Ibu balita
cermat ibu tingkat kan mengetahui tentang
balita pengetahuan ibu posyandu MP ASI dan ASI
balita tentang MP 19, 20, 21 eksklusif dengan
ASI dan ASI April 2017 menjawab paling
eksklusif banyak benar
5. Pemanfaatan 1. Memberikan Balita 23 April Mahasiswa Rumah balita Kunjungan Keluarga balita gizi
pekarangan pengetahuan status gizi 2017 status gizi rumah kurang dapat
dan tentang pendek pendek dan memanfaatkan

81
82

Pemberian pemanfaatan dan sangat sangat pendek halaman


bibit tanaman pekarangan pendek pekarangan yang
2. Memberikan
pangan dimiliki
tanaman pangan
untuk pemanfaatan
pekarangan

6. Penyuluhan 1. Meningkatkan Ibu hamil 26 April Mahasiswa Posyandu Ceramah dan Ibu hamil
pembuatan pengetahuan 2017 dusun tanya jawab mengetahui gizi
makanan gizi tentang gizi Gambiran seimbang ibu hamil
seimbang ibu seimbang ibu
hamil dan hamil
2. Meningkatkan
demonstrasi
kemampuan ibu
mengenai
dalam menyusun
penyusunan
menu seimbang
menu
ibu hamil
seimbang ibu
hamil

7. Home visit 1. Untuk Balita Gizi 24 April Mahasiswa Rumah balita Kunjungan Balita menerima
pada balita meningkatkan Kurang 2017 gizi kurang rumah PMT gizi kurang,

82
83

gizi kurang asupan balita gizi ibu balita


dan kurang mengetahui contoh
2. Memberikan
pemberian makanan yang baik
contoh makanan
PMT
yang baik untuk
gizi kurang

8. Pemanfaatan 1. Memberikan Balita gizi 24 April Mahasiswa Rumah balita Kunjungan Keluarga balita gizi
pekarangan pengetahuan kurang 2017 gizi kurang rumah kurang dapat
dan tentang memanfaatkan
pemberian pemanfaatan halaman
bibit tanaman pekarangan pekarangan yang
2. Memberikan
pangan dimiliki
tanaman pangan
untuk pemanfaatan
pekarangan

9. Penyuluhan 1. Memberikan WUS usia 27 April Mahasiswa Posyandu di Ceramah dan WUS mengetahui
gizi pengetahuan 17- 25 2017 dusun tanya jawab gizi seimbang pada
seimbang tentang gizi tahun Kertodadi wanita usia subur
untuk WUS seimbang pada

83
84

WUS

10. Senam untuk 1. Membiasakan Lansia 1 Mei Mahasiswa Halaman Senam Lansia melakukan
lansia lansia untuk 2017 posyandu aktivitas olahraga
berolahraga lansia
duwetsari

11. Penyuluhan 1. Menambah Lansia 1 Mei Mahasiswa Posyandu Ceramah dan Lansia mengetahui
gizi pengetahuan 2017 lansia tanya jawab gizi seimbang
seimbang tentang gizi duwetsari lansia
lansia seimbang lansia Lansia mampu me

84
85

Kementerian Kesehatan Indonesia RI. (2012). “Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi


Tahun 2011”. Alamat: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/08/Buku-
Laptah-2011.pdf

85

You might also like