You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia
terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia
menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada
remaja dan ibu hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup
tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan (Kemenkes RI, 2013).
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian
ibu hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi bila
dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal
karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan
pada tahun 2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka kematian ibu
sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika perempuan
mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan.
Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan
berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses
persalinan (Rajab, 2009).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia
yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan
18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi
anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar
45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun
sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi
terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Anemia?
2. Apa saja klasifikasi dari Anemia?
3. Apa etiologi dari Anemia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Anemia ?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Anemia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Anemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Anemia?
8. Apa saja komplikasi dari Anemia?
9. Bagaimana konsep dasar keperawatan dari Anemia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Anemia.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Anemia.
3. Untuk mengetahui etiologi dari Anemia.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Anemia.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Anemia.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Anemia.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Anemia.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari Anemia.
9. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan dari Anemia.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY. X DENGAN GANGGUAN
SISTEM HEMATOLOGI AKIBAT ANEMIA DI RUMAH SAKIT

A. Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
sel darah merah dalam membawa oksigen (badan pom, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%
pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (marilyn e, doenges, jakarta,
2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(wong, 2003)

B. Klasifikasi anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:

3
a. Anemia aplastik
Penyebab:
o Agen neoplastik/sitoplastik
o Terapi radiasi
o Antibiotic tertentu
o Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
o Benzene
o Infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala - gejala:
o Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
o Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
o Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
o Nitrogen urea darah (bun) lebih dari 10 mg/dl
o Hematokrit turun 20-30%
o Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin

4
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
2) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)

Gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

Sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
Sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
o Atropi papilla lidah
o Lidah pucat, merah, meradang
o Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
o Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
o Defisiensi defisiensi vitamin b12 dan defisiensi asam folat
o Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
o Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi
Cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

5
Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
o Pengaruh obat-obatan tertentu
o Penyakit hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
o Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
o Proses autoimun
o Reaksi transfusi
o Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

Sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

6
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (national cancer institute)
Derajat Who Nci

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dl Perempuan 12.0 - 16.0 g/dl

Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dl

Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dl 10.0 g/dl - nilai normal

Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dl 8.0 - 10.0 g/dl

Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dl 6.5 - 7.9 g/dl

Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dl < 6.5 g/dl


jiwa)

C. Etiologi:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin c dan copper.
Menurut badan pom (2011), penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin b12,
asam folat, vitamin c, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.

7
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil kb, antiarthritis,
dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
b12
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).

8
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. Hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

Viskositas darah menurun

Resistensi aliran darah perifer

Penurunan transport o2 ke jaringan

Hipoksia, pucat, lemah

Beban jantung meningkat

Kerja jantung meningkat

Payah jantung

9
PATHWAY

Perdarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit b 12, as.folat, Overaktif RES, produksi
defresi sum sum tulang SDM abnormal
uterus, hidung, luka
entropoeetin

kehilangan SDM (sel


darah merah) Penghancuran SDM meningkat

Produksi SDM
menurun

Pertahana sekunder tidak


Penurunan jumlah eritrosit Resiko infeksi
adekuat

Penurunan kadar Hb Efek GI

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi dan defisiensi folat

Glositis berat (lidah


Peningkatan frek napas
Beban kerja dan curah meradang), diare,
jantung meningkat kehilangan nafsu makan
Dyspneu (kesulitan bernapas)

Intake nutisi turun


Takikardia, angina (nyeri dada),
(anoreksia)
iskemia miokardium, beban Penurunan transport O2
kerja jantung

Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakefektifan perfusi hipoksia kurang dari kebutuhan tubuh
jaringan perifer nyeri akut

Lemah lesu, parestesia, mati


Peningkatan kontkatilitas Ketidakefektifan pola
rasa, ataksia, gangguan
napas
koordinasi, bingung
palpitasi

Defisit perawatan diri


Penebalan dinding ventrikel intoleransi aktovitas
10
kardiomegali
E. Manifestasi klinis
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.pucat oleh karena kekurangan volume darah dan hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman o2
berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada ssp
7. Anemia berat gangguan gi dan chf (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)

F. Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah darah lengkap (jdl) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
2. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
3. Led : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
4. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
5. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (db).
6. Sdp : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit :
menurun caplastik; meningkat (db); normal atau tinggi (hemolitik)
7. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
8. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (ap, hemolitik).
9. Folat serum dan vitamin b12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi

11
10. Besi serum : tak ada (db); tinggi (hemolitik)
11. Tbc serum : meningkat (db)
12. Feritin serum : meningkat (db)
13. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
14. Ldh serum : menurun (db)
15. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin b12 urine (ap)
16. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (db).
17. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan ph dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (ap).
18. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe
anemia, misal: peningkatan megaloblas (ap), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
19. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan gi (doenges, 1999).

G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (atg)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga hb meningkat.

12
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin b12 ditangani dengan pemberian vitamin b12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin b12 dengan injeksi im.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin b12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara im pada pasien dengan
gangguan absorbsi.

H. Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menruun
5. Kemampuan mengolah informasi

I. Konsep dasar keperawatan


I. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia (doenges, 1999) meliputi :
1) aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu

13
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan gi kronis,
menstruasi berat (db), angina, chf (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : td : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas ekg, depresi segmen st
dan pendataran atau depresi gelombang t; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (db). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, ap) atau kuning lemon terang (ap). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (db). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler
dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (db). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (ap).
3) integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (db).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (db). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (db).

14
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (ap; defisiensi asam folat dan vitamin
b12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (db). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (db).
6) neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (ap) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
ap). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda romberg positif, paralysis (ap).
7) nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (db)
8) pernapasan
Gejala : riwayat tb, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (db).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

15
II. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer
okaigen ke paru
2. Ketidakefektifan perpusi jaringan perifer b.d penurunan monsenrasi hb
dan darah, suplai oksigen berkurang
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
kurang, anoreksia
4. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung
5. Intolerasni aktivitas b.d ketidakseimbanagn antar suplai dan kebutuhan
oksigen, proses metabolisme yang terganggu
6. Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin

III. Intervensi keperawatan


No Tujuan Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi 1. Indikasi edema paru,


tindakan keperawatan napas sekunder akibat
selama 2x24 jam 2. Kaji adanya edema dekompensasi jantung
diharapkan 3. Ukur intake dan 2. Curiga gagal kongestif/
ketidakefektifan pola output kelebihan volume cairan
nafas dapat teratasi 4. Pertahankan 3. Penurunan curah jantung,
dengan kh : pemasukan total mengakibatkan gangguan
1. Klien tidak cairan 2000 ml/24 perfusi ginjal, retensi
sesak napas jam dalam toleransi natrium/air, dan
2. Rr dalam batas kardiovaskuler penurunan pengeluaran
normal 16-20 5. Berikan diet tanpa urine.
kali/menit, garam 4. Memenuhi kebutuhan
3. Respon batuk 6. Berikan diuretik cairan tubuh orang
berkurang dewasa, tetapi
memerlukan pembatasan
dengan adanya
dekompensasi jantung

16
5. Natrium meningkatkan
retensi cairan dan volume
plasma yang berdampak
terhadap peningkatan
beban kerja jantung dan
akan meningkatkan
kebutuhan miokardium
6. Diuretik bertujuan untuk
meningkatkan volume
plasma dan menurunkan
retensi cairan di jaringan,
sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema
paru.
2. Setelah dilakukan 1. Awasi tanda vital 1. Memberikan informasi
asuhan keperawatan kaji pengisian tentang
selama 2x24 jam kapiler, warna derajat/keadekuatan
diharapkan kulit/membrane perfusi jaringan dan
ketidakefektifan perfusi mukosa, dasar kuku. membantu menetukan
jaringan dapat teratasi 2. Tinggikan kepala kebutuhan intervensi.
dengan kh tempat tidur sesuai 2. Meningkatkan ekspansi
: 1. Menunjukkan toleransi. paru dan memaksimalkan
perfusi adekuat Oksigenasi untuk 3. Iskemia seluler
misalnya tanda vital kebutuhan seluler. mempengaruhi jaringan
stabil. Catatan : miokardial/ potensial
kontraindikasi bila risiko infark.
ada hipotensi. 4. Dispnea, gemericik
3. Awasi upaya menununjukkan
pernapasan ; gangguan jajntung karena
auskultasi bunyi regangan jantung
napas perhatikan lama/peningkatan
bunyi adventisius. kompensasi curah

17
Selidiki keluhan jantung.
nyeri dada/palpitasi. 5. Termoreseptor jaringan
4. Hindari penggunaan dermal dangkal karena
botol penghangat gangguan oksigen
atau botol air panas. 6. Mengidentifikasi
Ukur suhu air mandi defisiensi dan kebutuhan
dengan thermometer. pengobatan /respons
5. Kolaborasi terhadap terapi.
pengawasan hasil 7. Memaksimalkan
pemeriksaan transport oksigen ke
laboraturium. jaringan.
6. Berikan sel darah
merah
lengkap/packed
produk darah sesuai
indikasi.
7. Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.

3. Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat nutrisi, 1. Mengidentifikasi


asuhan keperawatan termasuk makan defisiensi, memudahkan
selama 2x24 jam yang disukai. intervensi.
diharapkan kebutuhan 2. Observasi dan catat 2. Mengawasi masukkan
nutrisi klien dapat masukkan makanan kalori atau kualitas
terpenuhi dengan kh : pasien. kekurangan konsumsi
1. Menunujukkan 3. Timbang berat badan makanan.
peningkatan/me setiap hari. 3. Mengawasi penurunan
mpertahankan 4. Berikan makan berat badan atau
berat badan sedikit dengan efektivitas intervensi
dengan nilai frekuensi sering dan nutrisi.

18
laboratorium atau makan diantara 4. Menurunkan
normal. waktu makan. kelemahan,
2. Tidak 5. Observasi dan catat meningkatkan
mengalami kejadian pemasukkan dan
tanda mal mual/muntah, flatus mencegah distensi
nutrisi. dan dan gejala lain gaster.
yang berhubungan. 5. Gejala gi dapat
6. Berikan dan bantu menunjukkan efek
hygiene mulut yang anemia (hipoksia) pada
baik ; sebelum dan organ.
sesudah makan, 6. Meningkatkan nafsu
gunakan sikat gigi makan dan pemasukkan
halus untuk oral
penyikatan yang 7. Membantu dalam
lembut. Berikan rencana diet untuk
pencuci mulut yang memenuhi kebutuhan
di encerkan bila individual.
mukosa oral luka.
7. Kolaborasi pada ahli
gizi untuk rencana
diet.

4. Setelah dilakukan 1. Catat karakteristik 1. Variasi penampilan dan


tindakan keperawatan nyeri, lokasi, perilaku klien karena
selama 2x24 jam intensitas, serta lama nyeri terjadi sebagai
diharapkan tidak ada dan penyebarannya. temuan pengkajian.
keluhan dan terdapat 2. Anjurkan kepada 2. Nyeri berat dapat
penurunan respon nyeri klien untuk menyebabkan syok
dengan kh : melaporkan nyeri kardiogenik yang
1. Klien dengan segera berdampak kematian
mengatakan 3. Atur posisi fisiologis mendadak
penurunan rasa 4. Istirahatkan klien 3. Posisi fisiologis akan

19
nyeri dada 5. Ajarkan tekhnik meningkatkan asupan
2. Ttv dalam distraksi oksigen ke jaringan yang
keadaan normal 6. Kolaborasi mengalami iskemia
3. Wajah rileks pemberian terapi 4. Istirahat akan
4. Tidak terjadi farmakologis menurunkan kebutuhan
penurunan antiangina oksigen jaringan perifer,
Ajarlan tekni
perfusi perifer sehingga akan
menurunkan kebutuhan
miokardium yang
membutuhkan oksigen
untuk menurunkan
iskemia.
5. Distraksi (pengalihan
perhatian) dapat
menurunkan stimulus
internal.
6. Obat-obat antiangina
bertujuan untuk
meningkatkan aliran
darah baik dengan
menambah suplai oksigen
5. Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. mempengaruhi pilihan
tindakan keeprawatan ADL pasien. intervensi/bantuan.
selama 2x24 jam 2. Kaji kehilangan atau 2. menunjukkan perubahan
diharpakan dapat gangguan neurology karena
memepertahankan keseimbangan, gaya defisiensi vitamin B12
ambulasi / aktivitas jalan dan kelemahan mempengaruhi keamanan
dapat teratasi dengan otot. pasien/risiko cedera.
KH : 3. Observasi tanda- 3. manifestasi
1. melaporkan tanda vital sebelum kardiopulmonal dari
peningkatan dan sesudah upaya jantung dan paru
toleransi aktivitas. untuk membawa jumlah

20
aktivitas 4. Berikan lingkungan oksigen adekuat ke
2. menunjukkan tenang, batasi jaringan.
penurunan tanda pengunjung, dan 4. meningkatkan istirahat
intolerasi kurangi suara bising, untuk menurunkan
fisiologis, pertahankan tirah kebutuhan oksigen tubuh
misalnya nadi, baring bila di dan menurunkan
pernapasan, dan indikasikan. regangan jantung dan
tekanan darah 5. Gunakan teknik paru.
masih dalam menghemat energi, 5. meningkatkan aktivitas
rentang normal. anjurkan pasien secara bertahap sampai
istirahat bila terjadi normal dan memperbaiki
kelelahan dan tonus otot/stamina tanpa
kelemahan, anjurkan kelemahan. Meingkatkan
pasien melakukan harga diri dan rasa
aktivitas terkontrol.
semampunya (tanpa
memaksakan diri).

6. Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. memberikan dasar


tindakan keperawatan tentang anemia pengetahuan sehingga
selama 2x24 jam spesifik. Diskusikan pasien dapat membuat
diharapkan pasien kenyataan bahwa pilihan yang tepat.
mengerti dan terapi tergantung 2. ansietas/ketakutan
memahami tentang pada tipe dan tentang ketidaktahuan
penyakit, prosedur beratnya anemia. meningkatkan stress,
diagnostic dan rencana 2. Tinjau tujuan dan selanjutnya
pengobatan dengan persiapan untuk meningkatkan beban
KH: pemeriksaan jantung.
1. pasien menyatakan diagnostic. 3. megetahui seberapa jauh
pemahamannya Pengetahuan pengalaman dan
proses penyakit dan menurunkan ansietas. pengetahuan klien dan
penatalaksanaan 3. Kaji tingkat keluarga tentang

21
penyakit. pengetahuan klien penyakitnya.
2. mengidentifikasi dan keluarga tentang 4. mengetahui penyakit dan
factor penyebab. penyakitnya. kondisinya sekarang,
3. Melakukan 4. Berikan penjelasan klien dan keluarganya
tiindakan yang pada klien tentang akan merasa tenang dan
perlu/perubahan penyakitnya dan mengurangi rasa cemas.
pola hidup. kondisinya sekarang. 5. mengetahui seberapa jauh
5. Minta klien dan pemahaman klien dan
keluarga mengulangi keluarga serta menilai
kembali tentang keberhasilan dari
materi yang telah tindakan yang dilakukan.
diberikan.

7. Setelah dilkukan 1. Ukur tanda – tanda 1. Demam mengindikasikan


tindakan keperawatan vital setiap 8 jam. terjadinya infeksi
selama 2x24 jam 2. Tempatkan di ruang 2. Mengurangi resiko
diharapkan tidak terjadi isolasi bila penularan
infeksi dengan KH : memungkinkan dan mikroorganisme
1. Tanda – tanda beri tahu keluarga 3. Mencegah infeksi
vital dalam batas supaya menggunakan nosokomial
normal masker saat 4. Lekositosis
2. Leukosit dalam berkunjung mengidentifikasikan
batas normal 3. Pertahankan teknik terjadinya infeksi dan
aseptik pada setiap leukositopenia
prosedur perawatan mengidentifikasikan
4. Observasi hasil penurunan daya tahan
pemeriksaan leukosit tubuh dan beresiko untuk
terjadi infeksi

22
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. X
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI : ANEMIA

Ruang perawatan :
No. MR / CM :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Pukul :

A. Pengkajian
1. Biodata pasien
a. Identitas pasien
Nama : ny. X
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama :-
Pendidikan terakhir :-
Status : janda
Pekerjaan :-
Diagnosa medis : anemia
Alamat :-

b. Identitas penanggung jawab


Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan pasien :-
Alamat :-

23
2. Keluhan utama
Perdarahan gastrointestinal
3. Keluhan penyerta : dyspneu, fatigue, ekstreminitas dingin, pallor
4. Riwayat kesehatan sekarang
klien di rawat di rumah sakit, klien masuk ke ugd dengan
perdarahan gastrointestinal pada bagian bawah. Klien mengatakan bahwa
warna, bau, dan konsistensi feses berubah sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit.
5. Riwayat kesehatan dahulu :
klien mengatakan memiliki riwayat merokok 1 bungkus / hari
selama 10 tahun, dan sudah berhenti sekitar 15 tahun. Klien juga memiliki
riwayat diabetes melitus tipe 2 dan rutin memeriksakan penyakitnya
tersebut. Klien mengatakan jika klien tidak pernah mengalami inflamasi
kronis gastrointestinal sebelumnya, klien mengatakan tidak memiliki
riwayat alergi.
6. Riwayat kesehatan keluarga : -

B. Psikososial dan spiritual


1. Pengkajian psikologis
a. Status emosional
b. Konsep diri
c. Cara berkomunikasi
d. Pola interaksi
2. Pengkajian sosial
a. Hubungan sosial
b. Faktor kultur sosial
c. Pola hidup
d. Keluarga
3. Support system
4. System nilai kepercayaan

24
C. Activity dailly living (adl) :
No Aktivitas Di rumah Di rumah sakit

1 Nutrisi Tidak terkaji Diet lembut

2 Aktivitas Tidak terkaji Aktivitas di bantu ketika berubah


posisi duduk ke berdiri
Keluhan Fatigue Fatigue, dyspneu saat berubah posisi
berbaring ke duduk

D. Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran : alert
2. Penampilan umum : klien tampak lemah
3. Bb dan tb :-
4. Pemeriksaan ttv
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 82 x / menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : 38,20 c

5. Pemeriksaan fisik persistem


 Sistem hematologi
Perdarahan ringan pada konjungtiva sinistra, hemoragi tampak
sejak satu minggu lalu, terdapat ptekie di lengan atas, ekstreminitas
terasa dingin dan pallor, pallor sedang pada kulit.
 Sistem respirasi dan kardiovaskuler
Suara pulmo bersih, suara cor bersih, dyspneu ketika klien
berubah posisi dari bangun ke duduk.
 Sistem pencernaan
Mukosa mulut bersih, gusi terlihat sedikit ping.

25
E. Pemeriksaan penunjang
 Accu-check q ac dan pada waktu tidur
 Colonoscopy a.m
 Laboratorium
Test Pada saat masuk Hari 1 Hari 2

Hematocrit 35% 36% 38%

Hemoglobin 11 g/dl 12 g/dl 12.5 g/dl

Reticulosytes 0.45% 0,45% 0,43%

Platelets 75,000µl 75, 000µl 70,000µl

Sodium 135meq/l 140 meq/l 140 meq/l

Potassium 3.0 meq/l 3.5 meq/l 3.5 meq/l

Chloride 95 meq/l 100 meq/l 100 meq/l

Co2 22 meq/l 24 meq/l 25 meq/l

Serume glucose 110 mg/dl 114 mg/dl 115 mg/dl

Occult stool test3 + + +

 Jadwal pemeriksaan laboratorium


Cbc, chem 7, reticulosyt harian.

F. Therapy medis :
No Nama obat Pemberian Dosis

1 Potassium Iv 10 meq/dl x 3 dosis setiap 1 jam

2 Metformin hcl 500 mg Po 2 x 1 tablet

26
G. Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1. DS : obstruksi inflamasi git bagian bawah

perdarahan saluran cerna

kehilangan sdm (sel darah merah)

Penurunan jumlah eritrosit

pertahanan sekunder tidak adekuat

penurunan kadar hb

pengikatan o2 berkurang

Sirkulasi o2 dalam darah berkurang

hipoksia

Ketidakefektifan pola nafas


2 Ds : klien mengeluh Obstruksi inflamasi git bagian bawah Ketidaefektifan
fatigue perfusi jaringan
Do: perdarahan saluran cerna perifer
 Pallor sedang pada
kulit, kehilangan sdm (sel darah merah)
 Dyspneu
 Ekstreminitas atas penurunan jumlah eritrosit
dingin dan pallor
 Ttv : pertahanan sekunder tidak adekuat

Td : 120/80 mmhg
N : 82 x / menit penurunan kadar hb

27
Rr : 16 x/menit
S : 38,20 c Kompensasi jantung
 Hb : 12.5 g/dl
 Hct : 38 % Beban kerja dan curah jantung
 Trombosit : 75.000 meningkat

 Perdarahan
congjungtiva sinistra
darah tidak mengalir ke bagian perifer

Ketidakefektifan perfusi jaringan


perifer
3 Ds : klien mengeluh obstruksi inflamasi git bagian bawah Gangguan mobilitas
fatigue fisik
Do : perdarahan saluran cerna
 Ttv :
Td : 120/80 mmhg kehilangan sdm (sel darah merah)
N : 82 x / menit
Rr : 16 x/menit Penurunan jumlah eritrosit
S : 38,20 c
 Dyspneu pertahanan sekunder tidak adekuat
 Klien membutuhkan
bantuan ketika penurunan kadar hb
berubah posisi dari
duduk ke berdiri pengikatan o2 berkurang

 Hb : 12.5 g/dl
 Hct : 38 % Sirkulasi o2 dalam darah berkurang

hipoksia

Intoleransi aktivitas
3 Ds : obstruksi inflamasi git bagian bawah Infeksi

28
perdarahan saluran cerna
Do :
 Occult stool test : + Infeksi
 Ptekie di lengan atas
 Perdarahan ringan
pada konjungtiva
sinistra
 Platelets (trombosit)
: 70.000 µl
 Hb : 12.5 g/dl
 Hct : 38 %
 Pallor sedang pada
kulit,
 Dyspneu
 Ekstreminitas atas
dingin dan pallor
 Ttv :
Td : 120/80 mmhg
N : 82 x / menit
Rr : 16 x/menit
S : 38,20 c

H. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas b.d penurunan transfer oksigen
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai oksigen berkurang
3. Gangguan mobilitas fisik b.d ketidakseimbangan antar suplai dan
kebutuhan oksige
4. infeksi

29
I. Intervensi keperawatan
No dx Tujuan Intervensi Rasional
kep

1. Setelah dilakukan 7. Auskultasi bunyi napas 1. Indikasi edema paru,


tindakan keperawatan 8. Kaji adanya edema sekunder akibat
selama 2x24 jam 9. Ukur intake dan output dekompensasi jantung
diharapkan 10. Pertahankan 2. Curiga gagal kongestif/
ketidakefektifan pola pemasukan total cairan kelebihan volume cairan
nafas dapat teratasi 2000 ml/24 jam dalam 3. Penurunan curah
dengan kh : toleransi kardiovaskuler jantung, mengakibatkan
4. Klien tidak 11. Berikan diet tanpa gangguan perfusi ginjal,
sesak napas garam retensi natrium/air, dan
5. Rr dalam batas 12. Berikan diuretik penurunan pengeluaran
normal 16-20 urine.
kali/menit, 4. Memenuhi kebutuhan
Respon batuk cairan tubuh orang
berkurang dewasa, tetapi
memerlukan pembatasan
dengan adanya
dekompensasi jantung
5. Natrium meningkatkan
retensi cairan dan
volume plasma yang
berdampak terhadap
peningkatan beban kerja
jantung dan akan
meningkatkan kebutuhan
miokardium
6. Diuretik bertujuan untuk
meningkatkan volume
plasma dan menurunkan

30
retensi cairan di jaringan,
sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema
paru.
2. Setelah dilakukan 8. Awasi tanda vital kaji 8. Memberikan informasi
asuhan keperawatan pengisian kapiler, warna tentang
selama 2x24 jam kulit/membrane mukosa, derajat/keadekuatan
diharapkan dasar kuku. perfusi jaringan dan
ketidakefektifan perfusi 9. Tinggikan kepala tempat membantu menetukan
jaringan dapat teratasi tidur sesuai toleransi. kebutuhan intervensi.
dengan kh Oksigenasi untuk 9. Meningkatkan ekspansi
: 1. kebutuhan seluler. paru dan memaksimalkan
Menunjukkan Catatan : kontraindikasi 10. Iskemia seluler
perfusi adekuat bila ada hipotensi. mempengaruhi jaringan
misalnya tanda 10. Awasi upaya miokardial/ potensial
vital stabil. pernapasan ; auskultasi risiko infark.
bunyi napas perhatikan 11. Dispnea, gemericik
bunyi adventisius. menununjukkan
Selidiki keluhan nyeri gangguan jajntung karena
dada/palpitasi. regangan jantung
11. Hindari penggunaan lama/peningkatan
botol penghangat atau kompensasi curah
botol air panas. Ukur jantung.
suhu air mandi dengan 12. Termoreseptor
thermometer. jaringan dermal dangkal
12. Kolaborasi karena gangguan oksigen
pengawasan hasil 13. Mengidentifikasi
pemeriksaan defisiensi dan kebutuhan
laboraturium. pengobatan /respons
13. Berikan sel darah terhadap terapi.
merah lengkap/packed Memaksimalkan
produk darah sesuai transport oksigen ke

31
indikasi. jaringan.
Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
3. Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan adl 1. Mempengaruhi pilihan
tindakan keeprawatan pasien. intervensi/bantuan.
selama 2x24 jam 2. Kaji kehilangan atau 2. Menunjukkan perubahan
diharpakan dapat gangguan keseimbangan, neurology karena
memepertahankan gaya jalan dan defisiensi vitamin b12
ambulasi / aktivitas kelemahan otot. mempengaruhi
dapat teratasi dengan kh 3. Observasi tanda-tanda keamanan pasien/risiko
: vital sebelum dan cedera.
3. Melaporkan sesudah aktivitas. 3. Manifestasi
peningkatan 4. Berikan lingkungan kardiopulmonal dari
toleransi tenang, batasi upaya jantung dan paru
aktivitas pengunjung, dan kurangi untuk membawa jumlah
4. Menunjukkan suara bising, oksigen adekuat ke
penurunan tanda pertahankan tirah baring jaringan.
intolerasi bila di indikasikan. 4. Meningkatkan istirahat
fisiologis, 5. Gunakan teknik untuk menurunkan
misalnya nadi, menghemat energi, kebutuhan oksigen tubuh
pernapasan, dan anjurkan pasien istirahat dan menurunkan
tekanan darah bila terjadi kelelahan dan regangan jantung dan
masih dalam kelemahan, anjurkan paru.
rentang normal. pasien melakukan 5. Meningkatkan aktivitas
aktivitas semampunya secara bertahap sampai
(tanpa memaksakan normal dan memperbaiki
diri). tonus otot/stamina tanpa
kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa
terkontrol.

32
4. Setelah dilkukan 5. Ukur tanda – tanda vital 5. Demam mengindikasikan
tindakan keperawatan setiap 8 jam. terjadinya infeksi
selama 2x24 jam 6. Tempatkan di ruang 6. Mengurangi resiko
diharapkan tidak terjadi isolasi bila penularan
infeksi dengan KH : memungkinkan dan beri mikroorganisme
3. Tanda – tanda tahu keluarga supaya 7. Mencegah infeksi
vital dalam batas menggunakan masker nosokomial
normal saat berkunjung 8. Lekositosis
4. Leukosit dalam 7. Pertahankan teknik mengidentifikasikan
batas normal aseptik pada setiap terjadinya infeksi dan
prosedur perawatan leukositopenia
Observasi hasil mengidentifikasikan
pemeriksaan leukosit penurunan daya tahan
tubuh dan beresiko untuk
terjadi infeksi

33
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal Penyebab Umum dari Anemia Yaitu:
Kehilangan darah atau Perdarahan hebat, Berkurangnya pembentukan sel
darah merah, dan Gangguan produksi sel darah merah Tanda – tanda dari
penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L), Sering mengeluh
pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat, Gejala lebih
lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat, serta Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan
tachikardi, dan pingsan. Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu
ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi
anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan
ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang telah kami susun mengenai anemia, yang
meliputi berbagai macam klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini kami
harapkan kritikan serta saran yang membangun. Saran dari penulis kami
harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini. Semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

34
DAFTAR PUSTAKA

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI.

Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta
: EGC.

Wong, Donna L. 2003. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Volume. 2. EGC.
JakartA

35
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan pada hb
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Resiko infeksi ditandai dengan suhu tubuh meningkat

36

You might also like